Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (ORIGINAL CONTENT) Berburu Binor Montok di Desa Lembang



((BINOR IRMA))

"Yang ini turunin di depan, sisanya bawa ke belakang ya kang" pinta seorang emak-emak sambil memilah-milah barang di bak mobil.

"Sama yang kain-kain ini juga mak?" Jawab Aep.

"Enggak itu mah biarin dulu, mau diambil Bu Haji nanti" balas si emak dengan lirik matanya yang tampak sibuk.

"Hayu atuh, eta pemuda-pemuda malah sibuk nyo'o (main) HP, angkutan ieu barang!" sambungnya lagi sambil nyerocos nyaring tunjuk-tunjuk ke arah pemuda desa berkumpul.

Seketika kerumunan itu bubar sambil cengengesan berjalan ke arah mobil pick up Wa Haji.

"Ai Teh Irma kamana?" Tanya si emak.

"Nanti nyusul katanya, tadi Pak Herman baru pulang, mau masakin makan dulu" jawab Aep.

Aep yang berdiri di atas bak mobil lantas mengoper satu per satu bungkusan keresek, dus, perkakas, dan barang-barang lainnya. Para pemuda langsung membawa barang-barang itu ke dapur belakang.

Tak lama setelah Aep kembali sehabis mengangkut barang-barang, dirinya langsung dibuat sibuk dengan kegiatan-kegiatan warga. Sementara itu, Irma yang tidak tahu kalau Herman ternyata sudah sampai di rumah, terlebih dulu menyiapkan makan malam untuk suaminya sebelum menyusul ke rumah Wa Haji.

Muatan pun selesai diturunkan, dan mereka kembali ke posnya semula, sambil masing-masing menenteng gelas kopi dari dapur. Aep terlihat bergabung dengan kumpulan pemuda itu.

"Mang Aep besok pagi-pagi ikut sama kita ya, nyusulin rombongan orkes" kata seorang pemuda.

"Lumayan mang, ada ongkos supir sama rokoknya" sambung salah seorang lainnya.

"Hayu lah gampang, telpon we ke WA saya" jawab Aep.

"Siap mang nanti dikabarin lagi" balas si pemuda.

Sambil duduk di bangku kayu panjang, Aep mulai menyalakan rokok kreteknya dan diam-diam menguping obrolan para pemuda sambil tatapannya memperhatikan ke arah lain.

"Amplop dari Wa Haji udah turun belum?" Tanya seorang pemuda gendut berkaos kuning sambil setengah bisik-bisik.

"Sabar, liat itu warga lagi pada kumpul begitu, paling nanti rada maleman kalo udah bubar" Jawab pemuda bertopi di sampingnya.

"Diliat warga bahaya jang, nanti pada nanyain, kalo tau isinya duit pasti semua minta jatah ke Wa Haji, ini mah khusus kita-kita aja" Aep berbisik di tengah-tengah keduanya. Tampak raut kikuk dari wajah kedua pemuda itu setelah sadar obrolannya terdengar Aep.

"Mang Aep dapet berapa mang?" Tanya seorang pemuda lainnya.

"Belum tau, ya paling sama aja kayak kalian, cuman mang Aep mah dapet lebih dari ongkos nyupirin Bu Irma ke pasar sama tadi sore bulak-balik nganterin tukang tenda" Jelas Aep.

"Asik euy nganterin binor idola, kemana aja mang sama si mamah?" Balasnya sambil terkagum-kagum.

"Aaahhh kepo ah, moal beja-beja pokona mah (gak akan gua kasih tau pokoknya), lezat weh pokona mah (yang jelas lezat)" tutup Aep sambil senyum-senyum membayangkan lagi pergulatan nikmatnya bersama Irma waktu itu, sontak saja batangnya perlahan ngaceng.

"Aahhh paling ge ngan saukur dititahan hungkul (alah, paling cuma disuruh-suruh doang)" ledek salah seorang pemuda lainnya.

Aep cuma balas cekikikan, sambil membayangkan bagaimana reaksi para pemuda nanggung ini seandainya mereka tahu kalau kontolnya sudah berhasil membelah memek nikmat milik sang binor idola yang dimaksud.

"Hati-hati jang, jangan dulu ngomong-ngomongin amplop bisi ada yang denger" tak lama Aep kembali memperingatkan.

"Amaaan lah, tenang aja mang, tapi kira-kira bakal kondusif gak ya? Hawanya panas banget" tanya pemuda berbaju kuning sambil geleng-geleng kepala.

"Liat aja nanti, kita mah yang penting dapet duit jang, bodo amat mereka mau sampe bunuh-bunuhan, lagian siapa aja yang menang gak bakal ada bedanya, dua orang itu sama aja" para pemuda tampak ngangguk-ngangguk setuju.

Beberapa bulan ke depan, bertepatan dengan masa akhir jabatan lurah, status wilayah Haur Jambe yang sebelumnya berupa kelurahan akan benar-benar resmi diganti menjadi desa. Hal ini dilakukan berdasarkan kesepakatan warga yang ingin memiliki otoritas sendiri atas wilayah tempat tinggal mereka. Oleh karenanya, pemimpin desa berikutnya akan dipilih langsung oleh warga, bukan ditunjuk oleh pemerintah daerah.

Desa Haur Jambe terkenal sebagai salah satu penghasil daun teh terbaik. Sehingga tak heran sejumlah perusahaan teh kemasan banyak berinvestasi di sini.

Namun, warga sudah terlalu kesal dengan ulah perusahaan-perusahaan yang cuma datang untuk mengeksploitasi lahan perkebunan teh mereka, sementara timbal balik yang mereka terima sungguh tidak sepadan. Pemerintah daerah sendiri terkesan lebih berpihak kepada perusahaan, sementara warga menginginkan pembagian yang adil atas komoditas yang mereka kelola.

Maka dari itu, warga akhirnya berupaya untuk membalikkan keadaan, dengan pertama-tama mengajukan perubahan status wilayah dari kelurahan menjadi desa. Pemerintahan desa bersifat lebih otonom, dimana masyarakat bisa menyelenggarakan urusan pemerintahan dan kebijakannya sendiri. Setidaknya begitulah yang mereka kira.

Namun, realitanya tidak berjalan semulus itu. Meskipun status wilayah akan diganti, calon-calon pemimpin desa beserta para kroninya yang kelak akan menjabat sebagai perangkat desa sudah disabotase duluan oleh para petinggi perusahaan-perusahaan tersebut.

Fakta inilah yang tak sengaja Aep temukan pada saat dirinya dan beberapa petani terlibat iring-iringan rombongan investor perusahaan untuk berkeliling di area perkebunan teh beberapa bulan lalu.

Aep mendengar beberapa celetukan dari mulut orang-orang necis itu, "kali ini si haji gak akan punya pilihan", "si lurah sama juragan satunya itu udah sama-sama setuju", "mereka saling gak tau modalnya sama-sama dari kita", "terserah yang kepilih siapa, bisnis kita gak bakal keganggu", dan sebagainya.

Aep tak sampai hati menyebarkan seliweran-seliweran itu, siapalah dirinya bisa membuat para warga percaya dengan teori konspirasinya, sehingga ia hanya menceritakannya kepada beberapa pemuda yang langganan nongkrong di warung Teh Desi. Lagi pula, situasi ini akan dimanfaatkan Aep untuk mendulang cuan dari pihak-pihak yang sebentar lagi akan bertarung.

Dadang alias si bandot tua yang ogah turun tahkta jelas langsung maju mencalonkan diri sebagai perwakilan dari RW 1, sementara calon dari RW 2 diwakili seorang juragan sapi perah bernama Yusril. Keduanya sama-sama terkenal bengis dan gila hormat.

Sementara Wa Haji Edi yang selama ini dikenal sebagai penyokong modal untuk si Dadang memilih tetap pada posisinya. Di usianya yang sudah makin senja, dirinya makin ogah ikut-ikutan politik desa.

Beda dengan Aep dan beberapa pemuda desa. Sebagai seorang oportunis, Aep tidak akan melewatkan peluang cuan dari ajang ini. Beberapa minggu sebelumnya, tim sukses Dadang datang ke warung Teh Desi untuk menawarkan "tugas rahasia" kepada Aep dan kawan-kawan yang kebetulan sedang ada di situ. Mereka meminta Aep dan yang lainnya menyebarkan "beberapa kisah" tentang sosok Dadang ke seluruh penjuru desa dengan imbalan sejumlah uang yang akan diterimanya malam ini.

"Tah gening, itu Ceu Haji milarian!" (Dateng juga akhirnya, tuh Ceu Haji nyariin!) Pekik seorang ibu-ibu melihat Herman dan Irma datang berboncengan naik motor.

Aep dan para pemuda kompak melirik ke arah suara motor terhenti di pekarangan.

"Iya bu, barusan udah nelfon, ini saya tadi masak dulu di rumah buat Kang Herman" jawab Irma sambil melangkah menghampirinya.

"Bu Hajinya udah di dalem? Hayu atuh bu!" Sambung Irma sambil lanjut melangkah ke arah rumah.

"Iya sok duluan Neng Irma, ibu mau nganterin ini dulu" Tampak si ibu sedang memegang nampan berisi gelas-gelas kopi sambil berjalan pelan-pelan.

"Pak, sini pak! Haraneut keneh yeuh! (masih pada anget nih)" suara bapak-bapak setengah berteriak ke arah Herman.

"Weee pak! Kamana wae iyeuh (kemana aja nih)" balas Herman sambil nyengir jalan mendekat ke arah sumber suara.

Sedangkan dari ujung sana, mata Aep tampak lekat mengikuti pergerakan Irma yang kini mulai menghilang di balik pintu.







_
_
_
_
_










Jam menunjukkan sudah pukul 12 tengah malam. Hawa dingin pegunungan Lembang terasa begitu menggigit. Tampak sebagian besar warga yang berkumpul sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Tinggal tersisa anggota-anggota panitia, pemuda karang taruna, dan ibu-ibu yang masih memasak di dapur.

Bapak-bapak yang tadi duduk sarungan sambil ngopi di luar kini sudah pindah lapak ke ruang tamu di dalam rumah, sementara meja teras kini ditempati oleh Aep dan kawan-kawannya.

"Duh pingin ngising euy" celetuk Aep sambil mendekapkan tangan melingkari badan kurusnya yang dilapisi jaket tebal.

"Ikut ke WC atuh mang" timpal pemuda yang tengah asik main game di gawainya.

"Isin ah (malu ah)" Jawab Aep.

"Waaaaa, ini si Mang Aep pengen ikut ke WC ceunah! Tapi malu!" Pekik seorang pemuda berbaju partai yang kemudian diikuti suara cekikik geli dari pemuda lainnya.

Aep yang mendadak salting langsung mengeplak congor pemuda itu dengan sandal jepitnya.

"Alah sok-sok an malu-malu kucing kamu Aep!" Ledek suara bapak-bapak dari dalam sana.

"Masuk Ep masuk, sok tuh ke dapur, WC-nya di ujung deket pintu ke teras belakang" sambung Wa Haji.

Aep lantas bangkit sambil nyengir kikuk menuju arah pintu.

"Lurus terus, pas karung beras itu belok kiri ke dapur, WC-nya di sebelah pintu keluar" terang Wa Haji sambil menunjuk-nunjuk ke arah yang dimaksud.

"Iya Wa" balas Aep singkat sambil melangkah masuk.

Suasana dapur terasa hangat, asap terlihat mengepul tebal dari panci besar di atas tungku, aneka masakan mulai dari sayur, opor, gulai, ayam goreng, ikan goreng, kerupuk, acar, hingga sambal tampak menggunduk seperti gunung di wadah-wadah besar itu.

Di dapur itu ada lima orang ibu-ibu yang sedang duduk di lantai, masing-masing tampak sibuk memotong, mengiris, mengaduk-aduk bahan makanan.

Sedangkan di pojok sana, tempat bakul nasi berjejer, tampak Irma yang berdaster kuning selutut sedang mengaduk-aduk nasi. Tubuhnya terlihat sedikit basah akibat terkena kepulan uap dan keringat.

"Bu punten, mau ikut ke WC" Aep melangkah pelan sambil bungkuk-bungkuk melewati ibu-ibu yang duduk di lantai.

"Sok jang sok, tah" seorang ibu-ibu menggeser posisi duduknya memberikan ruang untuk Aep melangkah.

Irma yang menyadari kehadiran Aep di dapur cuma melirik sekilas sambil bibirnya manyun-manyun begitu mata mereka beradu.

Aep menelan ludah begitu matanya melirik ke bawah, ke arah bokong montok Irma. Kain daster itu terlihat nyempil akibat terhimpit sela-sela bongkahan pantat Irma.

Cuaca dingin membuat batang Aep mengeras, ditambah lagi pemandangan seksi yang barusan dia lihat membuat birahinya naik. Alhasil, setelah selesai menunaikan hajatnya, Aep tidak langsung keluar WC. Ia mengeluarkan botol perangsang dari saku jaketnya, yang kemudian diolesinya ke leher, pergelangan tangan, ketiak, dan area selangkangan.

Aep berencana menikmati tubuh semok Irma secara diam-diam saat suaminya sedang ngobrol dengan Wa Haji di ruang tamu.

Setelah menyimpan kembali botol kecil itu, Aep langsung mengeluarkan HP-nya.

"Cetriiingggg"

Terdengar HP seseorang bunyi dari luar sana.

"🀨"

"Bu saya mau nyampein sesuatu, penting"

"Ada apa???? Paling-paling mau godain saya kamu mah πŸ˜‹"

"Mending saya ngomong langsung bu, tapi jangan ada yang tau, info sensitif"

"Yang bener? Info apaan Aep?"

"Ibu tau kan di deket teras belakang ada gudang?"

"Iya, kenapa?"

"Nanti Bu Irma pura-pura nawarin saya makan, terus nanti saya makan di teras belakang, Bu Irma nyusul bawain minum, kan di situ gak ada orang, saya tungguin depan gudang, serius bu, penting"

"Yaudah sok atuh keluar"

"Bu Haji nya kemana bu?"

"Udah tidur"

Tak lama kemudian Aep sudah membuka pintu WC.

"Aep kamu udah makan belum? Makan dulu nih banyak tinggal milih" Tanya Irma.

"Iya Aep sok buru tah, mumpung bisa makan enak, ambil nih piringnya" timpal ibu-ibu kerudung ungu sambil menyodorkan piring ke arah Aep.

"Waduh makasih bu hehe" Aep mengambil piring itu yang langsung ia serahkan kepada Irma.

Irma mengisi piring itu dengan nasi, lauk ayam, sayur brokoli, tempe orek, dan sesendok sambal.

"Sok nih makan di belakang, ada kursi deket meja panjang" Irma menyodorkan kembali piring itu.

"Nanti minumnya saya ambilin" sambung Irma sambil matanya lirik-lirik ke arah pintu.

"Iya bu, makasih" jawab Aep singkat sambil melangkah ke luar.

Setelah memastikan benar-benar tidak ada orang, Aep meletakkan piring itu di meja dan mengendap-endap ke arah gudang.

Gudang itu terletak di pojokan, terhalang dinding yang membatasi area teras dan pintu masuk menuju ke dalam gudang, sehingga tidak ada orang yang bisa melihatnya, bahkan dari arah pintu dapur.

Tak lama kemudian terdengar suara orang melangkah mendekat, Irma datang sambil memegang gelas berisi air teh.

"Ada apa sih Aep sampe kudu ngumpet-ngumpet begini" Irma tampak penasaran.

"Simpen dulu gelasnya di bawah bu" Jawab Aep.

Begitu Irma menungging meletakkan gelas di lantai, Aep langsung mendekap tubuh semok itu dari belakang.

"Eh, eh, tuh kaaaannn, udah ketebak pasti mau ganjen kamu mah" Irma yang kaget langsung misuh-misuh.

"Abisnya Bu Irma sih, seksinya kebangetan mmmuuuaaaach" dengan mukanya yang mulai memerah, Aep mengecup mesum pipi mulus Irma.

"Iissshhh apa sih kamu cium-cium, udah ah Aep, nanti ada orang liat" Irma berusaha melepas pelukan Aep yang kini mulai menggesek-gesek batang keras itu di sela-sela pantat montoknya dari luar.

"Jangan berisik makanya nanti ada yang denger"

HMMMUUUAACCHHH SLLUURRRP SLLUUURRRRRPPPPSS

Aep seketika mencipok dan menyedot kasar mulut Irma yang cemberut atas perlakuan nakalnya.

"Aahhhh Aep udahan ahhh suami saya ada di depan issshhh nekat banget sih kamu"

Aep tidak menghiraukan penolakan itu, tangannya justru mulai naik menggerayangi susu padat Irma dari balik dasternya.

"Hhmmmmpppssss aahhhh sslluuurrrpppp yaampun Aep hmmmsss lepasin aaah"

Muka Irma kini tampak memerah, pertanda birahinya mulai ikut naik. Bibir seksinya belepotan dicipok Aep, tangannya yang tadi berusaha melepas dekapan Aep kini cuma diam mencengkram keras lengan Aep, berusaha menahan birahinya agar tidak semakin naik.

"Hummmmmhhss Aep udah ih, suami saya aja belum dapet jatah, kamu malah maen nyelonong aja"

Mendengar Irma berkata seperti itu membuat gairah Aep kian bergelora.

"Biarin aja bu, jatah suaminya buat Aep aja, lagian Bu Irma juga kayaknya gak puas sama barang si Herman"

"Berani banget kamu ngatain suami orang sambil istrinya dipegang-pegang gini dihhh"

"Tapi bener kaaan? Hayo ngaku.."

Aep membalikkan badan Irma, mendorongnya merapat ke dinding, kemudian menggerayangi sekujur tubuhnya dari depan sambil menjilat-jilat nikmat lehernya.

Kepala Irma mendongkak ke atas, hidungnya kembali terbius oleh aroma yang tak asing, aroma jantan yang kemarin membuat tubuhnya bergetar hebat.

SSSHHHHHH AAAHHHHHHH

Irma berusaha menahan desahan yang keluar dari mulutnya dengan sebelah tangannya, khawatir suaranya terdengar. Namun, Aep langsung menepis tangan itu, mencumbu mesra Irma yang terpejam menahan nikmat.

Setelah puas menggerayangi tubuhnya dari luar, tangan Aep kemudian bergerak membuka kancing daster Irma, tampak menyembul buah dada lezat yang terbungkus BH berwarna hitam. Aep langsung menyingkap tali BH itu ke samping, merogoh sebelah buah dada Irma yang sebesar batok kelapa sambil memilin-milin puting pink-nya.

Mulut Aep kini berpindah, dari bibir menuju puting Irma. Aep menyedot puting itu, memainkannya dengan lidah, sambil sebelah tangannya menyingkap daster Irma ke atas, merogoh pantat montok istri Herman yang dilapisi CD berwarna hitam.

5 menit Aep menggerayangi liar sekujur tubuh bahenol Irma, kini ia meraih sebelah tangannya, dan mengarahkan tangan itu tepat di atas batang jantannya.

Irma yang sudah terlena oleh birahi merespon sensasi itu dengan meraba-raba gundukan kontol Aep dari balik celananya. Tak lama ia pun menarik kancing dan membuka resleting celana Aep, ditariknya celana itu merosot hingga ke lutut, dan seketika mencuat batang gagah perkasa yang tidak terbungkus CD.

Tangan mulus Irma meraih batang itu, mengocok-ngocoknya perlahan, membuat memeknya terasa hangat dan basah. Irma mencoba melirik ke arah batang itu.

"Luar biasa" bisiknya dalam hati. Kini, secara sadar dan sukarela, Irma memainkan batang itu, ukurannya jauh melampaui kontol kecil dan loyo milik suaminya.

Sambil tangan Irma terus mengocok-ngocok batangnya, Aep balas dengan merogoh selangkangan Irma, merogoh CD nya, menyentuh bibir memeknya yang sudah basah berlendir.

"Udah sange ya sayang"

"Hmmmmhhhsshhh ini kenapa punya kamu gede banget ihhh"

"Lebih gede dari punya suami bu Irma ya"

Irma meremas gemas kontol Aep.

"Awwww"

"Rasain! Suruh siapa nyodorin kontol ke istri orang di belakang suaminya sendiri"

Aep kaget mendengar Irma mengucapkan kalimat seperti itu, benar dugaannya, dibalik sosoknya yang pemalu, ternyata Irma cukup binal.

"Abisnya istri orang montok menggairahkan gini, bikin pengen ngentotin tiap hari bu"

Aep lalu mendorong bahu Irma hingga terjongkok di bawah. Sambil menjambak rambut Irma, Ia sodorkan kontol itu ke mulutnya.

Irma seketika mendongkak ke atas, menatap nakal mata Aep. Sungguh liar pemandangan dari atas sini.

"Mau ngapain kamu Aep, nyodorin kontol ke mulut istri orang!?" Tantang Irma.

"Mau bikin binal istri orang" Balas Aep sambil menampar-nampar kontolnya ke bibir Irma.

"Buka sayang mulutnya"

"Gini?"

Irma bukan cuma membuka lebar-lebar mulut binalnya, lidahnya juga ia julurkan keluar, hingga terlihat liur sedapnya menetes dari ujung lidahnya.

"Ahhhh sedap bu"

"Ayo bu, minta izin dulu sama suaminya"

"Minta izin gimana?"

"Bilang ibu mau ngelayanin Aep, yang lebih nikmat, lebih perkasa"

"Papah, mamah mau ngelayanin Aep dulu ya, kontolnya Aep lebih nikmat, lebih perkasa dibanding punya papah lidi" ucap Irma sambil bisik-bisik.

Aep tak kuasa menahan ledakan birahinya mendengar kalimat itu, seketika kontol itu ia jejalkan masuk memenuhi mulut binal Bu Irma.

Hhmmmppphh kkllookk kllokkk kloook klookkkk slluurrrrppp aahhhhsss

Klloookkk kkllookk kllokkk

Kloook klookkkk slluurrrrppp Hhmmmsss

Suara mulut binal Irma terdengar indah dirojok-rojok kontol Aep yang seketika basah bermandikan liur nikmatnya.

"Ludahin sayang" perintah Aep sambil mencabut kontolnya dari mulut belepotan Irma.

"Ccuuiiihhh" ludah Irma menyembur membasahi kepala kontol Aep.

"Sekarang minta izin lagi ke suaminya, bilang memek Bu Irma mau dikontolin sama Kang Aep" perintah Aep.

"Papah, Kang Aep mau ngontolin memek mamah, mamah izin mau muasin nafsu kontol Kang Aep ya"

Tanpa berlama-lama, Aep langsung membalikkan tubuh bu Irma, menunggingkannya, lalu menyingkap dasternya sampai ke pundak, mengekspos sempurna bokong binor yang semok itu.

Aep lalu menarik CD Irma ke samping pantatnya, dan langsung menyucuk lubang Irma dengan kontolnya.

"Prooottt"

Terdengar suara memek legit istri Herman mengempot dicolok kontol Aep.

"AAAHHHHHHHHHSSSSSS"

"Sssssttt jangan berisik sayang"

Aep mulai menggenjot nikmat tubuh wanita bersuami itu dari belakang. Hawa dingin yang tadi menyelimuti tubuhnya kini berubah menjadi panas.

Sementara itu, di ruang tamu Herman tampak masih asik mengobrol dengan Wa Haji dan bapak-bapak lainnya. Tak sadar bahwa memek istrinya yang montok itu sedang dicucuk kontol oleh tukang galon langganannya di belakang rumah.

"Memeknya masih ngegigit banget sayang, kontolku keenakan, kayaknya punya si Herman kecil ya"

"Aahhhh iyaaahhhh kontol suami saya gak berasa, makanya masih sempit"

"Kalo mau yang berasa ya sama kontol Aep aja sayang"

"Ini mah bukan berasa doang uuuhhh"

Sambil terus mengobol-obok nikmat daging memek Irma, Aep terus memancing sisi kebinalannya.

"Teruuusss?"

"Rasanya nikmaaaattt aahhhh aahhh isssshhh"

Tubuh Irma bergetar, ia bangkit mendongkak sambil mendorong-dorong ke belakang, mencengkram erat kontol Aep dengan otot-otot memeknya, membenamkan dalam-dalam batang perkasa milik Aep.

Aep yang tak kalah blingsatan dibuatnya, semakin mempercepat pula pacu genjotannya, hingga terasa maninya akan segera menyembur. Kali ini, Aep ingin membuat Irma meneguk air maninya.

Sesaat kemudian Aep bangkit berdiri dan mengarahkan kontol penuh lendir itu ke mulut istri Herman, ia kocok kontolnya di dalam mulut Irma sambil memejamkan mata menahan nikmat, di saat yang bersamaan, irma juga turut menyedot-nyedot kontol Aep di dalam mulutnya.

CROTT CROOOTT CROOOOOTTTTT

CROOOTTT CROOOTT CROOOTTTTT

CROOOTTT CROOOTT CROOOTTTTT

AAHHSSSS NIKMAAAAATTT AHHSSS

Air mani kontol Aep menyembur panas di dalam mulut istri Herman. Sampai membuatnya tersedak hampir muntah. Air mani itu tampak meleleh dari sela-sela bibir Irma, mengalir ke dagunya, melewati leher, hingga terbelam di sela-sela bongkahan susunya.

Aep mencabut perlahan kontolnya dari mulut istri Herman, memastikan air maninya tetap di dalam sana.

"Jangan dimuntahin, telen sayang" perintah Aep sambil menatap mulut Irma yang basah belepotan oleh air maninya sendiri.

Aep kemudian mencolek-colek lelehan mani yang mengalir di dagu, leher, hingga belahan susu Irma dengan kontolnya. Kemudian ia olesi lagi di bibir irma yang tertutup rapat menahan air maninya agar tidak keluar.

"Sedot lagi sayang" perintah Aep.

"Hmmmmmmm sslluuurrpppss"

"Sekarang telen"

"GGLEEEKKKKKK"

Terdengar indah suara Irma meneguk air mani anyir yang ditumpahkan Aep di dalam mulutnya.

"Udaaahhhh haaaaahhhh"

Irma membuka mulutnya lebar-lebar, memperlihatkan kepada jantan di hadapannya bahwa cairan benih haramnya sudah ditelan masuk ke dalam tubuhnya.

Sesaat kemudian, keduanya bangkit dan merapikan pakaian masing-masing yang berantakan. Irma menyeka lelehan mani yang masih menempel sedikit di belahan susunya dengan jarinya, kemudian ia jilat sisa-sisa mani itu di depan Aep sambil menatap lekat matanya.

Aep yang gemas seketika melumat bibir binal itu.

"Hhhmmppp udahhh ih Aep" Irma menyeka lagi bibirnya, memastikan jejak-jejak basah itu hilang.

"Kamu diem dulu di situ, saya duluan yang masuk" Irma langsung buru-buru melangkah pergi meninggalkan Aep yang masih berdiri mematung.

Begitu tiba di pintu dapur, Irma langsung berusaha terlihat tenang, sambil kembali mengaduk-aduk bakul nasi.

"Abis ngapain neng Irma, kok lama di luar?" Tanya seorang emak-emak penasaran.

"Abis nyapu-nyapu dulu bu, bala (berantakan) banyak daun layu" Jawab Irma.

"Masa nyapu malem-malem begini, pamali neng Irma!" Balasnya lagi. Irma hanya terkekeh mendengar si emak.

"Udah makannya Aep?"

"Udah ceu, ini piringnya taro di mana ya?" Aep memperlihatkan piring kosong yang isinya sudah dibuangnya ke tempat sampah.

"Udah taro aja di situ biarin, nanti di ambil" terang si emak menunjuk lantai di sudut dapur.

"Nuhun ya ceu, bu, mangga saya ke depan"

"Iya jang"

Aep pun pergi meninggalkan dapur. Sambil melangkah pergi, matanya kembali melirik ke arah Irma yang sama-sama sedang melirik sebal ke arahnya.

"Mmuuacch" Aep memonyongkan bibirnya ke arah Irma tanpa bersuara, yang cuma dibalas pelototan matanya.

"Lila-lia teuing ki'ih teh, modol meureun eta mah (lama amat kencing doang, berak kali lu mah)" celetuk seorang bapak-bapak saat melihat Aep melewat di depannya.

"Teu kuat duh pak hehehe" Aep cuma balas nyengir. Tepat di sebelah bapak-bapak itu terlihat Herman sedang sibuk main HP sambil merokok.

"Makasih pak, memek istrimu nikmat" Aep berbisik di dalam hati sambil melirik sekilas ke arah Herman.

Sekembalinya Aep ke teras depan, meja itu tampak sudah kosong. Hanya tersisa gelas-gelas kopi yang sudah dingin. Para pemuda nampaknya sudah bubar.

Begitu pula dengan Aep, setelah merasa puas menuntaskan birahinya dengan Irma, ia pikir sebaiknya langsung pulang saja, besok akan menjadi hari yang sibuk. Aep kemudian balik lagi untuk pamit.

"Wa Haji, bapak-bapak, Aep pulang dulu ya, besok harus bangun pagi, salamlekum" Aep berpamitan.

"Oh iya sok Aep, mangga, kumsalam" Jawab Wa Haji.

"Kumsalaaam" sahut bapak-bapak lainnya.

BERSAMBUNG……
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd