Episode 14
“ HIDUP PRABU !!! HIDUP PRABU!! SEMOGA PANJANG UMUR!! “
Aku bermimpi aneh pagi itu. Aku bermimpi aku berdiri di halaman Istana Bogor , dengan Jubah salju dan jas hitam. Kolam itu membeku , dan halaman istana tertimbun salju yang sangat tebal. Aku melihat bendera merah hitam putih berkibar di Istana Bogor , sementara pusaka merah putih dibiarkan terbakar.
Aku berdiri , bersanding dengan seorang wanita cantik berambut kemerahan , atau mungkin pirang. Wanita itu bukan Sekar atau pun Luna. Ia memegang tanganku lalu aku mengajaknya naik ke panggung itu dan memulai pidato di depan ribuan kerumunan yang memadati Istana negara. Aku tidak terlalu ingat pidato itu . Namun ingat salju putih itu dan julukan yang disorak-sorakkan oleh kerumunan itu , Prabu
Lalu aku terbangun di kamarku. Nafasku terengah-engah . Dan rupanya Sekar tidur di sampingku. Ia memelukku terlalu erat sehingga aku sulit bernafas. Pantas saja aku bermimpi aneh. Aku bangkit dari kasur dan ke dapur untuk mengambil minum. Saat aku kembali , Sekar cemberut karena ia terbangun dan aku meninggalkannya sendiri.
“ Kamu jahat! “
Ia lalu menghilang dan kembali ke kamar adikku. Aku tertawa geli. Aku kembali tidur , dan terbangun oleh pekikan adikku yang masih SMA
“ BU! NANDA PULANG!!”
“ BERISIK!!” Teriakku kesal
“ OOOOOH! ADA KAKAAAAAAAK! “ Dan ia makin berteriak keras. Tapi ketika ia masuk kamarnya, ia terkejut waktu melihat Sekar. Mereka bertatap muka cukup lama dan adikku Nanda langsung menegurnya duluan
“ Hai , aku Nanda. Tasnya bagus bangeeeet! “
“ Hai Nanda , aku Sekar , pacarnya Kak Toni “ Sekar berteriak keras
“ WUEEEEEE! KAK TONI GAK JOMBLO LAGI NIH YEEEEE! “ aku menggeleng-geleng kepala dan berusaha kembali tidur. Sedangkan Nanda mulai mengobrol berdua dengan Sekar. Ibu lalu membangunkanku untuk makan siang bersama.
Kami makan siang sekeluarga di ruang tengah. Seperti biasa Ibu yang masak. Aku makan lahap karena aku sudah lama tidak makan masakan ibuku . Sedangkan Sekar , sengaja makan sedikit karena Malu. Nanda menyolek-nyolek pundakku dan berbisik
“ Kakak pinter cari jodoh. Kalo yang kayak gini kan , aku setuju “ Aku menatap Nanda tajam dengan tatapan kesal. Ia hanya tersenyum geli. Sekar tersenyum malu. Aku mempercepat makanku dan segera kembali ke kamarku. Sekar dan Nanda mengobrol dan bercerita seharian di kamarnya.
“ KAK! Nanda sama Sekar mau ke mini market nih! Mau ikut gak? “
Aku terbangun karena adikku mengajak kami ke mini market. Biasanya dia ke sana dengan teman-temannya tapi sore itu , dia mengajakku dan Sekar. Karena aku bosan , aku setuju saja. Kami bertiga jalan kaki ke mini market , cuma sekedar untuk membeli es krim , soda , dan snack.
“ Adik kamu lucu. Cantik juga. Aku suka “ Bisik Sekar.
“ Tapi Alay ! “ Sekar tertawa geli. Lalu aku melihat Sekar sepertinya baru memberikan salah satu dompet guccinya ke adikku.
“ Itu , kamu yang ngasih “ Sekar mengangguk
“ Aku juga kasih dia HP baru , kasian hp nya udah retak layarnya “
Aku hanya menggeleng-geleng kepala. Tentu saja mereka bisa akrab secepat itu. Sekar mentraktir adikku. Kami juga membeli untuk kami sandiri. Sama seperti di kota , mini market itu punya beberapa meja dan kursi di terasnya. Kami duduk dan makan bersama-sama.
“ Malam ini aku mau masak buat kamu. Kami belum pernah kan cicip masakan aku? “
Aku penasaran karena aku memang belum pernah mencicipi masakannya. Sepanjang sore itu , Nanda dan Sekar asik bercerita tentang musik dan drama yang mereka tonton bersama , dan aku jadi obat nyamuknya. Tapi aku senang , karena baru kali ini aku lihat Sekar mengobrol dan bercanda dengan perempuan. Selama yang kutahu , ia mungkin tidak punya teman. Kami kembali ke rumah sebelum matahari terbenam.
“ Aku suka di sini , sejuk , tenang , alami. “ Sekar tersenyum bahagia. Kupegang tangannya dan saat itulah Nanda pura-pura batuk , menahan tertawanya.
“ Gak papa-papa lanjutin terus. Anggep aja aku gak ada “ Sekar tertawa terbahak-bahak. Nanda juga tertawa. Kami mempercepat langkah kami karena hari semakin bertambah gelap.
Sekar langsung memasak makan malam bersama Nanda dan Ibuku. Aku mengambil handuk , dan melangkah keluar karena kamar mandiku ada di luar dan masih menggunakan sumur. Di sana aku bertatap muka dengan gadis cantik yang dimimpiku itu. Dia juga gadis cantik yang melintas di taman saat aku sarapan dengan Sekar.
“ siapa kau ? “ tanyaku. Ia tersenyum dan menjawab
“ jodoh kamu mungkin? “ Di belakangnya aku melihat Luna yang mengintip dari sebuah batang pohon , namun segera bersembunyi begitu aku meliriknya. Dan tiba-tiba
“ PUK!!”
Gadis cantik itu menamparku. Ia lalu berlari ke sebuah pohon dan ketika aku mengejarnya , ia menghilang. Aku berjalan ke pohon di mana Luna bersembunyi dan ia juga menghilang. Aku merasa seperti dibodohi , aku melangkah kembali ke kamar mandi dan mulai membersihkan tubuhku.
“ Kamu kenapa ? Kok kayak habis ngeliat hantu? “ Sekar menyadari ada yang salah dengan diriku
“ Tidak , tidak apa-apa “ aku tersenyum palsu dan Sekar mempercayainya. Sekar lalu menyodorkan sebuah mangkok kecil , dengan hidangan sup daging lezat . Ia suapkan sesendok daging itu kepadaku , dan aku seketika menjelit. Masakan Sekar ternyata enak sekali.
“ Enak kan kak? Kak Sekar emang pinter masaknya!!!” Nanda bahkan mengakuinya. Itu pertama kalinya aku makan masakan Sekar dan aku menyukainya. Ia juga memasak sayur kangkung , tahu goreng sambel , dan semuanya lezat. Ibuku tersenyum puas karena calon menantunya jago sekali memasak.
Aku tidak pernah lupa suasana bahagia malam itu di rumah itu. Melihat Sekar , Nanda dan Ibuku tersenyum di saat yang sama , rasanya senang sekali. Sekar bilang ia akan membantu ibuku memasak , membersihkan rumah dan menjaga warung selama kami di sini. Dan dia juga bilang ia ingin mampir ke sekolahan Adikku.
Makan malam pun usai. Ibuku menonton TV dan Sekar menemaninya. Mereka kembali berbicara dalam bahasa sunda dan aku sangat sulit mengartikannya. Nanda juga ikut mengobrol dan ikut bercerita dengan bahasa sunda. Aku tertawa. Aku masuk ke kamarku , mendengarkan mereka bercerita dan tersenyum puas. Aku senang Sekar bisa cepat akrab dengan keluargaku. Aku hanya berharap nanti , mereka akan menerima Sekar sebagai istriku , karena aku serius dengan hubunganku. Andai saja orang tua sekar masih hidup , tentu saja aku akan memberanikan diri untuk melamarnya.
