-ketigabelas-
*Rudi*
Yeees! Akting pura-pura marahku sukses,hehehe. Nisa akhirnya ikhlas membiarkan aku menelanjanginya. Aku pinter banget siiih.
"Rudi, matiin lampunya ya?" Nisa memintaku memberikan sedikit kelonggaran.
"Nggak mau Nisa sayang," aku tersenyum sambil mulai menurunkan selimut di badan Nisa. Nisa cemberut mendengar jawabanku, namun tangannya tak lagi menahan selimut tersebut.
Aku pun menyingkirkan selimut tersebut dari badan Nisa, kemudian tanpa perlawanan yang berarti melepaskan baju dan bra Nisa serta celana yang dikenakannya.
Kayaknya Nisa uda beneran pasrah nih, aku mau coba praktekin JAV yang aku liat aaah.
"Nisa terlentang ya?" pintaku setelah berhasil membuka selimut serta semua pakaian Nisa kecuali celana dalamnya.
Nisa mengikuti arahanku sambil meletakan tangannya di atas payudaranya, berusaha menutupinya dari pandanganku.
"Punya Nisa tuh gede, mau ditutupin juga percuma," aku tersenyum geli melihat usaha Nisa.
"Bodooo! Ngomong mesum lagi, aku ga jadi nih. Terserah deh kamu marah juga, sekali lagi ngomong mesum awas sih," Nisa membuang wajahnya sambil tetap menutupi payudaranya.
Ga bole ngomong mesum ga apa-apa deh, yang penting boleh mesumin Nisa, hehehe.
"Iyaa, aku ga ngomong mesum lagi, tapi dipinggirin ya tangannya," aku mencoba menggeser tangan Nisa ke samping. Walau tangannya sedikit berat saat kugeser, Nisa tak melawanku.
"Sekarang aku buka celana dalam Nisa ya? Boleh kan istriku sayang?" aku berbasa-basi meminta ijin kepadanya.
"Rudi, lampu kamar kamu kan ada yang kuning tuh, nyalain yang itu aja ya? Kalau pakai yang putih terang gini aku malu. Kan jadi adil, ga terang tapi ga gelap juga," Nisa menatapku sambil kembali menutupi payudaranya.
"Iya deh, tapi jangan ditutupin dulu dong itu kamu," jawabku sambil menganggukan kepala ke arah payudara Nisa.
Nisa kembali memalingkan wajahnya ke arah lain dan memindahkan tangannya ke samping badan. Aku pun kemudian beranjak mematikan lampu utama dan menyalakan lampu baca.
Nisa pinter juga ya, jadi remang-remang romantis gini.
"Aku buka ya sekarang?" tanyaku sambil menempelkan tanganku di bagian atas celana dalam Nisa. Nisa diam saja.
Diam artinya setuju.
Perlahan aku menurunkan celana dalam Nisa. Napas Nisa mulai tak beraturan.
Padahal belum diapa-apain, Nisa uda mulai terangsang aja.
"Nisa boleh coba angkat pantat kamu sebentar ga? Nyangkut nih celana dalamnya," aku tak bisa menurunkan lebih jauh lagi karena tersangkut pantat Nisa.
Aduuuh! Padahal dikit lagi kelihatan "itu"nya Nisa.
"Nisaaa," panggilku saat Nisa tak bergerak.
"Hayo tadi bilangnya kalau aku ga ngomong mesum kamu mau ngelakuin yang aku minta," aku mencoba mengingatkan Nisa.
Eh, tapi tadi kayanya Nisa ga ngomong kaya gitu sih. Biarin deh.
Nisa pun mengangkat pantatnya. Dengan segera aku turunkan celana dalam Nisa dan mengeluarkan melalui kakinya.
Whhooooaaaa!
Jadi ini yang namanya vagina?! Beda banget sama kemarin malam, faktor cahaya kali ya.
Aku mendekatkan wajahku ke arah vagina Nisa.
Ayo Rudi! Kamu bisa!
Aku memutuskan untuk mencoba apa yang selama ini membuatku penasaran. Kujulurkan lidahku ke arah vagina Nisa.
.
..
...
....
Asiiiin!
Kok asiiin? Apa emang gini ya rasanya?
Badan Nisa langsung mengejang saat lidahku menyentuh vaginanya, mungkin Nisa tidak menyangka aku akan melakukan ini.
Aku mencoba menggerakan lidahku ke dalam rongga vagina Nisa.
Nisa semakin bergerak-gerak gelisah dan aku semakin keasinan.
Tidak kuat dengan rasa asin itu, akupun menarik lidahku dan menatap Nisa.
Nisa menatap balik ke arahku dengan wajah yang...um...seksi.
--------------
Lanjutannya klik [post=1889435259]di sini[/post]