Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Obsesiku

Mulai anal sexnya dong suhu...yg lebih extreme yaa...semangat suhu rajawaliiiiiiii
 
Kelas Enam - Bagian Kedua

Suatu malam di minggu kedua itu, entah hari keberapa, ibu baru saja orgasme setelah memeknya kuhisap dan kujilati. Selama lima menit aku asyik menggeseki kelaminku di memeknya, dengan kontolku yang selalu menoweli lubang kencing ibu, ketika tak sengaja akibat ibu yang bergerak mundur dan aku yang bergerak maju, kepala kontolku masuk setengah ke dalam lubang kencing ibu.

"Aduh........ Kok masuk?"

Aku buru-buru menarik lalu menggeseki lagi sambil berkata, "baru ujungnya doang bu, ga apa-apa kan?"

"ati-ati sayang..." kata ibu menimpali.

Setelah beberapa waktu lewat, kepala kontolku kembali masuk setengah ke lubang kencing ibu.

"Yaaaaang!" ibuku menegur pelan.

"Oops... Sorry...."

Kucabut dan gesek lagi memek ibu yang kini sudah banjir. Setelah beberapa waktu lewat, kembali kepala burungku menancap setengah. Aku mengucapkan "sorry!" dengan cepat dan kembali mencabut kontolku dan menggesek bibir kemaluan ibu kembali. Ibu hanya mendengus. Entah mendengus sebal atau birahi. Aku tancapkan lagi kepala kontolkku sedikit dan mencabutnya untuk kemudian menggesekkannya kembali. Ibu hanya mendecakkan lidah untuk memberikan tanda bahwa ia sebal namun tidak berkata apa-apa lagi. Tak lama aku menancapkan kepala burungku lagi dan secara cepat kembali aku cabut dan gesekkan ke kelaminnya. Tak ada tanggapan. Sehingga, setelah lima menitan, gerakanku adalah tiga kali gesek, satu kali tancap. Kami berdua mengerang nikmat. Tak lama ibu mengejang orgasme dan aku menyusul juga dengan menindih pantatnya keras-keras, kontolku di antara belahan pantatnya, ibu yang tadinya posisi doggy style kini dengan lemas terjatuh telungkup dengan aku yang menindihnya karena orgasme. Kami tertidur sampai pagi.

Besoknya, tiap kali kami bergesekkan kelamin, aku selalu sedikit menancapkan kontolku sebelum tiga kali menggesek bibir kelamin ibu. Ibu selalu orgasme tiap kali kami menggesek kelamin kami. Ditambah dengan oral seks, maka ibu hampir setiap kali akan dua kali orgasme sebelum aku orgasme sekali, kecuali bilamana ibu menolak dioral dan ingin langsung digesek-gesek olehku.

Hari sabtu di minggu kedua sebelum kami tidur, ibu sudah orgasme dengan dioral olehku, dan kemudian ibu nungging dengan posisi doggy style dan kami menggesekkan kelamin seperti biasa. Namun yang beda adalah saat itu kami berdua bersamaan mengalami orgasme. Ibu medorong pantatnya mundur dan aku mendorong maju kontolku, seperti biasa kepala kontolku menancap setengah. Ibu mengejan seperti biasa saat orgasme, namun aku yang saat itu orgasme kering tak tahan mendorong lebih keras sehingga kepala kontolku amblas di dalam memek ibu.

"Hendraaaaaa! Jangaaan! Sakiiiittt!" tangan kanan ibu menahan pinggulku agar kontolku tidak menembus lebih dalam lagi, namun kontolku telah berdenyut-denyut dan aku mengalami orgasme paling hebat sepanjang pengalamanku dengan ibu sampai saat itu. Badanku ikut mengejan kecil. Dan aku menindih ibuku, ibupun dengan lemas telungkup. Kepala kontolku tetap berada di dalam lubang kencing ibu dan lubang memek ibu membuka menutup membuat kepala kontolku geli.

Setelah beberapa menit ibu berkata lirih,

"Kok dimasukin yaaangg?" suaranya merajuk bagaikan anak minta mainan, tapi di telingaku terdengar sangat mesra dan menggairahkan.

"Cintaku..... Kan cuma ujungnya aja? Ga apa-apa ya?"

"tapi kan ga boleh yang. Dosa...." kata ibu dengan suara manja.

"cin..... Kan udah terjadi...... Ga apa-apa ya? Kan cuma ujungnya aja, ga semuanya masuk..... Ibuku cintaku ga marah kan?"

"anakku sayangku..... Ibu ga marah.... Tapi ga boleh lagi ya?"

"cintaku..... Kan udah terlanjur..... Ga apa-apa ya kalau ujungnya doang? Please...... Ibuku cintaku kan yang paling baik dan paling cantik...."

Ibuku terdiam. Nafasnya makin lama makin stabil.

"sakit tahu... Kepala kontol sayangku besar sih......"

"sekarang masih sakit ibuku tercinta?"

"sekarang nyeri aja sih....." aku bergerak menarik kepala kontolku.

"Jangan gerak dulu, Yang.... Masih nyeri"

Aku berlutut, kutarik paha kanan ibu ke atas.

"mau ngapain sayang?"

"berhubung masih boleh di dalam dan belum boleh dikeluarin, anakmu mau lihat kepala kontolnya yang masuk di vagina ibunya. Pasti terlihat indah. Anakmu mau mengingat pemandangan ini seumur hidupnya, ibu."

Kulihat ibu merengut, tapi mukanya jadi terlihat cantik. Ia memerintahkan aku untuk memposisikan diri bagaikan push up, dan jangan bergerak. Ibu beringsut memutar tubuhnya perlahan sehingga ia berbaring, tanpa melepaskan koneksi kontolku dan memeknya. Sambil terus merengut ia berkata manja saat ia sudah berbaring penuh di bawahku,

"dasar anak cabul. Tuh lihat puas-puas deh tititnya sudah dimasukkin ke memek ibunya."

Agar dapat melihat kelamin kami lebih jelas, maka dari posisi push up perlahan aku beringsut dengan kedua tanganku kutarik berjalan ke belakang di tempat tidur dari posisi kedua telapakku sejajar pundak sampai kedua telapakku sejajar pertuku. Sementara kedua kakiku kutaruh perlahan di tempat tidur dengan kedua paha ibu yang mengangkang dengan kaki mengapitku.

Batang kontolku yang masih keras dapat terlihat dan batang itu secara kaku membujur dengan ujung bagian sana yang tenggelam dalam lipatan bagian bawah memek ibu yang merekah menunjukkan warna merah muda dengan cincin lubang kencing yang tampak merekah menjepit ujung batang kontolku. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Ibu mengangkat bagian atas tubuhnya dengan kedua siku sebagai penopang karena ia ingin juga melihat persatuan kedua kelamin kami walaupun wajahnya merengut dengan cantik.

"Ibuku cintaku, kelihatannya indah ya?"

"anak cabul," katanya dengan mulut dimonyongkan,"otak kamu emang ngeres..... Tapi emang sih kelihatannya indah."

Lalu ibu meledekku dengan menjulurkan lidahnya. Wajah ibu begitu indah dan entah kenapa kulihat seperti anak abg saja yang sedang bergurau sama pacarnya. Kedua tanganku kugerakkan kedepan lagi hingga kedua wajah kami menjadi dekat dan kujilat lidah ibuku.

"masih kurang, cabul?"

Aku tidak menjawab tetapi mencecer mulutnya lagi. Ibu kini merangkul leherku dan kami berciuman dengan panas. Lidah kami beradu berkali-kali. Kupeluk tubuh ibu yang setengah terangkat itu lalu aku tindih badannya. Kedua kaki ibu merangkul badanku dari samping. Kami asyik menukar ludah kami berkali-kali tanpa bosan. Pelukkan kami semakin erat. Berkali-kali bibir kami berpisah dengan diiring bunyi kecupan keras, dan berkali-kali kedua bibir kami berbenturan lagi. Saling mengecup saling menghisap dan saling menjilat-jilat. Tak lama tubuh kami berkeringat lagi dan memek ibu mulai basah, dengan kepala kontolku yang dari tadi menegang dijepit liang senggama ibuku.

Dalam balutan birahi yang semakin lama semakin meninggi, aku peluk tubuh ibuku erat-erat, lalu memposisikan kedua kaki dan selangkanganku dengan baik untuk kemudian aku hentakkan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga seluruh kontolku amblas masuk ke memek ibu yang licin namun sangat sempit. Anehnya ketika tiga perempat kontolku masuk, aku merasakan ada yang menghalangi hujaman kontolku di dalam memek ibuku, namun karena aku menghujamkan kontolku kuat-kuat, halangan itu seakan robek ditembusi kemaluanku itu sehingga akhirnya batang kontolku kini terbenam semuanya ke dalam liang memek ibu kandungku itu.

Ibu berteriak kesakitan ketika tubuh kami menyatu. Aku menindih ibu sebelum ibu bereaksi. Kedua kaki ibu kini menjepit pantat dan kakiku begitu eratnya. Kedua tangannya mendekap pantatku.

"Hendra....... Sakiiiiitttt....... Kok kamu masukkin?"

Jepitan dinding ibu begitu ketat di kontolku seakan tangan yang menggenggam erat, tapi dinding memek ibu itu kurasakan sangat hangat dan basah, bagai beludru licin yang melingkupi sekujur batang kontolku. Sungguh nikmat.

"Aduuuuuhhh...... Lubang kencing ibu sempit bangett......... Bukannya tadi kontol anakmu sudah masuk di dalam memek ibunya?"

"tadi kan ujungnya doang, yaaaang...."

"sekarang ujungnya doang juga masih di dalam kan, cinta?"

"Ih sebel!" kata ibu, mukanya merengut lagi, "Kamu kayaknya ngerobek memek ibumu...."

"Iya bu.... Hendra merasakan ada sesuatu di memek ibu. Ketika kontol Hendra masuk, kayak ngerobek sesuatu....."

Wajah ibu sekarang berubah serius, ia mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya hingga kami berpandangan.

"Ibu juga. Ibu merasakan ada yang robek. Coba kamu tarik kontolmu keluar berdarah ga?"

Aku jadi takut. Jangan-jangan aku melukai ibuku dengan kontolku. Bergegas aku menarik kontolku, namun ibu menyuruhku pelan-pelan karena sakit. Akhirnya perlahan aku menarik dan ketika kontolku keluar, ada noda darah di kepala kontolku, dan sedikit darah di lubang vagina ibu.

"berdarah, bu. Apa kita perlu ke dokter?" tanyaku panik.

Tiba-tiba ibu tertawa. Katanya,

"Ternyata ibu masih perawan!" lalu tertawa lagi. Aku menjadi bingung. Ibu masih perawan? Mana bisa? Kan sudah nikah? Tapi melihat ibu tertawa dan tidak kesakitan, maka aku yang masih horny mengarahkan kontolku lagi dan aku hujamkan lagi kontolku di memek ibu yang berdarah itu hingga akhirnya seluruh kontolku amblas, dan yang lebih hebat lagi, sekitar satu senti ujung palkonku menancap di lubang rahim ibu.

Ibu mengerang kesakitan. Tapi tidak separah tadi.

"Coba kamu diam dulu. Jangan dicabut colok kayak gitu. Biarkan di dalam...."

"Ibu, kalo boleh tahu, apakah ibu masih perawan? Kok bisa?"

"Ibu kira ibu udah ga perawan.... Cuma emang pada malam pertama, darah perawan ibu ada, tapi cuma dikit sekali, kayak setetes dua tetes gitu. Sekarang ternyata selaput dara ibu belum jebol semuanya. Kayaknya papamu hanya ngebolongin sedikit karena kepala kontolnya cuma mentok sampe di situ saja. Karena kontol kamu gede banget, seluruh selaput dara itu akhirnya jebol.

"Kamu emang anak yang mesum, Ndra. Masak dari kelas satu kamu udah nafsu sama ibu kamu sendiri? Dari dulu kamu suka ngendus-ngendus punggung ibu, pertama kali ibu jadi risih, tapi karena ibu sayang kamu, maka ibu biarin aja. Tapi, lama kelamaan kamu ga hanya ngendus, kamu mau lebih. Kamu mulai deh cium-cium punggung ibu. Bahkan kemudian, kamu mulai gesekkin punyamu di lantai sampai kamu orgasme. Kamu masih aja belum puas, sampe akhirnya kamu gesekkin punyamu ke pantat ibu. Ibu tadinya mau larang, tapi kasihan juga sama kamu. Kamu kayaknya dari dulu udah terobsesi sama ibu."

Ternyata ibu tahu dari dahulu dan membiarkan saja aku. Ternyata ibu sangat menyayangi aku hingga aku bebas melakukan apapun terhadapnya. Bahkan kini kontolku sudah terbenam sangat dalam di kemaluan ibu. Aku hendak menarik kontolku karena aku ingin menggesekki sekujur lubang memek ibu namun ibu berkata lagi,

"Jangan dulu. Biarkan memek ibu beradaptasi. Kontol kamu rasanya membuat lubang vagina ibu sesak. Ga ada celah lagi. Kontol kamu juga udah nancep di lubang rahim ibu. Seakan-akan kontol kamu memang dibuat untuk memek ibu. Ukurannya pas banget. Panjang kontolmu itu sepanjang liang memek ibu."

Daripada aku nganggur, aku segera mengenyot pentil kiri payudara ibu, sementara payudara kanan ibu aku remas dengan tangan kiriku.

"Betul, Ndra... Isepi pentil ibu dulu... Kayak gitu....."

Sempitnya liang peranakan ibu membuat kepalaku pening menahan birahi. Memek ibu makin lama makin hangat dan licin. Akhirnya setelah beberapa menit payudara ibu aku lumat dengan bibirku, ibu berkata lagi,

"Coba kamu gerakkin kontolmu maju mundur...... Pelan dulu....."

Aku tarik pantatku, kurasakan ketatnya dinding kemaluan ibuku itu mencengkeram sekujur batang kontolku, begitu nikmatnya perasaan ini. Begitu pas ukuran kelamin kami berdua sehingga sepertinya ibu diciptakan untukku. Aku dorong lagi pantatku ketika kontolku keluar setengah. Ibu memelukku erat, kedua tangan dan kakinya memeluk tubuhku, dengan tumit kaki ditekan di pantatku.

"eenggghhh....... Besar sekali kontol anak kesayanganku..... Ngilu tapi nikmaaat..... Ssshhh......"

Beberapa menit aku menarik dan mendorong kontolku di dalam vagina ibu secara perlahan. Memang ada sedikit ngilu, tapi rasa itu bagaikan ditenggelamkan oleh perasaan lain. Kenikmatan seksual. Ribuan bahkan jutaan syarafku di seluruh tubuh bagaikan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh syaraf-syaraf di kemaluanku. Lama kelamaan ibu mulai ikut mendorong dan menarik pantatnya. Aku hanya mengikuti irama tarian kelamin ibuku. Dan ibuku perlahan mulai mempercepat gerakan ngentotnya.

OMG, aku sekarang sedang mengentoti ibu kandungku yang melahirkanku. Aku kini kembali ke dalam tubuh ibuku, walaupun hanya kelamin saja. Aku dan ibuku sekarang menjadi satu tubuh. Tubuhku dan tubuh ibuku kini menyatu. Kami bagai entitas baru yang terdiri dari dua manusia yang menjadi satu badan. Tak ada yang menghalangi tubuh kami berdua menyatu. Kulit menempel pada kulit, keringat menjadi satu, kelamin bercampur. Aku dan perempuan yang mengandungku sembilan bulan dan melahirkanku kini adalah satu. Seorang anak dan ibu kandungnya bersetubuh.

Aku sudah lupa segala larangan dari ibu. Mulutku telah menyedoti sekujur dada ibuku hingga kini terlihat kulit payudaranya yang putih sudah dipenuhi oleh cupangan yang membekas merah tua. Aku sudah menandai bahwa perempuan ini, perempuan yang mengandungku selama sembilan bulan, kini adalah betinaku. Ibupun tampak hanya fokus pada sensasi memeknya yang digagahi oleh kontol anak kandungnya yang besarnya melebihi suaminya sendiri.

Makin lama dari bersetubuh kami menjadi mengentot. Mengentot bagai dua binatang yang penuh birahi. Kedua selangkangan kami akhirnya saling membentur dengan keras menyebabkan suara tubuh beradu terdengar jelas. Plak plak plak plak memenuhi kamar tidur kami ditingkahi suara lenguhanku dan erangan erotis ibuku.

"entot ibu..... Entot ibu...... Entot memek ibu yang kuat..... Aaahhh..... Sodok memek ibu keras-keras.... Rebut mahkota ibu..... Rampas kehormatan ibu.... Gagahi ibu..... Entoti ibu..... Ngentot terus..... Terus entot ibu..... Teruss.... Entoooott..... Terussss......aaahahhhh...... Kocok kontol kamu di memek ibu.... Entoti ibu kandungmu sendiri...... Ewe ibu.... Ewe ibumu....."

"aaahhh.. Memek ibu sempit..... Enak.... Kontol Hendra dijepit-jepit..... Enak ngewean sama ibu..... Hendra mau ngentotin ibu selamanya..... Selamanya.... Memek ibu milik Hendra......"

Lama-kelamaan aku tak tahan juga, aku gagahi liang senggama ibu keras-keras. Ibupun menambah kecepatannya. Ketika kurasakan memek ibu menjepitku sangat keras disertai dengan gerakan mengejan ibu bagai orang ayan di bagian selangkangannya, aku tak tahan lagi dan mengalami orgasme. Hanya saja, kali ini tidak kering! Aku rasakan kontolku mengeluarkan cairan yang kutembakkan berkali-kali tepat di ujung rahim ibu.

"Enaaaakkk buuuuuuuuuu......." teriakku dalam balutan kenikmatan yang tak terperikan.

"Ibu sampeee Yaaaaanggg......"

Kutekan dalam-dalam kontolku selama spermaku menembaki liang rahim ibu. Ibu memelukku begitu erat sehingga aku agak susah bernafas. Dan akhirnya kami yang lemas terpuruk di situ dengan aku tetap menindih ibu dan kontolku yang masih terbenam di dalam memek ibuku.

Tiba-tiba ibu menarik kepalaku sehingga aku menatap wajah ibu.

"Waktu kamu orgasme ada yang keluar dari kontol kamu ya?"

Wajah ibu begitu serius dan ada rasa takut yang terlihat. Jawabku,

"Maa... Ma... Maaf bu. Tadi Hendra pipis di memek ibu...."

Ibu menghela nafas, katanya,

"Itu bukan air kencing, yang. Itu adalah cairan sperma. Ketika seorang lelaki menjadi dewasa, selain air kencing, dia juga mengeluarkan cairan sperma."

"Beda ya bu?"

"Beda, air kencing itu seperti air biasa. Kalau air sperma itu kental. Cara ngeluarinnya juga beda. Kalau air kencing mengalir, kalau sperma dikeluarkan seperti dimuntahkan berkali-kali."

"Iya bu. Tadi berkali-kali keluar. Artinya Hendra sudah dewasa ya?"

"Iya. Bila lelaki sudah punya sperma, dia sudah bisa mempunyai anak."

"Maksud ibu?"

"Kalau sperma itu dikeluarkan di dalam vagina seorang wanita, maka sperma itu bisa membuahi sel telur wanita itu. Wanita kalau dewasa memproduksi sel telur. Kalau sperma itu bertemu dengan sel telur maka akan menjadi janin yang nantinya akan menjadi seorang bayi."

"Jadi, karena tadi Hendra mengeluarkan sperma di dalam memek ibu, maka ibu bisa hamil?"

Ibu menghela nafas. Lalu ia mengangguk. Tampak ibuku menjadi sedih. Namun, aku malah merasa senang. Aku ingin sekali bisa menghamili ibu. Ibu kan cintaku. Seharusnya ibu aku hamili dan bukan orang lain!

"Yes!" aku berteriak kesenangan. Ibu menatapku dengan tampang penuh keheranan.

"Kok kamu senang?"

"Kan ibu itu cintaku. Memek ibu kan punya aku. Ibu sendiri yang bilang begitu. Maka, Hendra sebagai kesayangan ibu harus menghamili ibu. Karena ibu adalah milik Hendra."

"Hendra, masa anak sendiri menghamili ibunya? Apa kata orang?"

"Lah, enggak usah kasih tahu oranglah. Kalau ibu hamil kan orang lain menganggap sudah biasa. Ibu kan punya suami."

"Kalau ayah kamu tahu gimana?"

"Dia kan ga perlu tahu. Yang penting, Hendra akan setiap hari ngentotin ibu sampai ibu hamil, nanti kalau ibu positif hamil, ibu ajak ayah ngentot biar ayah ga curiga. Tapi cuma sekali aja ya ngentotnya. Soalnya ibu kan milik Hendra."

Ibuku berpikir keras selama beberapa menit, selama ia berpikir, aku yang sedang semangat karena bisa menghamili ibu, mulai menciumi leher dan dada ibu yang mengakibatkan aku kembali menjadi horny tak lama setelah itu. Kontolku yang tadi sudah melembek dan tadi sudah setengah mengecil, kini kembali keras.

"Kamu ngebet terus sama ibu." kata ibu setelah menghela nafas.

"abis ibu cantik kayak bidadari."

"gombal."

Ibu menundukkan wajahnya dan mencium aku selama beberapa saat, kemudian merebahkan diri lagi. Ia merengkuh leherku dan mulai menggoyang tubuhnya memutar. Ini pertanda bahwa ibu juga kembali horny maka aku mulai mengocok kontolku di memeknya yang sempit namun basah dan hangat. Memek ibu dapat bergerak bagaikan membuka menutup, menambah nikmat sensasi yang dialami oleh kontolku.

Persenggamaan kami yang kedua itu lebih pelan. Bila persetubuhan pertama penuh dengan nafsu birahi liar, maka kini kami berdua mengentot dengan suasana sensual dan romantis. Gerakan kami tidak tergesa-gesa, dan kami saling berciuman dan meraba tubuh pasangan kami. Kami berdansa tarian persenggamaan diiringi irama tubuh dan suara desahan nafas beserta benturan badan. Tubuh ibu yang indah kudekap erat sehingga dapat kurasakan detakan jantungnya di dadaku. Kulitnya yang basah dan licin begitu halus kuelus dan kucium. Wangi tubuhnya yang menggoda kelelakianku menjaga birahiku tetap tinggi. Dalam suasana penuh cinta, kami mereguk kepuasan itu bersama-sama, saat penisku yang menggagahi vagina ibu menghujam sedalam-dalamnya, mengirimkan jutaan calon anak kami dalam lingkupan pejuku yang kental dalam rongga kenikmatan dan meluncur sampai ke rahim yang dulu menjadi tempat tinggalku selama sembilan bulan. Aku dan ibu mengejang dalam kenikmatan yang tak terperikan sehingga akhirnya kami berdua tenggelam dalam puncak birahi yang menguras seluruh tenaga kami baik lahir dan batin, sehingga kami berdua akhirnya tertidur pulas, dengan aku masih menindihnya, dan kelamin kami belum berpisah.
 
Kelas Enam Bagian Ketiga

Ketika aku bangun, aku ingat hari itu hari Minggu. Aku senang sekali karena tidak perlu sekolah, apalagi kini hubungan ibu dan aku sudah mencapai puncaknya. Dengan semangat, tanpa mengenakan baju, aku mencari ibu. Ibu tidak ada di rumah. Mungkin sedang beli makanan. Aku bergegas mandi agar tidak terlalu bau, supaya ibu senang dengan anaknya yang wangi karena hari itu aku bertekad untuk mengentoti ibuku lagi.

Aku mandi cepat beserta shampoan juga. Setelah mengeringkan rambut aku menunggu ibu dengan telanjang bulat. Tak lama ibu tiba di rumah membawa bungkusan makanan.

"Hendra. Kok telanjang?" kata ibu ketika masuk rumah. Aku hanya nyengir nakal sementara ibu menutup dan mengunci pintu lalu menaruh bungkusan makanan di rumah. Ibu bergegas ke dapur namun aku dengan sigap mengikuti ibu dan ketika baru sampai di kamar tidur, aku meraih lengan ibuku.

Ibu membalikkan badan. "Mau apa?" tanyanya.

Aku tidak menjawab melainkan memeluk pinggangnya dengan kedua tangan dan sambil menjinjit aku mencium bibirnya. Lidah kami langsung berkelahi saling memberikan ludah satu sama lain. Beberapa menit kemudian aku melepaskan bibirku dengan sedikit ludah terjalin tipis di antara bibir kami lalu jatuh ke dagu masing-masing. Perlahan aku membuka jilbabnya yang dipasang dengan beberapa jarum pentul.

Rambut ibu akhirnya terbebas dan terlihat agak basah dan wangi shampo. Ibu memakai baju kurung yang ia buka ketika aku buka jilbabnya. Ketika jilbabnya jatuh, ibu menjatuhkan bajunya pula. Ibu kini tampak seksi kini hanya dengan bra dan celana dalam hitam. Aku menuntunnya perlahan ke tempat tidur dan kami berdua duduk di tepi ranjang. Perlahan kami berangkulan. Bibir kami perlahan mencari pasangannya.

Entah kenapa, ketika kali ketiga kami bercinta, aku tidak terburu-buru. Mungkin karena kini kami bercinta dalam terangnya pagi. Mungkin karena ketika aku melihat ibu berdiri dengan pakaian dalam saja dan rambut basah terurai, aku melihat ibu bagaikan seorang dewi yang turun dari kahyangan. Dengan tubuh yang putih dan ramping dihiasi kedua payudara yang disangga bra hitam yang kontras dengan kedua buah dada yang besar berhiaskan urat-urat halus berwarna kebiruan, memperlihatkan keindahan belahan dadanya yang dihiasi oleh lembah sempit. Aku merasa ibu begitu lembut dan rapuh, sehingga aku melakukan segalanya dengan perlahan. Mungkin karena ketika kami ngentot kedua kalinya tadi malam, aku mendapati bahwa persenggamaan yang pelan dan penuh cinta, sangatlah memuaskan. Karena prosesnya lebih lama sehingga birahi kami ketika dilepas, bagaikan air bah yang dahsyat menerjang.

Bibir ibu yang hangat begitu lembut mengunyah bibirku, lidahnya yang basah mencari-cari lidahku. Ciuman kami begitu perlahan dan erotis. Mulut kami beradu dengan perlahan mengirimkan sinyal-sinyal yang begitu erotis, begitu tabu namun begitu nikmat. Dapat kucium bau mulut ibu yang bagaikan angin dari surga, dapat kucium wangi tubuh ibu yang berbaur dengan wangi sampo dan sabun yang sebelumnya menyapu tubuh indahnya. Dapat kurasakan juga hangat tubuh ibu yang menjalar di kulitku. Dapat kurasakan begitu halusnya kulit punggung ibu yang kuelus perlahan-lahan di kedua telapak tanganku. Di duniaku saat ini hanya ada ibuku seorang. Tak terdengar lagi dunia luar di kupingku. Kepalaku hanya dipenuhi oleh suara debaran jantungku dan bau tubuh ibu kandungku yang hampir telanjang itu.

Waktu bagai terdiam dan berhenti berdetak. Entah berapa lama kami berciuman, mungkin satu, dua atau lima menit. Tidak ada yang menghitung. Namun lama-kelamaan, nafsu birahi kami mulai menguasai sanubari. Ciuman kami bertambah liar. Ibu mulai mendesah-desah. Lidah kami mulai menari liar. Pelukan kami mulai bertambah erat. Dan keringat kami mulai perlahan mengucur. Sampai akhirnya ibu beringsut ke tengah tempat tidur sambil terus mempertahankan ciuman kami dengan merangkul kepalaku dan menarikku ke atas tubuhnya.

Ibu tidur telentang dengan aku menindihnya sementara kami berpelukan sambil saling mengecup, mencium dan menjilat. Terkadang kami membuka mulut dan lidah kami saja yang saling menempel dan saling menggesek. Terkadang aku sedot lidah ibu dan terkadang ibu yang menyedot lidahku. Mulut kami kini bagaikan satu organ yang saling berhubungan.

Kemudian aku mulai menciumi leher ibu. Kulitnya yang halus kujilat dan kucium, bahkan aku cupang. Ibu mendesah hebat ketika aku mencupanginya. Kedua kaki ibu memeluk tubuhku. Ciumanku turun ke dadanya. Tak lama dada ibu telah berhiasakan tanda cupanganku di sana-sini. Kutarik BH ibu yang ukurannya satu cup lebih kecil itu sehingga kini kedua payudara ibu menjadi menyembul keluar disangga bhnya. Lalu dengan rakus sekujur buah dada ibu aku sedot dan kujilat. Kala itu kontolku sudah menempel di atas memek ibu yang masih berbalut celana dalam. Dan ibu mulai menggoyangkan pantatnya menggeseki kontolku itu.

Ketika sudah beberapa menit aku menyelomoti buah dada ibu, barulah aku mengemut puting kanan tetek ibuku yang sudah tegak bagaikan ujung pensil. Saat itu ibu mengerang dan berkata,

"Sayaaaanggg....... Ibu sampeee......."

Ibu mengendurkan rangkulannya dan kurasakan celana dalamnya sudah basah. Aku melepaskan pelukanku dan menarik celana dalamnya sehingga akhirnya lepas dari tubuhnya.

Aku kaget ketika kudapatkan, ibu telah mencukur jembutnya sehingga kini, bulu yang tadinya lebat di selangkangannya kini membentuk segitiga kecil di atas memeknya. Bagian lainnya sangat bersih. Ternyata ibu bangun pagi-pagi untuk mencukur jembutnya.

Melihat keindahan surgawi ini, aku segera menjilati memek ibu yang sudah basah oleh cairan kewanitaannya itu. Memeknya yang tembam kubuka dengan kedua jari jempolku sehingga memperlihatkan vagina ibu yang mungil dan lobang yang tampak kecil. Lidahku menyapu dari bagian bawah ke atas, sehingga merasakan manisnya cairan memek ibu yang mengeluarkan aroma keras tubuh ibu yang sedang birahi itu. Kutelan segala cairan ibu yang seakan tak habis-habisnya mengucur. Semakin lama memek ibu semakin hangat dan licin.

Aku tak tahan lagi, aku segera menggenggam kontolku dan kutaruh di depan lubang mungil vagina ibu, dan aku hujamkan kemaluanku dalam-dalam di kemaluan ibu yang indah dan hangat. Untuk kedua kalinya, ibuku dan aku menjadi satu tubuh. Dapat kurasakan dinding memek ibu menyelimuti sekujur penisku dengan ketat. Begitu sempit namun licin. Begitu nikmat tak terkira. Sementara aku selama beberapa saat bertumpu di selangkangan ibu menikmati persatuan tubuh kami sebelum akhirnya menindih ibu dengan seluruh berat badanku. Sementara ibu mulai meracau kenikmatan,

"kontol enak...... Kontolmu enak..... Entotin ibu, yaaaanggg..... Entotin ibu kuat-kuat......."

"memek ibu legit..... Sempit..... Manteb........."

Lalu aku mulai merojok-rojok memek ibu yang sempit itu dengan kontolku yang sudah dalam tahap tegangan paling tinggi. Ibu makin meracau dan aku berusaha membalas omongan jorok ibuku.

"sodok terus memek ibumu...... Memek ini milik kamu, nak....... Entotin ibu kandungmu ini yaaaaanggg....."

"Hendra akan ngentotin ibu tiap hari... Biar Hendra bisa buntingin ibu.... Hendra mau buntingin ibu....."

"Kamu anak kurang ajar... Mau buntingin ibumu sendiri..... Dasar anak mesuuuummmmm..... Dari kecil udah mesuuuummmm.... Ayo mesumin ibu.... Ayo buntingin ibu.... Ayo gagahin ibu sepuas kamu......."

"Ibu sekarang pereknya Hendra.... Pereknya anak sendiri........ Ibu pereeekkkk....."

"Iya..... Buntingin perekmu...... Ibu memang perekmu semenjak kamu cium-cium punggung ibu....."

Kini kami mengentot tanpa kendali. Kedua selangkangan kami berbenturan keras berkali-kali. Keringat kami berdua sudah menyatu dan bercampuran, sementara kelamin kami pun kini adalah satu. Ibu dan anak sudah tidak lagi menjadi dua, melainkan satu tubuh yang berpusat pada dua kelamin. Tak ada batasan di antara kami, yang ada adalah keintiman yang tabu.

Ketika aku menyemprotkan spermaku berkali-kali di rahim ibu, ibu memelukku erat-erat dan berteriak bagai kesetanan.

"semprotin peju kamu di rahim ibu..... Ibu sampeeeeee....."

"ambil peju Hendra...... Kita bikin anak bareng-bareng bu......."

Tak lama kemudian aku merebahkan diri di samping ibuku, sementara air maniku mengalir perlahan ke luar dari vagina ibu. Kami berciuman mesra dan berpelukan dengan menyamping, menikmati klimaks kami yang baru saja lewat.

Entah berapa lama kami berciuman, barulah kemudian ibu berjalan ke ruang tamu, dengan pejuku yang masih mengalir untuk mengajakku sarapan nasi uduk yang tadi dibelinya. Semenjak saat itu, kami selalu telanjang di rumah. Ibu selalu memakai pakaian rapi bila aku tidak di rumah, tetapi ketika aku mengunci pintu saat baru sampai di rumah, maka ibu akan bergegas ke kamar dan membuka seluruh bajunya. Aku menyusul membuka baju sehingga kami berdua akhirnya telanjang bulat.

Maka aktivitas harianku berubah lagi. Aku akan bangun pagi telanjang bulat di tempat tidur. Kadang aku bangun terlebih dahulu dari ibu, kadang ibu yang bangun duluan. Bila aku yang bangun duluan. Aku akan bergegas gosok gigi, lalu kembali ke tempat tidur dan mulai menciumi tubuh telanjang ibu. Tubuh ibu tiap hari akan penuh cupang, karena setiap kali kami berduaan di rumah aku pasti akan menggarap ibu dan selalu aku akan mencupangnya. Biasanya ibu akan terbangun saat aku asyik mengenyot-ngenyot kedua buah dada ibu. Bila ibu bangun, aku tak peduli dengan bau mulut ibu yang belum gosok gigi, aku selalu mencium ibu dengan hot. Kami akan melakukan french kiss dengan liar. Untuk kemudian kami akan bersenggama sampai kami berdua orgasme. Aku selalu mengusahakan agar ibu orgasme duluan, biasanya aku oral, baru kemudian aku akan mengentoti ibu dan biasanya waktu aku ngecrot di dalam vagina ibu, ibu akan mengalami orgasme yang kedua kalinya. Lalu kami akan mandi bareng. Terkadang aku horny lagi sehingga aku akan mengentoti ibu lagi dengan posisi doggy style. Setelah itu barulah ibu akan menyiapkan sarapan sementara aku memakai baju seragam sekolah.

Namun, bila ibu yang bangun terlebih dahulu, ia biasanya langsung ke dapur untuk menyiapkan masakan setelah ia gosok gigi. Aku segera gosok gigi karena tak mau ibuku kebauan jigongku, lalu aku akan mulai menciumi tubuh telanjang ibu. Terkadang ibu horny sehingga ia minta di doggy olehku, terkadang ibu cuek saja sehingga bila aku yang horny, aku akan menjilati memek ibu sampai basah, baru dari belakang ibu akan kudoggy sampai aku ngecrot lagi di dalam kemaluannya.

Setelah itu kami akan sarapan, aku akan berseragam lengkap sementara ibu tetap telanjang. Terkadang sekali, aku akan horny lagi, dan biasanya aku memelorotkan celana dan di ruang tamu, aku akan menyetubuhi ibu lagi hingga aku puas. Aku biasanya hanya melap kontolku saja agar celana dalamku tidak lengket, namun aku tidak mencucinya. Bau memek ibu seharian akan menemaniku.

Pulang sekolah, ibu yang sudah telanjang di kamar akan bertanya kepadaku,

"Mau ngentot sekarang atau nanti?"

Hampir selalu aku akan bilang bahwa aku ingin saat itu juga. Hanya bila aku sedang letih (biasanya kalau hari itu ada pelajaran olah raga) aku akan bilang bahwa aku ingin nanti saja. Tapi bahkan ketika hari olahraga dan aku letih, aku terkadang horny berat, sehingga kadang aku entot juga ibuku walau sedang capek.

Setelah itu aku akan memeluk ibu terus dan menciuminya. Entah leher, bahu, punggung, pipi, tetek, apapun itu yang penting bibirku selalu menyerang tubuh mulus ibuku. Bila ibu berjalan ke dapur aku akan mengikuti ibu dari belakang dengan melingkarkan tanganku di pinggangnya, ibu terkadang merangkul bahuku juga. Kami akan makan siang setelah kami berdua menyiapakan lauk pauk, nasi dan piring di kamar tamu, setelah itu aku akan makan sambil memeluk ibu, terkadang sambil makan aku akan menyusupkan kepalaku ke ketiak ibu dan mengendusi ketiaknya yang dihiasi bulu halus itu agar menambah nafsu makanku. Bila ibu mencuci piring aku akan berada di belakang ibu dan memeluknya dari belakang sambil menciumi atau menjilati punggungnya. Bila ibu berjalan ke ruang tamu aku akan merangkulnya lagi. Bila ibu menonton TV, maka aku akan menciumi punggungnya lagi, terkadang aku akan nenen juga. Singkat kata, aku bagaikan benalu di ibu, karena aku selalu menempel. Ini menyebabkan, aku akan horny. Setiap kali aku horny, entah di dapur, di kamar tidur atau di ruang tamu, aku akan segera menyetubuhi ibu setelah kubuat memek ibu basah. Jadi, waktu ngentotku dengan ibu tidaklah kujadwal dengan detail. Pokoknya tiap kali kontolku keras, aku akan memasukkannya ke dalam memek ibu. Seringkali kami tertidur di ruang tamu dengan TV menyala, itu biasanya karena aku akan mengentoti ibu di ruang tamu dan setelah itu kami terlalu letih untuk pindah ke kamar tidur.

Setelah seminggu, pada siang sampai maghrib, ibu hanya akan menonton sinetron kesayangan saja dan tidak pernah lagi menonton berita, atau acara lain di TV, karena setiap kali kami selesai bersenggama, aku tetap menempeli ibu, aku akan menciumi tubuh ibu, terutama punggung, dada dan wajahnya, setelah itu, bila sudah agak on, kami akan berciuman mesra, sebelum kami berhubungan seksual. Ibu adalah obsesiku, canduku dan duniaku. Dan karena itulah kami mengentot biasanya tiga kali berturut-turut (kadang lebih), karena ciuman-ciuman mesraku di tubuh dan bibir ibu setelah persetubuhan kami, entah kenapa membuat aku horny lagi, sehingga aku harus menyetubuhi ibu lagi.

Tentu saja, ibu selalu memprioritaskan pelajaranku. Ibu memberikan aku dua sesi untuk bikin PR dan belajar dalam seharinya. Yaitu sore sesudah kami berhubungan seks secukupnya, dan juga malam setelah kami makan malam. Ketika aku belajar sore, ibu akan memasak, bila aku belajar malam, ibu akan menemaniku dan ia hanya memperbolehkan aku untuk menciumi dan menjilati tubuhnya saja, dan itu tidak boleh lama-lama.

Oleh karena itulah, kami tidak lagi tidur siang. Dari waktu aku pulang, kami akan ngentot sekali karena aku biasanya selalu horny bila sampai rumah, lalu makan siang, dan kemudian bersetubuh berkali-kali sampai sore sekitar jam 4 ketika aku harus belajar dan bikin PR sementara ibu memasak. Bila tidak ada PR atau prnya sedikit, maka malamnya aku tak perlu belajar lagi dan kami akan bersenggama setelah makan malam sampai kami berdua tidur pulas akibat kelelahan.

Untuk beberapa minggu sebelum ujian dan kelulusan, hidupku bagaikan mimpi saja. Aku merasa bahwa rumahku adalah surga dunia, di mana aku sebagai anak remaja dapat menyalurkan nafsu biologisku hampir tiap hari (minus waktu haid ibu tentunya). Bangun pagi kami akan bersetubuh, mandi bareng dan kadang bersetubuh di kamar mandi, kemudian sarapan terkadang pula aku akan menggauli ibu lagi sebelum aku pergi sekolah. Pulang sekolah seperti biasa kami akan bersenggama sekali sebelum makan siang, lalu kami akan ke kamar tidur, bukan untuk tidur melainkan untuk berpelukan sambil saling meraba dan berciuman di antara persetubuhan kami yang kami lakukan tiga kali atau lebih.

Sayangnya aktivitas baru itu harus tertunda setelah aku lulus SD. Alasannya adalah sudah libur panjang dan kami harus ke kampung lagi untuk mudik. Aku mulanya tidak mau, tapi ibu tetap bersikeras. Biasanya kami ke kampung dua minggu, kami pulang seminggu sebelum masuk sekolah. Tapi karena aku tidak mau mudik, ibu menawar bagaimana kalau seminggu saja. Aku tetap tidak mau karena aku tidak mau jatah seks ku berkurang. Akhirnya ibu berkata,

"Ibu harus pulang. Nenekmu itu sangat sayang kepada kamu, karena kamu cucu laki-laki satu-satunya, dan nenekmu pasti akan marah bila kita tidak pulang kampung. Gini deh, kamu boleh entot bulik kamu si Ela, tapi kamu harus pakai kondom ya. Dan jangan dientot di rumah, di sungai aja kayak tahun lalu."

Aku tercengang, terutama karena ibuku tahun lalu ternyata menguntitku diam-diam. Tapi aku segera menyadari bahwa ibu memperbolehkan aku main dengan perempuan lain, sehingga aku menjadi bahagia sekali. Saat itu aku segera menubruk ibu dan menyerang bibirnya dengan brutal. Nafsuku saat itu bagaikan berlipat ganda saja. Di ruang tamu itu aku menyetubuhi ibu dengan agak kasar. Kontolku menyodok-nyodok memek ibu dengan sangat kuat. Tapi ibu tidak kesakitan, tampaknya ia juga menikmatinya. Apalagi ia berkata,

"Dasar penjahat kelamin kamu, Ndra... Ahhhhhhh..... Begitu ibu kasih kamu entot bibi kamu sendiri, birahi kamu langsung naik dan kamu langsung menggagahi ibu dengan kasar. Ooooohhhhhh........ Kamu menyodok-nyodok memek ibu dengan kontolmu kencang-kencang. Ssshhhhh..... Otak kamu mesum. Kamu biadab. Kamu ga puas-puasnya. Mmmphhhh...... Tiap hari kamu setubuhi ibu. Tiap hari kamu tempeli ibu. Hhhhhhhh....... Tiap hari kamu ciumin ibu. Tiap hari kamu jilatin ibu. Kamu tukang ngentot. Kamu doyan memek."

"Hendra emang doyan memek..... Hmppphhh..... Hendra doyan memek ibu kandung sendiri...... Soalnya memek ibu Hendra sempit dan legit...... Hangat dan licin..... Emmpphhhh....... Hendra mau ngentotin ibu sampai ibu ga kuat berdiri........"

Suara benturan selangkangan kami memenuhi ruangan. Benturan yang cepat dan keras. Bunyi plak!Plak!Plak!Plak! Membahana dan adalah musik pengiring tarian tabu ibu dan anak. Sementara kontolku menggagahi memek ibu, mulutku dengan buas mengunyahi, menjilati dan menyedoti kedua payudara ibu yang besar dan tegak. Kulit putihnya sudah penuh dengan bercak merah dan dibasahi keringat ibu, keringatku dan ludahku juga. Kami berpacu dalam nafsu binatang dalam detakan waktu yang seperti melambat, dan entah beberapa detik atau menit yang telah lewat hingga barulah kami mencapai puncak dari kenikmatan duniawi. Memek ibu berdenyut-denyut cepat dan bagian bawah tubuh ibu sedikit bergetar bagai kejang tanda bahwa ia mengalami orgasme, yang menyebabkan kontolku menumpahkan seluruh air mani yang ada ke dalam rahim ibu, untuk entah keberapa kalinya.

Akhirnya kami sepakat untuk pulang kampung selama satu minggu.
 
KELAS ENAM - KAMPUNG

Kami sampai di kampung jam 12 siang. Mbak Ela sedang bermain dengan teman sebayanya entah kemana. Ibu dan aku beres-beres. Aku dapat satu kamar lagi dengan Mbak Ela, tetapi ibu mewanti-wanti lagi agar aku tidak melakukannya di rumah. Takut ketahuan. Setelah itu aku menunggu Mbak Ela di teras rumah nenek.

Sekitar jam tiga, Mbak Ela baru pulang dengan menggowes sepeda. Sebelum masuk ke karangan rumah, Mbak Ela turun dari sepeda dan hendak membuka pagar, namun aku berlari mencegah dia masuk. Mbak Ela terlihat senang melihatku, namun kaget juga ketika aku bilang aku minta dibonceng. Maka Mbak Ela memboncengku juga. Ibu tertawa melihat tingkahku yang sebenarnya karena horny, karena aku yang terbiasa ngentot berkali-kali tiap harinya, harus menahan diri sepanjang perjalanan ke kampung.

"Ke mana Ndra?"

"Biasa... Sungai...."

Kak Ela terkejut, katanya, "Ndra.... Mbak Ela bau, dari pagi main ke rumah temen di kampung sebelah. Mbak Ela mending mandi dulu di rumah...."

Aku yang memeluk pinggangnya menempelkan hidung di punggung Mbak Ela yang masih berbalut kaos begitu aku diboncengnya, dan Mbak Ela memang mengeluarkan bau tubuh, namun bagiku bau tubuh Mbak Ela enak dicium. Bau tubuh gadis remaja yang mengeluarkan keringat karena panasnya sinar matahari. Bau ini berbeda dengan bau tubuh perempuan matang seperti ibuku, namun tidaklah dalam arti yang buruk. Walaupun bau tubuh Mbak Ela berbeda dengan bau tubuh ibu, tetapi keduanya meninggalkan kesan yang indah. Mungkin analoginya adalah membedakan antara rasa strawberry dan anggur. Keduanya mempunyai rasa yang berbeda, tetapi kedua-duanya sama-sama enak dimakan.

"Harum...... Udah Mbak Ela nurut aja. Nanti aja mandinya."

Akhirnya kami sampai di tempat kami yang biasa. Sepeda sudah tersembunyi di semak belukar di belakang pohon, dan posisi kami lebih tersembunyi lagi karena dikelilingi batu besar dan di tutupi pohon dan semak. Tahun ini semak-semaknya bertambah rimbun dan tinggi sehingga lebih tersembunyi dibanding tahun lalu. Memang tampaknya semua ini sudah ditakdirkan.

Kami duduk di batu yang datar yang di apiti beberapa batu besar membelakangi pohon dan semak setelah menanggalkan sendal kami. Aku bergegas buka baju sementara Mbak Ela nyengir jail.

"Ga sabaran banget kamu, Ndra.... Kebelet ya?" kata Mbak Ela mengolok-olokku yang sedang tegangan tinggi.

Saat itu aku sedang menanggalkan celana panjangku. Kataku singkat, "Kalau Mbak Ela ga telanjang, Hendra akan robek-robek bajunya sampai bugil."

"Ih galak bener....." kata Mbak Ela tapi ia mulai menanggalkan pakaiannya.

Ketika aku sudah telanjang bulat, Mbak Ela sedang melorotkan roknya, sementara kaosnya sudah rapi di pinggir batu. Saat itu aku keluarkan kondom yang dibelikan ibuku yang kutaruh di salah satu saku celanaku. Bagian tubuh atas Mbak Ela kini hanya berbalutkan BH berwarna coklat muda. Setelah roknya lepas, Mbak Ela melipat roknya dan menaruhnya di samping bajunya. Gerakan Mbak Ela sebenarnya tidak terlalu pelan, tapi karena aku sedang horny, maka aku tak sabar lagi.

Aku berdiri di belakang Mbak Ela yang baru saja berdiri tegak setelah nungging menaruh roknya, dan ia sedang membuka kaitan BH di punggungnya, aku langsung menarik celana dalamnya dengan cepat sehingga ketika Mbak Ela sudah melepaskan bra, celana dalamnya sudah di pergelangan kaki. Satu-satu Mbak Ela mengangkat kakinya hingga celana dalam itu dapat kulepas. Sedetik ketika bh dan celana dalam itu kami taruh, aku langsung memeluk Mbak Ela dan mencium bibirnya. Perlahan tubuh telanjangku memepet tubuh Mbak Ela sehingga bibiku itu kini menyender di salah satu batu besar yang melindungi kami dari pandangan orang lain.

Walaupun tadi Mbak Ela mengejekku, tapi tampaknya dia juga sedang horny. Karena Mbak Ela membalas pagutan bibirku dengan tak kalah hebohnya. Lidah kami saling menyerang dengan semangat, menjadikan ludah kami saling bertukar dengan tanpa dapat ditahan lagi. Bau tubuh Mbak Ela yang berkeringat ditambah bau mulutnya yang basah menambah suasana erotis apalagi kulitku dapat merasakan kulit halus Mbak Ela yang menempel yang basah oleh keringat kami berdua.

Setelah beberapa saat aku melepaskan ciumanku dan menatap bidadari kedua dalam hidupku. Tubuh Mbak Ela makin seksi. Payudaranya yang sebelumnya bagai bakpao, kini makin membulat, walaupun tidak sebesar payudara ibu yang menyebabkan belahan dada Mbak Ela lebih lebar terlihat, tetapi bentuk bulatan buah dada Mbak Ela lebih tegak dan padat berbeda dengan ibu yang sedikit agak turun. Apalagi letak kedua pentil tetek Mbak Ela lebih ke tengah payudaranya berbeda dengan puting ibu yang letaknya agak ke bawah sedikit. Pentil tetek Mbak Ela yang tahun lalu agak rata dengan areolanya, kini sudah sedikit menyembul malu-malu. Di payudara kiri Mbak Ela, agak ke tengah dada dan di bulatan bagian atas, ada satu tahi lalat yang menambah keindahan dua buah bukit ranum yang Mbak ela miliki.

"Kok diam?" tanya Mbak Ela dengan perlahan.

"Hendra lagi menikmati indahnya keajaiban dunia di hadapan Hendra."

"Gombal!" rajuk Mbak Ela sambil merangkulku dan menciumku lagi. Kami kembali berciuman dengan penuh libido remaja. Bibir tipisnya menawarkan manisnya madu, tubuhnya menawarkan kehangatan dan kedua tangannya menawarkan hiburan sensual dengan mengelus punggungku dan sesekali meremas rambutku. Lalu lidahku mencari-cari kenikmatan di atas tubuhnya. Indera pengecapku itu menari-nari dan mencari-cari sepanjang lehernya yang jenjang, menyelusuri lembah pemisah dua buah bukit yang indah, mendaki kedua buah dada itu secara teliti, tak meninggalkan satu sentipun. Aku ingin merasakan tiap jengkal keindahan tubuhnya. Ketika lidahku mencapai puncak bukit, maka mulutku mengatup dan menyedot ujung payudaranya itu dengan gemas sehingga Mbak Ela menjawab dengan erangan kecil tanda dirinya mulai dikuasai kenikmatan birahi. Mbak Ela membaringkan diri di batu yang landai itu, sementara aku belum menindihnya, melainkan terus mencium dan menyedot dadanya dengan tubuh di samping tubuh bibiku itu.

Setelah mulut dan lidahku puas menyapu sekujur dada adik kandung ibuku itu sehingga hampir semuanya tertutup tanda cupangan, maka kembalilah lidahku berpetualangan dengan menjelajahi bagian tubuh Mbak Ela sebelah bawahnya lagi. Lidahku menjilati perut ramping bibiku itu, dan selama beberapa menit aku menyedoti pusarnya yang begitu indah yang terlihat bagaikan sebuah gua kecil ditengah perutnya, untuk kemudian secara enggan bergerak lagi ke bawah.

Sebelum mulutku menyentuh bulu kemaluan bibi kandungku itu, aku menatap daerah kehormatannya dengan gemas. Bulu jembut bibiku itu belum lebat. Bulunya yang keriting itu hanya segerombolan kecil menghiasi bagian atas vaginanya yang terlihat begitu rapat dan mengeluarkan bau tubuh yang kuat. Dengan kedua jempolku aku menyibak bibir luar memek bibiku itu, dan melihat bagian dalamnya yang berwarna merah muda dengan kelentit kecil di atas dan lubang yang kecil di bagian bawah. Hampir dapat dipastikan bibiku itu masih perawan.

Kubenamkan hidungku di vagina Mbak Ela. Mbak Ela menjepit kepalaku dengan kedua kakinya dan menekan pantatnya ke wajahku sambil mendekap kepalaku dari belakang.

"Geli Ndra..... Enak....."

Bau tubuh Mbak Ela memenuhi hidungku sementara aku menjadi susah bernafas. Kudorong kedua paha bibiku itu sehingga ia mengangkang lalu dengan sekuat tenaga aku menarik kepalaku ke atas sambil menjulurkan lidah sehingga akhirnya lidahku mulai menjilati memek adik ibuku itu. Memek Mbak Ela mulai terasa basah dan hangat karena cairan cinta yang keluar dari dalam kemaluan bibiku itu ditambah dengan air ludahku. Mbak Ela kini tidak berbicara melainkan mengerang-ngerang kenikmatan. Aku asyik saja menikmati air memek bibiku itu karena memang baru pertama kali merasakan nikmatnya rasa memek bibiku itu di lidahku. Selain bau tubuh yang berbeda dengan ibu, Mbak Ela juga memiliki rasa memek yang berbeda. Sama-sama gurih, namun ada perbedaan dalam aroma dan rasa.

Entah berapa lama aku menjilati memek Mbak Ela yang sudah banjir itu, ketika aku mulai menyedot-nyedot kelentit bibiku yang masih perawan itu. Mbak Ela mulai menggila dan sedikit berteriak-teriak,

"aaahhhh.... Aaaahhhhhhh..... Ahhhhhhhh........ Yaaaahhhhhhh......... Ahhhhhhhhhhh..... Terusss....... Sedooootttt.......... Sedot itil Mbaaaakkkk......"

Kemudian ia menekan memeknya kuat-kuat di wajahku sambil berteriak karena kenikmatan yang sudah klimaks. Kurasakan memeknya mengeluarkan banyak cairan hangat yang kuhisap dan kutelan, hingga akhirnya tubuh bibiku itu melemas terlentang di atas batu dengan mata terpejam. Perlahan aku bersimpuh di depan selangkangannya, lalu kontolku dengan cepat taruh di depan lubang memek bibiku yang kecil itu, kubuat sehingga palkonku menancap ujungnya, lalu perlahan aku mulai menindih bibiku itu. Karena begitu nafsunya aku, aku melupakan kondom yang sudah kusiapkan di pinggiran batu dekat pakaianku. Kedua tanganku menekan pinggul belakang Mbak Ela, lalu setelah aku merasa siap, aku hujamkan kontolku dalam-dalam. Dalam satu gerakan yang cepat kontolku menginvasi liang kencing bibiku yang masih perawan. Dapat kurasakan aku merobek selaput dara bibi kandungku itu, namun karena tusukkanku begitu kuat, kontolku menerobos lobang vagina bibiku dengan kencang sehingga akhirnya seluruh batangku amblas di dalam liang surgawi bibiku.

Bibiku berteriak kesakitan dan tubuhnya menjadi kaku bagaikan patung sementara kedua tangannya berusaha mendorong pinggulku.

"Aduuuuhhh.... Sakiiiitttt Ndraaaaa..........."

Namun Mbak Ela tak berhasil mendorong tubuhku, karena ketika kontolku terbenam di memeknya, aku segera menindih bibiku itu sambil memeluknya erat-erat.

"jangan didorong, Mbak. Diemin dulu. Tar enak deh....."

Mbak Ela tidak bergerak. Kulihat matanya terpejam dan dua butir airmata terjatuh dari kedua matanya. Aku menciumi leher Mbak Ela dan lama-lama kujilati dan kusedot-sedot lehernya. Akhirnya setelah tiga menitan, badan Mbak Ela sudah tidak kaku lagi dan kedua tangannya kini ditaruh di leherku. Nafas Mbak Ela mulai berat lagi. Aku belum mengentoti dia, aku ciumi dulu dadanya. Dan setelah aku cukup lama menyedoti buah dada dan putingnya, barulah aku mengocok kontolku di dalam memek bibiku itu.

Kembali Mbak Ela mengerang-ngerang karena merasakan nikmatnya ketika batang kontolku menggeseki sekujur dinding memeknya. Kini kedua tangan bibiku itu mulai mencengkram pantatku, dan ia menggoyangkan pantatnya sesuai irama pantatku. Hingga lama kelamaan suara selangkangan kami berbenturan mulai terdengar. Pada mulanya lirih, lama kelamaan bagaikan suara orang sedang tepuk tangan.

Entah berapa lama aku menyetubuhi bibi kandungku, adik dari ibuku itu. Namun irama persenggamaan kami makin lama makin cepat. Dalam balutan nafsu birahi kami berdua bersetubuh. Tubuh Mbak Ela dan aku menjadi satu. Kedua kelamin kami yang saling melengkapi kini sedang tersambung dan menjadi satu organ. Organ reproduksi yang sedang dalam bentuknya yang paling sempurna.

Sampai akhirnya aku rasakan memek sempit Mbak Ela menjepit kontolku dengan keras dibarengi suara Mbak Ela yang berteriak,

"Enaaaaaaknyaaaaaaaaaaaa..........."

Memek Mbak Ela begitu panas dan sempit, apalagi menjepit seperti ini membuat kontolku tak kuasa membendung dan menahan lahar panasnya. Kusemproti rahim perawan bibi kandungku itu dengan seluruh air mani yang ada di kantong menyanku, sayup-sayup kudengar seorang perempuan berkata, "Jangaaaaan!" namun aku tak begitu memperhatikan karena seluruh spermaku telah tumpah di dalam rahim bibiku dan aku menindih bibiku itu dengan lemas.

Tahu-tahu tubuhku ditarik dari Mbak Ela dan kulihat ternyata ibuku yang melakukannya. Kami kaget. Saat itu ibu berkata dengan marah,

"Kok ngecrotin peju di dalam bibi kamu? Kan ibu bilang harus pakai kondom?"

Mbak Ela dengan takut melepaskan diri dariku dan bergegas mengambil pakaianku. Namun aku tak menghiraukannya, karena ternyata kontolku yang tadi sedikit melunak kini melihat ibuku yang tersengal-sengal karena berlari dan tubuhnya berkeringat mengeluarkan bau tubuh yang sudah aku hapal, membuat kontolku tegang lagi. Ibu memakai baju terusan tanpa lengan dengan rok selutut dan dua tali bahu. Tadinya dia memakai blazer untuk menutup bagian atas, tapi karena tadi berlari mengejar kami untuk mengingatkan memakai kondom (yang tidak berhasil), blazer itu diikat di pinggang.

Aku menubruk ibu sehingga ia terlentang di atas batu yang datar itu. Dengan cepat bagian roknya telah tersingkap dan tangan kananku menarik bagian selangkangan celana dalam ibu dan menarik ke samping sementara kontolku dengan cepat aku taruh di memek ibu. Sudah ratusan kali aku mengentot ibu sehingga aku sudah hapal letak lubang vaginanya. Tak sampai sepuluh detik, aku sudah membenamkan kontolku dalam vagina ibu yang ternyata sudah basah. Pasti tadi dia sempat melihat aku mengentoti adiknya hingga ibu menjadi horny juga.

Mbak Ela yang baru saja memegang celana dalamnya tidak jadi memakaikan celana dalam itu demi melihat aku sudah menindih kakaknya dengan kontol terbenam. Sambil mengentoti ibuku, tanganku menarik tali bahu gaun ibu satu demi satu sehingga kini gaun ibu berjumbel di pinggang karena kutarik ke bawah. Sementara ibu melepaskan bhnya. Kurebut BH itu lalu kulempar ke Mbak Ela. Mbak Ela yang sedang terkejut hanya menerima BH itu dan terus menonton kami.

Ibu kemudian memegang kepalaku dan mencium bibirku dengan penuh nafsu. Di lain pihak, selangkangan kami berbenturan keras sekali, bahkan lebih keras dibanding ketika aku sedang merebut mahkota bibiku. Sambil saling melumat bibir satu sama lain dan juga saling mengentot kelamin kami masing-masing, kami berdua mengeluarkan erangan atau geraman bagaikan dua binatang yang sedang birahi.

Kemudian aku menyedoti seluruh dada ibu dan ibu menyemangatiku,

"Ayo Ndra..... Entot ibumu keras-keras..... Isepin tetek ibu....... Jadikan ibu pelampiasanmu...... Gagahi ibu........setubuhi ibu...... Jadikan ibu isterimu..... Karena ibu sudah mengandung anakmu......"

Aku terkejut, namun anehnya aku jadi tambah horny. Maka aku pegang pinggul ibu dan aku sodok-sodok memeknya sekuat tenaga,

"Yessss..... Akhirnya ibu jadi betinanya Hendra! Akhirnya Hendra berhasil buntingin ibu! Ibu jadi milik Hendra! Hendra berhasil menghamili ibu! Ini.... Biar Hendra tambahin sperma ke dalam perut ibu yang mengandung anak dan adik Hendra!"

Nafsu birahi ibupun tampaknya sudah memuncak, karena ia juga membalas kocokan kontolku dengan dorongan pantatnya dan ibu juga terus meracau,

"sirami terus rahim ibu dengan sperma kamu....... Entotin ibu tiap hari..... Ibu ga bisa hidup tanpa entotan kamu, Ndra....."

Nafsu kami berdua begitu hebatnya sehingga belum terlalu lama kami bersetubuh, kami berdua sudah orgasme. Detik pertama memek ibu menjepitku dengan keras, kontolku kubenam dalam-dalam dan menyemproti rahim ibu entah keberapa kalinya sebulan ini, rahim yang sudah terisi janin dariku. Setelah badai orgasme yang dahsyat, aku mengeluarkan kontol dari memek ibuku, lalu menghampir Mbak Ela yang masih memegang BH kakaknya. Kutarik Mbak Ela sehingga akhirnya aku tiduran di batu datar itu dengan dua perempuan paling cantik yang aku kenal di dunia ini.

Aku ciumi bibir Mbak Ela dan ia membalas. Lalu aku ciumi ibuku dan ibuku membalas. Untuk beberapa lama aku gantian mencium kanan kiri. Aku merasa sedang disurga. Kusuruh mereka berdua tiduran bersebelahan dan aku menindih mereka tepat ditengah. Kemudian melanjutkan cium kanan cium kiri. Tak lama aku mencium dan menjilati tubuh mereka dari kepala sampai memek secara bergantian. Pun ketika aku jilati memek mereka, aku gantian.

Setelah setengah jam, kontolku keras lagi dan aku suruh mereka posisi doggy style lalu aku setubuhi mereka dari belakang bergantian pula. Kuentoti ibu selama sepuluh tusukan, lalu aku entoti Mbak Ela sepuluh tusukan. Benar-benar surga dunia. Entah berapa lama aku mengentoti mereka bergiliran ketika kurasakan mereka berdua sudah hampir sampai karena mereka mengerang dan menggoyangkan tubuh lebih cepat dan keras. Tahu-tahu ibu mencium bibir Mbak Ela dan mereka French Kiss membuatku mengocoki memek adik ibuku itu dengan keras karena sudah tak bisa menahan diri. Aku tak mampu pindah, sehingga aku hanya mengentoti Mbak Ela saja. Untung saja sekitar semenit bibiku itu mencapai orgasmenya. Kemudian aku pindah dan menggenjoti memek ibuku yang masih belum sampai. Kali ini ibuku lebih lama dari ibu. Dan ketika rahimnya yang sudah kubuahi kembali aku semprot dengan air maniku, barulah ibu mencapai orgasmenya berbarengan denganku.

Beberapa menit kemudian, Ibu tahu tahu duduk di depan Mbak Ela dan melebarkan kakinya hingga selangkangannya tepat di depan wajah Mbak Ela. Memek ibu mulai mengeluarkan air maniku yang sudah dua kali aku tanam di perut ibu.

"bersihin peju anakku di memekku, nduk..."

Mbak Ela lalu menjilati memek kakaknya dan menelan semua sperma yang keluar dari memek ibuku itu. Ibu mulai memegang kepala Mbak Ela dan mulai menggeseki memeknya di muka adiknya itu. Akhirnya kusuruh Mbak Ela ganti posisi telentang. Kembali kontolku kubenamkan di memek Mbak Ela sementara ibu menduduki wajah Mbak Ela dengan memeknya. Kulihat spermaku mulai keluar lagi dari memek ibu dan Mbak Ela tampaknya lahap menelan semua cairan pejuku.

Tahu-tahu ibu merebahkan diri, lalu menjilati selangkanganku dan selangkangan Mbak Ela. Ibu menjilati persenggamaan anak dan adiknya. Tepat di perpaduan kontol dan memek aku dan Mbak Ela ibu menjilati dengan lahap. Aku merebahkan diri dan mulai mengenyot-ngenyot punggung ibu yang penuh dengan keringat. Dan tak lama aku menyemprotkan spermaku lagi di dalam rahim Mbak Ela, sementara Mbak Ela menekan pantatku karena ia juga orgasme, di lain pihak ibu menekan memeknya di wajah Mbak Ela karena ia juga sedang orgasme. Akhirnya kami dengan lemas saling berangkulan dengan aku di tengah.

Setelah setengah jam setelah itu, aku mengentoti ibu sementara Mbak Ela tertidur. Kami mengentot dengan posisi standard missionary karena kami hanya perlu menuntaskan nafsu saja. Setelah itu aku mengentoti Mbak Ela yang terbangun karena merasakan memeknya dikocok lagi olehku. Ibu hanya menonton saja. Setelah aku mengisi perut Mbak Ela lagi dengan pejuku, ibu memutuskan agar kami semua kembali ke rumah. Kami sampai di rumah dengan bau kelamin. Nenek menatap kami dengan pandangan aneh saat itu.

Sepanjang liburan aku, ibuku dan bibiku selalu pesta seks di pinggir sungai. Pada akhir kunjungan kami, ibu mulai muntah-muntah. Ibu berkata mungkin ia sudah hamil olehku. Aku bahagia sekali. Ibu berpikiran untuk menggugurkan namun aku menolak dan membujuk ibu untuk mengundang ayah ke rumah dan menyetubuhi ibu sekali, agar nantinya ayah mengira ibu hamil oleh karena ayah.

Berhubung Mbak Ela sudah lulus SMA, maka ia berniat untuk tinggal di rumah kami di Jakarta. Tapi nenek tidak setuju, dan walaupun sudah dibujuk oleh ibu dan Mbak Ela, nenek tidak bergeming. Jadi akhirnya kami hanya berdua kembali ke Jakarta. Di Jakarta ibu membeli beberapa test pack dan mengetes urinnya. Semuanya menunjukkan bahwa ibu sudah positif hamil.


EPILOGUE - KELAS SATU SMP

Ketika kami sampai di Terminal Bus antar kota di Jakarta, ayah menjemput kami, dan atas bujukan ibu dan aku, kami meminta ayah menginap di rumah kami agar rencana kami untuk menjebak ayah berhubungan seks dengan ibu sehingga ayah tidak tahu bahwa benih di rahim ibu bukan anak kandung ayah, melainkan cucunya. Ketika ayah berkunjung ke rumah kami, aku menginap di rumah temanku. Esoknya, setelah ayah kembali meninggalkan kami, ibu menyampaikan bahwa ayah sudah menyetubuhinya bahkan sampai tiga kali.

Aku sedikit cemburu, tetapi toh ibu sudah hamil anak dariku, sehingga sperma ayah tidak berdampak apa-apa bagi kami. Namun, rasa cemburu itu membuat aku menyetubuhi ibu hari itu berkali-kali, aku ingin memperlihatkan bahwa aku lebih jantan dan lebih memuaskan ibu dibanding ayahku. Ibu sepanjang hari tersenyum simpul tanda bahwa ia bahagia melihat aku begitu mencemburui ibu sehingga aku tidak meninggalkan tubuh seksi dan bugil ibu sedetikpun. Bahkan ketika salah satu dari kami perlu ke toilet, aku tetap merangkul dan menciumi ibu.

Sebulan kemudian ketika aku sudah bersekolah di SMP yang baru, ibu mendapat panggilan dari nenek untuk segera pulang. Beirhubung aku sekolah, maka aku diminta tetap di rumah. Ayahku selama tiga hari menemaniku di rumah. Hari ketiga, ibu datang dengan nenek, kakek, sepupu laki-laki kakek dan bibiku Mbak Ela. Ibu menyuruh aku dan Mbak Ela untuk keluar rumah dan jalan-jalan ke Mall karena ada hal penting yang ingin disampaikan kepada ayah, kakek akan mendampingi kami.

Ketika makan di Mall kakek berkata bahwa ia mengetahui bahwa aku menghamili anaknya, yaitu bibiku sendiri. Aku gelagapan, tetapi kata kakek aku tidak usah takut, karena semuanya sudah beres. Berhubung ayahku tidak pernah datang ke kampung, maka ia sudah pangling dengan Mbak Ela, karena dulu ketika menikah dengan ibu, Mbak Ela masih kecil. Oleh karena itu diputuskan dalam rapat keluarga bahwa Mbak Ela akan diaku anak oleh sepupu kakek itu, lalu kami akan dinikahkan di Jakarta, di mana tidak ada orang yang tahu bahwa Mbak Ela itu bibiku.

Walaupun rencana sudah matang, tapi aku masih memiliki rasa takut. Aku takut ayahku akan marah, karena aku yang baru masuk SMP, sudah menghamili anak gadis orang. Tapi kakekku meyakinkan aku bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Ketika aku pulang, ternyata kekhawatiranku itu tidak berguna. Ayah menarikku ke tempat tidur dan memberikan selamat kepadaku. Kata ayahku, aku adalah benar-benar anak yang mirip dengannya, bahkan melebihi dia, karena aku menghamili perempuan ketika aku masih SD. Aku adalah playboy kecil seperti bapaknya, kata ayahku. Aku menjadi lega, namun kekuatiranku bertambah, karena dari omongan ayahku bahwa ia playboy, berarti banyak perempuan yang tidur dengannya. Tapi untuk sementara, aku menjauhkan pikiranku mengenai itu, karena aku ingin fokus dulu dengan masalah yang ada di hadapan kami itu.

Akhirnya setelah sebulan, keputusan besar diambil oleh keluarga besar kami. Aku harus meninggalkan Jakarta untuk tinggal di kampung. Tetapi, bukan kampung nenekku, melainkan kampung tempat tinggal dari sepupu kakekku yang ternyata jauh dari kampung nenekku, dan tempatnya lebih terpencil. Ibu tentunya akan tetap bersamaku, tapi ayah pada mulanya menolak ide ini, apalagi karena ayah baru tahu bahwa ibu sedang hamil. Akhirnya ayah ibu sepakat untuk bercerai setelah anak yang ibu kandung telah lahir. Apalagi karena memang sudah tidak ada cinta lagi di antara mereka.

Maka dimulailah kehidupan baruku bersama ibu dan bibiku.


TAMAT

Ditulis dari Lereng Gunung Kembar, 2015.
 
Bagi para pembaca yang setia, mohon maaf saya baru bisa posting sekarang, berhubung sedang banyak kerjaan di kehidupan nyata. Mungkin beberapa bulan ke depan saya masih vakum dan belum bisa memberikan cerita baru yang lain. tetapi, setidaknya cerita ini sudah tamat.

Maaf sekali lagi bagi agan2 penikmat cerita dari Pemanah Rajawali karena menunggu terlalu lama. semoga posting saya ini dapat mengobati kerinduan cerita inses yang ditunggu-tunggu.

:ampun:
 
the and
trims mastre karyanya akhir setelah sekian lama selesai
juga
sukses selalu ya
di tunggu karya baru nya
 
That's what i'm talkin' about...! :semangat:

Yeah! Yeah! At last! :adek:

Buat Suhu Praja, Thanks a lot!
Semoga Suhu Praja bikin cerita yg lain di tengah vakum beberapa bulan ke depannya... Hehehe...:D

Jangan tinggalin Lereng Gunung Kembar lama-lama ya Suhu...! :beer:
 
akhirnya tamat juga

terima kasih suhu untuk ceritanya

semoga bisa menulis cerita baru lagi
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd