Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Nightmare Campus Series

Nightmare Campus 8 : Twin Effect

Selly & Selvy


Sepasang kembar Selly dan Selvy (19 tahun) adalah satu bunga di fakultas arsitektur di universitas *******. Dari segi fisik keduanya sama cantiknya, mempunyai tubuh ideal dengan tinggi 165cm, berat 49 kg, dan buah dada 36A, rambut keduanya sepundak dengan wajah imut, kalau jeli mereka bisa dibedakan dari tahi lalat kecil di leher sampingnya, kalau ada berarti itu Selvy, kalau tidak ya sebaliknya, selain itu bentuk wajah Selly juga sedikit lebih panjang dari kembarannya. Dilihat dari sifat, Selvy cenderung lebih terbuka dan periang daripada Selly yang harus dipancing dulu baru bisa akrab, Selly orangnya mandiri, serius dan keibuan, sementara Selvy lebih manja dan gaul. Kalau ke kampus seringkali mereka memakai baju yang sama, sehingga terkadang memancing perhatian orang, apalagi kalau baju mereka seksi, orang yang melihat akan kagum bagaikan melihat malaikat kembar turun ke bumi. Dari laki-laki yang mengejar mereka yang beruntung mendapatkan Selly adalah Fredy, seorang eksekutif muda yang bekerja di bank, sedangkan Selvy juga baru jadian belum lama ini dengan Hendra, teman sekampusnya dari fakultas teknik industri. Fredy dan Hendra memang beruntung, namun ada yang jauh lebih beruntung dari mereka.


Kejadiannya bermula ketika masa UTS, saat itu si kembar mengikuti ujian terpisah karena jadwal ujian mereka yang kebetulan sama bentrok dengan salah satu ujian lainnya. Mereka harus datang pagi-pagi lebih awal sebelum ujian yang bersangkutan berlangsung dan mereka ditempatkan Bu Yeni dari bagian TU di sebuah kelas.
“Baiklah, ibu percaya kalian jujur kalau ibu tinggalkan, kalau sudah selesai nanti kalian ke TU dulu untuk isi daftar hadir, mengerti ?” tanya Bu Yeni setelah membagikan soal ujian dan lembar jawab.
Ketika itu Imron sedang lewat dekat kelas itu sehingga Bu Yeni memanggilnya dan menanyakan apakah sedang tidak ada kerjaan sehingga bisa membantu mengawasi. Imron mengiyakan karena memang dia lagi nganggur, malah merasa senang dia bisa mengawasi si kembar yang termasuk salah satu targetnya. Imron bersandar di pinggir pintu mengawasi kedua gadis itu, dia juga mengamat-amati tubuh keduanya dengan kagum, matanya menatap kagum ke betis keduanya yang tertutup rok hitam selutut dan atasnya memakai kemeja putih lengan pendek, pakaian yang biasa dipakai dimasa-masa ujian. Imron memang sudah lama ingin menikmati tubuh si kembar itu, tapi belum ada kesempatan yang baik sampai saat itu terlintas sebuah akal bulus di benaknya.

Setengah jam kemudian Imron berkata pada mereka:
“Aduh, Bapak kebelet nih mau ke belakang sebentar aja, disini sepi banget lagi ga ada yang bisa gantiin, Non berdua harus jujur yah, kalian bisa pegang kepercayaan kan ?”
Keduanya hanya mengangguk dan Imron pun buru-buru keluar meninggalkan si kembar di ruang itu.
“Ci-ci…susah banget, bisa ngga ?” panggil Selvy dari belakang dengan setengah berbisik.
Selly menggeleng dengan wajah bingung karena memang mata kuliah itu termasuk rumit dan ditakuti.
“Nomer tiga lu udah belum. Liat dong dikit, gua lupa rumus nih !” Selly balik bertanya.
Setelah tengok kiri-kanan dan merasa aman Selvy buru-buru menyerahkan lembar jawabnya pada kembarannya itu dan menyuruhnya bergerak-cepat. Dengan hati berdebar-debar dan terburu-buru Selly menyalin bagian-bagian penting dari jawaban yang diberikan saudaranya. Namun tepat ketika dia hendak mengembalikan lembar jawab pada Selvy, keduanya dikejutkan oleh kehadiran Imron yang mendadak di ambang pintu.
“Astaghfirullah, Non…saya benar-benar nggak nyangka Non berdua bisa melakukan ini !” Imron pura-pura kaget.

Si kembar langsung terdiam, matanya memancarkan perasaan bersalah dengan wajah tertunduk lesu.
“Ma-maaf Pak, saya yang salah, saya…saya yang pertama minta contekan !” Selly mengaku salah sambil membela saudaranya.
“Tapi kenapa Non…siapa nih ?” Imron melihat nama di lembar jawaban Selvy “Non Selvy juga ngasih liat jawabannya, kan harusnya ga boleh ya kan !” Imron berkata pelan tapi tegas sehingga membuat wajah keduanya makin pucat.
“Maaf Non, demi tata tertib, saya terpaksa harus melaporkan Non berdua” sambungnya.
“Jangan…jangan Pak !” sergah keduanya bersamaan dengan wajah memelas, mata Selvy bahkan sudah lembab berkaca-kaca.
Mata kuliah itu termasuk penting dan termasuk prasyarat untuk mata kuliah berikutnya sehingga berat bagi mereka untuk tidak lulus apalagi dengan cara seperti itu.
“Wah-wah…ada masalah apa disini Pak Imron kok sepertinya serius nih !” tiba-tiba terdengar suara dari pintu.
“Ini nih, Pak saya juga bingung, cantik-cantik gini kok nyontek loh” kata Imron geleng-geleng kepala “Duh anak jaman sekarang emang susah yah !”
Selly menjelaskan permasalahannya dan mengaku salah, tapi dia tetap minta keringanan, setidaknya jangan sampai saudaranya ikut kena hukuman. Pak Dahlan, kepala jurusan arsitektur yang tak bermoral itu mengangguk-angguk mendengar penjelasan Selly.

“Hmmm…kalau begitu baiklah, kalian habis ini masih ada ujian lagi ?” tanya pria itu yang dijawab mereka dengan anggukan “Nah, sekarang kalian kerjakan saja dulu ujian ini, tapi nanti sebelum pulang temui saya di kantor saya untuk membicarakannya, ok ?”
Untuk sementara si kembar bisa berlega hati, namun mereka sudah tidak konsentrasi lagi mengerjakan ujian itu juga ujian berikutnya karena dalam hati mereka berkecamuk seribu satu pikiran apa yang bakal terjadi nanti dan sanksi apa yang bakal menunggu mereka. Ujian terakhir hari itu pun akhirnya selesai jam dua siang, kini saatnya si kembar menemui kepala jurusan itu di kantornya untuk membicarakan masalah tadi. Selly mengetuk pintu…dua menit…tapi tidak ada jawaban, tirai ruang itu tertutup.
“Ga ada orang kali yah ?” kata Selvy.
“Tau deh…kita tunggu aja…”
Baru saja Selly berkata begitu, tiba-tiba pintu dibuka oleh seorang gadis yang juga mengenakan setelan hitam-putih untuk ujian tapi dengan model yang lebih seksi, roknya lebih pendek daripada rok si kembar sehingga memamerkan sepasang paha jenjangnya, atasannya pun lebih ketat dan mencetak bentuk tubuhnya yang indah, belum lagi branya warna hitam sehingga menerawang jelas. Gadis itu menatap sekilas pada si kembar sambil keluar dari ruangan itu, senyuman misterius muncul di wajah indonya, entah mengartikan apa. Kalau dilihat lebih teliti di daerah antara bibir dan dagu gadis itu nampak sedikit noda cairan putih mirip susu kental yang tidak sempat terlihat oleh si kembar maupun dirinya sendiri. Si kembar hanya tahu gadis ini sebagai mahasiswi angkatan atas mereka yang bernama Fanny.

Di ruang itu telah menunggu Pak Dahlan di balik meja kerjanya, wajah pria itu agak sayu seperti orang habis orgasme dan Imron, si penjaga kampus itu juga telah duduk di sofa sambil mengelap jarinya yang basah entah oleh cairan apa dengan tissue.
“Ya, kalian berdua, ayo masuk, maaf menunggu, tadi ada yang bimbingan dulu, mari duduk disini !” Pak Dahlan keluar dari meja kerjanya dan menyuruh kedua gadis itu duduk di sofa.
Pria itu menjelaskan kondisi mereka, bahwa perbuatan menyontek tadi hukumannya sudah jelas tidak diluluskan mata kuliah tersebut, padahal mata kuliah ini sangat penting
“Saya bisa bantu kalian menutupi rahasia ini, malah kalau perlu saya bisa bantu mengkatrol nilai kalian melalui rekomendasi ke dosen yang bersangkutan, tapi…”
“Tapi apa Pak ?” Selvy buru-buru menyela.
“Hhmm…asal kalian banyak nurut ke Bapak, seperti…” Pak Dahlan meneruskan ucapannya dengan meletakkan tangan di paha Selvy yang duduk di dekatnya dan menggeser roknya.
“Apa !” pekik Selvy terkejut sambil menepis tangan Pak Dahlan dari pahanya
“Pak, ini pelecehan yah namanya, Bapak pikir kita ini perempuan apaan ?” Selly protes dengan suara tercekat karena tidak menyangka kepala jurusannya sebejat itu, hatinya tambah panas dan malu melihat si penjaga kampus itu cengengesan.

“Hahaha…ayolah, kalian butuh nilai kan, ini dan itu tentu ada harganya dong, Bapak nggak memaksa, pilihannya terserah kalian aja” Pak Dahlan berkata dengan tenang.
“Nggak Pak, kita lebih baik tidak lulus daripada dengan cara serendah itu, ayo Ci, kita pergi !” kata Selvy dengan kesal sambil meraih lengan saudaranya.
“Oooh, sebentar-sebentar, sabar dulu dong” Pak Dahlan berusaha menahan mereka “sebenarnya apa yang kalian takutkan ? takut nggak perawan kan ? begini saja, Bapak nggak akan mengajak kalian berbuat itu deh, cukup kalian telanjang saja disini, bapak cuma mau liat tubuh kalian, ya setidaknya pegang-pegang dikit toh tidak ada pengaruhnya dengan keperawanan kan, lalu setelah itu Bapak jamin kalian pasti lulus, gimana, sama-sama untung kan ?”
Si kembar tertegun mendengar tawaran itu, kalau hanya telanjang saja mungkin masih bersedia walaupun dengan amat terpaksa, dengan begitu skandal menyontek tadi dapat ditutupi tanpa harus mengorbankan keperawanan, dan seterusnya mereka kapok tidak akan menyontek lagi sehingga terjebak dalam posisi sulit seperti ini. Mereka saling tatap dengan penuh pertimbangan.
“Baiklah Pak, tapi tolong saudara saya jangan, biar saya sendiri saja yang buka baju gimana ?” ucap Selly lirih.
“Jangan saya saja !” Selvy menyela.
“Diam ! ini salah gua tau, gua yang minta lembar jawab dari lu dan gua yang harus tanggung jawab !” Selly membentak adiknya sambil mengguncang bahunya.

Mereka berdebat, masing-masing ingin berkorban demi melindungi saudaranya sampai Pak Dahlan menghentikan mereka.
“Ok, ok sudah diam, mau kedengeran di luar apa ?” katanya agak keras “ya sudah satu dari kalian juga boleh, ya Selly kamu saja sebagai kakak yang maju !” perintahnya.
“Jangan, jangan Ci, sudah kita relakan saja nggak lulus !” Selvy menahan lengan Selly dengan mata menitikkan air mata.
Selly menyentak tangannya lalu memeluk adiknya serta mengelusi punggungnya.
“Sudahlah, semua akan baik-baik saja, tenang-tenang” hiburnya.
“Ayo udah dong main sinetronnya, kalau saya dah hilang minat tawarannya batal nih !” Pak Dahlan sepertinya sudah tidak sabar lagi.
“Baik Pak, jadi Bapak jamin setelah puas melihat tubuh saya kita pasti lulus dan Bapak ga akan minta lebih ?” Selly memastikan dan bangkit berdiri.
“Iya, Bapak jamin kalian akan lulus kalau perlu dengan nilai A sekalian dan kalau Bapak lepas kontrol kamu tinggal teriak aja, di bawah sana masih banyak orang yang bakal mendengar jeritan kamu kan ?” tegas pria tambun itu.
“Eerr…disini Pak ? sekarang ?” tanyanya risih sambil melirikkan mata ke arah Imron.
“Lha iya toh Sel, ga apa-apa kan Pak Imron disini, dia kan sebagai saksi tadi, jadi berhak menikmati juga kan, ayolah lagian kan hanya liat body kamu aja kan ?”

Dengan berat hati, Selly pun akhirnya mulai melepaskan satu-satu kancing kemejanya, branya warna putih dengan aksen garis-garis pink pun terlihat. Selvy menunduk lesu menutup wajahnya sambil menangis, dia tidak sanggup menyaksikan saudaranya dipecundangi seperti itu.Rok hitamnya meluncur jatuh begitu dia melepaskan sabuk dan resletingnya.
“Ayo belum selesai, terusin dong !” kata Pak Dahlan melihat Selly yang ragu-ragu melepas pakaian dalamnya.
Tangan Selly gemetaran melepaskan kait branya serta menanggalkannya, mata kedua pria bejat itu melotot seperti mau copot melihat keindahan payudara Selly yang membusung tegak dengan puting kemerahan yang menggemaskan. Tentu saja Selly merasa risih dengan tatapan mata mereka sehingga tangannya otomatis menutupi kedua payudaranya.
“Satu lagi, ayo Non, jangan tanggung-tanggung mau lulus ga ?” kata Imron dengan wajah mesum yang menjijikkan seolah dia hendak menelannya.
Akhirnya Selly pun berhasil membuka penutup tubuh terakhirnya itu, celana dalam itu dia turunkan hingga lutut, lalu buru-buru berdiri tegak dan menggunakan tangan menutupi bagian-bagian terlarangnya.
“Ck-ck-ck…benar-benar body yang sempurna, putih mulus tanpa cacat” Pak Dahlan bangkit berdiri dan menghampiri gadis itu “turunin tangannya dong, jangan malu-malu gitu yah” katanya sambil menyingkirkan tangan Selly yang melindungi bagian terlarangnya.

Semakin pria itu mendekat semakin kencang pula jantung Selly berdebar, wajahnya memerah menahan malu sambil menggigit bibir bawah.
“Bapak pegang dikit yah” pintanya sambil menaruh tangannya di payudaranya
“Sshhh..” desisnya merasakan perasaan aneh karena belaian pada payudaranya, jari-jari gemuk pria itu juga memencet putingnya sehingga seperti bulu kuduknya berdiri semua.
“Eengghh..!” desisnya lebih keras karena tangan Imron mendarat di pantatnya lalu merabanya.
Tangan Pak Dahlan meraba semakin ke bawah hingga akhirnya menyentuh kemaluannya yang rapat dan dilapisi bulu-bulu tipis. Wajah pria itu juga makin mendekati wajahnya, baru saja bibirnya bersentuhan sedikit dengan bibir Selly, gadis itu memalingkan wajah dan menepis tangan kedua pria itu.
“Sudah cukup ! saya tidak akan memberi lebih, sekarang bagaimana janji Bapak !” kata Selly sengit.
Dia buru-buru menaikkan kembali celana dalamnya lalu roknya, secepat kilat bra yang di meja itu dia sambar dan kenakan kembali disusul kemeja putihnya. Pakaiannya masih tampak acak-acakan karena dia memakainya dengan terburu-buru, branya saja belum sempat dia kaitkan kembali. Kemudian dia menghampiri dan mendekap kembarannya yang meringuk di sofa dan menangis itu.
“Tenang Vy, sudah beres, sudah beres !” katanya sambil mengelap air mata Selvy.

“Selly, Selly” Pak Dahlan menepuk pundaknya sehingga membuatnya menoleh dengan tatapan kesal “kalian lulus, bapak janji itu hehehe”
“Terima kasih Pak !” kata Selly dengan ketus.
“Ga apa-apa, Bapak yang harusnya terima kasih karena sudah diberi kesempatan emas bersama kamu, dan juga…mengabadikannya !” ucapnya dengan nada datar.
Kata terakhir itulah yang membuat si kembar yang sudah merasa lega terkejut bagai disambar petir.
“Apa ?? diabadikan ? maksud Bapak…” suara Selly bergetar seperti melihat hantu.
“Iya betul, kamu lihat deh webcam diatas komputer Bapak ini emang sudah sengaja diarahkan ke tempat kamu berdiri tadi dan komputer sudah merekam sejak kalian masuk” Pak Dahlan menjelaskan sambil berjalan ke balik meja kerjanya menyalakan tombol monitornya.
Dia menyalakan ulang rekaman barusan dan memutar monitornya agar si kembar bisa melihat. Jantung mereka seakan berhenti berdetak, terutama Selly ketika melihat dirinya membuka bajunya hingga bugil lalu dipegang-pegang kedua pria tak bermoral itu, dia benar-benar tidak pernah berpikir akan jadi begini.
“Bapak ngejebak kita, dasar biadab !” jerit Selly sangat marah padanya.
“Gimana Sel, lihat tuh kamu berdiri di tempat yang tepat, wah-wah kalau ini tersebar gimana nih ?”
“Hehehe, dijamin Non berdua bakal jadi selebritis deh !” timpal Imron yang daritadi cuma diam dan cengar-cengir.

“Kalian-kalian mau apa sebenarnya bajingan !” Selvy memekik dengan wajah berurai air mata.
“Simple saja, Bapak nggak minta banyak untuk menutupi skandal ini” kata Pak Dahlan tenang.
“Dan Non ga usah nawarin duit deh, karena bukan itu yang kita mau” Imron menimpali.
“Baiklah, biar saya saja…” Selly bangkit menawarkan diri.
“Wah, maaf untuk yang satu ini saya khawatir bayarannya tidak cukup hanya kamu seorang Sel, sepertinya saudara kamu juga harus ikut” kata dosen bejat itu.
“Tega-teganya Bapak begitu, Bapak memang bukan manusia !” maki Selvy yang hanya ditanggapi kedua pria itu dengan tertawa sinis.
“Yah terima kasih atas ‘pujian’nya, sekarang pilihannya tergantung kalian berdua” pria itu menghampiri mereka setelah mematikan dulu komputernya.
“Kalau kalian mau, ayo ke rumah saya sekarang, kebetulan saya sudah selesai kerja, kalau tidak mungkin kelulusan kalian saya akan pertimbangkan kembali dan yang paling penting rekaman tadi itu loh” kata Pak Dahlan sambil meletakkan tangannya di pundak Selly.
Sungguh si kembar bagaikan makan buah simalakama hingga mereka tidak berdaya ketika digiring kedua hidung belang itu ke mobil Pak Dahlan yang diparkir di bawah gedung itu.

“Ting !” lift yang membawa si kembar pun sampai di basement.
Dengan langkah berat dan jantung berdebar mereka menuju ke Honda Civic hitam yang mengedipkan lampu dimnya. Mereka sengaja datang terpisah agar tidak menimbulkan kecurigaan berhubung hari masih siang. Pak Dahlan menyuruh Selly duduk di jok depan bersamanya, sedangkan Selvy di belakang bersama Imron. Selly membanting pantatnya ke jok dan menutup pintunya dengan keras, wajahnya tidak bisa menyembunyikan ekspresi marah, takut dan penyesalan yang bercampur baur.
“Wah-wah, jangan galak-galak gitu dong Sel, kita kan mau senang-senang nih” kata Pak Dahlan menggerakkan tangan hendak membelai pipinya.
“Eiit…jadi ga jadi nih ?” katanya ketika Selly menahan tangan itu.
Akhirnya Selly pun pasrah membiarkan pria itu membelai pipi mulusnya. Dia hanya bisa mengumpat dalam hati dan menatap jijik pria tambun yang makin kelihatan perutnya yang besar itu dalam balutan seatbelt.
“Ternyata kalian masih bisa menentukan pilihan yang bijak yah, kita kirain kalian bakal kabur hehehe” celoteh Imron.
Setelah mobil keluar dari areal kampus, Imron menggeser posisi duduknya sehingga lebih merapat dengan Selvy, tangan kirinya merangkul pundak gadis itu, tangan satunya mulai mengelusi lengannya. Selvy terdiam dan gemetar namun tak bisa berbuat apa-apa selain menangis.

“Jangan nangis terus dong Non, Bapak janji bakal muasin Non, malah mungkin Non yang ntar ketagihan” katanya setengah berbisik, hembusan nafasnya terasa di telinganya.
Imron menyeka air mata yang membasahi pipi Selvy lalu mengalihkan wajah cantik itu berhadapan dengan wajah buruknya, dilumatnya bibirnya yang mungil itu dengan kasar, sementara tangan kanannya meremas-remas payudaranya. Selvy memejamkan mata dan meronta berusaha melepaskan diri, namun tenaganya tentu kalah dengan Imron, malah rontaan itu membuat Imron makin bernafsu mengerjainya. Ketika tangan Imron mulai merogoh masuk ke dalam roknya dan menyentuh bagian kewanitaannya, dia tersentak dan mulutnya sedikit membuka, saat itulah lidah Imron menerobos masuk ke mulutnya dan melumatnya habis-habisan, lidah Imron menyapu telak rongga mulutnya. Selvy merapatkan pahanya untuk mencegah tangan Imron masuk lebih jauh, namun dengan begitu Imron malah senang bisa sekalian membelai paha mulusnya sambil tangannya makin menuju ke selangkangan. Sekali lagi tubuhnya tersentak seperti kesetrum karena jari Imron telah berhasil mengelus belahan vaginanya dari luar celana dalamnya. Desahan tertahan terdengar dari mulutnya, hembusan AC mobil mulai terasa membelai pahanya karena roknya sudah terangkat. Kini tangan Imron menyusup lewat bagian atas celana dalamnya dan menyentuh permukaan kemaluan Selvy yang ditumbuhi bulu-bulu halus.

Sungguh tidak berdaya Selvy saat itu, ancaman akan tidak lulus ditambah lagi terjatuhnya kakaknya ke dalam jebakan membuatnya terpaksa pasrah. Dia berusaha tidak menangis terlalu keras dan memilukan karena dia tahu itu akan membuat beban pikiran kakak kembarnya semakin berat. Rontaan Selvy semakin lemah selain karena sudah pasrah, juga karena sentuhan-sentuhan erotis Imron pada kemaluannya dan percumbuannya. Nafas gadis itu semakin memburu dan wajahnya yang putih merona merah karena rangsangan-rangsangan gencar itu. Nasib Selly, kembarannya, di depan sana juga tidak beda jauh, sejak keluar dari kampus dan mobil berhenti di lampu merah pertama Pak Dahlan langsung menaruh tangannya di pahanya, perlahan-lahan tangannya naik menyingkap roknya, paha mulus itu dielus dan dipijatnya, tangan itu merambat terus hingga menyentuh pangkal pahanya. Selly menggigit bibir dan menarik nafas panjang merasakan jari-jari Pak Dahlan dari luar celana dalamnya.
“Jangan cemberut gitu dong Sel, nikmatin aja, kan ga enak kalo sambil marah-marah” kata pria tambun itu karena Selly menatapnya dengan tajam.
“Saya benar-benar ga nyangka yang seperti Bapak ini bisa jadi ketua jurusan, dunia memang sudah gila !” ucap Selly ketus.
“Hehehe…ya itu sih hak kamu berkata begitu Sel, kan demokrasi namanya, tapi yang pasti mahasiswi lain yang pernah ‘bimbingan’ sama saya enjoy aja kok dan saya yakin kamu juga akan merasakan yang sama kok” jawab Pak Dahlan kalem, dia menyetir sambil tangan satunya tetap mengelus paha gadis itu, sesekali merayap ke atas memencet payudaranya.
Terhenyak juga Selly mendengar kata-kata pria itu, berarti selain dia dan kembarannya pria ini juga pernah memangsa entah berapa banyak gadis-gadis lainnya.

Selly bukannya tidak mendengar desahan tertahan di belakang sana, namun dia tidak sanggup menoleh ke belakang menyaksikan kembarannya sendiri dipecundangi, setiap desahan itu bagaikan irisan demi irisan yang melukai hatinya, namun dia tidak sanggup berbuat apapun untuk saudaranya itu, bahkan untuk dirinya sendiripun tidak bisa. Sebutir air mata tanpa sadar menetes di pipinya, padahal dia termasuk gadis yang tegar dan berhati baja.
“Maafin gua Vy, gua ga bisa nolong lu kali ini” katanya dalam hati dengan hati terluka.
Di lain pihak, elusan-elusan Pak Dahlan pun mau tidak mau mulai merangsangnya, jari yang bergerak nakal di bagian tengah celana dalamnya itu membuatnya basah di bawah sana tanpa bisa ditahannya, bagian tengah celana dalam itu sudah memperlihatkan noda basah karena sentuhan-sentuhan erotis si dosen bejat itu. Tubuhnya menggeliat menahan rasa geli di bawah sana, sesekali dia mengeluarkan suara mendesis tertahan.
“Oohh…udah dong Pak, ntar keliatan orang !” katanya ketika mobil mereka tepat di sebuah bis kota ketika menunggu lampu merah.
“Ga apa-apa kan kaca mobilnya ga bisa liat ke dalam” kata Pak Dahlan menyingkap kembali rok yang sempat diturunkan Selly.
“Serigala tua bajingan !” maki Selly dalam hati, dia tetap merasa gelisah karena memang walaupun kedua sisi kaca mobil itu berlapis gelap, namun kaca depannya tidak sehingga masih mungkin orang dari bis itu melihat ke dalamnya.

Benar saja, di bis itu ada seorang pria kebetulan melihat ke arahnya, pria itu berbicara pada temannya sehingga orang itu juga ikut melihatnya, pahanya mulusnya yang tersingkap dan sedang dielusi itu pun sempat menjadi tontonan gratis di tengah kemacetan. Untunglah lampu segera hijau sehingga mobil mereka pun melaju lagi, namun hal itu tentu membuatnya kesal dan malu, dia menatap tajam pada Pak Dahlan yang menyetir sambil senyum-senyum mesum. Tiba-tiba sebuah tangan menjulur dari belakang meraba dadanya.
“Wah, masih belum puas sama jatahlu Ron, masih pegang-pegang yang punya gua nih ?” kata Pak Dahlan.
“Hehehe…dikit aja Pak, cuma mau nyamain toket anak kembar, ternyata montoknya sama toh” jawab Imron yang kini sedang merasakan penisnya diemut Selvy, tangan kirinya meremasi payudara Selvy yang sudah terbuka.
Tangan kanan Imron mulai membuka satu-persatu kancing kemeja Selly lalu menyusup ke dalamnya serta memegang payudaranya.
“Shhh…!” desis Selly merasakan putingnya mengeras akibat dipilin-pilin Imron dan bawahnya makin basah karena dirogoh-rogoh Pak Dahlan.
Betapapun kerasnya hati Selly, kali ini dia tidak sanggup berbuat apa-apa untuk melawan mereka dibawah ancaman nilai dan rekaman bugilnya.

“Gimana Ron ? tokednya bagusan yang siapa ?” tanya Pak Dahlan.
“Sama Pak, sama cantiknya sama montoknya, tapi ga tau gimana servisnya ntar” sahut Imron dari belakang “kalo yang sama saya ini nyepongnya masih amatiran, tapi ga apa-apa kalo diajar juga bisa, kayanya dia ketagihan nih malah, ayo Non yang bener isepnya, ati-ati jangan digigit yah”
Di bawah paksaan, Selvy terpaksa mengoral penis hitam panjangnya Imron, itu adalah pertama kali baginya melakukan hal itu sehingga dia hanya bisa mengikuti instruksi Imron ditambah dari pengetahuan yang pernah dia lihat di film bokep. Dia berusaha tidak mencium bau keringat pada penis itu, saat dia sentuhkan lidah pada kepala penis itu, benda itu seperti bergetar dan makin membengkak, selanjutnya dia mengulum dan menjilati benda itu. Selly di depan juga semakin menggelinjang karena bagian-bagian sensitifnya digerayangi dua penjahat kelamin ini. Sekarang mobil sudah memasuki sebuah kompleks perumahan yang terletak agak jauh dari pusat kota, sehingga pemandangan disini masih relatif alami, masih hijau dan banyak pohonnya, rumah-rumahnya termasuk kelas menengah ke atas.
“Nah kita sudah sampai nih !” kata Pak Dahlan ketika mobil berhenti di sebuah rumah bertingkat dua dengan pintu gerbang tinggi.

Pak Dahlan membunyikan klakson dan pintu kemudian dibuka oleh seorang pria tua berumur 60an. Punggung pria itu bongkok seperti punuk onta mirip Quasimodo dalam kisah hunchback from Notredame, wajahnya pun tidak bersahabat dengan mata sipit sebelah yang memberi kesan licik. Selly yang risih dengan kemunculan si bongkok itu buru-buru menepis tangan-tangan yang menggerayanginya dan membereskan pakaiannya yang tersingkap sana-sini. Selvy juga buru-buru melepas emutannya begitu tahu ada orang lain yang membukakan pintu. Akhirnya dia bisa mengambil udara segar lagi sambil mengancingkan lagi bajunya yang sudah terbuka.
“Itu Thalib, tukang kebun dan penjaga disini, ntar kalian juga kenalan sama dia kok” kata Pak Dahlan.
Dari halaman depan mobil terus melaju memasuki garasi. Pak Dahlan menggandeng tangan Selly ke kamarnya, sepertinya pria tambun itu sudah tidak sabaran lagi menikmati kehangatan tubuhnya. Imron mengikutinya dari belakang sambil memapah Selvy. Mata si bongkok Thalib nampak nanar memandangi dua dara kembar itu apalagi tangan jahil Imron mengelusi pantat Selvy. Rumah Pak Dahlan walaupun tidak terlalu besar namun cukup menarik, beberapa lukisan tergantung di dindingnya sehingga terkesan elegan. Di tempat ini Pak Dahlan tinggal sendiri hanya dengan Thalib yang bertugas menjaga rumahnya, si bongkok itu juga masih famili jauhnya dari kampung. Pak Dahlan sudah lama bercerai dengan istrinya yang membawa serta seorang anaknya, sedangkan seorang lain yang ikut dengannya sudah bekerja di kota lain.

Mereka pun akhirnya memasuki kamar Pak Dahlan di lantai dua yang didominasi warna krem dari wallpapernya dan perabotan bergaya klasik.
“Kita mandi dulu yah Ron, anggap aja rumah sendiri !” kata Pak Dahlan sambil membawa masuk Selly ke kamar mandi yang menyatu dengan kamarnya.
Imron menghempaskan tubuh Selvy di ranjang empuk itu oleh Imron dan tanpa buang waktu lagi diterkamnya gadis itu.
“Aahh…jangan Pak, tolong hentikan, saya mohon ahh !” rintihnya ketika Imron menggumulinya dengan kasar dan bernafsu.
Rok hitam Selvy sudah terangkat sampai pinggang sehingga paha mulus dan celana dalamnya yang berwarna biru muda itu terlihat kemana-mana. Imron mengunci kedua pergelangan tangan Selvy diatas kepala gadis itu dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya mengelus pahanya dan selangkangannya yang masih tertutup celana dalam. Wajah mereka sangat berdekatan, Selvy tegang sekali melihat pandangan mata Imron yang penuh nafsu binatang apalagi ditambah wajahnya yang jelek itu, dia hanya bisa memelas lewat tatapan matanya yang sembab oleh airmata.
“Seumur-umur akhirnya bisa juga saya main sama cewek kembar cantik kaya gini hehehe” ujarnya sambil tertawa mesum “Non sebaiknya nurut aja yah supaya kita sama-sama enak dan ga perlu kuatir lagi tentang nilai atau rekaman bugil Non Selly tadi”

Selvy benar-benar tidak tahu harus berbuat apa dalam situasi paling sulit dalam hidupnya itu, dilema yang luar biasa yang baru pernah dialaminya. Tiba-tiba wajah Imron maju menciumi bibir mungilnya dengan kasar, sia-sia dia menghindar dengan ruang gerak sekecil itu hingga akhirnya Imron kembali melumat bibirnya. Tangan kanannya menarik celana dalamnya ke bawah hingga betis kemudian jari-jarinya mulai bermain-main di vaginanya. Lidah Selvy yang berusaha menolak lidahnya justru semakin membuatnya bernafsu mencumbunya. Beberapa saat lamanya Imron terus menciumi bibirnya dan menggosok-gosok bibir vaginanya. Nafas Selvy semakin berat dan terpaksa pasrah saja, jari-jari Imron yang ditusuk-tusukkan ke vaginanya sadar atau tidak telah membangkitkan libidonya. Menyadari perlawanan korbannya melemah, Imron menyerang daerah lainnya, kancing kemeja gadis itu dia buka semuanya, bra dengan pengait di depan itu sudah lepas sejak di mobil tadi dan belum dikaitkan kembali sehingga payudaranya langsung terekspos begitu bajunya dibuka. Selvy menutupi buah dadanya dengan menyilangkan tangan, namun Imron mencengkram kedua pergelangan tangannya dan melebarkannya ke samping badan. Dia memejamkan mata dan menangis, Hendra, pacarnya saja belum pernah menyentuhnya, tapi seorang penjaga kampus bertampang buruk dan seusia ayahnya malah sudah meremas, menjilati dan mengenyotnya.

“Sssrrreepp…ssluurp !” demikian bunyi suara hisapan Imron pada kedua payudara Selvy secara bergantian.
Gadis itu menggeliat-geliat dengan suara-suara memelas minta dilepaskan yang hanya ibarat menambah minyak dalam api birahi pemerkosanya. Cukup lama Imron menyedoti payudara Selvy sehingga meninggalkan bekas cupangan memerah pada kulit putihnya dan jejak basah karena ludah. Jilatannya menurun ke perutnya yang rata sambil tangannya membuka resleting roknya serta memelorotinya hingga lepas.
‘Tidak…jangan Pak, jangan !” ucap Selvy memelas sambil merapatkan kedua belah paha ketika Imron mau menjilati vaginanya.
Imron hanya menyeringai dan membuka paha Selvy dengan setengah paksa lalu membenamkan wajahnya pada vagina gadis itu. Tubuh Selvy menggelinjang begitu lidah Imron yang panas dan kasar itu menyapu bibir kemaluannya, bagi Selvy lidah itu adalah lidah pertama yang pernah menyentuh daerah itu, tubuhnya menggelinjang dan darahnya berdesir merasakan sensasinya. Imron berlutut di ranjang dan menaikkan kedua paha Selvy ke bahu kanan dan kirinya sehingga badan gadis itu setengah terangkat dari ranjang, dengan begitu dia melumat vaginanya seperti sedang makan semangka.
“Sudahhh Pak…ahh…aahh !” desah Selvy memelas saat lidah Imron masuk mengaduk-aduk bagian dalam vaginanya.
Sekalipun hatinya menolak, tubuhnya tidak bisa menolak rangsangan yang datangnya bertubi-tubi itu. Harga diri dan perasaan bersalah pada pacarnya bercampur baur dengan birahi dan naluri seks.

Sekitar seperempat jam Imron memperlakukan Selvy demikian, dengan lihainya dia menyedot dan menjilati klitoris gadis itu menghanyutkannya dalam permainan liar ini.
“Eenngghh…aaahh !” Selvy pun akhirnya mendesah panjang dengan tubuh mengejang.
Imron melahap cairan orgasme Selvy dengan rakus sampai terdengar suara menghirupnya, dia menyedoti bibir vagina Selvy sehingga tubuhnya makin menggelinjang. Orgasme pertama begitu dahsyat baginya sehingga membuatnya takluk pada pria itu.
“Enak kan Non, hehehe !” seringai Imron dengan mulut belepotan lendir.
Imron mengangkat kepala Selvy dan kembali melumat bibirnya sehingga Selvy dapat merasakan cairan kemaluannya sendiri. Sesaat kemudian dia buru-buru membuka pakaiannya sendiri dan mulai ambil posisi di antara kedua belah paha Selvy dan menggesekkan kepala penisnya ke bibir vagina Selvy.
“Jangan Pak, saya gak mau” kata Selvy menghiba.
“Sstt !” Imron menempelkan jari di bibirnya “jangan ribut terus, Bapak minta kamu ridho yah demi nilai dan saudara kamu !”
Imron mulai menekan penisnya memasuki vagina Selvy. Air mata gadis itu meleleh karena sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk mempertahankan kehormatannya. Dari kamar mandi dekat situ sesekali terdengar suara erangan bercampur suara gemericik shower, pastilah saudara kembarnya itu mengalami nasib yang sama dengannya.

“Sakit…aahh…hentikan Pak, tolong aahh !” rintihnya terengah-engah ketika Imron memaksakan penisnya memasuki vaginanya yang masih sempit.
Kepala penisnya yang disunat itu sudah terbenam, ditekannya lebih dalam dan paha Selvy dibentangkannya lebih lebar. Imron menekan-nekankan penisnya sambil melenguh karena kemaluan gadis itu masih sangat sempit.
“Aaahh…perih !” rintihnya sambil meronta.
Imron sudah benar-benar kesetanan, dia tidak peduli dengan Selvy yang kesakitan malah ekspresi wajah Selvy membuatnya makin bernafsu.
“Aakhhh !” jerit gadis itu begitu Imron menghentakkan pinggulnya agak kuat sehingga penisnya masuk lebih dalam dan mengoyak selaput daranya.
Rasa perih melanda kemaluannya sampai tangannya meremas kuat-kuat sprei di bawahnya, tubuhnya mengejang dengan mata membelakak. Dia tidah pernah membayangkan kegadisannya direnggut paksa oleh penjaga kampus amoral itu.
“Hmm…saya paling suka ngebobol memek perawan seperti Non ini, sempit dan enak !” celoteh Imron sambil memulai gerakan memompanya.
Selvy memejamkan matanya yang berair dan menggigit bibir, dia merasakan sesak sekali di bawah sana, batang keras berurat itu terasa sekali menggesek dinding vaginanya.

Setelah belasan pompaan diselingi sodokan keras, rasa sakit yang dialami Selvy sekonyong-konyong berubah menjadi sensasi erotis yang membuatnya melayang. Rintihan kesakitannya makin terdengar seperti erangan nikmat. Libido kini semakin menguasai hati dan pikiran Selvy, dia memang merasa bersalah sekali dan berkali-kali dalam hatinya meminta maaf pada Hendra, pacarnya dan Selly, kakak kembarnya karena tidak sanggup lagi menahan diri terhanyut. Genjotan Imron yang makin kasar membuat tubuhnya berguncang-guncang, payudaranya pun ikut bergetar. Kini Imron menindih tubuhnya, memeluknya dan mencumbu mulut Selvy yang terbuka dan mengeluarkan desahan. Selvy kini pasrah menerima lidah Imron yang bermain-main di mulutnya bahkan lidahnya juga turut saling menjilat dengan lidah kasar penjaga kampus itu. Percumbuan itu membuat nafasnya makin naik turun dan wajahnya makin memerah. Mau tidak mau birahi Selvy pun naik apalagi sambil menggenjot Imron terus menggerayangi tubuh mulusnya terutama payudara, paha dan bongkahan pantatnya.
“Uhh-uhh…bener-bener masih seret, ini uenaknya memek perawan !” puji Imron ditengah genjotannya.
Batang kemaluan Imron keluar masuk dengan cepat menggesek dinding vaginanya. Tanpa disadari kedua lengan Selvy memeluk tubuh Imron yang menindihnya, perkosaan ini telah menghanyutkannya tanpa dapat ditolak.

Tak lama kemudian Selvy merasa pandangan matanya berkunang-kunang, dari dalam tubuhnya serasa ada suatu gelombang dahsyat yang tidak bisa ditahannya sehingga membuat tubuhnya menegang, perasaan ini jauh lebih dahsyat daripada sebelumnya tadi, dia tidak bisa tidak mengerang. Tangannya yang saling genggam dengan Imron mencengkram semakin erat dan dari mulutnya terdengarlah desahan panjang orgasme. Melihat korbannya orgasme, Imron makin bergairah menggenjotnya, dia berusaha menyusulnya, kemaluan mereka yang bertumbukan menghasilkan bunyi kecipak akibat cairan orgasme yang dikeluarkan Selvy ketika klimaks. Cairan yang membasahi selangkangan itu bercampur dengan darah keperawanan Selvy sehingga terlihat agak merah.
“Aahh…ahh…keluar Non, Bapak keluar juga, uuggghh !” lenguh Imron ketika menyemburkan spermanya yang hangat dan kental di dalam rahim Selvy.
Semprotan cairan itu makin lemah seiring dengan pompaan Imron yang mulai turun kecepatannya. Selvy terkapar lemas di ranjang, keringat telah membasahi tubuhnya beserta kemeja putih yang masih melekat di tubuhnya itu. Nafasnya terputus-putus membuat kedua gunung kembarnya ikut turun naik. Imron masih menindih tubuhnya menikmati sisa-sisa klimaksnya. Kamar yang tadinya berisik karena suara bercinta itu sementara hening dan hanya terdengar suara nafas terengah-engah.

Kita tinggalkan dulu Selvy dan Imron sejenak untuk melihat keadaan kembarannya, Selly dan Pak Dahlan di kamar mandi. Tempat berlantai marmer coklat itu tidak besar, ada sebuah toilet duduk bersebelahan dengan bak air, di seberang kloset terdapat wastafel yang di sebelahnya ada sebuah tempat shower bertirai plastik. Begitu pintu kamar mandi ditutup, pria tambun itu langsung memeluk Selly dari belakang, tangannya langsung menyingkap roknya dan membelai naik pahanya menuju ke selangkangan.
“Ayo Selly sayang, Bapak ga mau ngeliat kamu menikmati dengan terpaksa gitu, Bapak pingin kamu sepenuh hati, ntar kesana-kesana nilainya pasti Bapak bantuin” katanya dekat telinga Selly.
“Ihh…lepas…lepasin !” gadis itu meronta dan menyentakkan tubuh hingga terlepas dari dekapan Pak Dahlan “denger yah Pak, jangan sembarangan panggil saya sayang dan ga usah peluk-peluk gitu, saya juga bisa buka baju sendiri !”
Pak Dahlan cengengesan saja mendengar omelan Selly
“Ok, fine, kalau gitu silakan lakukan sendiri, saya tunggu nih !” katanya sambil duduk di tutup kloset.
“Jadi anda menikmati memancing di air keruh, memanfaatkan gadis-gadis tidak berdosa untuk nafsu setan anda ini !” ucap Selly ketus sambil dengan berat membuka satu-persatu pakaiannya.
“Yah, bisa dibilang gitu, sebagian dari mereka ada yang datang sendiri menyerahkan diri, ada juga yang terpaksa, tapi akhirnya sih sama aja, soalnya mereka juga menikmati kok hehehe” pria itu tertawa mesum menyaksikan tubuh Selly yang semakin telanjang.

“Nggak tau malu !” Selly dengan geram melemparkan celana dalamnya yang baru lepas ke wajah Pak Dahlan.
Pak Dahlan hanya cengengesan mengambil celana dalam itu dan mengendusinya, celana dalam itu bahkan dia masukkan ke kepalanya seperti kupluk.
“Eemm…wangi, saya suka wanita galak seperti kamu, bikin saya tertantang untuk menjinakkan” ujarnya seraya menggerakkan telunjuk memanggilnya mendekat.
Dengan jantung berdebar-debar, Selly menuruti saja permintaannya karena tidak ada pilihan lain. Dia kini berdiri telanjang di depan Pak Dahlan dengan tangan menutupi auratnya. Bulu kuduknnya merinding merasakan tangan kasar pria itu mengelusi pinggir tubuhnya dari pinggang, paha, lalu mengarah ke selangkangan. Pria itu menyingkirkan telapak tangan yang menutupi kemaluannya, matanya menatap nanar kemaluan yang berbulu jarang dan halus. Selly sendiri merasa tegang, walau sebelumnya dia pernah telanjang di depan Fredy sehingga terlibat oral seks dan petting.
“Sini, duduk sini !” perintah Pak Dahlan sambil menepuk pahanya sendiri “jangan nyamping gitu dong, ga enak, hadap-hadapan ayo!” katanya lagi menyuruh Selly mengubah posisi duduknya yang menyamping.
Selly terpaksa harus membuka pahanya agar bisa duduk di pangkuan pria itu sesuai yang dimintanya.

Tangan pria menaruh kedua tangannya pada kedua pahanya, lalu dielusi keatas hingga tangannya mencaplok kedua payudaranya. Selly mendesis saat tangan itu meremasi kedua gunung kembarnya. Jari-jari gemuk itu memilin-milin dan memencet putingnya sehingga benda itu semakin mengeras saja. Kemudian mulutnya mendekati payudara yang kiri dan menciuminya, kumis kasar pria itu menggelitik payudaranya belum lagi mulutnya menghisap-hisap seperti sedang menyusu. Tangan kanannya merambat turun ke arah vaginanya. Selly tersentak seperti kesetrum ketika jari Pak Dahlan mengelusi bibir vaginanya, kakinya mau merapat menahan geli, tapi tidak bisa karena terhalang paha gemuk pria itu. Mulut Pak Dahlan berpindah-pindah melumat payudara kanan dan kiri gadis itu sambil tangan kanannya mengelus-elus kemaluannya yang makin berlendir. Sekalipun berusaha untuk tidak menikmati, toh pertahanan Selly bobol juga karena serangan erotis yang gencar dari Pak Dahlan.
“Sudah Pak, hentikan…ahhh…emmhh !” gadis itu tidak bisa menahan desahan sambil memegangi kepala Pak Dahlan yang sedang menyusu.

Tubuh Selly makin berkelejotan terutama setelah Pak Dahlan memasukkan jari-jari gemuknya ke vaginanya dan meliuk-liuk di dalam seperti cacing. Ciuman Pak Dahlan pun semakin merambat naik ke pundak, leher, telinga, mengarah ke mulutnya. Selly memalingkan wajah menolak dicium namun pria itu menahan kepalanya sehingga ciumannya tak bisa dihindari lagi, tubuhnya meronta sebagai penolakan dicium pria itu, tapi tetap tidak mampu karena pria tambun itu memeluknya dengan erat. Lidah Pak Dahlan terus menjilati bibir tipisnya memaksa masuk ke mulutnya, ketika telah berhasil masuk lidah itu langsung menjilati rongga mulutnya, secara refleks lidah Selly pun ikut meronta. Dengan permainan lidah seperti itu ditambah lagi dengan jari-jari yang bergerak liar pada vaginanya, Selly pun bangkit nafsunya, bahkan kini dia memberanikan diri memeluk pria itu. Erangan tertahan terdengar dari mulutnya saat Pak Dahlan mengerakkan jarinya keluar masuk liang vaginanya. Ciuman Pak Dahlan merambat turun lagi ke lehernya yang jenjang, kulitnya yang putih mulus itu dihisapnya hingga menggelinjang, namun Selly bersyukur juga bisa mengambil udara segar setelah percumbuan yang cukup lama dan panas itu. Pak Dahlan juga menarik keluar dua jari yang memasuki vaginanya, cairan yang belepotan di jari itu dia oleskan pada puncak payudara kanannya untuk selanjutnya diemut-emut. Puting Selly sudah benar-benar mengeras akibat dirangsang terus daritadi.

“Kita mandi dulu yuk, biar segar !” ucap Pak Dahlan seraya menurunkan tubuh Selly dari pangkuannya dan menuntunnya ke arah shower.
Pria itu menyalakan air hangat yang mengguyur tubuh telanjang Selly, kemudian dia membuka bajunya sendiri, kecuali celana dalam Selly yang dia pakai sebagai kupluk di kepalanya. Terlihatlah perutnya yang bulat dan penisnya yang berukuran 17cm dan berdiameter tebal, benda itu sempat membuat Selly tertegun membayangkan benda itu akan segera mengaduk-aduk vaginanya. Setelah membuka baju, pria itu pun ikut masuk ke daerah shower.
“Kamu cantik sekali Sel !” ucapnya dengan mengangkat wajahnya yang tertunduk dan mengusap rambut basahnya ke belakang, dipandangnya wajah cantik yang sudah basah itu dalam-dalam.
Selly diam saja walau pandangan matanya masih tajam menyisakan kemarahan dan kebencian, dia merasa mandi dengan seekor babi hutan, tangannya terkepal keras, ingin rasanya dia meninju atau menampar bajingan berkedok dosen ini, atau bahkan membunuhnya kalau saja dia tidak mengingat adik kembarnya dan rekaman bugilnya. Karenanya dia hanya pasrah ketika Pak Dahlan mendekapnya dari belakang., pria itu memberikan ciuman di pundak dan lehernya sementara tangannya menggerayangi tubuhnya dengan gemas. Selly dapat merasakan penis yang sudah mengeras itu bersentuhan dengan pantatnya.

Tangan Pak Dahlan meraih botol sabun cair, membuka tutupnya dan menumpahkan isinya pada tubuh Selly. Setelah dirasa cukup, dia taruh botol itu pada tempatnya dan mulai menggosok tubuh gadis itu dengan telapak tangannya. Mula-mula dia menggosok leher, bahu, pundak lalu berlanjut ke depan ke perutnya lalu naik ke buah dadanya, dengan lembut tangan kasarnya menggosok dan memijat sambil lidahnya menggelitik telinganya sehingga sadar atau tidak Selly makin terbuai dan terangsang berat, matanya sampai merem-melek dan mulutnya mendesah-desah. Dia harus mengakui bahwa pria yang telah menjebak dan dibencinya ini sanggup membuatnya mabuk birahi dibanding pacarnya sendiri.
“Enngghh…!” desahnya lebih panjang ketika tangan gempal itu menyentuh vaginanya.
Pak Dahlan menggosokkan tangannya pada daerah itu sehingga makin berbusa.
“Memeknya Bapak cuciin yah, biar bersih dan ngentotnya enak” katanya dekat telinga Selly yang tidak menyangka kata-kata senajis itu bisa keluar dari mulut dosen yang bahkan menjabat kepala jurusan.
Pak Dahlan memeluk makin erat tubuh Selly yang kini telah licin dan berlumuran busa sabun. Dia menggesek-gesekkan tubuh tambunnya dengan tubuh mulus Selly yang licin bersabun. Mata Selly sedikit terpejam ketika Pak Dahlan melakukan hal itu, dia tak bisa menahan sensasi nikmat dari sentuhan dan belaian erotis itu.

Tidak ingin korbannya pasif, Pak Dahlan menarik wajah Selly agar bisa melumat bibirnya. Kali ini mendobrak pertahanan mulut Selly tidak sesulit tadi, karena mulutnya sudah setengah terbuka karena mendesah terangsang. Untuk mengurangi rasa jijiknya Selly membayangkan berciuman dengan Fredy, dengan begitu kecanggungannya membalas French kiss Pak Dahlan juga berkurang, bahkan kini dia lebih berani menggerakkan tangan memeluk kepala Pak Dahlan di belakangnya. Dibawah guyuran air hangat mereka berciuman dengan panas dalam posisi 99, sungguh menggairahkan. Setelah puas berciuman, Pak Dahlan menyuruhnya menunggingkan tubuhnya dengan kedua telapak tangan bertumpu di tembok. Kemudian dia lebarkan sedikit paha gadis itu dan mulai memasukkan batang kemaluannya dari belakang. Sadar akan segera kehilangan keperawanannya, Selly menyesal dalam hatinya kenapa tidak dari waktu itu dia serahkan keperawanan itu pada Fredy ketika terlibat petting dulu, sekarang sesuatu yang dijaganya itu sebentar lagi direnggut oleh dosen bejat yang dibencinya ini.
“Aaahhh !” Selly menjerit nyaring saat penis Pak Dahlan tertekan masuk mengoyak vaginanya..
“Pertama kali masuk emang sakit Sel, tapi Bapak jamin kamu ntar keenakan kok !” sahut Pak Dahlan membiarkan penisnya menancap di vagina Selly agar gadis itu beradaptasi dan dia bisa meresapi nikmatnya himpitan bibir kemaluan perawan yang masih sempit.

Sambil memegangi pantat Selly, Pak Dahlan mulai memaju-mundurkan pinggulnya dengan frekuensi genjotan makin naik. Setiap pria itu menyentakkan pinggulnya, Selly mendesah keras sampai suaranya terdengar keluar, dia merasa perih dan ngilu, namun juga ada rasa nikmat bercampur di dalamnya, penis yang menyesaki liang kemaluan itu menggesek-gesek klitorisnya yang tentu saja merangsang gairahnya. Tangannya dengan liar menggerayangi tubuhnya yang licin. Pak Dahlan melenguh-lenguh seperti kerbau gila menikmati penisnya menggesek-gesek dinding vagina Selly yang bergerinjal-gerinjal. Suara mereka menyatu dengan suara siraman dan kecipak air di kamar mandi. Pinggul Selly kini malah ikut bergoyang mengimbangi sentakan-sentakan Pak Dahlan. Lama-lama Selly pun tidak tahan lagi, tubuhnya menggelinjang karena klimaks, desahan panjang terdengar dari mulutnya, dia merasakan mengeluarkan cairan dari vaginanya, tapi bukan kencing, cairan hangat itu bercampur dengan darahnya meleleh keluar selangkangannya. Selama klimaksnya, Pak Dahlan tidak sedikitpun berhenti maupun memperlambat genjotannya, sebaliknya dia semakin bersemangat melihat korbannya telah takluk. Pasca klimaks, Selly merasa tubuhnya lemas dan tenaganya tercerai berai, sebagai pria berpengalaman Pak Dahlan telah mengetahuinya, maka tangan kokohnya melingkari perutnya untuk menopang tubuh gadis itu dan dibawanya kembali dalam dekapannya pada posisi 99 sebelumnya.

Dia mundur selangkah sehingga air shower menyiram tepat di tubuh Selly membasuh sabun di tubuhnya.
“Kamu puas kan Sel ?” tanyanya
Selly tidak menjawab, dia tetap membenci pria ini walau tidak bisa dipungkiri pria ini juga yang barusan memberinya orgasme dahsyat. Pak Dahlan lalu melepaskan pelukannya dan membiarkan tubuh Selly yang masih lemas itu jatuh bersimpuh di depannya. Setelah membersihkan penisnya yang berlumuran darah keperawanan dan mematikan shower, dia perintahkan gadis itu berlutut menghadapnya dan mengoral benda itu. Selly terpana memandangi penis hitam yang mengacung tepat di depan mukanya, benda yang baru saja menodainya dan juga sejumlah gadis lainnya. Suasana hening sejenak, yang terdengar hanya sisa tetesan air shower, udara di dalam masih hangat sehingga cermin wastafel berembun.
“Ayo pegang dan masukin mulut dong, tunggu apa lagi ?” Pak Dahlan sepertinya tidak sabaran.
Dengan gemetaran dia menggerakkan tangannya menggenggam batang itu dan memijatnya perlahan.
“Ayo, diemut dong, Bapak kan pengen ngerasain disepong sama kamu Sel !” ulangnya dengan mendekatkan wajah Selly ke penisnya.
Selly melirik ke atas memandang pria itu dengan marah, tapi dia tetap memasukkan penis itu ke mulutnya karena terpaksa. Itu adalah penis kedua yang pernah masuk ke mulutnya setelah Fredy.

Selly pun mulai mengulum penis Pak Dahlan sambil mengocoknya, dia mengeluarkan seluruh kemampuan oral seksnya termasuk menjilat dan mengisap sehingga pria itu bergetar dan mengerang karena nikmatnya. Kepala Selly maju mundur selama beberapa menit ke depan, mulutnya sampai pegal karena penis yang berdiameter lebar itu menyesakkan mulutnya. Selly merasakan kepala penis yang disunat itu makin berdenyut-denyut dan pemiliknya juga makin mendesah.
“Telan pejunya Sel, Bapak keluar nih…yah…iyah….uuhh !” desah pria itu bersamaan dengan muncratnya spermanya di mulut gadis itu.
Cairan itu sangat kental dan aromanya sengit, Selly sudah mau memuntahkannya namun kepalanya ditahan pria itu, sehingga dia tidak bisa menghindari sperma itu memenuhi mulutnya, cairan putih susu itupun akhirnya tertelan olehnya. Dia tidak bisa berbuat apapun selain cepat-cepat menelan cairan itu agar tidak terasa di mulutnya. Dia merasa geli dan jijik, sperma pacarnya saja waktu itu tidak ditelannya, tapi sperma pemerkosanya ini kini harus dia telan. Setelah semprotannya selesaipun, Pak Dahlan memerintahkannya menjilati bersih batang kemaluannya baru dilepaskan. Terpaksa dia menjilati sisa-sisa sperma pada batang itu dan kepalanya yang seperti jamur, pasca ejakulasi, ukuran benda itu berangsur-angsur menyusut dalam mulutnya.

Setelah ejakulasi, Pak Dahlan membantunya bangkit berdiri.
“Hebat Sel, pelayanan kamu bener-bener mantap, Bapak janji bakal bantu nilai kamu dan setiap kamu mendapat mata kuliah yang saya ajarkan Bapak jamin nilai kamu A !” kata Pak Dahlan penuh kepuasan dengan meletakkan kedua tangan di pundak Selly.
“Terima kasih” balas Selly dengan dingin “bagaimana dengan saudara saya ?”
“Oo…tentu-tentu, kalian akan saya bantu, asal banyak bersikap manis ke saya” jawabnya sambil tersenyum lebar dan kembali mendekap gadis itu.
Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu dan suara pria di pintu memanggil si dosen bejat itu. Pak Dahlan berjalan ke pintu sambil mengelap tubuhnya dan melilitkan handuk itu ke pinggang. Selly bersembunyi dibalik tirai plastik kala melihat Thalib muncul di pintu, dia memberitahu bahwa ada telepon mencari majikannya itu di ruang tengah sana. Tanpa meninggalkan pesan apapun Pak Dahlan meninggalkannya sendirian di kamar mandi itu. Selly baru sadar sperma tadi sempat menetes di dagu dan lehernya, diapun kembali menyalakan shower untuk membersihkan tubuhnya, dengan air shower itu juga dia berkumur-kumur mengurangi aroma sperma dan penis yang masih terasa di mulutnya. Setelah selesai, diambilnya sebuah handuk putih di dekat situ untuk mengeringkan tubuhnya. Saat itu dia teringat lagi pada kembarannya, Selvy, buru-buru dia lilitkan handuk pada tubuhnya dan keluar kamar mandi memanggil nama kembarannya, namun di kamar sudah tidak ada seorangpun selain baju-baju yang berceceran dan ranjang yang spreinya sudah kusut.

Gantungan kunci penerima sinyal yang berkedip-kedip pada tasnya di meja memancing perhatiannya. Ada yang menelepon ke HP nya yang hanya diaktifkan getarannya, dia melihat sudah tiga miscall dan dua SMS masuk ke HP itu. Yang menelepon kali ini adalah pacarnya, Fredy.
“Hoi, Sel, ngapain aja kok daritadi gua telepon ga ada yang angkat sih, gua telepon si Selvy punya juga gitu ?” sahut Fredy di telepon.
“Oohh…iya iya hehehe, sory abis ringtonenya lupa dinyalain lagi, tadi kan ujian nih, sory banget yah !” jawab Selly dengan nada meyakinkan.
“Terus lu orang sekarang dimana nih ? gimana ujian tadi ?”
“Lancar-lancar aja kok Dy, sekarang lagi di kost temen sama-sama ngerjain take home test nih”
“Ooo, ya udah, ntar malam gua juga lembur nih Sel, ntar kalau ujiannya beres kita have fun yah, stress nih gua juga”
“Ok deh, sekarang jia you yah kerjanya biar si bos seneng ke lu hehehe !”
“Lu juga yah Sel, semangat belajarnya, I luv u !”
“Iya, sama gua juga, see you, bye”
Telepon pun berakhir setelah Fredy membalas salam perpisahan Selly, wajah Selly yang sempat tersenyum sebentar kembali muram setelah sandiwara itu selesai. Dia merasa bersalah karena baru saja membohonginya bahkan berselingkuh darinya. Ingin rasanya dia meringkuk di pojok dan menangis sepuasnya kalau saja tidak teringat tujuannya semula, mencari kembarannya.

Selly bergegas keluar dari kamar itu sambil memanggil nama saudaranya. Di koridor dia mendengar suara kasak-kusuk dan desahan tertahan dari bawah. Dia langsung berjalan ke arah tangga, baru sampai di tengah tangga dia sudah terperangah dan menjerit kecil menyaksikan apa yang terjadi di ruang tengah, bulu kuduknya merinding menyaksikan adegan di sebuah sofa dimana Selvy sedang duduk menaik-turunkan tubuhnya di pangkuan Pak Dahlan dengan penis pria itu tertancap di vaginanya. Sementara Imron berdiri di depannya menikmati penisnya diemut olehnya. Di sisi lainnya, Thalib, si monster Quasimodo itu sedang asyik menciumi dan menggerayangi buah dada Selvy. Imron dan Thalib menengokkan wajah sambil menyeringai mesum melihat kedatangan Selly, sedangkan Selvy hanya bisa menatap sayu ke arahnya karena sedang disibukkan dengan penis di mulutnya. Selvy melalui tatapan matanya seolah mengatakan ‘jangan kesini, pergi sana atau mereka juga akan memangsamu!’ Sebagai saudara, Selly tentu saja tidak akan melakukan hal itu, melihat kembarannya dikerjai seperti itu diapun merasakan seperti ada kontak batin yang membuatnya bisa merasakan apa yang dirasakan Selvy.
“Lepaskan dia Pak, kasian dia dikeroyok gitu, tolong Pak saya mohon !” seru Selvy menarik-narik lengan Imron yang sedang menikmati penisnya dioral.
Imron yang merasa terganggu akhirnya melepaskan penisnya dari Selvy dan berjalan mendekati Selly dengan wajah mesum memandangi tubuhnya yang hanya dililit handuk. Selly sendiri sampai mundur-mundur karena ngeri melihat ekpresi pria itu seperti binatang buas yang hendak menerkamnya, penisnya yang basah masih tegak mengacung masih perlu dikenyangkan.

Selly terdesak sampai ke lemari TV hingga tak bisa mundur lagi, Imron memepetnya dan menyenderkan telapak tangan kirinya ke lemari tepat sebelah kepala Selly.
“Non udah ngenganggu acara saya sama Non Selvy, sekarang Non mau ngasih saya apa nih buat kompensasinya heh ?” katanya dekat wajahnya hingga hembusan nafas itu terasa.
“Eengg…saya aja Pak, garap aja saya sepuas Bapak, saya cuma kasian sama saudara saya !” jawabnya bergetar.
“Hehehe…bener-bener kasih persaudaraan yang membuat saya terharu, emang Non yakin bakal lebih bisa muasin saya dari Non Selvy ?” tanya Imron memeloroti martabat Selly.
Saat itu perasaan Selly sungguh galau dan bimbang, pandangan matanya berpindah-pindah antara kembarannya yang sedang dikerjai dua pria di sofa sana dan Imron di depannya. Secara jujur tentu dia tidak rela disetubuhi oleh penjaga kampus mesum di depannya ini, namun demi mengurangi penderitaan saudaranya, apa boleh buat walaupun dirinya juga harus menahan malu berbuat seperti itu di depan saudaranya sendiri. Setelah mengambil nafas panjang, diapun meraih ujung handuk yang diselipkan sehingga handuk itu jatuh dan terlihatlah tubuh telanjangnya yang mempesona. Lalu dia raih juga tangan Imron dan meletakkannya di payudaranya.
“Ini yang anda mau kan Pak !” kata Selly dengan geram.
Imron menyeringai menatap wajah Selly sambil tangannya meremas payudara itu.

Mengetahui Imron sudah tergoda olehnya, Selly melanjutkan serangannya dengan melingkarkan tangannya di leher Imron dan berinisiatif mencium bibir tebalnya. Meskipun jijik, Selly memaksakan diri melakukannya, dia mengeluarkan segenap teknik berciumannya pada Imron membuat Imron takjub akan perubahan reaksi gadis ini 180 derajat. Gairah si penjaga kampus bejat itu pun ikut naik, payudara Selly yang kenyal dan berkulit lembut itu dia remasi dengan gemasnya, tangan satunya turun ke bawah membelai punggung turun ke pantatnya yang juga diremas dan ditepuk pelan. Selly membiarkan lidah Imron menjilati lidahnya, bahkan dia sendiri ikut menggerakkan lidahnya hingga saling berpagutan dengan Imron, payudaranya sengaja dia gesekkan ke dada Imron untuk memancingnya. Sedang panas-panasnya terlibat percumbuan dengan Imron tiba-tiba Selly merasa ada tangan lain yang mengelusi pantat dan pahanya juga seperti ada yang menjilat pahanya, dia membuka matanya yang terpejam dan dilihatnya si bongkok, Thalib sedang berjongkok mengelusi tubuh bawahnya, sepertinya dia sangat kagum dengan pahanya yang jenjang lagi putih mulus sehingga tak tahan menjulurkan lidah menjilati kulit pahanya. Selly merasa senang karena dengan begini dia membantu meringankan beban kembarannya, kini Selvy tinggal melayani Pak Dahlan seorang masih naik turun di atas pangkuan pria itu, namun dia juga merasa bergidik membayangkan akan digumuli dua monster ini, terutama Thalib yang mirip Quasimodo dari Notredame itu.

Selly berusaha memberikan pelayanan terbaiknya agar kedua monster ini betah bersamanya dan tidak mengeroyok saudaranya. Sekarang dia berlutut diantara keduanya, tangan kanannya menggenggam penis Imron dan yang kiri penis Thalib. Dia membiarkan dirinya terhanyut dalam gelombang birahi dan membuang segala rasa jijiknya demi kembarannya. Kedua penis dalam genggamannya dihisap dan dijilat secara bergantian.
“Huehehe…yang kakaknya ini lebih liar yah !” komentar Thalib ketika Selly mengemut penisnya sambil tangan satunya mengocok penis Imron.
“Iya, bener-bener kakak yang baik ya, demi saudaranya dia sampai mau jadi perek buat kita berdua gini hehehe !” timpal Imron.
“Bajingan kalian !” Selly cuma bisa berteriak dalam hatinya mendengar omongan yang begitu merendahkannya.
Dia memilih untuk memasrahkan diri untuk diapakan saja oleh dua orang itu, yang penting mereka lebih mengarah dirinya. Lama-lama, diapun mulai terbiasa dengan dua batang penis hitam itu dan makin bersemangat mengoralnya.
“Wuih…sepongannya enak tenan loh !” ceracau Thalib yang penisnya sedang dihisap-hisap dengan disertai sapuan lidah Selly.
Sebentar kemudian dia berpindah melayani penis Imron dengan cara yang tidak jauh beda, dua orang itu telah dibuat gregetan oleh pelayanannya.

Ketika Selly sibuk mengemuti penis Thalib, Imron berjalan ke belakangnya dan memegangi pinggangnya, dia bersiap menusukkan penisnya dari belakang. Selly yang merasakan kepala penis itu sudah menyentuh bibir vaginanya melebarkan pahanya seolah menyambut. Menyeruak masuklah batang itu ke vaginanya dan mulai menggenjotnya dalam posisi doggie. Tangannya meremasi payudaranya dari belakang sehingga makin memanaskan nafsunya. Kembali rasa nyeri mendera vaginanya, apalagi penis Imron jauh lebih keras dan panjang dibanding Pak Dahlan, erangan tertahan terdengar dari mulutnya yang masih sibuk mengulum penis Thalib. Selly agak kewalahan karena ini baru pertama kalinya melayani dua pria sekaligus dan keduanya mengerjainya dengan brutal, setiap Imron menyodokkan penisnya, penis Thalib yang sedang dikulumnya makin tertekan ke dalam mulutnya. Tak lama kemudian, keluarlah sperma Thalib di mulut Selly dan sekali lagi mulut Selly belepotan sperma karena genjotan Imron membuatnya tidak konsentrasi menghisapnya sehingga cairan itu berleleran di pinggir-pinggir mulutnya. Walaupun jijik, dia tetap menelan habis cairan itu dan menjilati lelehan di pinggir bibirnya, selain itu dia melakukan cleaning service yang mantap pada penis Thalib sampai si bongkok itu blingsatan tidak karuan. Selly sendiri mulai merasakan kembali sensasi yang tadi dirasakan di kamar mandi bersama Pak Dahlan.
“Aaahhh !” erangnya ketika mencapai klimaks, lendir vaginanya semakin banyak sampai terdengar bunyi berdecak dari tumbukan dua alat kelamin mereka.

Selvy yang kini sedang ditindih tubuh gemuk Pak Dahlan dapat melihat jelas di depan matanya saudara kembarnya yang rela beradegan panas seperti seorang wanita haus seks demi meringankan bebannya. Air mata Selvy makin mengalir menyaksikan pengorbanan itu, sementara dia sendiri sedang menerima sodokan-sodokan penis Pak Dahlan. Sambil tetap menggenjot, Pak Dahlan mendekatkan wajahnya ke Selvy dan menciumi bibir mungilnya dengan ganas. Mau tidak mau Selvy harus melayani permainan lidah Pak Dahlan yang liar.
“Eemmhh….eengghh !” desahnya tertahan ditengah gempuran-gempuran Pak Dahlan.
Tangan gempal pria itu membelai paha dan pantatnya, kadang diselingi remasan dan cubitan gemas yang mempermainkan nafsunya. Selvy sudah sangat lelah karena sejak tadi disetubuhi sampai dia pasrah mau diapakan saja, keringatnya sudah membanjir membuat tubuhnya basah mengkilap, vaginanya pun terasa panas karena terus bergesekan dengan penis pria-pria yang menyetubuhinya. Setelah sepuluh menitan dalam posisi demikian, Pak Dahlan bangkit sambil mengangkat tubuh Selvy tanpa melepas penisnya, dia membaringkan diri telentang sehingga perutnya terlihat makin bulat, otomatis Selvy sekarang terduduk di atas penisnya.

“Ayo, sekarang kamu dong yang goyang, Bapak cape nih goyang terus !” perintahnya sambil tangannya meraih satu payudara gadis itu.
Selvy pun mulai menggerakkan tubuhnya naik turun sehingga Pak Dahlan nampak sangat keenakan. Sambil menikmati goyangan Selvy, tangannya menjelajahi lekuk-lekuk tubuhnya yang indah, yang paling sering diremas adalah kedua payudaranya itu karena sangat menggemaskan ketika terguncang-guncang seirama gerak naik-turun pemiliknya. Selvy mendesah tak karuan merasakan penis itu menusuk-nusuk vaginanya yang masih sempit. Matanya melihat tidak jauh dari situ, Selly sedang disetubuhi si bongkok, Thalib di atas lantai beralas karpet itu, tubuhnya bersandar pada Imron yang mendekapnya dari belakang sambil menggerayangi payudaranya dan menciumi lehernya. Tangan Selly nampak sedang memijati penis Imron. Thalib bersemangat sekali menggenjot Selly, beberapa kali dia menyodok dengan keras sehingga tubuh Selly tersentak dan mulutnya menjerit. Selvy tidak tahan melihat adegan itu lama-lama, insting sebagai saudara kembar membuatnya bisa merasakan apa yang dirasakan saudaranya yang malah menambah deritanya. Untuk mengalihkan itu dia memilih lebih berkonsentrasi pada pria di bawahnya itu. Dia makin gencar menggoyang-goyangkan pinggulnya hingga tubuhnya mulai mengejang lagi.
“Yah…terus goyangnya, Bapak juga dah mau !” desah Pak Dahlan dengan mempererat cengkramannya pada payudara Selvy.
Mereka pun akhirnya orgasme bareng, suara desahan mereka terdengar memenuhi ruang tengah. Sperma Pak Dahlan berlelehan diantara bibir vagina Selvy dan penis Pak Dahlan yang masih terbenam disana.

“Hehe…liat tuh adik Non hebat juga ngentotnya, Non juga jangan mau kalah hayo !” ejek Imron.
“Iya ayo, cewek kembar sama cantiknya, ngentotnya juga harus sama jagonya !” si bongkok itu menimpali.
Kata-kata itu membuat hati dan telinganya panas, ingin rasanya dia menghabisi ketiga bajingan itu kalau saja punya kemampuan untuk itu. Tapi di lain pihak dirinya sendiri juga terbuai oleh rangsangan-rangsangan dari mereka. Tak lama kemudian Thalib mengerang panjang, ia telah orgasme dengan meremasi payudara kanan Selly dengan brutal sehingga Selly pun merintih kesakitan. Penis Thalib menyemprotkan sperma banyak sekali ke rahimnya. Frekuensi genjotannya berangsur-angsur turun dan dengan nafas tersenggal-senggal dia pun akhirnya memisahkan diri dari gadis itu.
“Whui…puas aku ngentotin cewek cakep gini, sekarang nyoba adiknya ah !” ujar Thalib sambil menyeka keringar di dahinya lalu menghampiri Selvy yang masih terkulai diatas tubuh tambun Pak Dahlan.
“Ja-jangan…jangan !” sahut Selly dengan tangan terjulur hendak mencegah.
“Udah, ga apa-apa Non sekarang sama saya aja !” Imron makin mendekap Selly yang meronta.

Untuk sementara Selly boleh lega karena Pak Dahlan ternyata masih lelah sehingga dia tidak ikut menggarap Selvy. Tubuh Selvy sekarang telah telentang dengan kaki terjuntai diatas meja ruang tengah dari kayu dan sedang digerayangi Thalib yang berlutut di sampingnya. Si bongkok itu tengah menjilati puting Selvy dan tangan satunya mengelus-elus vaginanya untuk membangkitkan kembali libido gadis itu. Ini bukannya pertama kali bagi Thalib, sebelumnya dia memang sering kebagian ‘jatah sisa’ dari wanita-wanita yang digauli majikannya yang dibawa ke rumah ini. Seperti sebuah makanan tersaji di meja, Thalib menjilat serta menciumi sekujur tubuh mulus itu dengan rakus. Tubuh Selvy menggeliat-geliat karenanya. Ciuman Thalib berakhir diujung kaki gadis itu, setelah puas mengemut sejenak jari kaki Selvy, si bongkok itu menyuruh Selvy membalikkan badan dan menunggingkan pantat. Dengan lemas Selvy mengikuti saja apa maunya, dia menungging dengan tubuh atas masih bersandar pada meja sehingga payudaranya sedikit tertekan di meja. Thalib mulai memasuki penisnya ke vagina Selvy, kali ini rasa sakitnya sudah tidak seberapa lagi karena daerah kewanitaannya sudah licin dan terbiasa. Sebentar kemudian tubuh mereka sudah menyatu dan bergoyang mencari kenikmatannya.

Imron dan Selly sekarang telah berada disofa, tepatnya di belakang meja tempat Selvy sedang disodok dari belakang oleh Thalib. Ditengah sodokan-sodokan Thalib dari belakang Selvy dapat melihat di depannya Pak Dahlan sedang merokok dan wajahnya senyum-senyum menyaksikan sepasang kembar itu dikerjai habis-habisan sementara di sebelahnya kembarannya sedang menaik-turunkan badan di pangkuan Imron, nampak penis Imron basah mengkilap karena lendir dari vagina Selly. Kepala Selly menengadah ke atas dan mengeluarkan desahan, tangannya meremas rambut Imron yang sedang mengenyoti payudaranya, pipi pria itu sampai kempot saking kuatnya mengenyot.
“Oohh…aahh…Pak !” erangan erotis Selly mewarnai setiap hentakan-hentakan tubuhnya membuat Imron makin bersemangat dan turut menghentakkan pinggulnya sehingga penisnya menusuk lebih dalam.
Gerakan Selly makin liar saat di ambang klimaks, dia memutar-mutar pinggulnya sehingga rongga kemaluannya teraduk-aduk oleh penis Imron. Akhirnya, Selly mengerang keras dengan tubuh menggelinjang. Selama beberapa saat tubuhnya menggelinjang hingga akhirnya melemas kembali. Namun, rupanya Imron belum orgasme, maka dia menelentangkan tubuh Selly dengan menyandarkan kepalanya di bantal kursi dan meneruskan genjotannya. Lendir yang keluar dari vagina Selly sangat banyak sampai menetes sebagian ke kursi. Baru lima menit kemudian Imron menyusul ke puncak dan menumpahkan spermanya di perut dan buah dada Selly.

Sementara di meja pun situasi semakin panas, genjotan Thalib yang semakin ganas menyebabkan desahan Selvy semakin keras pula. Si bongkok itu juga meremas-remas pantat sintal Selvy dan sesekali menepuknya. Tiba-tiba tubuh Thalib mengejang dan dari mulutnya mengeluarkan erangan, saat itulah spermanya menyemprot di dalam vagina Selvy, sekali lagi monster Quasimodo itu menghentakkan pinggulnya sehingga sebagian sperma yang sudah bercampur lendir kewanitaan itu meluap keluar membasahi daerah selangkangannya. Selvy merasa pandangannya makin kabur dan kesadarannya mulai hilang karena terlalu lelah digilir sejak tadi, diapun akhirnya ambruk dengan tubuh tengkurap di meja dan tubuh bawah terjuntai ditopang lutut. Dia baru bangun saat merasakan air hangat menerpa tubuhnya, berangsur-angsur dia sadar dan menemukan dirinya di kamar mandi sedang diguyur shower bersama Thalib dan Imron, sekali lagi mereka menggumulinya sambil memandikannya. Baru sekitar jam sembilan malam, Pak Dahlan mengantarkan mereka pulang ke kostnya dekat kampus. Selly sempat diperkosa sekali lagi oleh Imron di jok belakang dalam perjalanan dan Sevy yang kini duduk di depan menjadi korban tangan jahil Pak Dahlan yang menggerayanginya hingga tiba di kost.

Si kembar pulang dengan rasa sakit di seluruh tubuh dan kenangan pahit yang membuat mereka kehilangan kegadisannya. Hal itu juga menjadi awal mereka menjadi budak seks Imron dan Pak Dahlan. Belakangan dari Pak Dahlan mereka tahu bahwa Imronlah yang mengatur kejadian di ruang kepala jurusan itu termasuk ide menyalakan webcam untuk mengabadikan tubuh telanjang Selly yang menjadi bagian dari rencana jahatnya. Kini mereka harus siap memberi jatah jika diminta penjaga kampus bejat itu kapanpun dan dimanapun. Sepasang bidadari kembar ini telah menambah panjang daftar korban Imron yang akan terus bertambah.
 
Nightmare Campus 9 : My Beloved Lecturer

Diana

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul enam kurang seperempat, di luar sana langit sudah hampir gelap dan hujan masih turun cukup lebat. Diana (28 tahun) sedang mengoreksi hasil penelitian mahasiswa-mahasiswanya sendirian di laboratorium teknik industri. Wajahnya tersenyum manis saat membaca sebuah SMS yang masuk ke ponselnya yang bertuliskan, “Baru sampai di Bangkok nih say, jaga diri di rumah yah, I luv u”. Pesan itu dari suaminya yang sedang dalam perjalanan bisnis ke luar negeri, diapun lalu membalasnya dengan kata-kata mesra pula lalu melanjutkan koreksiannya yang tinggal sedikit lagi. Ya, Diana adalah seorang dosen muda di Universitas ****** baru setahun mengajar sepulang dari Jerman menyelesaikan S2nya. Seorang wanita yang cantik, mandiri, dan pintar. Delapan bulan yang lalu dia baru saja mengakhiri masa lajangnya dengan seorang teman kuliahnya dulu, eksekutif muda tampan berusia 30 tahun bernama Alex, mereka saling mencintai tapi belum berencana mempunyai anak dulu karena kesibukan masing-masing. Kecantikannya dengan rambut ikal kecoklatan sebahu dan tubuh ideal berpayudara 32B serta kulitnya yang putih mulus menarik perhatian para mahasiswa, mereka mengagumi kecantikan dan kepintarannya, mereka bilang wajahnya mirip Olga Lidya, artis lokal berwajah oriental itu, beberapa bahkan sering menjadikannya objek fantasi seks mereka dan membayangkan lekuk-lekuk tubuhnya saat memberi kuliah, terutama kalau sedang memakai baju yang ketat sehingga menonjolkan bentuk tubuhnya yang indah itu.


Ketika sedang larut dalam koreksiannya tiba-tiba terdengar pintu diketuk, sehingga dia terpaksa meninggalkan sejenak pekerjaannya untuk membukakan pintu. Ternyata yang datang Imron, si karyawan kampus buruk rupa itu.
“Malam Bu, masih belum pulang yah, boleh saya mau nyapu dulu ?” sapanya.
“Ooo…silakan Pak, saya juga sebentar lagi selesai, cuma lagi ngoreksi aja kok” katanya sambil mempersilakan pria itu masuk.
Diana kembali ke mejanya dan Imron mulai menyapu, sambil bekerja matanya sesekali memandangi wanita itu, diperhatikannya wajah ayu itu yang sedang memakai kacamata yang menambah keanggunannya, rambutnya saat itu sedang diikat ke belakang sehingga memperlihatkan lehernya yang jenjang. Tatapan mata Imron seolah menembus tubuh Diana yang terbungkus kemeja kuning dan rok hitam selutut. Tak lama kemudian terdengar pintu diketuk lagi. Saat Diana mau bangkit berdiri, Imron yang menyapu dekat situ sudah terlebih dulu membukakan pintu itu.
“Sore Bu !” Jesslyn (eps. 2) memberi salam.
“Sore, ada apa ?”
“Nngg…saya mau konsultasi sebentar, boleh ga ?”
“Tentang masalah apa ?”
“Sebenarnya sih bukan masalah kuliah, mmm…coba Ibu nyalain bluetooth Ibu bentar, soalnya saya punya sesuatu yang penting buat Ibu” kata Jesslyn sambil menarik sebuah kursi dan duduk di depan Diana.

“Kalau bukan masalah kuliah apa ga sebaiknya dibicarakan nanti saja, saya lagi sibuk sekarang !”
“Tapi Bu, ini penting loh jadi ga bisa dilewatin gitu aja, ayolah Bu sebentar aja !” Jesslyn terus memohon.
Dengan agak kesal, Diana menyalakan juga bluetooth pada ponselnya karena dia juga penasaran dengan apa yang dibilang penting oleh mahasiswinya itu.
“Kenapa ga kamu kasih liat langsung aja sih, biar cepet !” kata Diana.
“Eehh…tenang dong Bu, kan biar Ibu bisa liat di HP punya sendiri juga !” jawab Jesslyn sambil menunggu file itu ditransfer.
‘Bip’ terdengar suara dari ponsel Diana setelah file selesai ditransfer. Buru-buru dia membuka file itu ingin tahu apa isinya. Betapa kagetnya dia ketika melihat video klip yang menampilkan gambar dirinya sedang mandi, wajahnya juga jelas tersyuting. Dia ingat betul adegan itu pasti disyuting dua hari lalu ketika mandi di kamar mandi setelah selesai berenang di kolam renang tidak jauh dari sini yang masih milik kampus. Waktu itu selain dia di kamar mandi terbuka itu juga ada beberapa gadis lain yang juga mahasiswi kampus ***** termasuk Jesslyn. Teringat lagi, saat itu Jesslyn sedang bersandar di dekat pintu kamar mandi sambil berbicara dengan ponselnya, barulah dia sadar ternyata Jesslyn saat itu hanya pura-pura bicara sambil mengarahkan lensa cameraphonenya yang bisa digerakkan ke arahnya dan mengabadikannya dalam bentuk video clip. Wajah Diana memerah karena marah dan malu, namun dia tetap berusaha menahan emosinya agar tidak sampai menggebrak meja atau bahkan menampar Jesslyn karena di situ masih ada Imron.
“Apa maksudnya ini !” katanya dengan geram.
“Ga ada maksud apa-apa kok, yah supaya cowok-cowok yang ngefans sama Ibu juga bisa lebih ngenal Ibu luar dalam hihihi !” jawab Jesslyn asalan sambil senyum-senyum.

“Ayo ikut saya, kita bicara di luar aja !” Diana bangkit berdiri lalu menarik lengan Jesslyn hendak menyeretnya keluar.
“Lepasin !” Jesslyn menyentak lengannya “Kalau mau bicara kenapa harus jauh-jauh Bu, disini aja napa? Malu kalau Pak Imron tau yah ?!” katanya dengan nada menantang.
“Jesslyn..!!” bentak Diana marah melihat tingkah mahasiswinya yang makin kurang ajar ini, apalagi membuka masalah ini di depan penjaga kampus.
“Oh iya, omong-omong Pak Imron udah ngeliat kok, ya kan Pak !”
“Ooo rekaman itu yah, bagus loh bodynya Bu Diana, jadi pengen liat aslinya juga !” sahut Imron dari belakang Diana.
“A-apa-apaan ini !” wajah Diana nampak bingung pandangannya berpindah-pindah antara Jesslyn di hadapannya dan Imron yang tidak jauh di belakangnya.
Belum hilang rasa kagetnya tiba-tiba Imron mendekap tubuhnya dari belakang.
“Hentikan ! kalian mau apa !” jerit Diana sambil meronta-ronta “Jess, kamu jangan keterlaluan yah !”
Jesslyn tersenyum mendekati dosennya itu dan ‘plak’ dia mendaratkan sebuah tamparan pada pipi kiri Diana sampai kacamatanya terlempar.
“Ini untuk minggu lalu mempermalukan saya di kelas !” kata Jesslyn.

Jesslyn sakit hati karena waktu itu ketika mengikuti kuliah Diana, dia sedang ngobrol dan cekikikan dengan temannya di belakang. Diana yang merasa terganggu menegurnya dan menyuruh keluar ruang kuliah. Jesslyn protes dengan nada bicara tidak sopan sehingga membuat Diana naik darah dan menamparnya di hadapan mahasiswa sekelas. Dengan rasa marah dan malu, Jesslyn keluar dari kelas sambil memegangi pipinya. Di luar, dia bertemu Imron yang memberinya isyarat mengajak berhubungan badan. Merekapun melakukannya secara quicky di sebuah gudang. Dengan hanya membuka pakaian seperlunya, Imron menggenjoti Jesslyn, satu tanganya memegangi paha kanannya yang terangkat dan mulutnya melumat bibir gadis itu. Tidak sampai sepuluh menit Imron sudah menyemprotkan spermanya di vagina Jesslyn. Saat itulah terbesit di pikiran Jesslyn sebuah cara untuk membalas perlakuan dosennya barusan. Diapun mengutarakan ide ini pada Imron. Sebagai seorang yang sudah berpengalaman dalam hal-hal seperti ini, Imron memberi masukan pada Jesslyn tentang apa saja yang harus dilakukan untuk menjalankan rencana balas dendam itu. Seringai licik mengembang di wajah Jesslyn mendengar masukan dari Imron.
“Bapak emang hebat, kalau berhasil Bapak bakal saya kasih bonus !” katanya.
“Hehehe, ga apa-apa asal Non dan dosen Non itu mau ngelayanin Bapak aja itu udah lebih dari bonus kok” kata Imron sambil meremas payudaranya.

Setelah membereskan pakaiannya, mereka pun keluar dari tempat itu secara terpisah. Jesslyn mengintai gerak-gerik Diana selama beberapa hari sambil mencari-cari kesempatan bagus untuk mengambil gambarnya dalam pose memalukan. Penantian Jesslyn pun tidak sia-sia, kesempatan itu datang ketika Diana berenang di kolam renang milik kampus. Di kamar mandi kolam renang itu, Jesslyn merekam adegan Diana yang sedang diguyur shower sambil pura-pura bicara dengan cameraphonenya.
“Dikirain enak apa ditampar kaya gitu di depan kelas, sekarang saatnya saya buat perhitungan sama Ibu, o yah…by the way saya juga sebel tuh punya dosen yang sok cantik yang suka berlagak jadi idola semua mahasiswa !” kata Jesslyn sambil menjambak rambut Diana yang dikuncir.
“Kurang ajar kamu Jess, kamu tau apa yang kamu lakukan !” Diana menatap tajam mahasiswinya ini.
“Non Jesslyn itu temen saya Bu, jadi kalau Ibu nampar Non Jesslyn berarti juga berurusan sama saya !” kata Imron dekat telinganya.
“Calm down Bu, saya ga sejahat itu kok, rekaman Ibu ini baru saya sama Pak Imron aja yang tau, tapi kalau Ibu ngelawan, saya kuatir satu kampus bakal tau semua, atau mungkin saya masukin internet biar semua bisa liat body Bu Diana yang seksi ini !” kata Jesslyn.

Ketakutan mulai melanda Diana yang posisinya makin tidak menguntungkan.
“Jangan lakukan itu…kamu mau apa dari saya ?!”
“Saya cuma mau ngebagi kecantikan Ibu dengan Pak Imron, saya jamin Ibu bakal lebih puas daripada ML sama suami Ibu” jawab Jesslyn dengan tangan meraba payudara dosennya itu.
“Jangan, ini gila, lepasin saya tolong….To...mmmhhh !” dengan sigap Imron membekap mulut Diana begitu dia mau berteriak.
“Teriak…teriak aja Bu ayo ! buka mulutnya Pak, supaya orang lain datang dan melihat rekaman ini, kebayang ga sih jadinya apa ?” tantang Jesslyn.
“Jangan…jangan...saya mohon jangan sebarkan itu Jess !” Diana mulai mengiba dan matanya mulai berkaca-kaca.
Tangan Jesslyn mulai bergerak membuka kancing kemeja Diana sehingga branya yang berwarna krem mulai terlihat. Imron langsung menyusupkan tangannya ke dalam cup bra itu menyentuh payudaranya.
“Hehehe…montok banget yah toked ibu, udah ada susunya belum nih, Ibu udah beranak belum ?” kata Imron.
“Belum lah Pak, Bu Diana kan belum lama nikah, atau mungkin suami ibu ga bisa ngasih anak atau ga bisa muasin ibu ?” ejek Jesslyn dengan wajah puas karena berhasil membalaskan dendamnya.
Diana tertunduk lemas, air mata mengalir membasahi wajahnya tanpa dapat dibendung.

“Jangan…saya mohon…hentikan !” ucapnya sambil terisak ketika tangan Imron mulai mengangkat roknya.
Desiran angin malam terasa menerpa pahanya yang tersingkap, rasa dingin itu lalu berubah menjadi hangat seiring bulu-bulunya yang merinding ketika tangan kasar itu mengelusi paha itu terus makin ke atas hingga menyentuh bagian kemaluannya yang masih tertutup celana dalam.
“Silakan dinikmati sepuasnya Pak, saya jadi penonton aja dulu” sahut Jesslyn sambil mundur lalu mendudukkan pantatnya di meja terdekat untuk menikmati balas dendamnya.
Tangan Imron mempreteli sisa kancing bajunya sehingga baju itu terbuka sudah memperlihatkan payudaranya yang masih tertutup bra dan perutnya yang rata. Sedangkan tangannya yang satu lagi mulai menyusup lewat atas celana dalamnya. Diana memang sempat menahan tangan pria itu namun tenaganya tidak cukup kuat, permintaannya agar Imron tidak meneruskan perbuatannya tidak dihiraukan olehnya.
“Nnngghh…!” desahnya begitu tangan itu akhirnya masuk ke balik celana dalamnya dan menyentuh permukaan kemaluannya yang ditumbuhi bulu.

Diana merasa jijik dan terus meronta berusaha menghalangi Imron menggerayangi bagian-bagian terlarangnya. Namun semua itu sia-sia saja menghadapi maniak seks yang sedang kalap ini, apalagi ditambah intimidasi rekaman bugilnya akan disebarluaskan kalau tidak menuruti kemauan pria ini. Lelah meronta dan mulai terangsang karena permainan jari Imron di balik celana dalamnya, Dianapun pasrah. Mengetahui mangsanya telah takluk, Imron membaringkan tubuh Diana pada meja panjang yang biasa dipakai untuk praktikum. Imron mengambil posisi diantara kedua kaki Diana yang terjuntai dari lutut ke bawah, kemudian dengan kasar dia melucuti celana dalamnya.
“Weleh-weleh seksi banget, sudah lama saya pengen liat ke dalam sini” sahut Imron sambil memandangi daerah kemaluan Diana yang ditumbuhi bulu yang dicukur rapi membentuk segitiga.
Bibir kemaluan Diana masih nampak rapat dan kencang. Wajah Imron kini makin mendekati daerah itu, aroma kemaluannya semakin terasa dan membuatnya makin bergairah. Sementara mata Diana terpejam dan masih mengeluarkan air mata, tapi mendadak matanya melebar disertai desahan dari mulutnya ketika lidah kasar pria itu menyapu bibir kemaluannya. Tangisan Diana makin menjadi dan memohon minta dilepaskan, namun disaat yang sama dia pun tidak bisa menyembunyikan gairahnya yang mulai naik.

Tubuh Diana mengejang dan berkelejotan ketika lidah Imron menyentuh klitorisnya.
“Ooohh…!” tak terasa dia mendesah demikian karena merasakan jilatan panjang pada klitorisnya yang membuatnya serasa melayang.
Diana merasakan ada suatu sensasi aneh dalam dirinya, walaupun jijik dan tidak rela dia menginginkan pria ini terus melakukannya. Matanya membeliak-beliak dan vaginanya semakin berlendir tanpa bisa ditahannya. Tangan Imron juga turut bekerja merabai paha dan pantatnya yang putih mulus itu.
“Ya Tuhan, kenapa begini, kenapa aku menikmati…ini perkosaan, tapi kenapa…?” Diana bergumul hebat dalam batinnya, tidak rela tapi mau.
Sudah hampir seminggu dia tidak mendapat kehangatan dari suaminya karena terlampau sibuk, bahkan semalam sebelum pergi ke luar negri, mereka hanya sempat mandi bersama tanpa melanjutkan lebih jauh karena Alex harus berangkat pagi-pagi sehingga harus cukup istirahat. Sejujurnya Diana merasa tanggung sekali karena kemarin Alex hanya melakukan pemanasan dengan ‘menyusu’ dan raba-rabaan saja tanpa lanjutan, namun sebagai seorang istri yang pengertian dia pun tidak mau memaksa. Kini ulah Imron itu seolah mengisi kekosongannya kemarin, namun di lain pihak dia juga merasa berdosa dan kotor, sungguh dirinya serasa terombang-ambing.

Setelah puas menjilati vagina Diana, Imron membuka celana sekaligus celana dalamnya sehingga terlihatlah penisnya yang sudah menegang, hitam dan panjang. Digenggamnya batang itu untuk diarahkan ke vagina Diana. Hangat dirasakan Diana saat kepala penis itu menyentuh bibir vaginanya disusul rasa geli yang ditimbulkan dari gesekan-gesekan penis itu pada kemaluannya, hal ini menyebabkan birahi Diana bangkit walau tak dikehendakinya. Tanpa memberikan kesempatan untuk akal sehat Diana bekerja lagi, Imron menekan ujung penisnya ke liang senggamanya. Dengan satu sentakan kasar batang kemaluannya melesak ke dalam vagina Diana, spontan wanita itu pun terbelakak matanya dan menjerit kesakitan, tubuhnya menegang hingga melengkung ke atas menampakkan guratan tulang rusuknya. Suara hujan deras di luar sana seolah menambah dramatis suasana, sebuah senyuman puas nampak pada wajah Jesslyn karena berhasil membalaskan sakit hatinya. Imron memompa penisnya dengan brutal tanpa mengenal kasihan pada Diana yang baru kali ini menerima penis yang sebesar itu.
“Hahaha…terus Pak, lebih hot lagi dong, jangan dikasih ampun, buktiin dong Bapak lebih perkasa dari suaminya !” Jesslyn menyoraki memanas-manasi situasi.
Tubuh Diana tergoncang-goncang di atas meja itu, mulutnya tak bisa menahan desahan yang keluar, buah dadanya kini terekspos sudah setelah Imron menyibakkan cup branya ke atas, sambil menggenjot kedua tangannya meremasi sepasang payudara itu.

Imron menyodok-nyodok vagina Diana hingga menyentuh g-spot Diana. Batang itu makin lancar keluar-masuk karena vagina Diana juga makin licin oleh lendirnya. Perlahan diapun mulai terbiasa dan perihnya berkurang. Imron lalu mengangkat tubuh Diana lewat punggung hingga dia terduduk di tepi meja kemudian dipagutnya bibir wanita itu.
“Tidak…ini tidak mungkin !” pikirnya setengah sadar “kenapa aku menikmati perkosaan ini, tapi…tapi ini memang…enak…ahh…maaf-maafkan aku Lex, maafkan aku”
Lidahnya terus saling belit dengan lidah pria itu sementara batinnya mengalami konflik, ekspresi itu diungkapkannya dalam butiran air mata yang masih menetes di wajahnya. Darah dalam tubuhnya mengalir makin cepat, akal sehatnya mulai tertutup oleh naluri seks yang liar karena keperkasaan penis penjaga kampus ini serta kelihaiannya mempermainkan nafsu wanita. Walaupun udara di luar makin dingin disertai angin kencang dan guntur, suasana di ruangan itu makin panas, Jesslyn yang menonton juga mulai terangsang oleh adegan tersebut, nampak dia menggesek-gesekkan pahanya dan kemaluannya terasa basah. Imron merubah lagi posisi mereka, kali ini Diana diturunkan dari meja dengan posisi menungging dan tubuh bagian atasnya tiduran di meja, sementara Imron menyodokinya dari belakang.

Jesslyn bangkit dari kursi dan mendekati Imron yang sedang asyik menghujam-hujamkan penisnya ke vagina Diana. Dia membisikkan sesuatu pada pria itu, entah apa pembicaraannya, Imron hanya mengangguk dan Jesslyn menyeringai jahat lalu keluar dari ruangan itu. Sementara itu Imron terus menggenjot Diana, tusukan-tusukannya makin keras sehingga tubuh Diana tersentak-sentak dan jeritan-jeritan tertahan keluar dari mulutnya. Tanpa sadar Diana juga menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama genjotan Imron, dia merasakan kenikmatan yang berbeda yang dari yang biasanya. Diana pasrah tubuhnya diapakan saja oleh penjaga kampus itu.
“Ooooohhhh….aaahhh !!” Diana mendesah panjang dan tubuhnya bergetar hebat, dia merasakan cairan vaginanya seperti tumpah semua.
Imron masih terus melancarkan serangannya, cairan yang meleleh dari vagina Diana makin melicinkan gerakan penisnya sehingga otomatis sodokannya pun makin cepat, terdengar bunyi decak cairan setiap penis itu menyodoknya. Berangsur-angsur tubuh Diana melemas kembali setelah klimaks panjang yang luar biasa itu, dengan Alex pun dia belum pernah klimaks seperti ini. Imron menurunkan tempo permainannya, dia tidak ingin buru-buru keluar.
“Ibu emang enak banget dientot !” komentarnya kemudian mulutnya nyosor ke depan dan memagut bibir Diana.
Diana yang masih lemas tidak kuasa menolak ciuman itu, malah dia membalas sapuan lidah Imron dengan bergairah.

Imron mencumbui Diana sambil terus menggerayangi tubuhnya. Tiba-tiba pintu dibuka sehingga membuat Diana terkejut dan refleks melepas ciumannya.
“Wah, wah, asyik bener lagi ujan-ujan gini ada yang bisa angetin badan, sama bu dosen toh kali ini Ron !” ujar Pak Kahar, si satpam kampus di ambang pintu, di belakangnya nampak satpam lainnya yang bernama Encep dan Jesslyn, rupanya dia tadi keluar untuk memanggil mereka agar ikut mengerjai dosennya itu.
Diana sangat malu dipergoki dalam keadaan seperti itu, dia mencoba melepaskan diri atau setidaknya menutupi daerah terlarangnya, akan tetapi kedua tangannya ditelikung ke belakang oleh Imron sehingga tubuhnya yang sudah terbuka sana-sini itu terlihat oleh kedua pria yang baru datang itu.
“Asyik nih, gua udah lama naksir sama bu dosen ini, akhirnya ada juga kesempatan ngewein dia hehehe !” sahut Encep.
Kedua satpam itu menatapi tubuh Diana dari atas sampai bawah dengan pandangan bernafsu. Diana sangat takut dan jijik melihat reaksi mereka memandangi dirinya.
“Jess kamu…kamu mau apa lagi ?” tanya Diana dengan suara bergetar.
“Hehe, Ibu ga usah kuatir gitu, saya kan tadi ngeliat Ibu enjoy banget digituin sama Pak Imron, saya kira Ibu suka main sama orang-orang seperti bapak-bapak ini makannya saya panggil mereka supaya Ibu lebih puas, apa saya masih kurang baik ?” kata Jesslyn dengan nada mengejek.
“Jangan…tega-teganya kamu, ini kelewatan…saya nggak mau !” Diana menggelengkan kepala dengan wajah berlinang air mata, wajahnya sangat memelas.

“Mendingan Ibu nurut aja deh, Ibu gak mau kan rekaman ini ketauan suami Ibu atau anak-anak sekampus ?” ancam Jesslyn dengan menjambak kuncir rambut dosennya.
Dianapun menyerah, dia memilih lebih baik tubuhnya dinikmati ketiga pria bejat ini daripada rekaman dirinya tersebar, terlebih ketika dikerjai Imron tadi Jesslyn sempat memotretnya beberapa kali dengan cameraphonenya. Kalau semua itu tersebar entah harus bagaimana dia menghadapi semua orang termasuk suaminya, akibatnya akan lebih tragis daripada bunuh diri. Mereka menelanjanginya dan berdecak kagum memperhatikan tubuh polosnya yang hanya menyisakan sepatu hak, kalung dan cincin kawinnya.
“Wuih…mulus banget, bini gua ga ada apa-apanya deh kalo dibanding satu ini !” sahut Pak Kahar sambil membelai payudara Diana.
“Asyik yah punya dosen kaya gini, saya juga pengen diajar sama Ibu” timpal Encep meremasi pantatnya yang padat berisi.
Kemudian Diana disuruh duduk di bangku dengan dikelilingi ketiga pria itu, mereka telah membuka celananya sehingga senjatanya yang sudah menegang itu mengacung tegak seakan menodong ke arahnya. Diana terhenyak melihat kemaluan mereka yang hitam besar, ngeri sekaligus terangsang.
“Ayo Bu, silakan dipilih mana yang mau Ibu sepong duluan !” perintah Imron dengan berkacak pinggang.
Diana menggeleng dan menghiba “Nggak…saya ga mau, tolong jangan paksa saya !”

“Ayo emut !” Pak Kahar sepertinya sudah tidak sabar, dia memegangi kepala Diana dan menempelkan penisnya ke wajah dan bibir wanita itu.
“Buka mulutnya Bu, kalau nggak besok satu kampus bakal ngeliat foto Ibu, mau ?” kata Imron dengan kalem namun bernada ancaman.
Diana tidak ada pilihan lagi, dengan terpaksa dia mulai membuka mulutnya dan Pak Kahar menekan penis itu ke dalam mulut mungilnya.
“Eit..eit…sabar dong Har, jangan main paksa gitu ke perempuan, biar bu dosen ini yang milih kontol mana yang dia mau !” Imron menghentikan temannya bersikap sok gentle.
“Jangan bengong aja dong Bu, mereka udah gak sabar tuh !” sahut Jesslyn yang duduk di meja dekat situ.
Dengan tangan gemetar Diana menggenggam penis milik Encep yang menurutnya lebih mudah masuk ke mulut karena walaupun panjangnya mirip, diameternya lebih ramping diantara ketiganya. Dia memejamkan mata dan menahan nafas ketika memasukkan penis dengan kepala bersunat itu ke mulutnya.
“Huehehe…Ibu seneng sama saya yah, tuh buktinya kontol saya diservis duluan !” celoteh Encep.
Diana tidak mempedulikan lagi ejekan itu, dia hanya ingin segera lepas dari mereka. Maka setelah penis itu masuk ke mulutnya, dia mulai mengulum dan menjilatinya sambil menahan rasa jijik.

“Oohh…yah…enak, sepongan Bu Diana emang emoy, oohh !” Encep mendesah, tubuhnya blingsatan menahan gejolak nafsunya.
Sementara itu Imron meraih tangan kiri Diana dan meletakkannya pada penisnya, Pak Kahar juga melakukan hal yang sama dengan tangan kanan wanita itu. Ketika menggenggam penis Imron batang itu masih agak basah oleh sisa lendir orgasme barusan.
“Saya juga dong Bu, jangan dia terus !” Pak Kahar yang sudah kebelet menarik kepala Diana dan menjejalkan penisnya ke dalam mulutnya.
Diana semakin terhanyut oleh arus birahi, dia mengocok dan mengoral ketiga penis itu secara bergantian. Tiba-tiba Diana merasakan kakinya direnggangkan lalu disusul sebuah sapuan lidah pada bibir vaginanya sehingga otomatis tubuhnya bergetar. Rupanya di bawah sana Encep sedang berjongkok dan mengoral vaginanya. Imron yang penisnya sedang dikulum juga sedang meremas-remas payudaranya. Hal ini membuat Diana semakin terangsang dan makin bersemangat mengulum penis dua pria lainnya. Tak lama kemudian Imron menekan kepala Diana sambil mendesah panjang, nampak dari pinggir bibir Diana meleleh cairan seperti susu kental. Ya, Imron telah mencapai orgasme di mulut Diana. Diana sendiri sebenarnya hendak melepaskan diri tapi tenaganya tidak cukup kuat sehingga dia terpaksa menelan sperma Imron yang kental dan beraroma menusuk. Baru kali ini dia menelan cairan itu, sperma milik Alex pun tidak pernah dia telan dengan alasan jijik.

Setelah klimaksnya reda, Imron baru melepaskan pegangannya dari kepala Diana yang segera melepaskan emutannya dan terbatuk-batuk. Reaksinya menunjukkan betapa jijiknya menelan cairan itu, namun ini malah membuat ketiga pria itu tertawa-tawa.
“Hehehe…Ibu baru pernah negak peju yah ? gimana rasanya enak kan ?” ejek Pak Kahar.
“Santai aja Bu, nelan peju gak bakal hamil kok” Imron menimpali disusul gelak tawa mereka.
“Sudah Pak, tolong lepaskan saya sekarang” pinta Diana.
“Yee…masa saya belum dipuasin mau udahan !” kata Pak Kahar.
“Iya yang saya juga belum loh, pokoknya hari ini saya harus bisa ngentot sama Ibu” timpal Encep.
“Betul Bu, Ibu kan udah bikin bapak-bapak ini kesengsem sama Ibu, tanggung jawab dong sekarang, sapa suruh jadi dosen idola !” sahut Jesslyn “Bapak-bapak jangan ragu, Bu Diana udah ikhlas kok kalian apain juga hihihi”
Diana hanya bisa pasrah tubuhnya ditelentangkan di meja praktikum oleh mereka.
“Sekarang giliran saya Bu, udah siap kan ?” Pak Kahar mengambil posisi di pinggir meja sambil membentangkan kedua paha wanita itu.
Walaupun sudah basah dan licin, Diana tetap merasa kesakitan ketika penis Pak Kahar yang sebesar lengan bayi itu melesak ke vaginanya karena dia baru pernah merasakan yang sebesar itu. Diana merasakan batang itu sangat menyesakkan, tonjolan-tonjolan uratnya terasa menggesek dinding vaginanya yang menjepit benda itu dengan keras. Tubuh Diana menggelinjang dan mulutnya mendesah menerima sodokan-sodokan si satpam itu.

Sementara Imron di sebelah kirinya sibuk mengenyoti payudaranya dan payudara yang kanan juga diremas-remas oleh Encep yang melakukannya sambil melumat bibirnya. Karena akal sehatnya telah kalah oleh birahi, tanpa sadar Diana melayani permainan lidah Encep. Tak pernah terlintas di pikirannya dirinya akan terlibat seks liar dengan cara gangbang seperti ini, dulu waktu kuliah di Jerman dia memang sering mendengar seks seperti ini bahkan pernah seorang teman bulenya mengajak ke undangan untuk pesta underground yang ujungnya tidak jauh-jauh dari pesta orgy, namun dia selalu dengan halus menolaknya karena merasa tidak pantas dan tidak sesuai dengan adat timur. Kini dia harus mengalaminya dengan pria-pria kasar seperti mereka. Tangan-tangan kasar itu berkeliaran menggerayangi bagian-bagian sensitif tubuhnya. Kedua putingnya terus menerus dipelintir, ditarik-tarik, dan dicupangi. Lekuk-lekuk tubuhnya yang indah dielusi tanpa ada yang terlewat. Diana terus memejamkan matanya tidak ingin melihat bagaimana ketiga pria kasar ini memperkosanya. Walau sebenarnya dia mulai menikmati perlakuan mereka dia belum berani menunjukkannya terang-terangan karena malu. Duapuluh menit kemudian, Pak Kahar mengalami ejakulasi, dia mengakhirnya dengan hujaman keras pada kemaluan Diana. Sambil melenguh dia menembakkan spermanya di dalam vagina Diana. Pada saat hampir bersamaan, Diana juga mengalami hal yang sama, tubuhnya menggelinjang tak terkendali, erangan panjang sekali lagi keluar dari mulutnya. Dia tidak bisa lagi menyembunyikan perasaan nikmat itu dan harus diakui walaupun ini termasuk perkosaan kenikmatannya jauh lebih dahsyat dibanding ketika bercinta dengan suaminya.

“Hhhh…ngghh…uenak… !” desah Pak Kahar seraya mencabut penisnya dari vagina Diana, batang itu nampak basah oleh cairan hasil persetubuhan mereka.
Encep menggantikan rekannya menyetubuhi Diana yang masih terkulai lemas. Dia menggenjotnya tidak kalah brutal dari Pak Kahar apalagi staminanya masih full. Melihat buah dada Diana yang ikut berguncang itu dia sangat gemas sehingga meremasinya dengan keras, hal ini menyebabkan desah kenikmatan Diana bercampur dengan rintihan kesakitan. Pak Kahar menggeser kepala Diana hingga menggantung dipinggir meja. Diana melihat dengan jelas penis hitam pria itu mendekati wajahnya.
“Dibersihin Bu sekalian diemut sampe bangun lagi !” perintah Pak Kahar.
Diana pun patuh membuka mulutnya untuk dimasuki penis satpam itu. Pak Kahar merasa keenakan sekali saat penisnya menyentuh lidah dan gigi Diana lalu dihangatkan oleh ludahnya. Naluri seksnya membimbingnya menjilati dan mengisap penis itu tanpa menghiraukan rasa jijik, lidahnya bergerak memutari kepala penis yang seperti cendawan itu. Buah zakar itu sesekali menumbuk hidungnya karena pria itu memaju-mundurkan pinggulnya perlahan seperti gerakan bersetubuh. Saat itu Imron sedang menjilati tubuh mulusnya sambil merasakan penisnya dikocok oleh wanita itu. Sungguh ketiga pria itu seperti gerombolan serigala lapar yang sedang menyantap makanan lezat.

“Dasar cewek, dimana-mana sama aja…gak perek gak dosen kalau udah konak mah kaya gini nih !” ujar Pak Kahar yang sedang menikmati penisnya dikulum Diana.
“Dosen kan juga manusia oi, kalau digituin konak dong, ya toh Bu hehehe…!” timpal Imron sambil memelintir putingnya.
Diana tidak mempedulikan lagi ejekan-ejekan yang merendahkan dirinya itu, dia terlampau hanyut dalam nafsunya dan sibuk mengoral penis satpam itu. Semakin dikulum penis itu semakin mengeras dan bangkit kembali sehingga mulutnya terasa makin sesak apalagi ketika pemiliknya menekan hingga menyentuh tenggorokannya. Setelah sepuluh menit baru Pak Kahar melepaskan penisnya. Diana langsung mengambil udara segar sebanyak-banyaknya dan terbatuk-batuk.
“Sakit Pak…aahh…ahh…jangan keras-keras !” rintih Diana meminta Encep mengurangi kebrutalannya menyodok vaginanya dan remasannya yang kasar pada payudaranya.
Tubuhnya telah basah oleh keringat dan ludah para pria itu, di payudara dan lehernya terlihat bekas-bekas cupangan yang memerah. Bosan dengan posisi demikian, Encep kemudian melepas sejenak penisnya dari vagina Diana kemudian dia duduk di sebuah kursi dan memerintahkan Diana naik ke pangkuannya.

“Eh duduknya ngehadap sini dong biar saya juga kebagian !” Imron menyuruhnya merubah posisi duduknya yang tadinya berhadapan dengan Encep jadi memunggungi.
“Kenapa Ron, gua jadi susah dong ngisepin teteknya” protes si Encep.
“Ntar aja kalo gua udah puas lu boleh deh ngapain aja, gua sekarang mau disepongin dulu, kecuali lu mau kontol gua deket muka lu”
Encep pun akhirnya nurut saja karena Imron lebih berkuasa dan dialah yang mendapatkan wanita ini, sedangkan dirinya sendiri hanya nimbrung saja.
“Sekarang Ibu goyang yah ayo !” kata Encep.
Diana melakukannya tanpa harus diperintah kedua kali karena dia sudah terbawa kenikmatan ini dan merasa tanggung sebelum mencapai klimaks. Pantatnya bergerak naik-turun disertai gerakan memutar sehingga pria itu merasa penisnya seperti diperas.
“Uihh…asyik, ga kalah dari goyang ngebornya Inul deh, Bu Diana emang emoy…oohh…terus dong dosen ngentot !” lenguh Encep kenikmatan.
Encep menikmati goyangan Diana sambil mendekap tubuhnya, tangannya meremasi payudaranya dari belakang. Leher Diana yang jenjang itu dijilati dan digigit-gigit kecil hingga meninggalkan bekas merah. Imron berdiri di hadapan mereka dengan tangan kiri menggenggam penisnya dan tangan kanannya meraih dagu Diana, kemudian dia menempelkan kepala penisnya ke bibir wanita itu. Tanpa sadar Diana menggerakkan tangan meraih penis besar berurat itu, tubuhnya bekerja secara otomatis mengikuti naluri seksnya.

Diana menjulurkan lidah menjilati lubang kencing Imron disertai gerakan mengocok perlahan.
“Enak Bu….oohh sepong terus dosen lonte !” Imron mengerang sambil memegangi kepala Diana.
Ketika sedang mengoral penis Imron, dia baru sadar bahwa orang yang mengerjainya tinggal dua orang. Dia menggerakkan bola matanya dan melihat ke samping dimana sayup-sayup terdengar desahan tertahan. Jantungnya makin berdegub melihat di sana Pak Kahar yang tinggal memakai kemeja satpamnya sedang berpelukan dengan Jesslyn, keduanya berciuman dengan penuh nafsu. Rok Jesslyn sudah tersingkap dan nampak tangan kasar pria itu sedang meremasi kedua bongkahan pantatnya yang padat itu sementara Jesslyn menggenggam batang penisnya. Jesslyn yang daritadi sudah terangsang oleh adegan langsung di depannya itu menyambut baik ketika si satpam itu mengajaknya melakukan hal itu. Jari-jari Pak Kahar menarik turun celana dalamnya lalu dengan gerakan tiba-tiba diangkatnya tubuh gadis itu dan didudukkan di tepi meja, sesudahnya dia melanjutkan memeloroti celana dalamnya hingga lepas dan dilempar ke belakang. Pria itu menarik sebuah bangku dan duduk disana tepat menghadap kemaluan Jesslyn yang ditumbuhi bulu-bulu hitam lebat.
“Sshhh…!” desis Jesslyn begitu pria itu membenamkan wajahnya di pangkal pahanya.
Jesslyn merasakan lidah kasar satpam itu menari-nari di dalam vaginanya memberikannya sensasi geli yang nikmat sehingga dia tak dapat menahan desahannya sambil menjepit kepala Pak Kahar dengan sepasang paha mulusnya.


Jesslyn


Pak Kahar menjulurkan tangannya menyingkap kaos Jesslyn beserta cup branya ke atas. Dengan demikian dia dapat mempermainkan payudara gadis itu sambil terus menjilati vaginanya. Di tempat lain, Diana sedang sibuk menaik-turunkan tubuhnya di pangkuan Encep. Pria itu sepertinya sudah mau mencapai puncak, terlihat dari erangannya dan remasannya yang semakin gemas terhadap payudara Diana, dia juga terkadang menekan-nekan tubuh Diana seolah menginginkan penisnya menusuk lebih dalam.
“Ohh…saya mau ngecrot Bu, di dalam yah !” ujarnya.
Diana sebenarnya tidak rela sperma-sperma itu tertumpah di rahimnya terlebih kalau sampai hamil gara-gara perkosaan ini, satu hal yang dia syukuri adalah saat itu dia sedang tidak dalam masa subur. Tak lama kemudian dia merasakan cairan hangat memenuhi bagian dalam kewanitaannya, desahan dan deru nafas satpam itu juga terasa dekat wajahnya. Dia terus menaik-turunkan tubuh hingga penis itu terasa makin menyusut ke bentuk aslinya namun dia sendiri masih belum mencapai puncak sehingga merasa ada yang kurang.
“Ayo, sama saya sekarang Bu !” Imron seolah bisa membaca pikirannya, dia membantunya berdiri dan mendudukkannya di pinggir meja.
Imron menusukkan penisnya ke vagina Diana, kali ini sudah tidak sesulit waktu pertama tadi karena daerah itu sudah sangat licin dan becek oleh cairan orgasme dan sperma kedua satpam yang barusan menggumulinya.

Imron mulai menggenjot penisnya dengan cepat keluar masuk vagina Diana.
“Aahh…oohhh…ahhh !” desah Diana dengan tubuh menggelinjang, kedua pahanya melingkari pinggang Imron dan tangannya memeluk erat tubuh pria itu.
Tiba-tiba dia merasa tubuhnya terangkat dari meja, ternyata Imron memang telah menjauhkannya dari meja, hanya pahanya saja ditopang oleh kedua tangan kokoh Imron. Secara refleks Diana makin mempererat pelukannya kepada Imron dan kini tusukan-tusukan penis Imron makin terasa olehnya, bahkan secara naluriah dia pun turut menggoyangkan pinggulnya. Imron sangat gemas melihat payudara Diana yang terguncang-guncang dan wajahnya yang makin bersemu merah karena terangsang berat sehingga tempo genjotannya makin bertambah. Sambil mengarungi lautan kenikmatan, Diana juga menyaksikan Jesslyn yang kaos dan roknya telah tersingkap sedang mengoral penis Encep yang duduk di bangku sementara dari belakangnya Pak Kahar menggenjotinya dengan ganas.
“Enak kan Bu ? Hehehe…sama suami Ibu belum pernah seasyik gini kan ?” ejek Imron.
“Iyah Pak…enak…ahhh…enak banget !” kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut Diana yang tengah dilanda birahi tingkat tinggi.
Hampir duapuluh menit lamanya Imron menggenjot Diana dalam posisi demikian. Diana takjub akan keperkasaannya, dengan suaminya dia pernah mencoba posisi ini namun tidak bertahan lama karena gaya ini memang memakan banyak tenaga untuk menggenjot dan menopang berat badan sang wanita. Vagina Diana makin becek sehingga terdengar bunyi berdecak setiap selangkangan mereka bertumbukan.

Sementara itu, tidak jauh dari situ Jesslyn sedang menikmati sodokan Pak Kahar yang ganas. Sodokan itu cukup bertenaga sehingga tubuh Jesslyn ikut bergetar, terkadang penis Encep yang sedang diemutnya melesak lebih dalam dalam mulutnya. Pak Kahar juga menggerayangi payudaranya yang tergantung itu. Encep merem-melek menikmati belaian lidah Jesslyn pada penisnya.
“Gitu Non, enak…asoy, kaya surga !” gumamnya sambil membelai rambut Jesslyn.
Sejak diperkosa Imron tiga bulan lalu Jesslyn memang telah tidak malu-malu melakukannya dengan orang-orang semacam mereka. Hasrat liar dalam dirinya telah mengalir bagaikan curahan air dari bendungan yang bobol. Imron telah berhasil memunculkan sisi liar dalam diri gadis itu. Selain dengan kedua satpam ini Jesslyn juga pernah terlibat hubungan seks dengan si dosen bejat Pak Dahlan, gerombolan tukang becak di dekat kampus, sekelompok anak STM, dan lain-lain. Keliaran Jesslyn ini akan kita simak dalam nightmare sidestory di lain waktu.
“Oohh…ohhh…saya nggak tahan lagi Pak, mau keluar !” desah Jesslyn ketika merasa sudah diambang klimaks.
Mendengar itu Pak Kahar semakin bersemangat menggenjotnya hingga akhirnya tubuh Jesslyn mengejang tak lama kemudian. Cairan orgasmenya keluar deras sekali membasahi dan menghangati penis Pak Kahar.
“Hihihi…asyik banget yah Non entotannya ?” sahut Encep melihat reaksinya yang liar ketika orgasme.

Disaat yang sama Diana juga mencapai klimaks bersama Imron. Tubuhnya mengejang dan mulutnya mengeluarkan erangan panjang. Imron menyandarkan punggung wanita itu di tembok dan menurunkan kaki kanannya karena saat itu Imron juga sudah mau keluar. Dia menyusul sekitar setengah detik orgasme Diana, penisnya dia tekan lebih dalam sambil melenguh panjang melepaskan spermanya di dalam rahim wanita itu. Entah sudah berapa banyak cairan putih kental itu yang tertumpah disana sehingga meluber keluar dan meleleh di daerah paha sekitar selangkangannya. Setelah mereguk sisa-sisa orgasme sambil berpelukan Imron memapah tubuh Diana yang masih lemas dan membaringkannya di atas meja.
“Puas banget saya main sama Ibu, sekarang Ibu istirahat dulu, saya mau muasin Non Jesslyn” katanya seraya memberikan ciuman pada bibir wanita itu.
Akal sehat Diana berangsur-angsur pulih kembali, dia menyadari betapa kotor dan berdosanya dirinya karena telah menikmati persetubuhan laknat barusan. Perasaan bersalah pada suaminya kembali melingkupi dirinya sehingga air matanya menetes. Setelah merasa tenaganya cukup kembali Diana menjajakkan kakinya ke tanah dan melangkah gontai ke sudut ruangan untuk memungut kacamatanya yang terlempar. Untunglah benda itu tidak pecah, hanya gagangnya sedikit bengkok. Diana tersentak ketika bangkit berdiri dan membalikkan badan melihat Pak Kahar berdiri di belakangnya sambil cengengesan, penisnya dalam keadaan ereksi.

“Hehehe…pake kacamata gitu Ibu juga tetap cantik, saya jadi gemes deh !” kata Pak Kahar sambil meraih lengan Diana.
“Ehh…nggak Pak, sudah…cukup !” Diana melepaskan diri dari satpam itu yang mencoba mendekapnya.
“Ayo dong, Ibu ini malu-malu aja padahal tadi keenakan gitu, iya kan ngaku aja hehehe !” ejek Pak Kahar dengan terus melangkah mendekati Diana yang berjalan mundur menghindarinya sambil menutupi tubuh telanjangnya dengan tangan.
Pak Kahar akhirnya berhasil mendekap Diana di dekat jendela, tubuh Diana yang menghadap kaca jendela dipepetnya hingga kedua payudaranya yang montok itu menempel disana. Kalau saja hari masih siang dan tidak hujan pemandangan itu sudah menjadi tontonan gratis bagi orang-orang yang lalu lalang di taman belakang kampus itu. Diana meronta dan meminta agar dilepaskan, namun Pak Kahar malah meremasi pantatnya.
“Bagus Bu, pantat yang bagus, udah lama saya pengen pegang akhirnya kesampaian juga, dapet ininya lagi !” kata Pak Kahar seraya menggerakkan tangan satunya mengorek-ngorek vagina Diana.
Diana tak mampu berbuat banyak untuk melawannya terlebih tubuhnya masih letih setelah digarap mereka tadi, dia bahkan mulai terangsang lagi karena jari-jari si satpam yang mengais vaginanya, klitorisnya yang dia temukan dia main-mainkan sedemikian rupa, digesek dengan jarinya dan dipencet-pencet sehingga tubuh Diana bergetar seperti tersengat listrik.

Pada saat yang sama Jesslyn sedang melakukan gaya woman on top kepada Encep yang berbaring di lantai, pakaiannya yang sudah tersingkap itu masih menempel di tubuhnya. Sambil menaik-turunkan tubuhnya dia memberikan perlayanan mulut kepada penis Imron. Penis hitam Imron dia jilati dari kepala sampai buah zakarnya. Reaksinya sekarang sangat beda sekali dengan ketika pertama kali diperkosa Imron dulu, kini dia memang sudah menjadi budak seks Imron yang harus bersedia menuruti nafsu bejat si penjaga kampus itu. Tak lama kemudian, Imron merasa cukup dengan oral seks itu, kemudian dia menyuruh Jesslyn mencondongkan badan ke depan sehingga pantatnya terangkat. Imron lalu mengarahkan penisnya ke dubur gadis itu.
“Aakhh…pelan-pelan Pak…ngghh !” erangnya menahan rasa nyeri karena jarang melakukannya secara anal.
Setelah Imron memasukkan penisnya ke pantat Jesslyn, ketiganya mulai bergoyang lagi. Erangan kesakitan Jesslyn sekonyong-konyong berubah menjadi erangan nikmat merasakan double-penetration itu. Si Encep yang dibawahnya daritadi terus memain-mainkan payudara Jesslyn yang menggiurkan. Tubuhnya tersentak-sentak dan mulutnya mengap-mengap mengeluarkan desahan.
“Terus Pak…terus…ahh-ahh !” Jesslyn menceracau tak karuan.
“Oohh…abang mau keluar, enak banget Non uuhh !” Encep tiba-tiba mengerang lebih panjang dan matanya merem-melek karena sudah mau mencapai orgasme.
Jesslyn merasakan semprotan sperma Encep yang hangat di vaginanya, tubuhnya terus naik-turun karena dia belum mencapai puncak. Hal ini membuat Encep blingsatan karena penisnya terus diremasi dinding vagina Jesslyn yang makin berkontraksi, mulutnya yang agak monyong semakin monyong karena mengerang.

Jesslyn baru menyusul ke puncak sekitar lima menit kemudian, dia mengeluarkan banyak sekali cairan kewanitaan sampai meleleh membasahi selangkangannya dan selangkangan Encep. Imron pun saat itu juga sudah mau keluar, dia mencabut penisnya dari dubur gadis itu kemudian berdiri di depannya dengan tangan satu memegangi kepala Jesslyn dan tangan lainnya mengocok penisnya. Lima detik saja penis itu sudah menyemprotkan isinya membasahi wajah gadis itu. Imron menjatuhkan pantatnya di bangku terdekat dan Jesslyn ambruk di atas tubuh Encep dengan penis pria itu masih menancap di vaginanya. Sementara di jendela sana, situasinya tidak kalah seru. Diana yang merasa sudah makin mendekati puncak menggoyang-goyangkan pinggulnya menyambut genjotan Pak Kahar. Tubuh Diana makin terdorong ke depan, kedua lengan dan payudaranya makin menempel di kaca, dari luar itu akan menciptakan pemandangan yang menggairahkan. Jilatan si satpam pada daun telinga dan lehernya makin membuat darahnya bergolak. Akhirnya Diana merasakan dari dalam tubuhnya seperti mau meledak tanpa bisa ditahan lagi. Erangannya terdengar nyaring seiring dengan tubuhnya yang menegang. Pak Kahar semakin bernafsu menggenjoti Diana hingga tubuh wanita itu mulai melemas kembali.
“Sekarang saya mau keluar di mulut Ibu, Ibu harus telen peju saya yah, jangan sampe dimuntahin, awas !” katanya sebelum mencabut penisnya.

Diana disuruh berlutut dan mulutnya dijejali penisnya yang basah itu. Di dalam mulut dirasakannya kepala penis itu berdenyut-denyut hingga sebentar kemudian mengeluarkan cairannya yang kental dan hangat. Dengan terpaksa Diana menelan cairan itu karena tubuhnya masih terlalu letih untuk menolak. Sebagian sperma itu meluber di pinggir bibirnya dan meleleh ke leher membasahi kalung pemberian suaminya ketika masih pacaran dulu. Diana memejamkan mata erat-erat menahan rasa jijik namun disamping itu ada sensasi aneh mengalir dalam dirinya. Dia baru pernah merasakan kenikmatan total dalam berhubungan seks yang belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Orgasme Pak Kahar pun makin surut, dia akhirnya melepaskan kepala Diana. Diana sendiri tersandar lemas di tembok tepat di bawah jendela, lelehan sperma masih nampak pada pinggir bibir, dagu dan lehernya, matanya menatap hampa ke depan.
“Nah gimana Bu, baru tau kan enaknya digangbang bapak-bapak ini !” ejek Jesslyn yang sudah membereskan pakaiannya “dan Ibu tau kan akibatnya kalau kejadian sekarang bocor, Ibu gak mau kan suami Ibu sedih”
Di rumah Diana menangis sejadi-jadinya sambil merendam tubuh di bathtub, dia merasa dirinya tidak beda dari pelacur, dia telah menjadi budak seks Imron yang harus bersedia melayaninya kapan saja dan dimana saja. Sejak itu pula dia selalu merasa persetubuhan dengan suaminya ada yang kurang, kenikmatan yang didapat tidak sedahsyat dengan si penjaga kampus dan kawan-kawannya itu. Sekalipun tetap mencintai Alex dengan sepenuh hati, namun dia tidak bisa menolak ajakan seks dari Imron yang dirasanya lebih nikmat, bahkan diam-diam hati kecilnya menginginkannya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd