Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Pak Elo : AKU MASIH BHISAAA

ngeuebray

Suka Semprot
Daftar
17 Nov 2022
Post
1
Like diterima
2
Bimabet
Pak Elo adalah salah seorang pejabat teras di suatu instansi pemerintah. sebagaimana umumnya pucuk pimpinan, secara finansial lelaki jelang 60 itu tidak ada persoalan. Karena posisi strategisnya di instansi, Ia juga dipercaya untuk menjabat posisi penting di perusahaan plat merah.

Walhasil, harta dan tahta yang ia miliki adalah impian mereka yang bergantung dari pajak rakyat.

Rumah tingkat tiga sekurangnya ada empat terletak di ibukota. belum lagi rumah mewah di kampung halaman yang baru kemarin lalu direnovasi pakai uang negara. Nikmat mana lagi yang kau dustakan? begitu kiranya penggambaran kondisi pak Elo.

Kesuksesannya dalam menanjaki tangga kehidupan ini memang bukan tanpa cerita pedih. Pak Elo bukan terlahir dari klan darah biru. Ia berjuang merantau ke ibukota selepas tamat SMA. Tidak banyak bekal tersedia kecuali doa orang tua.

Karirnya di Ibukota diawali bukan di ruangan berpendingin udara. Cuk, Dia menghabiskan tidak kurang dari 1000 hari awalnya di tanah yang dijanjikan sebagai kuli bangunan.

Acapkali, ketika Ia menengok gedung salah satu instansi pemerintah, matanya tampak berkaca-kaca. "Wan, dulu aku yang memasang kaca-kaca di gedung ini," kata Pak Elo kepada sang ajudan tempo lalu.

Namun itu lah memang harta, ia kadang membuat orang terlupa. Kendati sudah di puncak karir dan telah beranak istri, Pak Elo merasa ada kekosongan dalam dirinya selama beberapa dekade belakangan.

Tak lengkap rasanya rasanya harta, tahta, bila tiada wanita. Ya Pak Elo merasakan Ada riak di relung hati untuk menikmati gairah bercinta yang mulai kembali bergelora. Ada panggilan untuk mencicipi lagi nikmatnya lubang senggama yang telah lama hilang sejak Ibu Ina sudah tak operasional di ranjang.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Ketika birahi tengah menguasai, Pak Elo mulai menguatkan radarnya. Sejumlah perempuan sudah masuk catatan. Salah satunya, staf yang akrab disapa Rara. Kerap kali mata Pak Elo menatap penuh arti pada Rara.

Ya, Rara seorang perempuan bersuami itu memang kerap terlihat seksi. Memang sih buah dadanya tidak istimewa. Namun, Bibir merah ranum itu kerap bagai magnet yang menarik birahi lelaki.

Meski sudah menjajaki kepala tiga dan beranak dua, Rara masih terlihat menggoda. Apalagi ketika mengenakan heels 5 cm, oh pantatnya naik kasta laksana meminta segera untuk dihujam senjata pusaka.

Tapi dengan semua keseksiannya itu, biduk rumah tangga mbak rara tak seindah yang diharapkan. Kabarnya ia hendak mencerai suaminya. Konon suaminya yang kini tinggal di timur nusantara kerap melakukan tindakan kekerasan. itu lah yang membuat rara lari ke ibukota mencari kehidupan baru dan menitipkan dua anaknya di kampung halaman tercinta.

Semua kisah pilu Rara ternyata sudah diketahui Pak Elo. Tembok-tembok kantor seolah kepanjangan daun telinga pak elo. memang tak ada informasi barang sebiji zarah pun yang tak diketahui Pak Elo. Apalagi soal persoalan asmara.

Mengetahui hal itu, Pak Elo mulai menggunakan segenap jurusnya. Satu ketika, Rara dipanggil menghadap ke ruang kerja pak Elo yang mewahnya itu. hari itu, Rara mengenakan baju polkadot berenda, menghadap Pak Elo dengan penuh tanya.

Setibanya di ruangan kerja mewah, Rara disuruh berdiri. Seperti tak bisa menghijabi birahi, mata Pak Elo mulai melakukan investigasi. Setiap lekuk tubuh Rara tak ada yang luput dari atensi dua bola mata Pak Elo.

Sudah tak sanggup ditahan lagi, Pak Elo menekan Bel, ajudannya, si Ketut tiba ke muka. Pak Elo berbisik di telinga ketut. Ketut pun pergi dan menutup pintu ruangan. Rara semakin bertanya tanya.

Pak Elo pun mengajak berbasa basi busuk dengan Rara. Perempuan ini pun melayani perbincangan dan tak berani untuk segera keluar ruangan. "Ra, katanya kamu mau pisah dengan Suami. Suami kamu apa betul suka main pukul? bagaimana pun itu tidak bisa dibenarkan," kata Pak Elo.

Sejak percakapan hari itu, mulai kadang Rara diajak mendampingi keseharian Pak Elo. Jika bukan karena kekhawatiran Bu Ina, Rara sudah pasti didaulat jadi sekretaris kakek mesum ini. Mereka tampak semakin dekat. Semakin banyak mata yang melihat. Tak Peduli, Pak Elo sudah mulai nekat.

"Ra, aku dengar anakmu butuh keperluan untuk sekolahnya, saya bisa bantu, tapi saya agak pegal-pegal ini bahu, bisa kamu temani saya malam ini di Hotel Raja," kata Pak Elo kala memanggil Rara ke ruangannya di sore hari.

Kaget bukan main, Rara hanya bisa terdiam. Kendati Ia membutuhkan uang, Rara merasa tak rela tubuh moleknya dinikmati kakek yang sudah tak perkasa. "Ijin pak, saya ada keperluan mendesak, saya pamit dulu," kata Rara.

Rara memalingkan muka, berjalan dengan cepat menuju pintu. "Ra, Aku masih...!!!" kata Pak Elo sembari membentak. Rara tak menghiraukan bentakan si pucuk pimpinan. Ia pergi meninggalkan si kakek yang birahinya sudah di ubun-ubun.

Pak Elo merasa terhina. Harga dirinya seperti diinjak-injak staf yang senilai kecoa di matanya. Ia marah besar. Gelas setengah terisi di mejanya Ia lempar ke pintu di hadapannya. "Prang...." Sumpah serapah dan mahluk-mahluk kebun binatang bermuncratan dari mulut Pak Elo.

Setengah jam kemudian suasana tampak hening. Pak Elo mulai kembali dalam mode eco, tidak lagi turbo.

Seketika pintu terdengar diketuk. Pak Elo mempersilahkan masuk. "Oh kamu tiara, ya masuk,". Tiara si sekretaris itu pun masuk menghadap sang puncak pimpinan.

Tiara pun bercerita bahwa Dela kerap kali menangis di ruangan. Ya Dela kebetulan juga merupakan partner dari Tiara. Namun, meski sudah berulang kali berbincang Tiara belum mengetahui kenapa Dela kerap menangis akhir-akhir ini.

Barulah hari ini, Tiara tahu bahwa Ibunda Dela mengidap penyakit serius sehingga membutuhkan kehadiran Dela di kampung halaman. Tanpa berbasa basi, Tiara berharap dengan segenap kekuasaan Pak Elo mampu memindahkan tempat berdinas bagi Dela ke tempat terdekat Ibundanya.

Senyum berkembang di bibir Pak Elo. Ia melihat ada peluang di depan mata. Ia yang duduk lalu menghampiri Tiara. Kemudian sembari mengantar Tiara ke ruangannya, si kakek tua ini menggenggam bahu kecil tiara dengan kedua tangannya dari belakang.

Di ruangan Tiara, Pak Elo melihat Dela tengah mencatat surat-surat. Tampak dari mata si kakek tua bangka itu, Dela benar baru saja menangis.

Dengan penuh percaya diri dan suara yang mantab, Pak Elo mengatakan pernyataan yang membuat bulu kuduk tiara bergidik. "Tiara, Aku Masih BHISAAA!!!"


(Part I...To Be Continued)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd