Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

PEJANTAN PERKASA update Part 15 A

Hem..mantaf... gak bosen2nya ngikuti alur cerita suhu Otta... nuhun suhu...update nya
 
Part 12



R
enata ternyata wanita yang tangguh. Meski sudah orgasme, dia cepat merangkulku sambil berkata, “Silakan lanjutkan lagi. Big Boss belum ejakulasi kan ?”

“Belum. Tapi aku mau posisi doggy, supaya bisa sambil menepuk – nepuk pantat gedemu Rena, “ sahutku.

“Iya, “ sahutnya sambil langsung menungging. Dan aku menyaksikan sesuatu yang sangat menggiurkan. Bahwa memek Renata tampil full dan ternganga seperti bunga yang baru mekar.

Dengan mudahnya aku bisa membenamkan kembali kontolku, ke dalam liang memek Renata yang sudah menjadi basah sekali itu. Maklum baru habis orgasme.

Lalu sambil berlutut di depan bokong semoknya, aku mulai mengentotnya lagi. Sambil menepuk – nepuk pantat kanan dan pantat kirinya.

Tapi aksiku kali ini hanya membuat Renata mencapai orgasme kedua. Lalu kami mengubah posisi, Renata di atas dan aku celentang di bawah. Kali ini Renata yang beraksi. Mengayun bokongnya naik turun di atas kontolku.

Namun lagi – lagi Renata orgasme yang ketiga. Sehingga wanita montok itu menelentang pasrah, terserah aku mau mengapakan dia.

Dalam posisi missionary inilah aku bisa ngecrot, berbarengan dengan orgasme Renata yang keempat kalinya.

“Semua yang telah saya nikmati ini luar biasa Big Boss, “ kata Renata, “Belum pernah saya disetubuhi sampai empat kali orgasme begitu. “

Lalu Renata mengenakan pakaiannya kembali. Setelah berpakaian lengkap Renata berkata, “Seandainya saya hamil, pasti jadi masalah dengan suami saya nanti. Tapi saya akan minta cerai aja sama dia. “

“Terus setelah bercerai mau gimana ?” tanyaku.

“Saya tak mungkin minta dijadikan istri Big Boss. Karena saya dengar istri Big Boss sudah empat orang. Jadi, dijadikan simpanan juga oleh Big Boss, saya mau. “

“Kalau tidak mau hamil, aku punya pil kontrasepsi. “ kataku.

“Tidak Big Boss. Saya justru ingin hamil. Karena saya ingin seperti wanita lain yang sudah pada punya keturunan di seusia saya ini. “

“Kalau mau hamil, wikwiknya harus di masa subur. “

“Hehehe ... sekarang saya sedang dalam masa subur Big Boss. “

Aku cuma tersenyum menanggapinya.

Renata pun pamitan setelah mendengar janji dariku bahwa tanggal 1 bulan depan, dia sudah bisa bekerja di hotel baruku, sebagai manager HRD.



2 bulan kemudian, aku mendapat call dari Aleta. Aku terkejut bercampur girang, karena sesungguhnyalah aku sedang merindukan wanita muda berdarah Belanda itu.

Aku : “Hello Sweetheart ... how are you ?”

Aleta : “I am fine. And you ? “

Aku : “Fine too. Kenapa gak datang – datang ke kotaku lagi ?”

Aleta : “Aku mual – mual terus. Kemaren aku ke dokter. Ternyata aku sudah hamil tujuh minggu Honey. “

Aku : “Wow ... aku bahagia sekali mendengarnya. Berarti pertemuan kita mendatangkan hasil ya. “

Aleta : “Iya. Hasil yang sangat membahagiakan hatiku. Karena you telah berhasil menabur rahim di dalam perutku. Dan untuk membuktikan janjiku, mulai hari ini aku akan mentransfer dana ke rekeningmu. Aku akan mentransfer sepuluh kali dalam jumlah yang sama. Supaya tidak banyak pertanyaan dari bank, karena transfernya cukup banyak. “

Aku : “Soal itu gak usah terlalu diprioritaskan. Yang penting jaga kesehatan kandunganmu, Beib. “

Aleta : “Terimakasih. Nanti kalau aku sudah tidak mual – mual lagi, aku pasti akan datang ke kotamu. Untuk menyejukkan hati dan melepaskan kerinduanku padamu Honey. “

Aku : “Oke, aku tunggu Beib. “

Setelah hubungan seluler dengan Aleta selesai, aku tersenyum sendiri. Tersenyum dalam kemenangan. Karena aku telah berhasil menghamili Aleta yang namanya sudah tersimpan di tempat istimewa dalam hatiku.

Tiba – tiba handphoneku berdenting ... tiiiiing ... !

Kulihat layar handphoneku. Ternyata Ayah yang call. Lalu :

“Ya Ayah ... gimana sehat ?”

“Sehat walafiat Sep. Ini Ayah sudah berada di depan hotelmu, bersama saudara dekat kita yang sudah lama sekali tidak ketemu. Kamu ada di hotel kan ?”

“Ada di hotel Ayah. Silakan aja masuk ke ruang kerjaku. “

Tak lama kemudian Ayah muncul di ruang kerjaku, dengan seorang lelaki yang mungkin sebaya dengan Ayah, dengan seorang cowok muda yang kelihatannya kebule – bulean.

Lalu Ayah memperkenalkan mereka. “Ini pamanmu. Usianya lebih tua dari ayah, tapi kedudukan dalam keluarga jadi adik sepupu ayah. Karena adat suku kita tidak boleh merusak sirsilah, kalau dari atasnya kakak, anaknya pun harus kakak. “

“Supaya lebih jelas begini, “ kata lelaki tua yang bersama Ayah, “Bapaknya ayahmu itu kakak ayah mamang. Jadi mamang tetap harus manggil Kang sama ayahmu, walau pun usianya lkima tahun lebih muda daripada mamang. Nama mamang Marta. Dan itu anak mamang. Edo namanya. Asep dengan Edo itu disebut sabrayna mindo. Kalau ayah dengan Mang Marta itu sabrayna teges. “

(sabrayna mindo = sepupu kedua, sabrayna teges = sepupu langsung)

Lalu kata Ayah, “Asep ini punya nama lain. Di hotel ini namanya Yosef. Jadi terserah Dek Marta, mau manggil Asep atau Yosef, sama aja. “

“Jadi aku harus manggil Kang Asep atau Kang Yosef ya Wa ?” tanya cowok bernama Edo itu.

“Iya, harus pakai Kang, seperti papamu sama uwa kan manggil Kang juga, meski usianya lebih tua dari uwa juga. “ sahut Ayah, “Lagian Edo lebih muda. Usia Edo baru delapanbelas kan ?”

“Iya Uwa. “

“Kalau Asep udah duapuluhdua tahun. Sebentar lagi juga duapuluhtiga usianya. “

Lalu aku menjabat dan mencium tangan Mang Marta. Kemudian juga menjabat tangan Edo.

Lalu kata Ayah lagi, “Jadi ayah dan dengan Mang Marta itu sekakek dan senenek. Kakek ayah dan Mang Marta itu Raden Panjikusumah. “

Aku terkesiap mendengar nama kakeknya ayah disebut. Karena hal itu berarti bahwa Edo juga keturunan Raden Panjikusumah. Apakah Edo sudah tau salah satu kelebihan keturunan almarhum kakek buyutku itu ? Pasti belum tahu. Karena aku sendiri pun awal tahunya itu dari orang pintar yang dijadikan tempat minta tolong oleh Kang Obos itu.

Lalu kuajak mereka duduk di ruang tamu owner hotel.

Tak lama kemudian seorang waiter resto hotel mengantarkan minuman dan snack, karena sebelum tamu – tamu itu datang, aku sudah memintanya ke resto hotel.

Namun kelihatannya Ayah sedang asyik ngobrol dengan saudara sepupunya. Karena itu aku pun mengajak Edo ngobrol di café hotel. Edo setuju. Lalu minta ijin pada ayahnya dan ayahku, untuk ngobrol di café hotel.

Di café tampak beberapa orang yang sedang menikmati minuman dan snack masing – masing. Aku dan Edo memilih tempat di sudut, dekat meja kasir.

“Uwa Jaja bilang, Kang Yosef baru berumur duapuluhdua tapi sudah jadi pengusaha besar, “ kata Edo membuka pembicaraan. (Yang dimaksud Uwa Jaja itu adalah ayahku)

“Kalau baru punya hotel, belum bisa disebut pengusaha besar, “ sanggahku.

“Tapi kata Uwa Jaja, Kang Yosef punya banyak pabrik garment juga. Punya banyak FO juga dan banyak lagi kegiatannya, “ kata Edo, “Makanya ajakin aku belajar bisnis Kang. Ohya ... hampir lupa. Ada yang nyari hotel di kota kita ini Kang. Hotel tua yang sudah nyaris bangkrut juga gak apa – apa katanya. “

Tiba – tiba handphoneku berdenting ... tiiiing ... !

Video call dari nomor tak dikenal. Aku berdiri sambil berkata kepada Edo, “Sorry ... aku mau terima video call dulu ya. Di sini bising sama musik. “

Aku bergegas keluar dari café hotel. Menuju kamar pribadiku yang sunyi dan kedap suara, sambil memasang wireless earphone di telingaku.

Ternyata yang video call itu seorang wanita bule. “Aku Beatrix, saudara sepupunya Brenda. Dengan Yosef kan ?” tanyanya.

“Betul, “ sahutku sambil memperhatikan bentuk wanita bernama Beatrix itu.

Beatrix : “Sengaja aku video call, supaya bisa melihat Yosef dengan jelas. “

Aku : “Ogitu. Ada yang bisa kubantu ?”

Beatrix : “Keperluanku sama dengan Brenda waktu kencan denganmu dahulu. “

Aku : “Oke. Aku siap membantu Anda. “

Beatrix : “Brenda ngasih tau bahwa kalau ingin pregnant, harus di masa subur kencannya. Dan hari ini aku sudah masuk masa subur. Aku sudah berada di sebuah villa yang letaknya cuma belasan kilometer dari kotamu. “

Aku : “Siap. Kirimkan aja alamat villanya. “

Beatrix : “Iya. Hmmm ... you are so cute Yosef. Aku langsung horny nih setelah melihatmu ... hmmmmm ... bisa datang sekarang ?”

Aku : “Aku sedang kedatangan family. Tapi kalau you menghendaki secepatnya, sejam lagi aku merapat ke villa Anda. So tolong kirimkan alamat villanya. “

Beatrix : “Sejam lagi ? Okay, ini aku kirimkan alamat villanya. Jangan terlambat ya. Aku sudah gak sabar, ingin segera seks hebben denganmu. “

Aku cuma tersenyum mendengar kata seks hebben (bersetubuh) itu. Orang bule memang suka ceplas – ceplos ngomongnya. Tanpa basa – basi.

Lalu alamat villa itu kuterima lewat WA.

Aku pun bergegas menuju café kembali, menghampiri Edo yang kutinggalkan di situ.

“Aku ada urusan bisnis Do. Jadi aku harus berangkat sekarang juga. Mengenai hotel yang dibutuhkan itu, aku bisa menyediakannya. Yang baru selesai dibangun ada, yang belum direnovasi juga ada. Bawa aja calon buyernya ke sini. Tapi hubungi aku dulu. Karena terkadang aku berada di luar kota. Ini kartu namaku, “ kataku sambil menyerahkan secarik kartu namaku pada Edo.

“Oh iya Kang. Terima kasih, “ sahut Edo sambil membaca kartu namaku, lalu memasukkannya ke dalam dompetku.

Kemudian aku menghampiri Ayah dan Mang Marta yang masih ngobrol di ruang tamu owner hotel. Edo pun mengikutiku dari belakang.

Kebetulan mereka pun sudah pada mau pulang. Sehingga aku tidak merasa mengusir mereka.

Aku pun mengantarkan mereka ke mobilnya masing – masing. Mang Marta bersama Edo di mobil yang katanya p;unya Edo. Setelah mobil mereka bergerak meninggalkan tempat parkir khusus untuk owner hotel, kulihat mobil Ayah yang belum dinyalakan mesinnya. Ayah malah melambaikan tangannya padaku. Aku pun menghampiri mobil Ayah.

Begitu pintu depan kiri kubuka, aku terkejut. Karena di situ ada seorang wanita cantik yang sedang duduk di seat depan sebelah kiri. “Lho ... ini siapa Yah ?”

“Ibu barumu, “ sahut Ayah, “Kan kamu yang anjurin ayah nikah lagi, biar lengkap jadi empat orang. “

Aku geleng – geleng kepala sambil tersenyum. Lalu menjabat tangan wanita itu sambil menyebutkan namaku. Wanita itu pun menyebutkan namanya, “Nasha. “

Unik nama istri keempat ayah itu (karena Mama Lanny sudah diceraikan). “Lalu ... aku harus manggil apa sama ibu baruku ini Yah ?” tanyaku.

“Panggil Mamah aja. Dan ayah sudah berjanji, bahwa kamu akan ikut memilikinya juga, seperti ibu – ibumu yang lain. “

Aku terbengong – bengong di samping kiri mobil Ayah. Memandang wanita bernama Nasha itu, yang sedang tersenyum manis padaku.

Entah dari mana datangnya “kelancanganku” ini. Setelah mendengar ucapan Ayah, bahwa istrinya akan disharing juga denganku seperti istri – istrei Ayah yang lainnya, aku pun mendekatkan wajahku ke wajah wanita cantik bernama Nasha itu. Lalu kupagut bibirnya di depan mata Ayah. Wanita itu pun menyambut ciumanku dengan lumatan lahap. Tanpa peduli bahwa Ayah menyaksikan semuanya ini.

“Kapan mau datang ke rumah ?” tanya wanita yang harus kupanggil Mamah itu.

“Hari ini dan besok aku sibuk sekali. Mungkin lusa baru bisa mengunjungi rumah Mamah. Ohya, di mana rumahnya ?”

Wanita bernama Nasha itu menyebutkan alamat rumahnya. Ternyata tidak jauh dari hotelku. Hanya dibutuhkan waktu kurang dari setengah jam untuk mencapai alamat itu dari hotelku.

“Kenapa Mamah gak dibawa masuk tadi Yah ?” tanyaku.

“Gak enak ngenalkan ibu barumu di depan Edo dan Mang Marta. Makanya ayah surruh Mamah nunggu aja di mobil, “ sahut Ayah.

“Pokoknya lusa ditunggu di rumah ya. Nanti dimasakin makanan kesukaan Yosef, “ kata Mamah Nasha.

“Memangnya Mamah udah tau makanan kesukaanku ?” tanyaku.

“Kan Ayah yang ngasih tau, “ sahut Mamah.

“Udah dulu ya Sep. Ayah mau pergi dulu. Kamu juga mau ngurus bisnis kan ?” cetus Ayah sambil menghidupkan mesin mobilnya.

“Iya Ayah. Lusa aku akan datang ke rumah Mamah. “

“Ingat nomor rumahnya ya. Jangan lupa, “ kata Mamah Nasha.

“Iya. Nomor duapuluhlima kan ?”

“Iya, “ wanita bernama Nasha itu mengangguk sambil tersenyum manis.

Gila ... lagi – lagi Ayah memperlihatkan “prestasi”nya. Wanita bernama Nasha itu cantik sekali ... !

Setelah mobil Ayah berlalu, aku pun menutup dan mengunci pintu kamar pribadiku. Lalu masuk ke dalam jeep hijau armyku. Dan menggerakkannya ke samping depan hotelku. Menuju villa wanita bule bernama Beatrix itu.

Untung aku masih bisa datang on time di depan villa itu. Dan seorang wanita bule yang cantik menyambutku di depan villanya, dalam long dress berwarna kuning yang seolah menyala saking terangnya.

“Benar kata Brenda, kamu ini sangat cute dan seksi Yos. Baru melihatmu saja aku sudah horny, “ kata Beatrix sambil menarikku ke dalam villanya yang tampak serba modern perabotannya.

“Anda masih muda. Aku harus memanggil apa ya ?” tanyaku sambil membiarkan Beatrix meremas – remas kedua tanganku.

“Nama kecilku Betty. Jadi panggil Betty aja. Boleh aku tahu berapa tahun usiamu ? “ tanyanya.

“Duapuluhdua tahun, “ sahutku.

“Haaa ?! Kamu seusia benar denganku. Usiaku juga duapuluhdua. Tapi aku menikah lima tahun yang lalu, dengan pengusaha dari Indonesia. Suamiku jauh lebih tua dariku. Dia sangat mencintai dan memanjakanku. Tapi sayangnya, sperma suamiku sudah lemah. Sehingga tidak bisa membuahi sel telurku, “ kata Beatrix yang minta dipanggil Betty itu.

“Jadi kedatangan Betty ke sini atas ijin dari suami ?”

“Iya. Dia lebih setuju aku dihamili oleh orang lain daripada ikut program bayi tabung atau pun inseminasi. Yang penting aku harus mendapatkan pejantan yang sehat. Supaya bayinya juga sehat nantinya. Kebetulan suamiku kenal Brenda juga. Dan Brenda terus terang bahwa bayi yang dilahirkannya itu berasal darimu Yos. “

“Ya. Akulah yang menghamili Brenda, “ sahutku. Tadinya aku mau menyebut nama Aleta. Tapi kubatalkan, mengingat Aleta kuhamili secara dirahasiakan, tanpa setahu suaminya. Jadi aku pun harus merahasiakannya.

“Mudah – mudahan Yosef bisa menghamiliku juga ya, “ ucapnya.

“Kita enjoy saja dulu. Jangan terlalu fokus ingin hamil, “ sahutku, “Supaya jiwa kita relax. Tanpa beban. “

“Iya ... aku akan ikuti saranmu, “ kata Beatrix sambil menanggalkan segala yang melekat di tubuhnya, sampai benar – benar telanjang. Lalu ia naik ke atas bed, sambil menungguku bertelanjang pula.

Kulihat indahnya tubuh Beatrix yang sudah telanjang itu. Sepasang toketnya berukuran sedang. Tapi bokongnya benar – benar semok. Sementara memeknya tampak berjembut, namun tergunting rapi, tidak berantakan.

Dan Beatrix mengusap – usap memeknya sambil berkata, “Tadi waktu aku video call, begitu melihat Yosef, aku langsung horny ... karena membayangkan bakal segera jumpa dan melakukan sesuatu yang indah ... “

Dalam keadaan sudah sama – sama telanjang, aku tersenyum sambil naik ke atas bed dan merayap ke atas perut Beatrix.















Beatrix menyambutku dengan pelukan erat dan agak bergetar. “Dari sebelum Yosef datang, aku sudah horny berat. Langsung penetrasi aja Yos. “

“Langsung penetrasi ?” tanyaku sasmbil meraba – raba celah memek berjembut Beatrix. Ternyata memeknya memang sudah basah. Sehingga aku pun meletakkan “puncak jamur”ku di celah memek yang sudah basah dan licin serta hangat ini. Llau dengan sekuat mungkin kudorong kontol ngacengku ... dan membenam dengan lancarnya ke dalam liang memek yang sudah basah dan licin ini.

Mungkin sebelum aku datang, Beatrix bermasturbasi. Karena tak sabar lagi menunggu kedatanganku. Sehingga liang memeknya agak becek begini.

Tapi aku tak mau mempersoalkannya. Aku langsung mengayun kontolku dalam kecepatan normal.

“Wow ... penismu panjang sekali Yos ... terasa menabrak – nabrak dasar liang vaginaku Hmmm ... pantesan Brenda bilang, penismu bisa langsung menyemprotkan sperma ke mulut rahimnya, karena ukurannya di atas rata – rata penis orang Indonesia. “

Ketika kontolku sedang gencart mengentot liang memek Beatrix, mulutku pun mulai asyik menjilati leher Beatrix disertai gigitan – gigitan kecil, sementara tanganku asyik meremas – remas toketnya yang berukuran sedang. Kecil tidak, gede pun tidak.

Liang memek Beatrix awalnya agak becek. Tapi lama kelamaan jadi normal. Bahkan terasa liang memeknya ini masih sempit. Maklum karena dia belum pernah melahirkan. Belum pernah turun mesin.

Desahan – desahannya mulai terdengar. “Hahhhhhhh .... hehhhhhhhhhhh ... hahhhhhh ... hehhhhhhhhhhhhhhh ... hahhhhhhhhhhhh ... hehhhhhhhhhhhhhhh ... hahhhhhhh ... “

Memang hanya desahan nafas yang terlontar dari mulut dan hidung mancung Beatrix. Tidak merintih dan menceracau seperti wanita lain.

Nafasku pun berdengus – dengus ketika kontolku semakin gencar mengentot liang memek wanita bule itu.

Sementara leher jenjang Beatrix terus – terusan kujilati, karena dia suka dengan permainan mulutku. Sementara telunjuk dan jempolku memainkan pentil toket kanannya yang terasa menegang ini.

Tubuh putih mulus Beatrix mulai bersimbah keringat. Namun entah parfum apa yang dikenakannya, yang membuat sekujur tubuhnya harum mewangi begini. Sehingga aku yang sedang melampiaskan nafsuku sendiri juga ini, sudah tidak segan – segan lagi menjilati ketiak kanannya dan ketiak kirinya. Meski banyak keringatnya yang tertelan, aku tidak merasa jijik lagi.

Hal ini membuat Beatrix semakin klepek – klepek. Sehingga setelah aku mengentotnya lebih dari 20 menit, Beatrix mulai berkelojotan dengan nafas tertahan – tahan dan tak beraturan. Lalu ia memekik lirih ... terkejang – kejang dengan mata terpejam dan mulut ternganga, dengan nafas tertahan. Lalu liang memeknya mengedut – ngedut kencang. Pada saat itu kontolku sudah kutancapkan sedalam mungkin, sampai terasa mendesak dasar liang memeknya.

“Ooooooohhhh ... ini indah sekali Yossssss .... “ ucapnya sambil membuka mata birunya dengan sorot puasnya seorang wanita yang baru menikmati orgasme.

Lalu Beatrix mencium bibirku dengan lahapnya, sambil meremas – remas sepasang bahuku.

Aku memang belum ejakulasi. Tapi aku tahu bahwa kalau ada tujuan untuk menghamili seorang pasangan seksual, aku tidak boleh terlalu habis – habisan. Jangan pula terlalu banyak posisi yang aneh – aneh, supaya kalau di dalam rahimnya sedang ada sel telur, spermaku akan berhasil membuahinya.

Maka ketika Beatrix menawarkan posisi lain, aku menolaknya secara halus. “Kalau mau hamil, jangan terlalu atraktif. Nanti telurmu bisa terlempar ke tempat yang merugikan. “

“Ya udah ... kalau begitu lepaskanlah spermamu Yos, “ sahutnya.

Aku mengangguk. Lalu mengayun kontolku lagi, di dalam liang memek Beatrix yang sudah becek ini. Tetap dalam posisi missionary.

Beatrix pun mendesah – desah lagi. Sementara liang memeknya makin lama makin berkurang beceknya. Dan akhirnya tidak becek lagi.

Cukup lama aku bertahan, karena ingin agar orgasme keduanya berbarengan dengan ejakulasiku.

Dan akhirnya aku berhasil. Ketika Beatrix mengejang sambil menikmati orgasme keduanya, kontolku pun sedang mengejut – ngejut sambil melepaskan lendir surgawiku.

Crettttt ... croooooooooooooooooootttttt ... crooooooooooooooooooooottttt ... crettttcrettt ... crooooooooooooooooooottttttcroooooooooooooooooooootttttttt ... !

Aku terkapar di atas tubuh lunglai Beatrix.

Sesaat kemudian terdengar suara wanita bule itu, “ Ini lebih indah lagi dari yang tadi ... “

Aku cuma tersenyum. Lalu mencium bibir sensualnya dengan segenap kehangatan birahiku. Sementara kontolku terasa melemas, tapi kubiarkan tetap berada di dalam jepitan liang memek Beatrix.

“Kalau aku hamil, aku bersedia dijadikan pendamping hidupmu Yos, “ kata Bearix sambil mendekap pinggangku.

“Aku sudah punya istri Bet. “

Beatrix menjawab, “Nggak apa – apa. Kita kan bisa samen leven.” (samen leven = hidup bersama/kumpul kebo)

“Terus suamimu mau ditinggalkan begitu saja ? Jangan Bet. Aku tak mau menari di atas penderitaan orang lain, “

“Terus ... kalau aku ingin menikmati keindahan seperti ini lagi gimana ?” tanyanya.

“Kapan pun kamu ingin menikmatinya, tinggal call by phone aja. Lalu aku akan datang ke villa ini ... mmm ... villa ini punyamu kan ?”

“Iya, “ sahut Beatrix.

“Nanti kalau bosan rendezvous di villa ini, kamu bisa datang ke villaku juga. Bahkan di villaku, kita bisa main outdoor. Di samping sungai berair bening. “

“Kasih alamat villamu nanti ya. “

“Oke. Gak jauh dari kota kok. “

“Besok pagi aku harus pulang ke Jakarta dulu Yos. Karena ada urusan bisnis yang harus kuselesasikan. “

“Oke. “

Malam itu aku tidur di villa Beatrix. Tentu saja aku menyetubuhinya lagi. Tapi tetap dalam posisi missionary, karena ingin berhasil menghamili wanita bule yang cantik dan seksi itu.

Keesokan paginya aku pulang ke hotelku. Untuk beristirahat total. Karena besoknya lagi aku harus mendatangi rumah istri keempat Ayah.

Namun ketika aku sedang istirahat total ini, datang call dari Ayah.

Aku memang anak yang sangat sayang dan patuh kepada ayahku. Karena itu, meski sedang ingin istirahat, kuangkat juga call Ayah itu :

Ayah : “Lagi di mana kamu Sep ?”

Aku : “Di hotel, lagi istirahat Yah. Ada yang aneh lagi ?”

Ayah : “Ayah cuma ingin mengingatkan janjimu mau menemui Mamah Nasha besok kan ?”

Aku : “Ooo, soal janji itu sih pasti kutepati. Aku pasti datang besok. “

Ayah : “Kalau soal janji sih, ayah sudah hafal. Kamu selalu tepat janji. “

Aku : “Sekarang istri Ayah sudah empat orang ya. Berarti sudah maksimal kan ?”

Ayah : “Iya, yang nikahnya resmi di KUA sudah maksimal. Tapi yang nikah siri masih ada Sep. “

Aku : “Haaaa ?! Ayah masih punya istri lewat nikah siri ?”

Ayah : “Yang lewat nikah siri ada tiga orang Sep. “

Aku : “Wow ... Ayah ... Ayah. Apa gak bikin keuangan Ayah amburadul nanti ?”

Ayah : “Nggak Sep. Kan sejak menikahi Bunda, ayah selalu menikahi wanita kaya. Seperti Mamie, Habiba dan Mamah Nasha ... mereka semua wanita tajir melintir Sep. Mereka bisa menghidupi dirinya masing – masing. Tidak perlu minta – minta lagi sama ayah. Bahkan ayah yang sering meminta kepada mereka. “

Aku : “Yang lewat nikah siri juga tajir semua ?”

Ayah : “Iya. Nanti kamu buktikan sendiri, setelah janjimu pada Mamah Nasha dilaksanakan. “

Aku : “Emangnya yang lewat nikah siri juga mau Ayah sharing juga sama aku ?”

Ayah : “Iya. Ayah kan sayang kamu. Jadi, apa pun yang ayah miliki, boleh kamu miliki juga. Mmm ... kamu seneng yang montok apa yang langsing ?”

Aku : “Belakangan ini aku senang yang montok Yah. Soalnya seneng empuk – empuk kenyalnya. Hahahahaaa ... “

Ayah : “Ya udah. Kalau dengan Mamah Sanah sudah terlaksana, ayah bakal kasih yang montok. Biar kamu senang. Syukur – syukur kalau bisa menghamilinya. Tapi rumahnya di luar kota, di daerah pegunungan. Karena dia punya peternakan sapi perah. “

Aku : “Gak apa – apa Ayah. Hitung – hitung rekreasi juga. Kalau peternakan sapi biasanya di daerah yang berhawa dingin kan ?”

Ayah mengiyakan, sambil menyebut nama daerah di luar kota itu. Daerah yang terkenal berhawa sejuk dan banyak peternakan sapinya.

Baru saja komunikasiku dengan Ayah selesai, handphoneku benting lagi ... tiiiing ... !

Setelah kuterima call itu, terdengar suara perempuan, “Maaf ... apakah benar Big Boss memanggil saya ?”

“Kamu siapa ?” tanyaku di dekat hape.

“Artini Big Boss. Manager personalia yang baru, “ sahutnya.

“Oh, iya ... masuk aja ke ruang kerjaku, “ kataku sambil menutup lagi hubungan seluler dengan wakil manager personalia yang sudah kujadikan manager setelah Renata kupindahkan ke hotel baruku.

Aku pun melangkah ke ruang kerjaku. Artini sudah duduk di kursi yang menghadap ke meja kerjaku.

“Selamat siang Big Boss, “Artini berdiri sambil membungkuk sopan padaku.

“Siang, “ sahutku sambil duduk di kursi kerjaku, “Seharusnya GM yang memanggilmu. Tapi karena aku yang memindahkan Renata ke hotel lain, aku juga yang mengangkatmu sebagai manager personalia, maka aku yang harus memberikan pengarahan padamu. “

“SIap Big Boss. “

Lalu aku memberikan semacam briefing padanya tetang banyak hal yang menyangkut kepegawaian. Aku ingin agar Artini senantiasa bersikap bijak, bersikap mengayomi karyawan dan karyawati hotel.

Artini tampak menyimak pengarahan dariku yang hanya setengah jam itu.

“Nanti kalau ada masalah yang kamu gak bisa menyelesaikannya, jangan segan – segan untuk bertanya padaku, “ kataku di akhir pengarahanku.

“Siap Big Boss, “ sahutnya.

“Ohya, suamimu bekerja di mana ?” tanyaku.

“Saya sudah setahun tidak punya suami. “

“Divorce ?” tanyaku.

“Betul Big Boss. “

“Punya anak berapa ?”

“Kebetulan belum punya anak Big Boss. “

“Oooo ... aku baru tau sekarang kalau kamu gak punya suami. Waktu melamar kerja ke sini, masih punya suami kan ?”

“Siap masih punya suami saat itu. “

“Terus kenapa bisa bercerai ?”

“Sudah gak tahan pada kekasarannya Big Boss. “

“Suamimu suka KDRT ?”

“Betul Big Boss. “

“Terus ... kalau weekend suka ke mana ?”

“DI rumah aja Big Boss. “

“Sekali – sekali temani aku outing, mau ?”

“Siap Big Boss. “

“Kamu sekarang tinggal sama siapa ?”

“Sama Ibu. “

“Kalau outing pake nginap bisa ?”

“Diusahakan bisa. Diusahakan agar ibu saya mengijinkan. “

“Sekarang aku masih sibuk. Nanti kalau sudah agak nyantai, kita outing ya. Untuk refreshing, biar otak kita jangan jenuh. “

“Siap, betul Big Boss. “

Setelah Artini berlalu, aku tersenyum sendiri di ruang kerjaku. Karena Artini itu berkulit putih bersih, berbadan tinggi langsing namun tidak kurus. Dan ... wajahnya cantik di mataku.

Seandainya tidak sedang memulihkan stamina, mungkin aku akan melakukan sesuatu di kamar pribadinya. Tapi aku sedang memulihkan stamina, agar acara besok jangan memalukan. Acara dengan Mamah Nasha itu.

Lalu aku melangkah ke kamar pribadiku dan tidur sekenyang mungkin.
Terima kasih suhu @Otta sudah up date lagi.

Mantab suratab
 
Part 13





Beristirahat total selama sehari semalam, cukup untuk memulihkan staminaku kembali. Maka setelah mandi dan menyantap sarapan pagi, aku pun menyalakan mesin jeep hijau army-ku. Untuk memanaskan mesinnya, sementara aku berdandan secara casual saja.

Beberapa saat kemudian, aku sudah berada di belakang setir jeepku, menuju alamat rumah istri keempat Ayah.

Rumah Mamah Nasha terletak di kompleks perumahan elit. Letak perumahan itu hanya sekitar 4 atau 5 kilometer jaraknya dari hotelku.

Karena itu dengan gampang aku bisa menemukan rumahnya.

Aku pun turun dari mobil yang kuparkir mepet ke bahu jalan, lalu melangkah ke pintu depan rumah megah itu yang tampak terbuka.

Ketika aku sedang berdiri di ambang pintu yang terbuka itu, kulihat Mamah Nasha sedang duduk berdampingan dengan Ayah. Tapi mata Ayah kelihatan terpejam. Mungkin Ayah sedang ketiduran. Sementara Mamah Nasha melihat kedatanganku, langsung melompat dan memburuku. Menyergapku dengan pelukan erat dan ciuman lengket di ambang pintu depan. Sambil melangkah mundur, sehingga aku terbawa masuk ke dalam rumah megahnya,.

Setelah melepaskan ciuman lengketnya, Mamah Nasha berbisik, “Dalam dua hari dua malam aku ingat kamu terus Yos ... udah terbayang – bayang terus bahagianya berada di dalam dekapan dan gumulanmu .... “

Aku pun menyahut perlahan, “ Sama ... aku juga begitu Mamah ... “

Lalu aku mengikuti langkah Mamah semakin masuk ke dalam rumah megahnya. Sementara Ayah tampak masih memejamkan matanya, dengan mulut agak terbuka.

“Ayah tidur ? “ tanyaku sambil melingkarkan lengan kiriku di pinggang Mamah Nasha.

“Iya, biarin aja, gak usah diganggu, “ sahut Mamah sambil menuntunku menuju ke dalam sebuah kamar yang harum aroma therapy.

Di dalam kamar itu Mamah Nasha memelukku dengan hangatnya. Lalu berkata, “Aku sudah gak sabar, ingin telanjang di depanmu. Ingin digerayangi olehmu dan ingin disemprot sama spermamu, Yos .... “

Lalu Mamah Nasha melihat ke depan sebelum menutupkan pintu kamarnya. “Ayah masih nyenyak tidur, “ katanya sambil tersenyum.

“Ayah sih sambil duduk juga bisa tidur, “ sahutku sambil melepaskan sepatu dan kaus kakiku. Sementara Mamah Nasha sedang melepaskan gaun merah dengan corak polka dot putih. Sehingga tampak bentuk tubuhnya yang tinggi langsing.

“Tubuh Mamah seperti gadis model. Tinggi langsing. “

“Memang tadinya aku jadi gadis model di Dubai. Tapi sejak kedua orang tuaku meninggal dalam kecelakaan kapal pesiar, aku resign sebagai gadis model. Lalu menikah dengan seorang pengusaha besar. Eeeee ... baru dua bulan menikah dengan pengusaha itu ... dia kena serangan jantung dan meninggal pula, “ sahut Mamah Nasha sambil melepaskan bra dan celana dalamnya.

“Mamah kelihatannya seperti berdarah campuran, “ kataku sambil melepaskan baju kausku.

“Memang benar. Ibuku orang Uzbekistan, ayahku orang Indonesia. “

“Pantesan ... bentuk Mamah tampak beda. “

“Aku cantik nggak Yos ?”

“Di antara semua istri Ayah, Mamah paling cantik dan paling muda. “

“Begitu ya. Umurku sekarang duapuluhtiga tahun Yos. “

“Hmmm ... berarti Mamah bisa disebut sebaya denganku. Beberapa bulan lagi usiaku duapuluhtiga juga. “

“Cocoknya Yosef jadi suamiku ya, “ ucap Mamah Nasha ketika aku sudah telanjang bulat dan duduk di sofa bergaya timur tengah.

“Kan sekarang juga Mamah akan kuperlakukan seperti istriku sendiri. “

Mamah Nasha berdiri di depanku dalam keadaan telanjang bulat, seperti aku juga.

“Memang Ayah berjanji padaku, bahwa setelah aku menikah dengannya, aku akan seperti memiliki suami dua orang. Ayah dan Yosef. Begitu Ayah memperlihatkan foto – foto Yosef, aku langsung jatuh hati padamu Yos. “

Lalu, dalam keadaan sama – sama telanjang ini, Mamah Nasha duduk di samping kiriku. Sambil mengusap – usap memeknya yang plontos alias bersih dari jembut dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memegang kontolku yang sudah tegang sekali ini. Dan terdengar suaranya, “Kontolmu luar biasa panjangnya Yos. Kebayang enaknya kalau sudah dimainkan di dalam memekku ... “

Sebagai jawaban, aku berdiri, lalu berlutut di antara sepasang kaki Mamah Nasha. Untuk mengusap – usap memeknya yang tampak masih perfect itu. Lalu tanpa keraguan aku mulai menciumi memek Mamah Nasha yang tercium harum dan bersih dari bulu itu.

Lalu dengan penuh gairah lidahku mulai menjilati memek Mamah Nasha yang katanya berdarah blasteran Indo-Uzbekistan itu.

Terasa sekali memek Mamah Nasha ini padat kencang. Tidak lembek seperti banyak memek wanita lain. Sehingga aku mulai membayangkan nikmatnya kalau kontolku sedang mengentot liang memeknya nanti.

Mamah Nasha pun mengejang – ngejang sambil meremas – remas rambutku yang berada di bawah perutnya.

Namun hanya beberapa menit aku menjilati memek dan kelentit Mamah Nasha. Lalu istri keempat Ayah itu menarik badanku dan meminta agar aku duduk di sofa. Lalu Mamah Nasha menduduki sepasang pahaku, sambil memegang kontol ngacengku yang moncongnya diarahkan ke mulut memeknya. Mulut memek yang sudah berlepotan air liurku.

Lalu Mamah Nasha menurunkan bokongnya, sehingga kontolku jadi masuk ke dalam liang memek wanita blasteran Indo-Uzbek itu.

Hanya beberapa menit sejak aku masuk ke rumah Mamah Nasha ini, kontolku sudah mulai dibesot – besot oleh liang memeknya. Dan gilanya, Mamah Nasha ini bukan hanya cantik, tapi juga enak sekali memeknya. Masih sempit menjepit dan legit sekali.

Aku kalau sudah mendapatkan memek legit begini, suka bergairah menikmatinya. Bergairah mencium dan melumat bibirnya, bergairah pula ikut mengentotnya, tak cuma duduk pasif. Ketika memek Mamah Nasha sedang menurun, aku masih bisa mendesakkan kontolku ke atas. Dan ketika memek Mamah Nasha sedang naik, aku pun menarik kontolku. Sehingga meski bersetubuh sambil duduk begini, terasa ada interaksi di antara kami berdua.

“Duuuuh ... kontolmu memang panjang sekali Yos ... ini sampai terasa menyundul – nyundul dasar lubang memekku ... ooooohhhh ... ini mnikmat sekali Yoooosssss ... nikmat sekaliiiiii .... ooooohhhhh ... oooooohhhhhhh .... “rintih Mamah Nasha ketika liang memeknya tengah bergesekan terus dengan kontolku.

“Liang memek Mamah pun legit sekali ... uuuughhhh ... legit dan menjepit Mah ... “ sahutku sambil meremas sepasang toketnya yang tidak gede tapi masih lumayan padat kencang, masih mancung pula sepasang putingnya.

Ternyata Mamah Nasha cukup atraktif. Pada suatu saat, ia memutar badannya jadi membelakangiku, sementara kontolku tetap berada di dalam jepitan liang memeknya. Lalu ia mengayun bokongnya kembali, sementara aku memegang pinggang rampingnya. Meski Mamah Nasha membelakangiku, aku bisa memegang sepasang toket mungilnya. Tentu sambil meremas dan memainkan sepasang pentil toketnya.

Pada saat lain, Mamah Nasha duduk di lengan sofa (lihat gambar). Dan aku mengentotnya sambil berdiri di lantai. Itu pun hanya berlangsung selama beberapa menit. Karena ia pun bisa menungging di lengan sofa, sementara aku bisa mengentotnya dari belakang.

Namun akhirnya Mamah Nasha mengajakku pindah ke atas bednya. Aku setuju saja pada apa pun yang diinginkannya. Karena Mamah Nasha seolah sedang menguji kejantananku. Dia mengajakku bersetubuh dalam bermacam – macam posisi, yang mungkin Ayah tidak bisa melakukannya.

Seperti posisi WOT, misalnya, dibutuhkan kontol yang prima ereksinya. Kalau ereksinya tidak sempurna, pasti mogok di tengah jalan. Sedangkan kontolku masih sedang – sedangnya perkasa. Ketika Mamah Nasha bermain di atas, aku tidak celentang pasif belaka. Seperti waktu bersetubuh dalam posisi duduk tadi, aku desakkan kontolku ketika liang memek Mamah Nasha sedang menurun. Dan kutarik kontolku ketika liang memek Mamah sedang ditarik. Sehingga aku merasa persetubuhan dalam posisi WOT ini jadi sempurna.

Namun ternyata Mamah Nasha tidak mampu bertahan lama dalam posisi WOT ini. Pada suatu saat ia menggelepar di atas badanku. Lalu mengejang dan ... orgasme.

Mamah Nasha terkapar lemas di atas dadaku.

Sesaat kemudian terdengar suaranya, “Ooooohhhhhhh ... ini indah sekali Yos ... aku sudah orgasme. “

“Tapi aku belum apa – apa ... “ sahutku sambil menggulingkan badan Mamah Nasha ke samping, lalu Mamah Nasha pun menelentang sambil berkata, “Ya ayo lanjutin lagi. “

Kontolku yang terlepas dari liang memek wanita Indo-Uzbek itu pun dipegang olehnya. Moncongnya diletakkan lagi di ambang mulut memek plontosnya. Lalu ia memberi isyarat agar aku mendorong kontolku.

Kontolku pun membenam lagi ke dalam liang memek Mamah Nasha yang semakin licin, tapi tidak becek itu. Blesssssssssss .....

Aku pun merapatkan dadaku dengan dada Mamah Nasha, sambil mulai mengayun kontolku.
























Tiba – tiba terdengar suara Ayah dari samping kiriku. “Mamah belum bisa goyang Yos. Nanti akan ayah latih sampai pandai menggeolkan bokongnya. “

“Biarin aja gak pakai geol juga Yah, “ sahutku, “soalnya memek Mamah Nasha ini enak sekali Ayah. “

Ayah mengangguk – angguk sambil tersenyum. Lalu memegang toket kanan Mamah Nasha sambil berkata, “Sekarang udah ada Yosef. Aku mau pulang ke kampung dulu ya. Kebunku sudah seminggu ditinggalin. Di musim hujan begini sih pasti sudah tinggi rumput liarnya. “

“Iiiii ... iyaaa ... cium dulu dong pipiku, “ sahut Mamah Nasha.

Ayah membungkuk untuk mencium pipi istrinya. Kemudian Ayah menepuk – nepuk bahuku, lalu meninggalkan kamar ini.

“Memekku enak nggak Yos ?” tanya Mamah Nasha ketika aku baru mengayun kontolku perlahan – lahan.

“Enak sekali Mah. “

“Enak mana sama memek istri - istri Ayah yang lain ?”

“Pokoknya di antara keempat istri Ayah, Mamah Nasha paling cantik dan paling muda. Memeknya pun paling enak, “ sahutku.

“Syukurlah kalau begitu ... “ kata Mamah Nasha ketika aku mulai menggencarkan entotanku.

Dalam posisi missionary ini aku bisa lebih lengkap menciptakan kenikmatan bersama. Dengan beraksinya tangan dan mulutku. Aksi yang tak bisa kulakukan di dalam posisi lain.

Seperti yang kulakukan pada Beatrix 2 hari yang lalu, aku pun melakukannya kepada Mamah Nasha. Bahwa ketika kontolku sedang gencar mengentot liang memek Mamah Nasha, kujilati leher jenjangnya disertai dengan gigitan – gigitan kecil, sementara tangan kiriku asyik meremas – remas toket Mamah yang mungil tapi masih padat kencang ini.

Mamah Nasha tampak menikmati aksiku ini. Dan mulai merintih – rintih histeris, “Yosef ... ooooo .... oooohhhhhh .... Yooooosssss ... belum pernah aku merasakan disetubuhi yang ... yang seenak ini Yoooossss ... aku merasa seolah tengah melayang – layang begini ... oooooohhhh ... Yoooooosssss ... nikmat sekali Yooooossss ... nikmaaaaaatttttt .... Yooooosssss ... ternyata kamu jauh lebih romantis daripada ayahmu Yoooossssssss ... dientot sama Yosef sih sehari sepuluh kali juga mauuuuu ... ooooooooooooohhhhhh ... nikmatnyaaaaaa dientot sama Yosef iniiiiii ... gak ada duanyaaaaa ... Yoooossssssss ... aku pasti ketagihan sama kontolmu ini Yosss ... terasa sekali menyundul – nyundul dasar liang memekku ... dan oooooh ... ini enak sekaliiiiiii Yooooooosssssss ... “

Bagiku sendiri, memang seperti yang sudah kuucapkan, Mamah Nasha ini paling cantik di antara istri – istri Ayah. Paling enak pula memeknya. Itulah sebabnya aku berusaha untuk memuaskan birahi Mamah Nasha. Agar dia ketagihan dientot olehku.

Salah satu keistimewaan Mamah Nasha ini, adalah liang memeknya itu. Dalam sekali. Sehingga aku harus membenamkan seluruh kontolku supaya bisa menyentuh dasar liang memeknya. Dan hal ini nikmat sekali rasanya. Karena jarak entotanku jadi panjang. Tidak pendek – pendek seperti liang memek yang dangkal.

Setelah kenyang menjilati leher Mamah Nasha, aku mengintai ketiaknya. Dan ketika tangan Mamah Nasha sedang meremas – remas bantal di samping kepalanya, kuserudukkan mulutku ke ketiaknya. Untuk menjilatinya sambil menyedot – nyedot sekuatnya.

Mamah Nasha terkejut, lalu menggeliat – geliat sambil mengepak – ngepakkan kedua tangannya ke kain seprai putihnya. Lalu mulai berkelojotan.

Dan akhirnya Mamah Nasha mengejang tegang. Tanda – tanda mau orgasme sudah kelihatan. Namun pada saat itu aku pun sudah kritis, sudah hampir ngecrot.

Maka aku pun mempercepat entotanku, laksana tengah memompa liang memek wanita blasteran Indo-Uzbek itu.

Lalu ketika Mamah Nasha mengejang tegang, aku pun mendorong kontolku sedalam mungkin, sambil meremas sepasang tocilnya kuat – kuat. Namun Mamah Nasha tidak complain meski aku meremas sepasang tocilnya kuat – kuat. Mamah Nasha malah mencengkram dan meremas bahuku pada saat liang memeknya sedang mengedut – ngedut di puncak orgasmenya, diikuti dengan mengejut – ngejutnya kontolku yang sedang memuntahkan air maniku.

Crettttt ... croooooooooooooottttttttt ... croooooooooooottttt ... cretttt ... crooooooooooottt ... crettttttt ... crooooooooooooooooootttttttttttttttttt ... !

Aku menggelepar di atas perut Mamah Nasha. Lalu terkulai lunglai dengan tubuh bermandikan keringat.

Mamah Nasha hanya terkulai 2-3 detik. Lalu memagut bibirku ke dalam ciuman hangatnya. Diikuti dengan ucapan, “Belum pernah aku merasakan hubungan seks yang begitu nikmatnya Yos. Terima kasih ... “

Aku mengangguk sambil tersenyum. Lalu kutarik kontolku dari dalam liang memek Mamah Nasha. Tapi setelah kontolku terlepas dari liang memek ibu tiriku yang keempat itu, aku mengusap – usap memeknya yang barusan kusemprot dengan air maniku. Dan berkata, “Aku juga sangat terkesan sama memek Mamah. Luar biasa enaknya. Mungkin kelak aku akan sering datang ke sini, untuk menikmati gurihnya memek Mamah ini.”

“Memangnya memekku gurih Yos ?” tanyanya sambil memegang kontolku yang sudah terkulai lemas.

“Gurih dan legit. Seperti nasi ketan disiram kari Aceh. Hahahaaa ... “

Tiba – tiba handphoneku berdenting ... tiiiing ... !

Cepat kuambil hape dari saku celana denimku yang tergeletak di atas bed. Ternyata dari Edo. Lalu :

Aku : “Edo ... apa kabar ?”

Edo : “Sehat walafiat Kang. Maaf ada yang penting Kang. Besok calon pembeli hotel itu mau datang untuk survey. “

Aku : “Boleh. “

Edo : “Dia itu adek bossku Kang. Tapi dia lebih tajir dari bossku. “

Aku : “Bossmu itu orang mana Do ?”

Edo : “Orang Taiwan. Tapi dia sudah mualaf dan sudah jadi WNI. “

Aku : “Ogitu ya. Jam berapa besok dia mau survey ?”

Edo : “Sekitar jam sepuluh aku dan dia sudah merapat ke hotel Kang Yosef. “

Aku : “Oke, aku tunggu ya. “

Edo : “Iya Kang, terimakasih. “

Setelah hubungan seluler dengan Edo ditutup, kumasukkan lagi hape ke dalam saku celana denimku.

“Ada bisnis apa yang mau disurvey besok ?” tanya Mamah Nasha sambil duduk di sampingku.

“Ada beberapa hotel tua yang mau kujual. “

“Hotel Yosef yang tempo hari mau dijual juga ?”

“Hush ... dua hotel yang sedang berjalan sih takkan kujual. Yang mau dijual itu kubeli dari orang lain, tapi kalau ada yang mau beli, ya jual lagi aja. Yang penting ada untungnya. “

“Ogitu. Kata Ayah, Yosef main properti juga ya. “

“Iya. “

“Di zaman sekarang memang banyak sekali yang bisnis properti. Kalau Yosef butuh tanah, boleh juga beli sama aku. “

“Mamah main properti juga ?”

“Gak khusus main properti sih. Bisnis utamaku produksi benang. Untuk menyuplai ke pabrik – pabrik tekstil. Tapi sekarang banyak pabrik tekstil yang bangkrut. Makanya aku main properti saja, karena produksi benang lagi kurang jalan. Mandi yuk. Biar bersih dari keringat. “

“Oke, “ aku mengangguk. Lalu mengikuti langkah Mamah Nasha menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi yang dinding dan lantainya terbuat dari batu marmer, begitu juga bathtub dan meja untuk menahan washtafel terbuat dari marmer semua.

Aku kurang suka berendam dalam bathtub. Karena itu aku langsung memutar kran shower ke arah dot merah. Air hangat pun langsung memancar dari atas kepalaku.

Mamah mendekap puinggangku dari belakang. “Gak suka pakai bathtube ?” tanyanya.

“Nggak. Kalau berendam di bathtube, serasa kurang bersih. Karena air sabun kotor merendam kita. Akhirnya tetap harus dibilas pakai air shower juga kan ?”

“Iya, “ sahut Mamah Nasha sambil menyabuni punggungku dengan telatennya.

Aku pun memutar badan, jadi berhadapan dengannya. Lalu kutuangkan sabun cair ke telapak tanganku, untuk menyabuni tubuh Mamah Nasha juga. Namun ketika tanganku sedang menyabuni memek Mamah, ketika kontolku pun sedang disabuni olehnya ... ceritanya jadi lain. Bahwa kontolku mulai ngaceng lagi, sementara celah memek Mamah Nasha sudah dibasahi dan dilicinkan oleh air sabun.

Mamah Nasha pun tahu bahwa kontolku sudah ngaceng lagi. Lalu ia mundur beberapa langkah, sambil menarik kontolku yang sedang berada di dalam genggamannya.

Aku mengerti apa yang diinginkan oleh istri termuda Ayah itu. Ingin merasakan sensasi hubungan seks sambil berdiri di dalam kamar mandi.

Dan setelah punggung Mamah Nasha merapat ke dinding kamar mandi, kontolku dicolek – colekkan ke mulut memeknya yang penuh busa sabun. Lalu ditariknya kontolku, ditusukkan ke dalam mulut memeknya. Sehingga aku tinggal mendorongnya saja. Dan kontolku langsung melesak amblas ke dalam liang memek yang gurih bercampur legit itu ... blessssssssssssssskkkkkkk .... kontolku langsung terbenam seluruhnya. Disambut dengan pelukan Mamah Nasha di leherku.

Lalu aku pun mengawali aksiku. Mengayun kontolku maju mundur di dalam jepitan liang memek Mamah Nasha.

“Aku suka yang rada – rada nakal begini Yos, “ kata Mamah nasha sambil mempererat pelukannya. Dilanjutkan dengan “mencaplok” bibirku ke dalam lumatan hangatnya.

Aku menjawabnya dengan menyerudukkan mulutku ke leher jenjangnya. Untuk menjilatinya selahap mungkin.

“Cupangin sekalian Yos ... “ kata Mamah Nasha terengah.

“Nanti ada bekasnya gak apa – apa ? “ tanyaku.

“Gak apa – apa. Apa yang kita lakukan sekarang kan legal. Atas ijin Ayah. Bukan selingkuh, “ sahut Mamah Nasha.

Mamah Nasha benar. Apa yang tengah kulakukan dengannya ini adalah atas ijin Ayah. Bahkan sebenarnya atas permintaan Ayah sendiri. Jadi lebih jelasnya lagi, aku mengentot Mamah Nasha ini berdasarkan perintah dari Ayah.

Maka aku pun mulai menyasar leher Mamah Nasha, sambil menyedotnya sekuat mungkin. Sampai meninggalkan bekas merah padam di leher wanita Indo – Uzbek itu.

“Ooooohhhh ... dientot sambil dicupangin gini ... jadi lebih nikmaaat Yooseeef ... “ rintih Mamah Nasha sambil berusaha menggoyang – goyangkan bokongnya dengan gerakan ala tari perut dari timur tengah. Sehingga memeknya terasa bergetar – getar seperti mengandung vibrator. Ini membuatku semakin bersemangat untuk mengentot liang memek yang gurih dan legit itu.

Namun dalam posisi berdiri di kamar mandi itu, Mamah Nasha tidak kuat bertahan lama – lama. Hanya belasan menit aku mengentotnya, ia pun mengejang tegang, lalu ... orgasme ... !

Aku ingin melanjutkannya, dengan cara mengangkat tubuhnya tanpa mencabut kontolku dari dalam liang memeknya yang baru mengalami orgasme. Lalu sambil mengangkat Mamah Nasha, aku melangkah dan meletakkannya di atas meja marmer penahan washatafel itu. Di situlah Mamah Nasha duduk dengan kedua kaki terjuntai ke lantai, sementara aku mengentotnya sambil berdiri dan sambil meremas – remas tocilnya.

Posisi ini pun membuatnya orgasme lagi. Sementara aku masih terlalu perkasa untuk ditaklukkan secepat itu.

Akhirnya kami lanjutkan mandi sebersih mungkin. Dan aku berjanji untuk membawa Mamah Nasha ke villaku kalau bisnisku besok sukses.

Lalu bagaimana dengan ejakulasiku yang kedua ?

Biarlah, aku bisa melupakannya. Karena melihat Mamah Nasha sudah kepayahan.

Lalu kami tidur sambil berpelukan di atas bed Mamah Nasha yang cukup lebar.










Keesokan harinya, jam 8 pagi aku baru terbangun. Lalu mandi dan mengenakan baju casualku.

Mamah Nasha sudah menyediakan makanan untuk sarapan pagi. Lalu aku dan Mamah makan di ruang makan. Pada saat itulah Mamah Nasha berpesan, “Nanti kalau urusan bisnisnya udah selesai, pulangnya ke sini ya. Kan aku masih punya hutang sama Yosef. “

“Hutang apa ?” tanyaku heran.

“Tadi malam Yosef kan belum ejakulasi yang kedua. Hihihiiii ... “

“Gampang soal aku sih. Yang penting Mamah harus puas. “

“Aku sangat puas Yos. Makanya kalau ada waktu, sering – sering tengok aku ke sini ya. “

“Iya Mam, “ sahutku, “ Biar bagaimana pun nama Mamah sudah punya tempat istimewa di hatiku. Kalau ada waktu, pasti aku ke sini. Tapi hari ini belum bisa janji. Soalnya untuk survey pun butuh waktu lebih dari dua hari. Karena hotel – hotel yang mau dijual itu letaknya berjauh – jauhan. “

“Gak apa – apa kalau gak bisa hari ini atau besok sih. Yang penting, setelah ada waktu luang, tengok aku ke sini ya, “ kata Mamah Nasha, “Pokoknya Yosef harus menganggap rumah ini sebagai rumah Yosef sendiri. “

“Iya Mamah, “ sahutku sambil berdiri. Kemudian mencium sepasang pipi Mamah Nasha.

Tak lama kemudian, aku sudah berada di belakang setir jeepku, menuju pulang ke hotelku.

Jam sepuluh lebih 5 menit aku baru tiba di hotelku. Langsung menuju ruang kerjaku.

Ternyata Edo sudah menungguku. Ia langsung masuk ke dalam ruang kerjaku setelah pintunya kubuka. Sementara seorang wanita muda tetap duduk di ruang tunggu.

“Kang Yosef ... aku hanya mengantarkan adik bossku itu ke sini. Tapi aku harus pulang lagi, karena bossku sedang sangat membutuhkanku. Jadi ... “

“Ya udah, tinggalkan aja dia di sini. Soal fee jangan takut. Kalau terjadi transaksi, pasti ada fee buat Edo, “ sahutku.

“Soal itu sih gak terlalu kupikirkan. Yang penting terjadi transaksi. Jadi ... dia bisa ditinggalkan di sini ? Soalnya dia gak bawa mobil dari Surabayanya. Ke sininya pakai pesawat. “

“Iya. Tenang aja Do. Nanti pakai mobilku kan bisa. “

“Sebentar ... aku mau suruh dia masuk dulu ya Kang, “ kata Edo.

Aku mengangguk. Edo keluar dari ruang kerjaku, menuju ruang tunggu. Tak lama kemudian wanita muda cantik bermata sipit itu melangkah masuk ke dalam ruang kerjaku. Gila ... setelah berhadapan begini jelas sekali, wanita muda yang kutaksir usianya lebih muda dariku itu ... cantik sekaligus manis sekali ... !

Wanita itu menjabat tanganku sambil menyebutkan namanya, “Meilida. “

“Yosef, “ aku pun menyebutkan namaku.

Lalu Edo berkata kepada wanita bernama Meilida itu, “Aku tinggalkan di sini ya. Bu Vivi hanya ngasih waktu sejam. “

“Iya. Aku sih pakai taksi juga bisa, “ sahut Meilida.

Kemudian Edo pamitan padaku. Dan meninggalkan ruang kerjaku.

“Ayo di sana duduknya, “ ajakku sambil menunjuk ke ruang tamu owner hotel.

Meilida mengangguk sambil tersenyum manis. Membuatku terlongong sejenak, lalu mendahului wanita itu duduk di sofa ruang tamu.

Wanita muda jelita itu pun duduk di samping kiriku.

“Maaf ... kalau boleh tau, usianya berapa ?” tanyanya sambil menatapku.

“Duapuluhdua, “ sahutku.

“Kalau gitu aku manggil Bang Yosef aja ya. Karena usiaku baru duapuluh. “

“Oke, “ sahutku sambil mengangguk, “Lalu aku harus manggil apa sama Anda ?”

“Aku biasa dipanggil Meimei oleh teman – temanku. “

“Jadi aku manggil Meimei juga gitu ?”

“Iya. “

“Sebentar ... “ kataku sambil berdiri dan melangkah ke ruang kerjaku. Untuk mengeluarkan berkas hotel – hotel yang mau dijual itu. Termasuk hotel yang baru selesai dibangun olehku. Hotel yang kira – kira senilai dengan hotel baruku pemberian dari Manti itu.

Lalu kembali lagi menghampiri tamuku, sambil menyerahkan berkas – berkas itu. “Hotel tua yang perlu direnovasi, ada empat hotel. Sedangkan yang satu itu, baru selesai dibangun dan siap untuk dioperasikan. “

“Hotel baru ini berapa mau dijualnya Bang ?” tanyanya.

Aku pun menyebutkan nominal harga jual hotel baru itu. Tentu dengan “harga jual” yang sudah termasuk keuntunganku. Dan harga yang kusebutkan itu masih bisa ditawar.

Tapi Meimei tampak tenang – tenang saja. Lalu berkata, “Kalau hotel yang empat ini harganya pasti jauh lebih murah ya Bang. “

“Iya, “ sahutku. Kemudian kusebutkan harga keempat hotel tua itu secara terperinci.

Meimei tercenung sejenak. Lalu berkata, “Begini Bang ... aku bisa membeli semua hotel ini. Tapi masalahnya, aku harus punya orang yang bisa dipercaya untuk mengurus hotel – hotel itu. Apakah Bang Yosef bisa mengelolanya ? Termasuk merenovasi hotel – hotel tua itu. “

“Bisa, “ sahutku, “Jangankan diminta mengurus asset Meimei,diminta jadi kekasih Meimei juga aku bisa. Hahahaaa ... “

Tiba – tiba Meimei memegang tanganku, “Serius Bang ?”

Meski gelagapan aku menjawab, “Sangat serius. “

“Atas dasar apa Bang Yosef mau jadi kekasihku ?”

“Karena Meimei cantik sekali di mataku. “

Meimei tersipu. Lalu berkata, “Kalau begitu kebetulan. Karena Bang Yosef termasuk typeku. Dan yang penting lagi, aku membutuhkan lelaki yang bisa menyayangi sekaligus melindungiku di Indonesia ini. “

Jawabku, “Bintang keberuntunganmu sedang bersinar. Karena aku bisa menyayangi sekaligus melindungimu. Hanya saja aku takkan bisa menikahimu, karena aku sudah punya istri. “

“Gak apa – apa. Yang penting Bang Yosef bisa menyayangi dan melindungiku, sekaligus bisa mengelola semua hotel itu. Selain daripada itu, aku ingin ditemani terbang ke Macao setiap akhir tahun. “

“Di Macao punya kasino ?” tanyaku.

“Iya. Warisan dari almarhum suamiku. Dia meninggal enam bulan yang lalu, akibat serangan jantung. “

Aku terdiam. Jadi kisah Meimei ini mirip kisah Manti, yang selalu punya duit berlimpah karena almarhum suaminya punya kasino. Dan biasanya para pemilik kasino takkan sayang – sayang menghamburkan duitnya, untuk kesenangannya masing – masing.

“Meimei sudah punya anak ?” tanyaku.

“Belum. Mungkin nanti bakal punya anak dari Bang Yosef. “

“Hahahaaa ... rencana yang sangat bagus ... !” ucapku sambil meremas tangannya yang masih memegang tangan kiriku.

“Kalau gitu, kita survey dulu bisa ?” tanyanya.

“Oke, “ aku mengangguk.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd