Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT NO QUOTE - Istri Nakal yang Suka Tantangan

Setelah melihat penampakan bodyku, berapa nilai yang kamu berikan ?

  • 5 : Jelek

    Votes: 44 5,0%
  • 6 : Biasa

    Votes: 50 5,6%
  • 7 : Lumayan

    Votes: 83 9,4%
  • 8 : Bagus

    Votes: 144 16,3%
  • 9 : Sexy

    Votes: 389 44,0%
  • 10 : Sempurna

    Votes: 175 19,8%

  • Total voters
    885
Bimabet
Pertama, miss ucapkan sekali lagi banyak terima kasih buat warga semprot yang udah mau support miss untuk terus melanjutkan kisah ini. Terima kasih juga udah bikin thread miss masuk ke Hot Thread. Namun yang kedua, miss minta maaf harus hapus semua foto miss karena ada gangguan yang masuk lewat PM. Miss harus hapus dulu foto-foto miss demi kenyamanan miss juga.

Sebagai gantinya, miss update lanjutan kisah miss di bawah.

"Masa aku harus ga pake daleman selama disini ?" batinku meratapi nasib karena dalamanku yang tak kutemukan di tasku.

"Mas, gimana nih, masa aku ga pake daleman selama disini ?" tanyaku mengadu pada mas Harno.

"Terus gimana, masa kita harus pulang lagi ngambil daleman sih ? Kan cuman kita berdua disini, kamu bugil juga cuman aku yang liat." jelas mas Harno kepadaku.

"Tapi kan besok kita ada planning ke air terjun. Kalo aku ga pake daleman, putingku kan jadi nyeplak keliatan."

"Atau aku belikan dulu di pasar. Mau nggak ?" tanya mas Harno.

"Ieeeeeuhhh, ogah mas. Masa istrimu mau kamu beliin daleman kaya gitu. Kamu mau bikin memekku sakit kulit ?" aku bergidik membayangkan dalaman yang dijual di pasar. Yang aku tahu, dalaman yang dijual di pasar itu terbilang sangat murah. Aku pernah mendengar harga dalaman yang dijual di pasar itu ga lebih dari 50 ribu rupiah untuk sepaket bra dan CD.

"Ya udah, ga usah pake kan ga apa-apa. Pamer dikit sama cowok-cowok disana. Pasti mereka horny liat pentilmu nyeplak keliatan gitu" terang mas Harno dengan senyum menggoda.

"Malu ah mas, yang keliatan tu bukan cuman pentilku loh mas. Memekku pasti bakal nyeplak juga keliatan garisnya di celana." aku menyanggah pikiran mas Harno.

"Ya PD aja kalo pas disana, anggep aja kamu ga merasa lagi diliatin. Anggep aja ga ada apa-apa. Toh kamu harusnya bangga kalo jadi pusat perhatian cowok-cowok, itu berarti body istriku ini bikin napsu." Kata mas Harno sambil meremas susuku dari belakang.

"Aaaaaaaawww…" aku kaget dengan remasan kuat mas Harno yang tiba-tiba.

Mas Harno berlalu ke dapur membuat kopi untuk kami berdua. Aku jadi melamun memikirkan apa yang akan terjadi besok di air terjun dengan kemungkinan kondisi seperti itu. Gamis yang kubawa semuanya dengan bahan yang tipis dan jatuh, artinya akan sangat fit di badanku ketika dipakai. Apalagi ditambah gamis yang kubawa semuanya berwarna gelap tanpa motif, jelas menambah jelas potensi tonjolan putingku terlihat jelas tanpa Bra nantinya. Yang lebih kutakutkan adalah ketika nanti gamisku tersingkap ke atas ketika bermain air di sungai yang ada di bawah air terjun. Memekku dengan bulu jembut yang lebat akan terekspos dengan jelas terlihat oleh orang-orang di sekitarku.

Kutarik nafas dalam-dalam menguatkan hatiku, menerima kenyataan yang ada. Besok aku akan ke air terjun bermain air dengan mas Harno, tanpa bra dan CD ! Aku menghibur hatiku dengan harapan besok kawasan air terjun sepi pengunjung, karena memang ini bukan musim liburan, dan bukan weekend. Risih membayangkan diriku akan jadi target mata jelalatan para lelaki yang ada disana. Meskipun tertutup oleh jilbab, kalian tau sendiri lah gimana posisi baju kita ketika basah kuyup karena air.

Waktu menunjukkan pukul 4 sore. Kami menikmati kopi hangat di kebun belakang rumah itu dengan menggelar tikar untuk kami bersantai. Ditemani beberapa cemilan yang kami beli mampir di pasar saat berangkat tadi. Rasanya syahdu sekali suasana saat itu. Mas Harno tiduran dengan bantal kedua pahaku, yang otomatis kepalanya berada tepat di bawah susuku. Sesekali disundulnya susuku dengan kepalanya, yang membuatku harus menjitak kepalanya. “Usil sekali sih mas.” protesku kepada mas Harno.

"Jadi gimana, mau beli di pasar nggak dalemannya ? Tapi malam ini ga usah pake kan gpp. Udah malem juga, kita ga kemana-mana" tanya mas Harno.

"Liat besok aja deh mas, kalo liat suasananya rame ya kita beli dulu di pasar" jelasku padanya.

"Ya ga mungkin lah sayang. Jalan ke air terjun itu kan jauh dari loket masuk. Masa kita beli tiket masuk, liat suasana, terus balik lagi ke atas buat beli daleman ?" mas Harno mengernyit heran dengan rencanaku.

"Besok kamu pake pakaian sportymu itu aja, jadi kamu ga usah takut gamismu ngembang ke atas. Nanti kan putingmu juga ketutup ama jilbab." tambah mas Harno.

Aku memikirkan ide mas Harno, boleh juga tuh. Aku membawa pakaian yang biasa kugunakan untuk jogging pagi. Sebuah kaos olahraga lengan panjang, dengan celana hitam ketat dengan 2 garis putih. Sejenak aku termenung memikirkan ide mas Harno, seakan menyetujui idenya. Dengan pakaian sporty itu, aku memang tak perlu khawatir ketika bermain di sungai dengan kedalaman sepinggang. Aku juga tak perlu khawatir dengan pentilku yang mancung di balik kaosku karena tersamar oleh jilbab yang aku pakai. Tapi hanya beberapa detik merasa setuju dengan ide mas Harno, aku tersadar kemungkinan yang muncul.

Memang putingku bisa tersamar di balik jilbabku, aku juga tak perlu risau akan gamis yang mengambang ke atas karena aku pakai celana panjang ketatku itu. Tapi bagaimana pun juga, pakaian sportyku itu berbahan tipis, jelas orang lain akan melihatku dalam mode semi telanjang. Mereka juga pasti lambat laun akan sadar, tak ada garis celana dalam maupun tali BH yang melintang andaikan jilbabku terangkat keatas sesekali.

“Tapi mas, kan orang bakal tahu kalo aku ga pake daleman. Posisi di air gitu jelas badanku kan ngepress sama baju.” sanggahku pada mas Harno.

“Makanya kan aku udah bilang, anggep aja ga ada apa-apa. Anggap aja kamu itu pake daleman. Ga perlu risih sama tatapan orang. Aku malah bangga kok kalo ada yang liatin kamu, body istriku ini emang ngacengin parah kok.” imbuh mas Harno padaku.

Kembali aku terdiam mendengarkan penjelasan mas Harno. Ada rasa bangga di dalam diriku ketika mas Harno mengucapkan hal itu. Meskipun aku sendiri merasa kurang PD dengan tubuhku sendiri. Tapi memang akhir-akhir ini, mas Harno selalu memuji tubuhku yang katanya selalu bikin dia ngaceng saat berada di dekatku. Padahal aku pikir, dia kan udah berkali-kali menikmati tubuhku, apa dia ga bosen liatin susuku. Setahuku pria itu gampang bosen, seringkali terlintas juga di pikiranku apakah mas Harno terpikir untuk jajan di luar karena bosan dengan hidangan itu-itu saja.

Akhirnya kusimpan dulu berbagai rencana dan kemungkinan untuk esok hari. Ketika waktu sudah memasuki waktu maghrib, kami membereskan arena bersantai kami untuk pindah masuk ke dalam. Mas Harno kemudian duduk di depan TV di ruang keluarga, sementara aku membereskan peralatan makan yang kami gunakan tadi. Kulirik dia sedang menikmati acara TV yang ditontonnya. Aku masuk ke kamar untuk ganti baju, kubuka tas untuk memeriksa baju yang kubawa. Kupilih-pilih baju yang akan kupakai.

Aku memutuskan untuk menggunakan long dress yang kubeli saat menemani sanak familiku berkunjung ke pusat belanja di kota kami. Modelnya seperti gamis panjang, dengan lengan panjang dan 3 kancing di bagian atas. Potongannya juga lebar, jadi tidak mencetak jelas tubuhku. Sebenarnya model seperti ini untuk ibu menyusui, karena akan memudahkan mereka mengeluarkan payudara ketika menyusui. Tapi long dress itu aku beli karena suka dengan motifnya. Kainnya yang menurutku tak cocok untuk dipakai di tempat seperti ini. Bahan yang digunakan terbilang adem ketika dipakai, padahal kalian tahu kami sedang berada di daerah pegunungan. Jelas bukan kehangatan yang aku dapat, tapi dinginnya yang semakin terasa.

Dengan long dress seperti ini, orang tak akan tahu aku tak menggunakan dalaman sama sekali. Kuhampiri mas Harno di ruang keluarga lalu mengambil tempat di sampingnya. Aku ikut menikmati acara TV-nya yang ternyata sedang tayang film lawas tentang balapan mobil.

Mas Harno menyambutku dengan pelukan, lalu dibenarkan posisi duduk kami agar saling merapat dan menghangatkan. Kami berdua kemudian asyik menikmati tayangan itu, sambil sesekali saling manja-manja. Sampai ketika film itu selesai, mas Harno berbisik kepadaku.
“Laper nih, cari makan diluar yuk.” ajak mas Harno yang ternyata sudah kelaparan.
“Kemana mas ?” tanyaku.
“Ya kita cari sekitar sini aja, sambil jalan-jalan liat daerah sekitar sini.”
“Mas, inget. Aku ga pakai daleman loh.” sergahku.
“Ya ampun sayaaaaang. Kalo aku ga tau dalemanmu ketinggalan juga ini aku ga tahu kalo kamu udah bugil di dalem bajumu itu.” kata mas Harno seakan menenangkan kepanikanku.

“Ya udah deh, yuk.” kataku menyetujui ajakannya. Akhirnya kami berangkat mencari makan malam dengan mengitari daerah itu. Mencari tempat makan dan menu yang pas untuk kami nikmati sebagai hidangan makan malam ini.

Setelah mendapatkan tempat dengan menu yang pas dengan selera kami, akhirnya mas Harno meminggirkan kendaraannya. Sebuah warung makan dengan bahan utama kambing, dengan berbagai varian turunannya. Kami mengambil tempat duduk di pojok, yang bisa melihat pemandangan ke luar. Sungguh nuansa yang romantis dimana kita bisa melihat kelap-kelip lampu kota kami yang ada di bawah. “Wah, permainan seru dimulai dari sini nih.” pikirku melihat berbagai makanan yang tampil di menu makanan.

Aku dan mas Harno sepakat untuk memesan sate kambing ukuran jumbo, teh hangat dan sebakul nasi. Kami berdua bisa dikatakan memiliki porsi makan yang besar, meskipun tidak selalu seperti ini. Kebetulan kami memang hanya sarapan setelah sampai di pasar tadi, dan tak sempat makan siang karena merasa belum lapar. Udara yang sejuk dan tak ada aktivitas yang berarti, membuat kami tak merasa lapar.

Kami menghabiskan waktu tunggu hidangan kami tersaji dengan membicarakan arah bisnis mas Harno ke depan. Aku ungkapkan keinginanku pada mas Harno, bahwa aku ingin terlibat di bisnisnya, sesuai dengan kemampuanku. Tapi mas Harno tak setuju, dia tak mau istrinya terekspos terlalu banyak dalam bisnisnya. Apalagi harus bertemu dengan pria-pria yang terlibat di bisnis propertinya. Baik itu karyawannya sendiri, ataupun klien dan calon pembeli. Sebetulnya aku sedikit kecewa dia tak menyetujui keinginanku. Tapi aku pikir dari sudut pandang lain, suamiku betul-betul mencintaiku, sampai dia tak ingin ada celah baik untuk aku ataupun orang lain, membuat sebuah hubungan terlarang. Padahal aku murni ingin terlibat di bisnisnya dengan niat membantu pekerjaannya, bukan karena hal lain yang negatif.

Akhirnya mas Harno menyarankan aku untuk membangun sebuah bisnis yang dijalankan dari rumah. Dan juga bisnis itu tak banyak melibatkan pria di dalamnya, bahkan mungkin semuanya adalah wanita. Baik itu karyawannya, klien maupun konsumennya. Dia menyarankanku membuah sebuah bisnis pelatihan keterampilan, dimana banyak ibu rumah tangga yang ingin memiliki kesibukan di rumah dengan kegiatan yang positif.

Aku tersenyum bahagia mendengar penjelasannya. Suamiku memang seorang yang cerdas, baik dalam memecahkan masalah maupun mencari jalan keluar. Tak heran kalau bisnisnya berkembang pesat bahkan di umurnya yang belum genap 30 tahun. Success Before 30 katanya. Nanti dia akan menghubungi rekannya yang ada di Jakarta untuk mempersiapkan semuanya. Mulai dari membangun lokasi bisnis, sampai dengan pembelian sarana dan prasarana, serta perekrutan karyawan dan tenaga pelatih. Dia menyarankan aku untuk ikut terlibat penuh dengan rekannya, agar bisa sesuai dengan keinginanku. Aku juga bisa belajar banyak dari rekan mas Harno selama proses itu. Aku menyetujuinya.

Sampai akhirnya makanan yang kami pesan dibawa menuju ke meja kami berdua. Dihidangkan oleh gadis muda yang mungkin anak dari pemilik warung. Parasnya manis dengan kuncir kuda di rambutnya. “Silakan Menikmati, jangan sungkan panggil saya kalo ada yang dibutuhkan.” tutupnya setelah menyajikan pesanan kami.

Akhirnya kami segera menghabiskan hidangan yang telah tersaji. Tak banyak yang bisa kuceritakan saat kami menikmati makanan kami, hanya obrolan ringan seputar rencana bisnis untukku itu. 2 jam kami makan dan bersantai di warung itu, kami putuskan untuk balik ke rumah sewaan kami.

Hawa dingin area pegunungan membuatku merasa mudah ingin pipis. Sampai di rumah, aku langsung nyosor turun menuju kamar mandi untuk buang air. Dengan tergesa-gesa kulepas longdress ku kemudian kulempar ke sofa yang ada di ruang keluarga. Aku masuk kamar mandi sambil bugil kemudian jongkok untuk buang air. Hampir saja aku terpeleset saking aku terburu-buru menahan pipis yang bergejolak. Sampai-sampai aku lupa menutup pintu kamar mandi.

Seeeeeerrr…. Seeeeeerr… memekku jadi ikut geli merasakan derasnya kencingku yang keluar. Kubersihkan memekku setelah aku puas buang air yang menyiksaku tadi. Aku bangkit dan akan keluar dari kamar mandi tapi tertahan karena suara ketukan pintu.

Tok. Tok. Tok.

Aku menahan laju langkahku, tak mungkin aku keluar dari kamar mandi dengan posisi seperti ini. Bajuku tadi kulempar ke sofa di ruang keluarga, sementara saat ini aku tak pakai busana sama sekali. Keluar untuk mengambil bajuku yang ada di sofa jelas tak mungkin. Orang yang mengetuk pintu itu pasti akan melihat ketelanjanganku ketika aku mengambil bajuku di ruang tengah. Kemana mas Harno, pikirku. Ga mungkin juga yang mengetuk pintu ini mas Harno, ngapain juga dia ketuk-ketuk pintu. Aku antisipasi kalau-kalau orang lain yang mengetuk pintu.

Kujulurkan kepalaku untuk mengintip siapa yang datang. Kulihat ada 2 pria tua yang menunggu penghuni rumah keluar. Umurnya mungkin sekitar 60-an lebih. Aku panik sementara mereka sudah mengetuk pintu ketiga kalinya saat itu karena tak ada jawaban dari dalam.

Kubalik pintu kamar mandi, berharap ada handuk atau barang lain yang bisa menutupi ketelanjanganku. Aku bernafas lega ada handuk di balik pintu kamar mandi. Segera kupakai handuk itu untuk menutupi tubuhku. Tapi aku kembali terhenti melihat diriku, handuk ini cukup kecil, bahkan aku jinjit sedikit saja pasti area memekku akan kelihatan. Tapi mau bagaimana lagi, hanya ini yang bisa kupakai.

Akhirnya aku keluar dari kamar mandi dengan handuk itu, hati-hati aku melangkah menuju pintu depan. Selain karena takut lilitan handukku terlepas, langkahku yang sembrono memungkinkan area memekku terlihat jelas oleh mereka.

“Ada apa ya bapak-bapak ?” tanyaku pada mereka yang melongo dengan penampilanku.
“Ini bu, kami yang kebagian ronda malam ini. Waktu kami lewat sini, kok pintunya kebuka. Sementara pagar juga ga ditutup. Kami mau mengingatkan aja karena ini sudah cukup malam. Antisipasi keamanan bu. Kami kan tahu ini rumah yang disewakan pemiliknya. Takutnya penyewa lupa untuk tutup pintu dan pagar.” jelas salah satu dari mereka.

“Oooh, maaf pak. tadi saya sama suami habis jalan-jalan di warung sate kambing. Saya turun duluan karena kebelet pipis. Sampe bapak-bapak ketok pintu ini tadi. Saya juga malah ga tahu nih suami saya kemana.” kataku pada mereka menjelaskan.

“Ya udah bu, kami tunggu disini aja ya bu. Mudah-mudahan suami ibu cepet balik.”
“Baik pak, terima kasih. Duduk aja dulu pak. Saya mau ganti baju dulu”. Sambil mempersilakan mereka duduk di kursi teras depan.

Ketika aku berbalik akan masuk ke dalam rumah, aku terjerembab ke depan tanpa aku tahu sebabnya. Seperti ada yang menarikku dari belakang di bagian bawah handukku. Aku terbaring lemah merasakan badanku sakit karena jatuh tadi. Mereka yang kaget segera melongok ke dalam rumah, melihatku terbaring lemah tak berdaya.

“Kenapa mbak ?” Mereka menghampiriku sambil memeriksa keadaanku.

Aku yang masih merasakan kesakitanku tak menyadari bahwa saat ini mereka mellihat dengan jelas tubuhku secara sempurna tanpa terhalang sehelai benangpun. Ternyata setelah aku menata kursi depan tadi, handukku tersangkut paku di sudut jendela depan. Paku itu sebenarnya tidak terpakai, sudah dilengkungkan demi keamanan. Tapi karena masih ada celah di bagian ujungnya, entah karena apes atau apa, handuk yang kupakai nyangkut di paku itu.

“Ga tahu pak, tiba-tiba kaya ada yang narik dari belakang.” jelasku pada mereka.

“Aaaaaaaaaaawww…” aku teriak setelah menyadari bahwa handukku telah lepas dari tubuhku. Malu sekali aku di depan mereka tanpa pakaian sama sekali. Kusilangkan tangan kananku di dada, dan tangan kiriku menutupi area memekku. Meskipun hal itu tak banyak membantu menutupi ketelanjanganku.

Mereka kaget dengan teriakanku, kemudian salah satu dari mereka mengambilkan handukku, lalu menutupkannya di badanku. Mereka membantuku untuk berdiri, sambil memegangi handuk yang hanya bisa menutupi bagian depan tubuhku. Aku dipapah untuk berjalan menuju sofa yang ada di ruang tengah. Didudukkan aku di sofa itu, dengan bersandar penuh ke belakang, dan kakiku dibantu agar bisa berselonjor.

Handuk yang hanya ditutupkan ke tubuhku itu sedikit melorot di bagian atas yang membuat bongkahan susuku menyembul. Mereka terhenyak dengan posisiku yang lemah itu. “Makasih ya pak udah dibantu. Masih sakit banget ini.” kataku sambil merintih karena kesakitan. Mereka tak menjawab. diam mematung menikmati tubuhku setengah telanjang terbaring lemah di sofa.

Aku melihat tatapan nafsu mereka ke tubuhku, aku berharap di dalam hati mas Harno segera balik. Aku takut mereka berdua punya niat jahat kepadaku. Dengan kondisi seperti ini, bisa saja rumah itu dikunci dari dalam kemudian aku diperkosa mereka berdua. Bergidik ngeri aku membayangkannya.

Kubetulkan posisi handukku yang sebenarnya tak begitu berarti. Dengan ukuran seperti itu, aku tak bisa menutupi penuh bagian atas maupun bagian bawah. Kutarik keatas, maka rimbun jembutku akan bisa mereka lihat. Sementara kututup ke bawah, maka susuku akan cukup terbuka. Aku cukup bingung dengan kondisiku saat ini. Sementara mereka terus menatapku dengan pandangan nafsu. Terang saja, siapa lelaki yang tak nafsu melihat wanita tak berdaya hanya ditutupi handuk seperti itu.

Kemudian mereka mendekatiku, mengambil duduk di samping kanan dan kiriku. Aku deg-degan memikirkan hal yang akan menimpaku. Aku beringsut menjaga jarak dari mereka, berharap tubuhku bisa mengecil agar tak terjamah mereka. Hal yang tidak mungkin karena saat ini mereka mengapitku.

Kulihat salah satu dari mereka sudah membelai kepalaku. “Cantik banget sih mba, montok lagi.” Ucap salah satu dari mereka yang membelai kepalaku. Aku panik dengan sikap mereka, antara harus teriak minta tolong, atau pasrah diperkosa mereka berdua. Di tengah kepanikanku, pria satunya lagi mendaratkan tangannya di pahaku. Dielusnya perlahan pahaku. Kurapatkan pahaku menghindari elusannya. “Napsuin banget sih mba…” Aku takut ketika mereka sepertinya sudah siap untuk menarik lepas handukku.

“Sayaaaaaang, aku pulang…” teriak mas Harno dari luar rumah.
 
yaahhh ud ilang aj picny, mohon d reupload sis bila g keberatan
 
Lagi, lagi, lagi miss ... Tambahin langsung part 10 ... Biar malam ini bisa tenang :tegang:
 
Ceritanya bikin ane horny. Sayang picnya didelete. Tapi profile picnya bikin ane kebayang ngedoggi sist @missrossa di balkon hotel lantai teratas dengan jendela terbuka lewat tengah malem. Biar ibukota ngeliat keangkuhan ane ngedoggi wanita luar biasa seperti sist @missrossa . Damn you are one of a kind sist
 
Sangat nyesel baru tau trit bagus kaya gini
Ketinggalan fotonya lagi
Di tunggu miss update nya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd