Yang namanya orang tua pasti sangat sayang pada anaknya. Dan seperti itu pula lah kasih sayang Pak Bambang Asmorobangun dengan istrinya yang bernama Nengsih kepada anak semata wayangnya. Rasa sayang yang disertai dengan kecemasan karena anak semata wayangnya itu tidak lulus Ujian Akhir Nasional, sehingga harus mengulang si kelas 3 SMA.
Muslustrasi Bapak Ibunya Panji:
Pak Bambang Asmorobangun
Ibu Ningsih
"Pak, apa Bapak ndak khawatir sama anak kita? Temen-temen seangkatanya sudah pada kuliah toh Pak. Lha anak kita, kerjaannya keluyuran maen game terus. Kapan pinternya Pak?" ujar Bu Ningsih yang saat itu tengah mencuci piring.
"Hari Minggu Bu, ya wajar kalo anak kita pergi main." jawab Pak Bambang sambil sembim membaca koran. Tak lupa menikmati secangkir kopi dan rokok kreteknya.
"Bapak selalu saja manjain dia. Anak kita jadi tinggal kelas gini Pak." ujar Bu Nungsih.
"Lah yang suka ngasih uang jajan banyak siapa?" jawab Pak Bambang.
"Ibu kan ngasih uang jajan banyak masudnya buat ditabung, disisihkan. Biar anak kita ini belajar pegang uang, bukanya buat maen game." sanggah Bu Ningsih.
"Bapak itu pake ngajarin pencak segala sama anak kita. Jadinya kan suka berantem, itu juga yang bikin anak kita ndak mau belajar Pak."
"Lho lho lho, kok jadi bawa-bawa pencak segala toh? Itu kan ilmu yang sudah turun-temurun diajarkan Bapakku, Si Mbah ku, Buyut ku. Wajar kalo aku ajarkan juga ke Panji. Lagi pula itu kan perlu untuk membela diri" protes suaminya.
"Sa iki jamane wis beda Pak. Sekarang itu yang penting belajar sing bener, biar bisa jadi orang kantoran, orang berpangkat. Ngak kayak Bapak." perempuan kalo ngomomg emang suka bikin laki-laki merasa serba salah. Tapi bukan Bambang Asmoro namanya kalo tidak mengerti tabiat perempuan. Dia memilih untuk tidak menimpali omongan istrinya itu.
Suasana pun hening, Pa Bambang tak menanggapi istrinya dan tetus membaca koran. Sementara Bu Ningsih tetap melanjutkan kegiatan mencuci piringnya. Tiba-tiba Bu Ningsih berkata,
"Apa mungkin karena anak kita itu kesepian e Pak?"
"Lho kesepian gimana?" tanya suaminya.
"Ya kan Panji belum punya pacar Pak. Sementara anak-anak seusianya kan rata-rata pacaran Pak." jawab Bu Ningsih.
"Bagus itu Bu, ndak usah pacaran-pacaran segala." jawab suaminya dengan nada dingin.
"Apa Bapak yo ndak sayang sama anaknya"? tanya Bu Ningsih.
"Justru karena Bapak sayang sama anak kita bu, Bapak ndak setuju sama yang namamya pacaran-pacaran. Itu mendekati zina Bu, dosa besar, dialarang sama agam." jawab Pak Bambang.
"Ya tapi kan kalo kita bisa jaga iman ya enggak Pak. Yang penting kan bisa jaga iman, pacaranya yaa baik-baik saja. Jangan sampe terjerumus. Kan kalo punya pacar, anak kita ada temoat utnuk curhat, bla bla bla...." Bu Ningsih terus saja nyeroscos tak mau kalah.
Tanpa berkata apa-apa, Pak Bambang melipat koran, beranjak dari meja maka dan mendekati istrinya yang sedang bicara tanpa henti itu.
"Bu" kata Pak Bambang
Bu Ningsih yang tengah nyeroscos sambil mencuci piring itu kaget, karena suaminya tiba-tiba memluknya dari belakang.
"Iman mungkin bisa kuat. Tapi imin belum tentu kuat Bu." ujar Pak Bambang sambil memeluk dan menggesek-gesekan penisnya yang sudah mengeras ke pantat istrinya. Walau masih terbungkus pakaian tapi itu memberikan sensasi tersendiri bagi keduanya.
Rupanya Si Bapack ini dari tadi sudah birahi karena memperhatikan tubuh bahenol istrinya dari belakang. Ditambah sensasi cerewet dan keras kepala istrinya itu, Pak Bambang seakan tau cara untuk "menundukanya".
"Shhh.. Aaaahhh.." hanya itu yang keluar dari mulut Bu Ningsih saat suaminya mulai menjamahi tubuhnya.
"Bapak ini kalo diajak ngomong ndak pernah serius. Aaahhh" tangan kiri Pak Bambang sudah mulai menyingkap ke dalam rok Bu Ningsih dan menggesekan jarinya ke vagina Bu Ningsih dari luar celana dalamnya.
"Bapak daritadi juga udah serius ini Bu." jawab Pak Bambang sambil menghembuskan nafas ke tenguk istrinya, sementara tangan kananya sudah masuk ke salam kaos dan meremasi payudara serta memilin puting istrinya itu.
"Ssshhh Pak uwis toh Pak. Aaahhh,, uuuh. Moh aku Pak.. Oooh emooooohh.. Uuhhh", ocehan istrinya itu tak digubris olehnya. Lidah Pak Bambang kini tengah menari-nari menjilati leher jenjang Bu Ningsih sambil mengerjainya dari belakang.
"Yuh, mumpung rumah lagi sepi Bu."
Pak Bambamg terus saja merangsang istrinya itu. Mermasi payudaranya, memilin putingnya, menjikati lehernya. Dan kini tangan kiri Pak Bambang menyingkap celana dalam istrinya itu. Jemarinya sudah masuk ke liang kenikmatan Bu Ningsih, sementara jempolnya menggosok klitoriasnya. Membuat Bu Ningsih makin tak karuan diperlakukan suaminya ini.
"Ssshhh. Eehhh.. Aaahhh Pak.."
Desah Bu Ningsih sambil menggelengkan kepalanya.
"Wis lebokno ae lah Pak..."
"Lebokno Pakkk!!.."
"Lho, apa yang dimasukin Bu?." goda Pak Bambang..
"Kontole Pak.."
"Kontole!"
Sahut Bu Ningsih yang sudah tidak tahan untuk disodok batang suaminya itu.
Senyum kemenangan kemenangan pun terpancar dari wajah Pak Bambang. Dia menurunkan melorotkan celana dalam istrinya sambil mengeluarkan penisnya yang sudah tegak berdiri dibalik celana training yg dia pakai itu.
Bu Ningsih yg sudah paham, langsung menunggingkan pantatnya untuk siap disodok dalam posisi doggystyle. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Bu Ningsih masih memiliki tubuh yang tak kalah dari anak ABG. Pinggulnya masuh ramping, pantatnya masih kencang selalu menarik hati tangan suaminya untuk membelai dan mencengkram bongkahan daging kenyal itu.
"Cepetan sih Pak! Lama banget..."
"Iya Bu, iya Bu.. Sebentar.." Pak Bambang lalu membimbing penisnya yg sudah keras itu kr liang senggama Bu Ningsih.
Blesssss!
Tanpa kesulitan berarti penis Pak Bambang menembus vagina Bu Ningsih. Walau tidak seketat saat muda dulu, tetap saja vagina istrinya itu memberikab sensasi kenikmatan tersendiri bagi Pak Bambang.
Pak Bambang memejamkan mata ketika penis itu berhasil masuk ke vaginanya. Pak Bambang pun mulai menggenjot perlahan sambil menguasai diri agar tidak muncrat.
Bu Ningsih menghigit bibir bawahnya dan mulai beradaptasi dengan ritme sodokan Pak Bambang. Dan mulai menyambut tiap sodokan suaminya itu.
"Sssshh Aaaaahhh... Ammpun Paaaakkk.." Desah Bu Ningsih, tiap sambutan pantatnya kini menkadi goyangan yang semakin lama semakin nikmat.
Plok plok plok plok plok plok.....
Terdengar sodokan keduanya yang semakin liar. Dan seolah tak mau rugi, Pak Bambang menyingkap kaos dan meremas payudara Bu Ningsih.
Kini gerakan pinggul Bu Ningsih semakin liar...
"Uuuuhhhh.."
Desah Pak Bambang sambil mendekatkan kepalanya di samping Bu Nungsih. Bu Ningsih menoleh dan menyambutnya dengan ciuman, dan mereka pun saling berpagutan.
Dalam posisi seperti inilah, bibir yang saling berpagutan, payudara yang diremas, serta memek yang disodok dari belakang membuat pertahanan wanita ini jebol.
"Hmmmpppttt..."
Bu Ningsih memejamkan mata, desahanya teryahan karena pagutan bibir suaminya, saat itu sensasi orgasme melanda dirinya. Tubuhnya bergetar, vaginanya mengeluarkan cairan hangat dan makin menjepit mencengkram penis suaminya. Sehingga dalam waktu yang jampir berdamaan itu penis sang suami menembakan benih-benuh ke dalan vaginanya.
Crottt crottt crottt crooottttt....
Semburan Pak Bambang ke dalam vagina istrinya. Diiringi sodokan penis dan cengkraman payudara yg kuat.
Nafas Pak Bambang terngeah-engah, dia masih dalam posisi memeluk istrinya. Dan penisnya masih tertancap di vagina istrinya itu hingga melemas dan keluar dengan sendirinya.
"Plop"
Suara penis keluar dari vagina Bu Ningsih. Dan dia pun langsung ke kamar mandu untuk membersihkan diri.
=================
Di ruang keluarga Pak Bambang tengah asyik menonton acara TV sambil menghisap kretek kesukaanya.
Ini lho Pak dimakan dulu."
Suara Bu Ningsih menyadarkan suaminya itu. Dengan hanya berbalut handul Bu Ningsih menyodorkan semangkuk mie rebus pake telor. Santapan yang menjadi kebiasaan Pak Bambang jika telah bersetubuh.
Dengan lahap, Pak Bambang menyantap masakn istrinya itu.
"Duduk di sini Bu."
Pinta Pak Bambang sambil menepuk sofa agar istrinya duduk menemaninya. Bun Ningsih memposisikan duduk di samping suaminya, sambil menyenderkan kepala ke suaminya itu. Otomatis tangan Pak Bambang dirangkulkan ke tubuh istrinya yang sekaeang duduk berhimpitan dengannya. Suami istri yang sudah di atas kepala empat itu, tak kalah mesranya dengam abg-abg yang masih pacaran.
"Bu, Bapak mau ngomong."
"Iya Pak.."
"Sepertinya omongan Ibu ada benarnya juga." sahut Pak Bambang. Sambil tanganya mengusap kepala dan rambut istrinya.
"Bapak mau ijinkan Panji pacaran?" tanya istrinya.
"Tentu tidak Bu." jawab Pak Bambang, kini tanganmya mulai turun membelai leher dan pundak istrinya.
"Lalu."
"Bapak akan menikahkan Panji."
Istrinya menoleh heran dengan jawaban suaminya. Dan lebih heran lagi, sejak kapan tangan suaminya masuk menyusup ke dalam handuk yang dipakainya?
"Gimana.. Ee.. Eee.. ?" alis Pak Bambang diangkat-angkat, sambil tanganya mencet-mencet payudara istrinya itu.
"Bapak ini lho, Panji kan masih muda Pak. Bapak tau sendiri, pikiranya masih kayak anak-anak."
"Justru itu, mungkin ini cara agar dia belajar bertanggungjawab" jawab Pak Bambang.
"Ibu inget ngak waktu kemaren-kemaren Pak Kyai ke sini?" tanya Pak Bambang.
"Yang waktu itu?"
"Iya yang katanya beliau sedang mencari calon suami untuk anak muridnya yang baru pindah agama itu lho." ujar Pak Bambang.
"Bapak ini lho.."
"Lha iya, kan itu maksudnya untuk membimbing anak muridnya itu kan Bu. Dan kenapa juga dia ngobrol hal itu ke sini?" ujar Pak Bambang.
"Panji itu kan ngajinya bagus Bu waktu mondok sama Pak Kyai. Apa Ibu gak menangkap pesan tersirat dari Pak Kyai itu?" ujar Pak Bambang menegaskan.
"Shhhh. Uuh.."
Hanya itu respon dari mulut Bu Ningsih. Karena sambil ngobrol itu, tangan Pak Bambang aktif memainkan payudara dan puting Bu Ningsih.
"Dari segi usia dia lebih dewasa dari Panji. Dia pengalaman dalam berumahtangga. Dia bisa ngemong Panji. Panji bisa belajar bertanggungjawab. Dengan itu, mudah-mudahan anak kita ini bisa lebih dewasa.." ujar Pak Bambang.
"Biarpun Janda, orangnya cantik kok" imbuhnya.
Bu Ningsih tiba-tiba memegang tangan Pak Bambang, menghentikan kegiatan suaminya di payudaranya itu. Matanya tajam menatap suaminya.
"Bapak sudah pernah liat orangnya?" tanya Bu Ningsih.
"Sudah, ketemu. Ngobrol-ngonrol malah."
"Iiiiihhhh dasar, laki-laki." tangan Bu Ningsih menarik kumis Pak Bambang.
"Aduh duh. Sakit tho Bu.."
"Bapak kan demi Panji Bu.." jawab Pak Bambang.
"Hmm!!" Bu Ningsih sambil memalingkan muka.
"Terus, Ibu mau buat Bapak sajaa?" goda suaminya.
"Terus Bapak mau Ibu sunat lagi"
Jawab istrinya.
"Gitu aja marah Bu. Bu.. Buat Bapak kan Ibu yang paling cantik." goda Pak Bambang sambil memegang dagu Bu Ningsih mau mengecupnya.
"Gombal!" jawab Bu Ningsih sambil mendorong suaminya itu.
Namun bukan Bambang Asmoro namanya jika menyerah begitu saja. Dia tetap memluk istrinya dan berusaha mencumbunya. Dan seperti biasa, Bu Ningsih hanya bisa pasrah ataa kesengan suaminya itu.
"Muachj, mmmhhhh..."
"Sek.. Sek.. Sek toh Pa, apa Panji bakal mau?" tanya istrinya.
"Masa disuruh enak kayak gini kok ndak mau?" hanya jawabn Pak Bambang.
Bu Ningsih memerah dan tertunduk malu mendengar jawaban itu.
"Ya kan Bu..?"
"Bu..."
Entah siapa yang memulai Bu Ningsih sudah bergoyang dengan liar dia atas, menggenjot Pak yg tengah terduduk di sofa.
Kali ini ruanh keluarga menjadi saksi atas pergulatan tubuh suami istri itu.
Bersambung....