Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY NIN ERNA: SEKS PELUNAS HUTANG

Klarifikasi dan Kompensasi

Malam berikutnya Nin Erna masih menyelinap ke kamarku setelah dipastikan kondisinya aman. Kami bercinta lagi seperti kebiasaan sebelum ada Tante Nanda di apartemenku. Setiap kali habis ngentot, aku selalu melihat pintu kamarku yang tadinya tertutup menjadi sedikit terbuka. Celahnya cukup untuk seseorang melihat aktivitas di dalam kamarku. Aku tidak pernah memberitahu Nin Erna soal itu, takut dia akan bereaksi panik dan berlebihan.

Pagi hari seperti biasanya sebelum berangkat kerja, aku sarapan ditemani Nin Erna yang menyiapkan sarapanku. Ditambah Tante Nanda yang menginap dari kemarin. Biasanya aku dan Nin Erna sarapan sambil telanjang, sekarang tidak bisa. Nin Erna memakai daster yang dipakainya tadi malam, dan Tante Nanda memakai tanktop yang biasa dipakainya. Pemandangan pagi itu membuatku tercengang, Tante Nanda dengan tanktopnya membuat payudaranya terlihat membusung. Memang ukurannya terlihat besar, sepertinya lebih besar dari Nin Erna. Dan kulihat sepertinya dia tidak memakai BH, terlihat putting susunya menonjol dibalik tanktop itu.

“Wah, seger nih pagi ini ya…” ucapku membuka obrolan.

“Apanya yang seger, a?” Tanya Nin Erna.

“Udaranya ini, Nin. Iya ga, tan?” tanyaku pada Tante Nanda yang terlihat sedang menatapku.

“Eh…mmm… iya cuacanya bagus sepertinya.” Sahut Tante Nanda.

“Ohya mah, nanti Nanda kayaknya siang mau pergi keluar.” Ucap Tante Nanda ke Nin Erna.

“Mau kemana, Nan?”

“Mau ketemuan sama temen lama. Udah janjian.” Jawabnya.

“Mau Beni anterin ga, tan?” tanyaku.

“Tan…tan… umur kamu lebih tua dari aku tau…” protes Tante Nanda.

“Haha… lah kan emang tante aku, ya ga Nin?”

“Hahaha… Nanda ga mau keliatan tua kayaknya haha…”

“Ih…mamah… Ga usah, ga usah dianterin.” Jawab Tante Nanda.

“Ada yang ganggu loh nanti…” godaku.

“Biarin!” sahut Tante sewot.

Selesai sarapan aku pun berangkat ke kantor meninggalkan Nin Erna dan Tante Nanda di apartemenku. Untungnya tetangga apartemen di sini tidak suka ikut campur urusan orang lain, jadi walau ada dua Perempuan di apartemenku tidak menimbulkan masalah dengan tetangga.

Jam 11 siang di kantor tiba-tiba aku dikejutkan suara notif whatsapp di ponselku. Apakah Nin, pikirku. Lalu aku lihat pesan itu, ternyata nomor Tante Nanda yang mengirim pesan. Segera kubaca karena penasaran tumben dia mengirim whatsapp.

“Ben, aku mau ketemu kamu siang ini.” Tulisnya.

“Loh, bukannya tante ada janji sama temen.” Jawabku.

“Iya aku mau ketemu kamu, aku bilang itu supaya mamah ga banyak tanya.”

“Ada apa emangya?” tanyaku penasaran.

“Ya nanti aku jelasin kalau ketemu. Aku tunggu di kafe dekat kantor kamu.”

Tante Nanda lalu mengirimkan lokasi di mana dia berada. Aku penasaran ada hal apa dia ingin ketemu denganku di luar, kenapa tidak bicara di apartemen saja. Daripada tidak ada jawaban, aku pun segera meluncur ke lokasi yang dikirimkan. Aku kirim pesan ke Nin, aku tidak pulang siang ini karena ada janji ketemu klien.

Tiba di kafe aku lihat Tante Nanda duduk di tempat paling pojok yang jauh dari keramaian. Dia memakai dress tanktop, suka sekali dia memakai tanktop, entah untuk memamerkan kemulusan keteknya, entah udara di JR yang memang panas. Dress tanktop ini juga ketat, sehingga lekuk badannya pasti akan menggoda lelaki untuk melihatnya. Untungnya dia membawa blazer yang sedikit bisa menutup bagian atasnya. Pada saat kulihat dia tidak memaki blazer itu. Dia melambai padaku dan menunjuk untuk segera duduk bersamanya.


Mulustrasi Tante Nanda

“Haloo tante…..” godaku.

“Ih ya tante teruss….” Protes Tante Nanda sambil memanyunkan bibirnya.

“Duh…seksinya itu bibir… hahaha.” Candaku.

“Mau pesen apa?” katanya.

“Hmm… apay a, kopi aja deh. Mau traktir aku nih?”

“Yee… kamu yang bayar lah Ben, kan yang punya duit.”

“Lah, situ yang ngajak ketemu, gimana sih hahaha…” kami berdua tertawa.

“Sebenernya, ada apa sih ngajak ketemu di sini? Kenapa ga ngobrol di apartemen aja nanti.” Tanyaku penasaran.

“Mmm… ada yang mau aku tanyain ke kamu, tapi mamah jangan tahu. Makanya aku ngajak kamu ke sini.”

“Mau tanya apa emang? Jadi deg-degan ini…”

“Hmm… Ben… sebenernya ada apa antara kamu sama mamah aku?” Tanya Tante Nanda.

Deg tiba-tiba jantungku berdebar mendengar pertanyaan itu. Tapi, aku berusaha tenang dan menjawab.

“Apa, maksudnya gimana?” aku pura-pura tidak mengerti pertanyaannya.

“Kamu pasti paham, Ben. Aku dari kemarin sebenernya lihat apa yang kamu dan mamah lakuin malam-malam. Karena aku curiga malam-malam mamah ga ada di kamar, jadi aku cari. Dan mendengar suara di kamar kamu. Aku penasaran, jadi aku intip.”

“Kamu lihat apa emang?” aku masih pura-pura.

“Ayolah Ben, ga usah pura-pura. Aku lihat kalian ngentot!” tegas Tante Nanda padaku.

“Hmm… baiklah kalau kamu memang sudah tahu apa yang kami lakukan. Aku ga akan bohong.”

“T-ttapi… kenapa Ben? Kenapa Mamah?” tanyanya.

“Hmm… ini sebenernya Nin Erna bilang ga boleh diceritakan sama siapa pun. Tapi, karena kamu udah tahu jadi akan kujelaskan.”

Aku jelaskan lah awal mula kenapa aku bisa berhubungan dengan Nin Erna, tentang perjanjian pelunasan hutang yang adalah hutang Tante Nanda. Dia terdiam, ada sedikit air mata menitik di matanya. Lama-lama air matanya mengalir. Aku berikan tisu padanya.

“Kenapa mamah, kenapa mamah ngelakuin itu?” keluhnya sambil terisak.

Aku memegang tangan Tante Nanda untuk menenangkannya.

“Mungkin ini jalannya. Kita lihat sisi positifnya saja. Lihat apakah ada perubahan dari Nin Erna sekarang?” jelasku.

“Ssh… Memang mamah udah berubah sekarang. Mamah keliatan lebih ceria, lebih banyak senyum daripada sebelumnya. Mamah keliatan Bahagia sekarang ini.” Ucap Tante Nanda.

“Seneng kan liat Nin Erna Bahagia?” tanyaku.

“Iya tentu saja aku seneng mamah Bahagia, sering senyum. Tapi…”

“Ga usah dipikirkan yang lainnya. Awalnya aku yang meminta, ke sininya kami melakukannya karena saling suka.” Potongku.

Tante Nanda hanya terdiam. Matanya masih menitikan air mata. Setelah dia agak tenang dan aku pun harus Kembali ke kantor, aku tinggalkan dia di kafe. Walau ini sebenarnya kesempatan, tapi aku biarkan Tante Nanda untuk mencerna dan menerima keadaan ini.

“Tan, nanti kita ketemu di apartemen ya.” Ucapku sembari meninggalkannya.

Di kantor aku berencana untuk memancing Tante Nanda, jadi aku kirim pesan ke Nin Erna untuk Bersiap-siap nanti malam melakukan ritual seperti kemarin. Pasti Tante Nanda akan melihatku di luar kamar, tanpa Nin Erna tahu.

Ketika di apartemen aku dan Tante Nanda bertemu tapi tidak banyak bicara apa-apa, hanya basa-basi seperti biasa. Malam hari sesuai dengan yang aku rencanakan, Nin Erna masuk ke kamarku. Dia memakai daster saat masuk ke kamarku. Ketika sudah di dalam kamar sambil berjalan menuju Kasur, Nin Erna berjalan dengan gaya slow motion sambil membuka kancing dasternya, melepas bagian pundak dasternua sebelah sambil menggodaku. Setelah semua kancing terbuka, Nin Erna melepaskan dasternya ke bawah. Dan wow, ternyata dia memakai sexy lingerie yang aku belikan. Nin Erna berjalan menuju Kasur sambil memaikan kedua tetek besar di balik lingerinya. Aku melihatnya sambil memegang celana dalamku dan mengelus-elus kontol dibaliknya.


Mulustrasi Nin Erna dengan Lingerie

“Wow… Ninku binal…!!!”

Nin hanya tersenyum sambil merangkak di Kasur menghampiriku. Mendekat ke wajahku dan langsung mencium bibirku. Kami berpagutan penuh nafsu, disela-sela gelora kami aku selalu memperhatikan pintu kamar untuk memastikan Tante Nanda akan melihat perbuatan kami. Di dalam kamar aku selalu memposisikan Nin Erna untuk membelakangi pintu kamar.

“Nin sepongin dong…!” pintaku sama Nin.

Tanpa banyak bicara Nin langsung meraih kontolku, dimasukan ke dalam mulutnya. Langsung dia menjilati semua bagian dari kontolku. Aku hanya bisa menikmati sambil mengelus-elus kepala Nin Erna. Tak tahan dengan sepongannya, aku minta Nin buat segera memasukan kontol ke dalam memeknya dengan posisi WOT.

Saat Nin menggenjotku dalam posisi WOT, aku lihat pintu kamar sudah terbuka sedikit. Dari celahnya aku perhatikan ada mata yang sedang menatap ke dalam kamar. Aku yakin itu Tante Nanda yang sedang melihat. Aku semakin bersemangat untuk menjamah Nin Erna Ketika dia menggenjotku, aku remas payudaranya, aku jilat keteknya. Lalu aku minta Nin Erna nungging dengan gaya doggy favoritku. Aku genjot dia dengan kencang.

“ah…mm…ah…ah…ssshhh… enak… ah.. terus a… terus a…” racau Nin Erna.

“ah… enak Nin? Mau lagi? Suka? Nih aa kasih…ah…”

“Iya a enak… ah…ah… ah… Nin suka…”

“Suka apa Nin? Ga kedengeran.” Sengaja aku tanya lagi agar Nin menjawab dengan lebih kencang.

“mmm…ah…ah…ah… Nin suka…ah… ah… dientot kontol aa …. Ah…ash…ahh…ahhh… ayo ewe Nin a, ewe!”

Desahan dan racauannya yang semakin kasar dan binal membuatku semakin semangat, juga aku ingin menunjukkan pada Tante Nanda kalau Nin Erna menikmatinya dan aku ingin Tante Nanda menjadi terpancing nafsunya.

Setelah hampir setengah jam aku menggempur Nin Erna, akhirnya puncak kenikmatan kami berdua rasakan berbarengan. Saking lelahnya setelah croot dan saling berpelukan sebentar, Nin Erna tertidur di dadaku. Situasi ini aku manfaatkan dengan menyelinap keluar, dan menuju kamar Tante Nanda. Ternyata Tante Nanda sedang berjalan baru akan menuju kamarnya juga setelah mengintip dari kamarku.

“Tante…!” panggilku. Dia menoleh dan memalingkan muka akan pergi, aku tarik tangannya.

“Gimana, sudah lihat kan tadi? Nin senang kan?” tanyaku.

Tante Nanda hanya diam.

“Lepas Ben, aku mau ke kamar.” Ucapnya sembari berusaha melepas tanganku.

“Aku ikut, mau coba apa yang Nin rasain kan?” godaku padanya.

Dia tidak berkata hanya berjalan menuju kamarnya, aku pun tidak bertahan jadi aku ikut tertarik ke kamarnya. Sampai di kamar aku langsung mendekap Tante Erna, kuarahkan bibirku untuk menciumnya dan tangan memegang pinggangnya. Tante Nanda memalingkan wajahnya menghindari ciumanku, tapi aku tahan kepalanya agar aku bisa menciumnya dan kubisikan di telinganya.

“Tante… aku tahu kamu mau juga, tadi aku lihat di balik pintu tanganmu merangsang diri sendiri…”

Tante hanya terdiam dan masih menahan kepalanya.

“Lagian tante juga harus bertanggung jawab untuk melunasi hutang tante…”

Setelah itu dia membiarkan bibirku menjamah bibirnya, tapi masih tertutup dan tidak membalas ciumanku. Aku merangsangnya dengan menjilati lehernya dan tanganku bergerilya di balik tanktopnya yang tidak memakai bra.


Mulustrasi baju Tante Nanda

“mmm…shh…” suara desis Tante Nanda pertanda pertahannya mulai runtuh.

Bibirku kini bergerak turun ke bagian dadanya. Perlahan aku turunkan tanktopnya sampai terbuka sepenuhnya. Dan terpampanglah dua bukit kembar yang sangat indah, besar membulat, kencang. Ini lebih besar dari punya Nin Erna. Lebih kencang tentu saja karena lebih muda. Melihat tetek itu langsung aku hisap pentilnya yang masih berwarna merah muda agak cokelat. Aku hisap bagian kiri dan kuremas bagian kanan.

“mms…slrupp…slrppp”

“mmmss…ahah….mmmppp…shhhh” Tante Nanda mendesis mulai menikmati.

Mendengar desahan Tante Nanda aku semakin bersemangat bermain dengan toket besar itu, bergantian kiri kanan aku mainkan. Tangan kananku kini beralih kebagian bawah, Tante Nanda hanya memakai celana pendek seperti celana dalam. Aku elus-elus memainkan memeknya di luar celananya.

“mmm….” Desahnya saat jemariku mulai bergerak di memeknya.

Puas dengan toket gede Tante Nanda, aku beranjak ke bawah. Aku turunkan celana pendek Tante hingga terlihat olehku belahan memek yang cantik. Tante Nanda mencukur bulu kemaluannya sehingga memeknya bersih tampak seperti memek remaja. Aku rebahkan Tante Nanda, lalu aku mulai bermain dengan memek Tante.

“Ah….sshh…” tante Nanda masih menahan desisnya Ketika lidahku mulai membelah memeknya.

Kujilati memek Tante dengan hati-hati agar dia bisa menikmati. Sesekali aku mainkan dengan jari dan memasukan jari ke memeknya. Tante Nanda hanya mendesah pelan dan badannya menggelinjang menahan geli. Geli tapi nikmat mungkin. Aku cium klitorisnya, dan mulai kuusap dengan lidah.

“aaah….ssshh…. mmmm….en….aah…” hanya itu yang keluar dari mulutnya.

Aku semakin kencang menjilati klitorisnya, pinggul dan pantat Tante Nanda naik turun tak karuan. Badannya semakin menggelinjang. Tiba-tiba tangannya memegang rambutku, sedikit dijambak rambutku. Lalu dia menekankan kepalaku lebih dalam ke memeknya. Aku jilati itilnya lebih kencang.

“Ah…ah…ah…ah…ssshhh…aahh….ahhh…ahhh…ah…… aaaaaaahhhhhh….”

Suaranya tak karuan sampai di akhir suaranya semakin Panjang dan melemah, pertanda dia sudah orgasme.

“Enak Tan?” tanyaku padanya. Dia hanya diam tanpa bereaksi apa-apa. Matanya dipejamkan.

Aku Bersiap akan memasukkan kontolku ke dalam memeknya. Baru kepala kontol di bibir memeknya. Tiba-tiba aku dengar suara pintu terbuka. Hah, jangan-jangan Nin pikirku. Aku langsung berlari menuju kamarku dan meninggalkan Tante Nanda yang sedang telanjang.

Di depan kamarku Nin sudah mau keluar dari kamar. Aku menahannya dan membawa masuk Kembali ke kamar.

“Aa… dari mana?” Nin bertanya.

“Habis minum…” tak banyak bicara, aku segera menempelkan tubuh Nin ke dinding.

“Aa… pengen lagi Nin…” kubisikan itu di telinga Nin sambil menempelkan kontolku yang sudah tegang di pantatnya.

Kudempet tubuh Nin di dinding, aku masukkan kontolku ke memeknya dari belakang dalam posisi berdiri.

Bles….

“Ah… Aa udah ngaceng aja ini… lanjutkan aa… genjot…” pinta Nin.

Aku genjot Nin dalam posisi berdiri menghadap tembok. Nin tidak tahu aku ngaceng karena memek anaknya yang ga sempat aku genjot. Jadi gantinya memek Nin yang aku genjot.

“ah…ah….” Plak! Aku tampar pantat Nin yang bulat menggoda itu.

“ah….mmmm….” desah Nin Erna.

Karena kontolku sudah tegang dari tadi gara-gara Tante Nanda, tak sampai 10 menit aku sudah mau keluar di memek Nin Erna.

“Ah…Nin…aa mau keluar…ah…ah…ah…” sambil kupercepat genjotanku.

“Ah…ah…ah… ayo a… sama-sama…”

“Ah…ah….argh…ssh….mmmp… aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” dan akhirnya aku crot di memek Nin Erna.

“Ah… anget banget….. cabut a… Nin harus balik ke kamar sebelum Nanda bangun.” Pinta Nin.

Aku cabut kontolku. Setelah Nin memakai dasternya dia Kembali ke kamar. Aku takt ahu apakah Tante Nanda masih dalam keadaan telanjang atau tidak. Biarlah, kalau Nin lihat dia telanjang paling Tante yang ditanya. Aku pun beristirahat setelah permainan dengan dua wanita. Nin Erna wanita 55 tahun yang masih mempesona dan Tante Nanda wanita 33 tahun yang sangat menggoda. Hanya belum berhasil memasukan kontol ke memeknya.

Pagi hari saat sarapan bertiga. Sikap kami masih seperti biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa. Saling memberi obrolan biasa saja.

“Mah, Nanda nanti siang mau pulang ya…” kata Tante Nanda.

“Loh, kok mendadak pulang?” tanyaku kaget, karena berpikir apa karena kejadian semalam.

“Iya kok mendadak mau pulang, Nan?” tanya Nin.

“Ini, kemarin Mas Reza menelpon. Ada yang harus aku selesaikan dulu di rumah.” Jelas Tante Nanda.

“Oh ya sudah…” balas Nin singkat.

“Aku antar ke stasiun ya?” aku menawarkan diri.

“Lihat nanti saja.” jawab Tante Singkat.



Bersambung…
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd