Aku tercengang mendengar jawaban dari suamiku. Aku yang sudah siap dengan berbagai pose nakal di pikiranku, langsung sirna ketika tahu bahwa pak Robert malah pergi dengan urusannya. Padahal aku sudah berencana andaikan pak Robert memintaku sampai foto nude pun, akan kupersiapkan diriku sebaik mungkin. Seperti yang kubilang sebelumnya, aku sendiri jadi penasaran dengan sikap suamiku ketika melihat istrinya malah dijadikan objek seksual pria lain.
Sekarang aku jadi bingung sendiri, mau ngapain aku hari ini. Akhirnya kuputuskan untuk masuk ke kamar dan berganti pakaian. Kutanggalkan kostumku saat ini, kemudian kuambil legging hitamku, dan kaos lengan panjang berwarna senada, dan terakhir jilbab putihku. Sepertinya aku bisa mengajak suamiku jalan-jalan sebentar.
Lagi-lagi sebuah kekecewaan muncul hari ini, kulihat suamiku malah tertidur di kursi ruang tengah dengan TV yang masih menyala. Duh, gimana sih pria-pria ini, aku udah semangat aktivitas malah mereka asyik dengan urusannya sendiri. Ya sudahlah, jalan-jalan sendiri aja. Siapa tahu ada berondong yang bisa digodain.
Kulangkahkan kakiku menuju ke depan rumah, sebelum meninggalkan rumah tak lupa kututup pintunya. Aku sendiri belum memutuskan mau kemana, tapi aku terus jalan saja menuju jalan besar. Barangkali sekalian cari sarapan, aku bisa dapat informasi tempat-tempat asyik.
Pilihanku jatuh pada sebuah kedai kopi yang ada di sudut pertigaan jalan, sekitar 650m dari rumah sewa kami. Meskipun sedikit jauh, tak membuatku capek karena disuguhi dengan kesejukan dan pemandangan indah. Sesampainya disana, kuambil posisi duduk di sudut ruangan yang mengarah langsung ke area perkebunan wortel. Aku pesan kopi asli daerah sini, meskipun sejatinya aku bukan penggemar kopi. Tapi kupikir tak ada salahnya, toh hawa disini dingin, tentu cocok untuk menghangatkan badan.
Aku tak sadar ketika ternyata si penjaga kedai terus memperhatikan diriku. Aku baru menyadari dia terus melihat ke arahku saat ada pengunjung lain masuk, dan dia sendiri tak menyadari ada yang datang, saking asyiknya memperhatikan aku. Pandangan kami beradu sejenak, karena ternyata dia menjadi salah tingkah ketika aku mempergokinya sedang memelototi tubuhku.
Baru aku paham kenapa pandangannya seakan mencurigai apa yang ada dalam diriku. Ternyata dari sudut pandangannya, putingku tercetak jelas di kaos yang kupakai. Aku lupa bahwa aku selama disini tak menggunakan dalaman sama sekali. Sehingga ketika ujung jilbabku kusibakkan ke belakang, membuat area dadaku terlihat. Aku sendiri jadi lupa untuk melindungi diri dari pandangan pria-pria atas tubuhku, karena dari kemarin memang berniat untuk menggoda pria lain dengan tubuhku.
Aku yang risih dengan pandangannya pun memilih untuk pergi dari kedai itu. Yah, meskipun memang aku berniat menggoda pria selain suamiku, sepertinya membosankan kalau hanya dipandangi saja. Selesai membayar kopiku, aku segera keluar meninggalkan kedai itu. Aku kembali menyusuri jalanan untuk kembali ke rumah sewaan. Hampa rasanya pagi ini, dimana aku yang awalnya semangat menjalani aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, malah berjalan tak sesuai harapan. Tapi ya sudahlah, semuanya juga sudah terjadi. Barangkali suatu saat aku bisa mendapatkan momen lagi untuk photoshoot bersama pak Robert.
Sesampainya di rumah, kulihat suamiku masih tertidur pulas seperti ketika aku memutuskan untuk pergi pagi ini. Tak banyak yang berubah, kecuali posisi tidurnya. Aku pun masuk ke kamar untuk mengganti pakaianku.