Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT NO QUOTE - Istri Nakal yang Suka Tantangan

Setelah melihat penampakan bodyku, berapa nilai yang kamu berikan ?

  • 5 : Jelek

    Votes: 44 4,9%
  • 6 : Biasa

    Votes: 50 5,6%
  • 7 : Lumayan

    Votes: 85 9,5%
  • 8 : Bagus

    Votes: 148 16,5%
  • 9 : Sexy

    Votes: 391 43,6%
  • 10 : Sempurna

    Votes: 178 19,9%

  • Total voters
    896
Update.

Dengan masih mengucek mata untuk menyempurnakan pandanganku, kulihat jam dinding sudah menunjukkan jam 4 sore. Entah berapa lama aku tertidur, aku sendiri cukup menikmati tidur siangku ini. Aku bergegas bangkit dari kamar tidur, mencari keberadaan mas Harno. Tak kudengar aktivitas apapun di rumah ini, padahal terakhir tadi kuingat mas Harno masih melanjutkan nonton TV nya. Kucari di depan dan belakang rumah pun tak ada sama sekali. "Kemana dia ?", tanyaku dalam hati. Karena kami masih belum merencanakan pergi kemana pun sore ini, aku memutuskan untuk berenang di kolam renang belakang rumah. Terbersit ide nakal dalam diriku setelah sebelumnya bertingkah nakal di depan abang mie ayam tadi. Aku akan berenang bugil, pikirku.

Aku pun kembali ke kamar untuk menanggalkan piyamaku. Kini aku berjalan bugil di dalam rumah untuk menuju ke kolam renang. Mungkin bisa dibilang ini kolam mini, karena ukurannya paling hanya panjang 4 m dan lebarnya 3 m saja. Kedalamannya pun hanya sebatas pinggang saja. Mungkin akan sangat menyenangkan jika rumah ini disewa oleh keluarga dengan anak-anak yang masih SD, mereka pasti akan sangat senang dengan adanya kolam renang ini.

Aku celingak-celinguk di pintu belakang, memastikan bahwa tidak ada orang di sekitar rumah yang pastinya akan bisa melihat ketelanjanganku dibalik renggangnya pagar bambu rumah ini. Setelah memastikan tak ada orang, aku berjingkat untuk melangkah ke dalam kolam. Uuuuhh, segar tapi dingin menurutku, wajar saja karena aku berenang di daerah pegunungan yang memang berhawa dingin. Aku duduk di pijakan turun ke kolam renang, sehingga tubuhku berada di bawah air sebatas dada. Meskipun berada di bawah air, tetap saja orang dari atas kolam renang akan bisa melihat bahwa aku sedang tak memakai busana sama sekali. Aku masih duduk bersantai menyiram rata tubuhku dengan air menggunakan tanganku, seperti bidadari yang sedang mandi di sendang yang jernih.

Kembali kuingat-ingat pikiran nakalku setelah beli mie ayam tadi siang. Aku melihat sendiri bagaimana abang mie ayam tadi mengelus-elus kontolnya meskipun masih tertutupi celana. Kalau saja tak ada mas Harno di rumah, pasti aku sudah dipepet ke tembok, lalu digerayangi susuku. Ah, pikiranku kenapa jadi senakal ini sih…

Dan aku pun jadi terngiang lagi kata-kata mas Harno selama liburan ini, aku menyimpulkan ada gairah tersendiri dalam diri mas Harno ketika ada orang lain yang ikut menikmatiku, terlepas hanya memandangi ataupun juga menggarap tubuhku. Aku sendiri pun belum tahu sampai sejauh mana mas Harno membiarkanku menyajikan pertunjukkan untuk orang lain. Apakah mas Harno juga bakal membiarkan atau mungkin mendukung ketika liang memekku ini ditusuk oleh kontol lain.

Pikiran-pikiran liar ini jadi semakin menjadi-jadi di kepalaku. Mungkin nanti akan kutanyakan langsung kepada mas Harno, sejauh mana dia menginginkan kenakalanku. Aku sebenarnya masih sedikit khawatir kalau aku terlalu vulgar dalam mempertontonkan tubuhku, takutnya kalau kemudian dianggap murahan, dan akhirnya mereka berpikir bahwa aku mudah diajak ngentot dengan orang lain. Aku sendiri mungkin akan tetao menyeleksi siapa yang berhak menancapkan kontolnya di memekku andaikata mas Harno mas Harno malah senang melihatku disetubuhi pria lain.

"Sayaaaang… aku pulang…" kudengar teriakan mas Harno dari depan rumah. Dari mana dia, pikirku dalam hati.

"Aku di belakang mas…" kujawab teriakan mas Harno agar dia menemuiku di kolam renang.

Mas Harno pun menuju ke belakang rumah, dan mendapati aku sedang di kolam tanpa busana sama sekali. Dia terpana ketika melihat aku tanpa busana di kolam renang. "Seneng ya berenang kaya gini ?" tanyanya padaku.

"Ngerasa bebas aja sih mas, seger banget dan merasa santai aja kaya gini tanpa beban." jawabku.

Kemudian mas Harno pun berbalik menuju ke dalam rumah tanpa memberitahuku apa yang akan dia lakukan. Ketika dia kembali, dia sudah membawa sebuah kamera DSLR di tangannya. "Foto Yuk." ajaknya. "Bentar, aku pake baju dulu ya, tolong ambilin handuk dong mas." pintaku pada mas Harno.

Disodorkannya handuk padaku, kuambil handuk itu lalu kulingkarkan di tubuhku. Aku yang akan melangkah ke dalam rumah pun dicegah oleh mas Harno. "Ga usah pake baju, gitu aja." kata mas Harno. Dituntunnya aku ke tepi kolam renang, diposisikan aku sesuai keinginannya. Berbagai gaya diarahkan oleh mas Harno, dengan pose masih menggunakan handuk.

"Nanti dilepas ya handuknya, tapi pelan-pelan dulu." perintah mas Harno. Mas Harno lanjut memfotoku dengan berbagai variasi yang menggoda. Kadang terlihat polos di bagian bawah, kadang bagian yang atas polos. Sampai akhirnya mas Harno memfoto diriku dalam keadaan tanpa busana sama sekali. Aku sendiri selama photoshoot merasakan bulu kudukku meremang. Aku serasa mendapatkan sensasi luar biasa selama sesi photoshoot amatir ini. Meskipun kadang aku masih kaku dalam pose yang diinginkan mas Harno, tapi kulihat memang foto-foto yang dihasilkan sungguh erotis.

Bagaimana tidak, kami melakukan sesi photoshoot ini dari mulai aku masih tertutupi handuk, kemudian polos di sebagian tubuhku, sampai aku benar-benar polos tanpa sehelai benang pun. Ada yang dengan posisi telentang, menyamping, nungging dan sebagainya. Ditambah lagi kami melakukannya di ruang terbuka. Sesekali aku harus celingak celinguk untuk memastikan tak ada yang melihat aktivitas kami.

"Sekarang kita photo berdua ya." kata mas Harno yang kemudian berlalu masuk ke dalam rumah. Dia mengambil tripod untuk meletakkan kameranya. Kulihat dia mengeset kameranya untuk mendapatkan sudut pandang yang pas. Beberapa kali dia harus memindahkan letak kameranya, entah posisi seperti apa yang direncanakannya.

Setelah dirasa pas arah kameranya, dia kemudian ikut melepaskan semua pakaiannya. Aku yang melihat tingkah mas Harno pun melongo, kaget dengan apa yang dilakukannya. Kemudian mas Harno menghampiriku, dan memposisikan aku dengan benar sesuai arah kamera. Kini kami bersiap untuk pose bersama, dan tanpa busana sama sekali.

Kembali aku diarahkan oleh mas Harno untuk pose bersama ini. Bermacam-macam pose kami lakukan yang mau tidak mau membuat gairahku naik. Mulai dari berpelukan, berciuman, sampai pada pose-pose erotis layaknya kami sedang bercinta. Selama photoshoot, ketika kami melakukan gaya layaknya kami bercinta pun mas Harno benar-benar memasukkan kontolnya ke memekku. Sekitar 1 jam kita photoshoot bersama dengan berbagai pose, setelah dirasanya cukup, mas Harno pun mengajakku masuk.

Ketika aku akan melangkahkan kakiku masuk ke rumah, tanganku ditarik oleh mas Harno. "Pake dulu handuknya." perintah mas Harno. Aku pun meraih handuk, kemudian melingkarkan handuk itu dengan terselip rasa bingung. Tumben mas Harno memintaku pakai handuk lagi, biasanya dia lebih suka aku wira-wiri tanpa busana. Kulihat mas Harno juga kembali mengenakan pakaiannya. Kami pun masuk ke dalam rumah. Sesampainya di ruang tengah, aku pun kaget dengan adanya seorang pria yang duduk di kursi tamu, seorang bapak-bapak tua, mungkin umurnya sekitar 65 tahun. Penampilannya cukup santai dengan gaya casual, tapi terlihat rapi dan berwibawa. Pantas saja mas Harno memintaku memakai handuk lagi, ternyata di dalam ada orang.

Aku pun berpikir, jadi sepanjang kami photoshoot tadi, bapak-bapak ini disini ? Apa dia tau kegiatan kami tadi di belakang ? Apa jangan-jangan dia ngintip sesi photoshootku tadi ya ? Berbagai pertanyaan berkecamuk di pikiranku, karena kehadirannya yang tidak kuduga sebelumnya.

Mas Harno pun mengenalkan aku padanya. "Kenalin, ini pak Robert, temenku di komunitas fotografi. Tadi kami janjian ketemu karena kebetulan pak Robert ada event di daerah sini." jelas mas Harno. Aku pun mengulurkan tanganku untuk bersalaman dengan pak Robert. Disambutnya uluran tanganku, kami bersalaman. "Saya Rossa pak, istri mas Harno."

"Robert mbak." jawabnya singkat, namun disertai senyum misterius. Ketika bersalaman, bukannya melihat ke kepala, sorot matanya malah tajam ke area susuku. Aku yang masih hanya menggunakan handuk pun jadi terpikir untuk menggodanya. Sekalian test untuk mas Harno, sejauh mana dia membiarkan aku dengan keadaan dan penampilan seperti ini. Aku ikut duduk di samping mas Harno ketika mas Harno mengambil tempat di sudut kursi tamu itu.

Kulirik pak Robert yang sepertinya matanya terus menatap lekat diriku. Kudaratkan pantatku di kursi tamu, kemudian duduk menyilangkan kakiku. Dengan ukuran handuk yang tak terlalu besar ini, aku yakin pahaku kan terpampang jelas dan juga daerah segitikaku akan semakin membuat siapapun yang memandang penasaran dengan area yang gelap ini.

Aku hanya duduk sebagai pendengar ketika mereka ngobrol-ngobrol seputar fotografi, dengan sesekali merubah pose untuk memberikan sedikit tontonan untuk pak Robert. Pak Robert pun ketika asyik mengobrol terkadang hilang fokus melihat aksiku. Membuat mas Harno kadang harus mengulang percakapan. Aku menahan geli karena percakapan mereka jadi aneh menurutku.

Aku tersadar tak ada hidangan suguhan untuk pak Robert. Aku pun inisiatif menuju ke dapur untuk membuatkan teh untuk kami bertiga. Aku beranjak bangkit dari kursi tamu kemudian menyeduh teh untuk kami bertiga. Setelah teh hangat sudah siap, aku kembali ke ruang tamu untuk menyajikannya. Lagi-lagi ide liarku muncul, kurasa mas Harno membiarkan aku dengan aksiku ini. Buktinya dia tak risih sama sekali ketika aku ikut ngobrol dengn mereka hanya mengenakan handuk.

Aku berencana memancing pak Robert dengan ketelanjanganku. Aku akan berpura-pura menyajikan teh dan handukku terlepas. penasaran aku dengan reaksi mas Harno ketika melihat istrinya telanjang di depan pria lain. Kubawa nampan berisi 3 cangkir teh itu ke depan, sebelumnya, aku sudah mengendurkan selipan handukku, dengan harapan akan mudah terlepas dengan sedikit gerakan pada susuku. Kusajikan cangkir-cangkir teh itu ke meja tamu yang posisinya cukup rendah, sehingga aku harus menekuk lututku agar sejajar dengan meja. Kusodorkan ke depan kursi mas Harno, depan kursiku, dan yang terakhir kursi pak Robert. Bukan tanpa alasan aku memilih urutan itu, aku sengaja menyodorkan teh pak Robert di paling akhir agar dia benar-benar memperhatikan tubuh telanjangku nanti saat handukku terlepas.
"Silakan…" ucapku pada pak Robert, yang langsung mengambil cangkir bagiannya.

Ini saatnya… ketika aku akan bangkit dari posisiku, kuinjak dengan jempol kakiku, juntaian handuk yang kupakai, jadi ketika aku berusaha berdiri handukku tertahan oleh jempol kakiku. Karena sebelumnya sudah kukendurkan, maka dengan mudah handuk itu lepas.

Sreeeeeettt… Tepat saat pak Robert menikmati tehnya, dengan masih memandangku, akhirnya terpampang nyata di depannya tubuh telanjangku. Tersedak dia melihat ketelanjanganku, apalagi saat ini suamiku jelas-jelas mengamati juga kejadian ini. Muncrat teh nya sampai mengenai kakiku. Meskipun mulutnya tersedak, pandangannya tak lepas dari area tubuhku. Dia terpana dengan tubuhku yang telah polos tanpa busana di depannya.

"Aaaaaaaaawww…" pekikku pura-pura dan reflek menutupi area memek dan susuku. Meskipun aku tahu semuanya tak terlalu berguna. Satu tangan tentu saja tak mampu menutupi seluruhnya bongkahan susuku. Entah berapa detik pak Robert memperhatikan tubuh telanjangku, yang pasti aku yakin waktu singkat itu berhasil menyajikan tubuh telanjangku secara utuh padanya. "Maaf ya pak…" ucapku.

Aku langsung meraih handukku, kemudian berbalik dan berlari menuju kamar. Handukku hanya kusampirkan di depan tubuhku, jadi ketika aku berlari ke kamar, pastinya pak Robert bisa melihat bokongku bergoyang-goyang karena aku berlari.

Kututup pintu kamar, kemudian aku menyenderkan tubuhku ke pintu. Nafasku memburu menikmati aksiku tadi. Sukses dengan sempurna. Tak kusangka aku jadi begitu binal mempertontonkan tubuhku pada pria lain. Sayangnya aku tak sempat melihat ekspresi mas Harno, karena kejadian itu berlangsung cepat. Tapi andaikata mas Harno marah, sudah pasti dia akan langsung menghampiriku saat ini dan memarahiku.

"Bagus banget mas…"
"Apanya pak ?"
"Body istrimu mas, kapan-kapan saya fotoin boleh ?"
"Boleh saja pak, kalau dia mau."

Kudengar dari balik pintu, percakapan keduanya yang membicarakan tubuhku. Pak Robert jelas-jelas memuji tubuhku di depan suamiku. Bahkan meminta terang-terangan langsung ke suamiku. Dan anehnya suamiku malah menyerahkan semuanya padaku.

"Besok pagi ya, jam 8 di rumah ini."

 
Wah ada update di pagi ini. Terima kasih miss... tak sabar menantikan aksi miss selanjutnya.... mantap miss....
 
sangat menggairahkan, andernaline dan horney pasti bercampur menciptakan sensasi rasa yg luar biasa :cim:
 
Pas sesi foto...
Mas Harno nya pergi meninggalkan miss berdua dgn pak Robert, hanya berdua saja...




Atau bertiga dgn pak Robert dan asisten nya...





Atau berempat dengan Pak Robert, asistennya dan driver nya...
 
G sabar ni eksibin pak robetz, trus diajak pak robert ke renuaianya trus dijadiin bacolan ma temen2 pak robet disana tanpa penetrasi
 
kayaknya Rossa mau deh phoshoot naked + bonus ML disaksikan Mas Harno. terus mis.....mis terus.....update
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd