Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Pelangi di Sudut Sumatera

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Setelah kejadian dilapangan upacara itu kuketahui siapa cowok yang bersama dengan Jenni saat itu, namanya Bayu teman sekelas dari Jenni. Kabar yang kudengar, dia memang telah lama menaruh hati dan berusaha mendekati Jenni. Kejadian itu sudah lewat beberapa hari, akupun tidak mau ambil pusing dan sudah bisa mulai melupakan, termasuk melupakan scudetto Juventus. Sering beberapa kali aku melihat kemesraan mereka berdua, baik dikantin, didepan kelas, ataupun diperpustakaan.

Tapi satu hal yang bisa kupastikan, pulang dan pergi sekolah Jenni tidak diantar atau dijemput olehnya, Jenni tetap menunggu angkot ditempat biasa dan pulang sekolahpun tetap naik angkot, walau kuketahui jika Bayu berasal dari keluarga berada yang dalam kegiatannya selalui mengendarai mobil, mobil kijang kapsul warna hitam.

Sebenarnya ada sedikit rasa cemburu melihat kemesraan mereka, tapi aku sadar bahwa aku tidak berhak untuk cemburu dan aku merasa mereka memang pasangan yang serasi, setidaknya jika dibandingkan denganku.

Hari ini ada rapat disekolah, sehingga kami para murid dipulangkan lebih cepat. Seperti yang sudah-sudah biasanya aku akan menghabiskan waktu dengan main Playstation 2 bersama Bonar sahabatku.

“Nar, PS yok? Dua jam aja..” ucapku sambil berjalan menuju gerbang sekolah bersama Bonar

“wah sori coy, saya ada acara neh. Mau nganterin Santi pulang. Biar tau rumahnya, kan enak kapan-kapan ngapel kesana” jawabnya sambil tersenyum angkuh.

“wuih si kampret, dapet aja kamu ya”

“nah inilah, suka ngeraguin kemampuan saya sih”

“dukun mana coy?”

“hahaha kamu gak bakal kuat, syaratnya berat coy...”

“okelah lanjut semoga berhasil, ntar ajak-ajak kalo ngapel ya. Biar enak ntar kalo kamu di keroyok cowok-cowok dikampung Santi, kan ada saya yang nolongin bawa ke rumah sakit”

“oke-oke, tenang aja. Tapi siap-siap jadi obat nyamuk ya hahaha...”

Digerbang sekolah kami berpisah, kulihat Bonar pergi dengan Santi dengan berboncengan motor, wah pantas aja hari ini Bonar bawa motor Supra X Bapaknya rupanya sudah dipersiapkan. Dasar, akan ku introgasi dia nanti. Aku kemudian menyebrang jalan raya dan menuju ke gerobak rokok langgananku, kulihat sudah ada Asep teman sekelasku disana, sedang menikmati rokok surya favoritnya dan segelas ale-ale dingin.

“rokok mang 2!” ucapku pada mang Jay pedagang rokok.

Setelah menyelipkan sebatang di telinga, dan membakar sebatang lainnya, aku menghampiri Asep.

“Kemana kita Sep enaknya?” ucapku

“Gak tau neh, bilyard aja yok” jawabnya

“kalo cuma berdua gak seru, dingdong aja gimana?” lanjutku

“maleslah, kamu enak jago maen mustafa, saya sih sukanya Blanka street fighter itu juga gak pernah tamat”

“makanya pake Ken atau Ryu..”

“Sama aja coy, paling Cuma ampe stage 4” lalu kami tertawa bersama.

“kerumah aja yok, rumah saya kosong neh “ ucapnya kemudian

“serius Sep kosong? Ada koleksi baru gak? “ jawabku antusias

“nyantai aja, stok banyak pokoknya “

“jangan yang barat Sep, kurang suka saya. Jepang apa Indonesia gitu kalo ada“

“udahlah, ntar pilih sendiri ada banyak”

Pada masa itu booming VCD Player dan tempat rental kaset-kaset VCD. Hanya dengan 2.000 rupiah sudah bisa menyewa kaset film selama 3 hari. Salah satu penyebab kehancuran beberapa bioskop murah dikotaku, bioskop favorit aku dan teman-temanku, bioskop yang hanya ada 2 genre film, film India yang di bintangi Mithun Chakraborty, Govinda atau Dharmendra (percayalah, mereka dulu sangat keren dimataku) dan film 17 tahun keatas ( Sally Marcelina dan Windy Chidyana adalah favoritku bahkan aku sempat bercita-cita ingin menjadi seperti Reynaldi, cita-cita macam apa itu)

Setelah menghabiskan rokok, kami langsung naik angkot menuju kerumah Asep. Ini pertama kalinya aku main kerumah Asep, arah rumahnya berlawanan dengan arah rumahku. Setelah sekitar 10 menit kami sampai dirumah Asep, ternyata rumahnya dekat dengan kawasan pasar. Turun dari angkot kami langsung berjalan menuju rumah Asep. Sebenarnya rumahnya lebih tepat disebut ruko, karena dilantai bawah difungsikan sebagai toko serba ada sedangkan lantai 2 sebagai tempat tinggal.

“itu rumah kamu Sep?” ucapku

“iya” jawabnya singkat

“kok buka Sep? Katanya pada pergi, kosong” lanjutku lesu tak bersemangat

“gak tau, katanya pada mau pergi kok tadi”

“itu Ibu Bapak kamu yang ditoko?”

“ho oh”

“Assalamuallaikum...” Asep mengucapkan salam sambil mencium tangan Ibu Bapaknya, akupun kemudian mengikutinya.

“Waallaikumsallam... kok udah pulang? Bolos ya? “ Bapak Asep bertanya

“enggak lah Pah, gurunya rapat. Jadi kita disuruh pulang” jawab Asep

“ini Gilang, kawan sekelas Asep. Pengen maen kesini, makanya ikut Asep sekalian mumpung pulang cepet” lanjutnya memperkenalkanku

Asep mengambilkanku sebotol coca cola dingin dikulkas, lalu kami duduk di dalam toko untuk mengobrol bersama orang tua Asep. Ternyata orang tua Asep sangat baik dan menyenangkan, mereka sangat welcome kepadaku.

Kami ngobrol kesana kemari, hingga kami ketahui jika orang tua Asep mengenal orang tuaku. Ternyata Ibu Asep adalah teman kecil dari Bapakku, teman kecil hingga remaja. Disana akupun menjadi semakin antusias bercerita dengan mereka, Ibu Asep lalu menceritakan kenakalan dan keisengan Bapakku kepadanya dulu. Baru kuketahui bahwa Bapakku yang pendiam dan terkesan galak dengan kumis lebatnya, ternyata masa mudanya sangat iseng dan pecicilan juga. Mendengar cerita Ibu Asep dan melihat caranya bercerita, aku menaruh kecurigaan bahwa mungkin mereka dulu punya hubungan khusus atau berpacaran.

Akhirnya setelah cukup lama mengobrol dengan orang tua Asep, Ibu Asep menyuruh kami untuk naik ke lantai atas.

“Sep, Gilang diajak makan dulu sambil istirahat diatas“ ucap Ibu Asep dengan lembut

“yok makan kita, sambil nonton tipi dikamar“ Asep berkata kepadaku penuh arti

Lantai atas ternyata cukup luas juga, kulihat ada dapur, empat kamar tidur dan ruang keluarga. Diruang keluarga yang ada sebuah tv ukuran 21 Inch. Tapi tiba-tiba saja mataku menjadi cerah, terang benderang bagaikan habis makan wortel sebanyak 2 kilogram. Diruang tamu itu kulihat dua sosok makhluk berambut panjang sepinggang di cat agak pirang memakai tanktop dan celana super pendek seperti celana untuk tidur, sedang menonton tv. Sepintas mereka melihat kami lalu melanjutkan menonton tv. Kuperkirakan usia mereka berdua tidak terpaut jauh, sekitar akhir 20an atau awal 30an.

Aku yang lugu dan sedang dalam masa puber ini seolah terhipnotis dengan pemandangan indah didepan mataku. Buah dada ukuran jumbo seolah ingin melompat dari dalam tanktopnya, paha yang putih bersih semakin berkilau dimataku. Mungkin jika di masa sekarang, body mereka bisa disamakan seperti Duo Serigala yang ngetop dengan goyang dribelnya, hehehe.

“siapa Sep?” bisikku kepada Asep

“teteh saya” ucap Asep pelan

“dua-duanya?”

“iya”

“kok cantik-cantik Sep? Kamu jelek”

“kampret”

“apa kamu anak pungut?”

“pulang gih sana..!”

“nonton tipi dulu yuk Sep?”

“makan! Trus masuk kamar!”

Sambil makan, aku mengintrogasi Asep mengenai kedua tetehnya yang mempesona itu. Asep bercerita bahwa kedua tetehnya berprofesi sebagai biduan organ tunggal dan mereka memang biasa berpakaian seperti itu jika dirumah, itulah sebabnya Asep malas untuk mengajak teman untuk main kerumahnya. Aku termasuk beruntung karena Asep mau mengajak kerumahnya walaupun itu diluar prediksi Asep yang mengira keluarganya tidak ada dirumah semua.

Disana aku ketahui jika tetehnya yang pertama bernama Lilis, sudah menikah dan mempunyai dua orang anak yang berusia 7 dan 4 tahun. Sedangkan tetehnya yang kedua bernama Lia, sudah 6 bulan ini bercerai dengan suaminya. Alasan perceraian adalah KDRT karena sang suami sering cemburu terkait dengan profesi isterinya. padahal merekapun berjumpa dan berkenalan diatas panggung dangdut organ tunggal dengan diiringi lagu Pacar Dunia Akhiratnya Rita Sugiarto.

Otak jeniusku cepat bekerja, aku mengambil posisi duduk lurus kearah ruang keluarga, kearah kedua teteh Asep. Sedapnya sayur asem yang ku makan masih kalah dengan sedapnya pemandangan yang terhampar didepan mataku. Sambil makan aku melirik dan memperhatikan mereka, sesekali akupun malu dan harus membuang muka ketika mereka menyadari jika kuperhatikan. kemudian kulihat mereka menyetel lagu karaoke dangdut dan mulai berkaraoke ria sambil berjoget-joget. Amboi indahnya...

Selesai makan aku dan Asep masuk ke kamar Asep, melewati mereka kuberikan senyumku yang paling manis dan merekapun tersenyum balik padaku. Kamar Asep cukup luas dan nyaman menurut ku, ada lemari pakaian, satu set meja belajar, kipas angin gantung, kasur tanpa ranjang dengan sprai motif Juventus, tv 14 Inch beserta VCD Player merk China dan dinding yang dipenuhi poster pemain-pemain Juventus seperti Alex Del Piero, Zidane dan Trezegol. Asep mengeluarkan setumpuk kaset yang disembunyikan diatas lemari pakaiannya dan memberikannya kepadaku yang langsung dengan sigap dan cekatan menyambut.

“neh pilih sendiri suka yang mana” katanya

“aman gak Sep? Ada teteh kamu didepan” tanyaku sambil melihat-lihat gambar di cover VCD

“pintunya kan dikunci, nyetelnya jangan pake suara ya” ucapnya sambil membakar sebatang rokok surya dan melemparkan bungkusnya kearah ku. Rupanya saat mengobrol dibawah tadi dia berhasil mengambil sebungkus rokok di etalase tokonya. Anak yang cekatan.

“wah gak seru Sep kalo gak pake suara, pelan aja ya suaranya. Kan teteh kamu juga lagi karaokean gitu, gak kedengeran gak suaranya...” negoku

“yaudah, volumenya ampe angka 2 aja” lanjutnya

“kok surya sih Sep? Coba sampoerna mild atau classmild aja” ucapku sambil menyalakan sebatang rokok

“gak mantep, enak surya lah” jawabnya

“Asbak mana Sep?”

“tuh dipojokan” ucap Asep sambil menunjuk kaleng minyak rambut Lavender yang sudah kosong dan biasa digunakan sebagai asbak darurat.

Setelah memilih dan mempertimbangkan cover yang ada, aku memutuskan memilih satu kaset dari negeri Sakura dan langsung menyetelnya. Untuk memastikan, Asep sendiri yang mengatur volume suaranya.

“4 coba Sep”

“udah 2 aja cukup, kedengeran juga kok”

“kalo 3 ?“

“cerewet, jepang ini berisik tau. 2 aja cukup”

“saya ini agak budek Sep, kalo 2 gak kedengeran”

“kamu budek, teteh saya gak budek”

Akupun kemudian mengalah dan pasrah saja saat Asep mengatur volumenya ke angka 2, tapi aku sudah merencanakan saat asep lengah nanti aku akan menaikkan volumenya. Aku sudah mulai larut dalam erangan dan desahan ibu rumah tangga yang berselingkuh dengan tetangganya, kulirik Asep yang tiduran dikasur sambil main game di nokia 3310 nya. Ah dia pasti sudah bosan nonton film-film seperti ini, dan semua film ini sudah pernah di tontonnya semua pikirku. Melihat dia lengah, aku mulai menaikkan sedikit volume tontonanku, terlalu asyik bermain game snake membuatnya tidak menyadari apa yang aku lakukan. Saat sedang asyik dan fokus pada kegiatan kami masing-masing, kami dikejutkan dengan suara ketukan pintu, dan baru kami sadari bahwa tidak ada lagi suara lagu-lagu dangdut. Entah sejak kapan kedua teteh Asep selesai berkaraoke.

“tok.. tok.. tok..! Sep.. Asep..” suara wanita memanggil Asep

Kami berdua langsung bingung dan gelagapan, aku langsung loncat memeluk guling dan menyembunyikan wajahku dibaliknya berpura-pura tidur. Asep sibuk menyembunyikan rokok, korek dan asbak darurat. Asep lalu menendang pantatku sambil menunjuk kearah tumpukan VCD dan TV yang masih menyala. Aku langsung mematikan VCD dan TV, Asep dengan gerakan kilat menyembunyikan tumpukan VCD kebawah kasur.

“ tok..tok.. lama amat atuh Sep, lagi ngapain sih..”

“iya bentar teh...”

Asep lalu membuka pintu kamar setelah memastikan semua aman, sedangkan aku sudah mengambil posisi duduk dan berpura-pura sedang membaca koran Soccer.

“Ada apa teh..” ucap Asep sambil membuka pintu

Teh Lilis sudah berdiri didepan pintu memakai celana panjang dan jaket, sepertinya mau pergi. Sedangkan teh Lia tampak duduk di depan TV sambil tersenyum-senyum melihat kearah kami. Ahh sial, apakah mereka tau apa yang kami lakukan didalam, apakah suaranya terdengar sampai keluar? Aarrrgghh bisa tengsin ini.

“Anterin teteh pulang yuk, udah siang neh. Suami teteh ama anak-anak udah mau pulang”

“emang mereka kemana teh?”

“dari tempat mbahnya, ini tadi sms udah mau pulang, yuk anterin teteh pulang sekarang kasian nanti mereka pulang teteh masih disini”

“naek angkot aja sih teh”

“bawaan teteh banyak, males naek angkot repot. Lagian nanti mau sekalian mampir bentar kerumah temen teteh, ambil baju. Sekalian lewat.. hehe”

“minta anter papah aja sih teh, Asep lagi ada temen. Masak mau ditinggal, kan gak enak”

“papah lagi repot bantuin mamah ditoko, tau sendiri jam segini kan rame orang belanja. Mana lagi ada banyak kiriman barang tuh dari agen, pada sibuk”.

“gak papa ya ditinggal sebentar? Paling lama sejam kok“ ucap teteh Asep kepadaku dengan lembutnya sambil tersenyum.

“iya teh gak papa” jawabku.

“tinggal dulu ya coy” kata Asep kepadaku sambil memberi kode untuk jangan menyetel VCD lagi

“oke Sep, nyantai aja” jawabku sambil mengacungkan jempol

Tak lama setelah Asep pergi mengantar tetehnya, aku yang jenuh didalam kamar merasa ingin buang air kecil. Aku lalu keluar kamar dan melihat teh Lia masih tetap menonton TV. Aku kemudian menghampirinya.

“maaf teh, kamar kecilnya dimana ya?” tanyaku sesopan mungkin, tapi tetap saja saat bertanya aku tidak menatap matanya tapi malah jelalatan menatap kearah buah dadanya yang hampir separuh menyembul keluar. Hmm besar, kencang dan berurat hijau.

“oh kamar kecil? Udah gak tahan ya? Hehe..” jawab teh Lia penuh arti

“iya teh” jawabku kikuk.

“tuh di deket dapur, pintu yang di pojok, jangan lupa di siram ya hihihi...” godanya lagi sambil menunjuk kearah dapur

Bukannya melihat kearah tangannya menunjuk, aku malah terpesona melihat ketiaknya yang terbuka. Ketiak yang putih mulus dan gemuk. Teh Lia sepertinya menyadari kenakalan mataku, bukannya menutup ketiaknya dia malah mengangkat kedua lengannya untuk merapikan rambutnya.

“ehem, katanya mau ke kamar kecil...” ucap teh Lia lembut dengan senyuman manisnya membuyarkan khayalanku

Aku yang seperti tersadar langsung bergegas menuju ke kamar kecil. Didalam kamar kecil aku berusaha mengatur nafasku. Jantungku berdebar, kaki gemetar, keringat dingin keluar dan apa ini ? tanpa kusadari ternyata kontolku telah terbangun dan menggeliat-geliat manja. Walah-walah... tau aja barang bagus. Sejenak aku merasa bimbang apakah akan sekedar buang air kecil atau sekalian mengeluarkan jurus lima jari sakti ku. Aku melihat sekeliling apakah ada sepotong atau dua potong harta karun tergantung dibelakang pintu yang bisa kujadikan objek fantasi, tapi ternyata nihil. Akhirnya terpaksa dengan sedikit susah payah karena kontolku yang sudah bangun aku buang air kecil, ya hanya buang air sambil menahan konak. Selesai buang air kecil, aku melihat teh Lia masih di posisi semula. Dengan mengumpulkan keberanian aku memberanikan diri untuk menghampiri dan mengajaknya ngobrol.

“nonton apa teh, kok kayaknya seru banget” ucapku

“oh ini acara gosip. Tapi gak seru deh. Seruan juga yang di dalem kamar tadi kayaknya” jawabnya melirikku sekilas lalu kembali melihat kearah TV sambil menahan tawanya.

Deg! Aku kaget dan grogi mendengar ucapannya, aku hanya terpaku dan bingung harus menjawab apa. Ah sial rupanya ketahuan kalo tadi aku nonton bokep didalam kamar Asep.

“eh sudah ya ke kamar kecilnya? Kok cepet amat? Udah legaan sekarang? Lanjutnya lagi, kembali dengan lirikan dan senyum menggodanya yang semakin membuatku serba salah dan bingung harus menjawab apa.

“lhoo kok masih berdiri aja sih...?” lanjutnya lagi.

Entah karena bingung atau apa, mendengar ucapannya itu aku langsung melihat kebawah kearah kontolku. Teteh Asep kontan saja langsung tertawa melihat kelakuanku.

“bukan itunya.... hahaha... tapi kamunya itu lho kok masih berdiri disitu aja. duduk aja kalo mau nonton TV juga, kan pegel kalo berdiri terus” lanjutnya lagi.

Aku yang menyadari kebodohanku lalu mengambil posisi duduk di sebelahnya, kursinya model sofa dengan ukuran bisa diduduki oleh tiga orang. Aku yakin saat ini wajahku sudah merah padam menahan malu, aku merutuki diriku sendiri. ah sial, kemanakah otak jeniusku selama ini. Sambil menonton TV yang entah acara apa, aku terus memperhatikan kemolekan tubuh teh Lia. Kulitnya putih mulus, ada bulu-bulu halus ditangannya, lehernya yang jenjang, bibirnya yang merah sedikit tebal, pahanya yang selalu bergoyang menarik perhatian, lepitan ketiak yang mengintip malu-malu dan buah dada yang besar seolah minta dibebaskan dari himpitan bra dan tanktopnya. Oh gila, sungguh kombinasi yang bisa membuat hilang akal sehatku. akal sehatku sudah hilang entah kemana, mungkin sudah pindah ke kepala bawahku.

Dan kembali kontolku perlahan menggeliat bangun, menggeliat dalam posisi aku duduk, menggeliat dalam posisi yang salah, posisi terjepit. Mengakibatkan menjepit dan menarik beberapa helai bulu jembutku, oh sial, rasanya sungguh tersiksa. Aku bingung harus bagaimana, untuk menidurkanya lagi tapi ada suguhan erotis didepan mata sungguh hal yang mustahil, yang ada malah makin segar bugar dia. Tapi untuk memperbaiki letak posisinya aku takut ketahuan teh Lia. Mungkin karena menyadari aku yang duduk dengan tidak tenang, teteh Asep menoleh kearahku.

“kenapa kok kayaknya gelisah banget?” tanyanya

“ah iya teh, grogi deket teteh” jawabku memberanikan diri

“loh emang kenapa kok grogi?”

“abis teteh cantik banget sih, seksi lagi” jawabku nekat. Ah bodo’ amat mau marah salah sendiri daritadi menggodaku.

“eh iya teh, daritadi belum kenalan, nama saya Gilang. Nama teteh siapa?” tanyaku sambil mengulurkan tangan mengajaknya berkenalan.

“Lia..” jawabnya menyambut uluran tanganku. Tangannya sangat halus dan lembut, membuatku semakin tegang atas bawah. Aahhh gila, coli coli dah ini.

“biasa aja dong liatnya, kayak mau nerkam aja” lanjutnya lagi.

“hehehe emangnya macan teh. Teh Lia sih jadi cewek kok seksi banget, jadi terhipnotis saya” jawabku sambil dengan terang-terangan memandangi tubuhnya dari atas sampai bawah. Aku sudah mulai bisa menguasai diriku dan berani menggodanya. itung-itung pasang togel, kalo beruntung ya bisa tembus. Kalo gak tembus ya minimal nyerempet, dapet uang kaget aja lumayan.

“huu kamu tuh masih kecil dah ngeres aja, makanya jangan kebanyakan nonton film porno, jadi gampang sangek kan” jawabnya vulgar sambil tersenyum. Merasa mendapat lampu hijau aku tambah bersemangat, wah lumayan neh bisa secelup dua celup.

“ah enggak teh, Cuma buat referensi aja. nambah ilmu pengetahuan suatu saat kan pasti berguna” ucapku sok bijak

“dasar, pasti pacar kamu ya yang jadi bahan praktek”

“ya enggaklah teh, orang saya belum punya pacar”

“lah terus, kalo nonton gituan kan pasti kamu sangek. Trus gimana jalan keluarnya”

“ya manual aja teh dibantu lifebuoy, walaupun udahnya nyesel sih. Tapi pengen lagi, hahaha..”

“..hahaha dasar kamu ya. kirain kamu dah pernah begituan. Tapi masak sih kamu belum pernah”

“beneran teh, berani suer deh kesamber teteh. Saya ini masih perjaka ting-ting teh. Air kencing saya aja masih bisa buat ngebunuh vampir”

“..hehehe emang kenapa belum punya pacar? Gak laku ya”

“yee.. enak aja, kok tau sih. Hehe tapi ya belum ada yang masuk kriteria aja teh hehe..”

“alah alasan aja kamu, emang kriteria cewek kamu kayak mana?”

“yang cantik, rambut panjang, semok, bibir seksi, dadanya besar... Kayak tetehlah pokoknya. Kalo ada langsung saya kawinin deh, eh nikahin maksudnya. Coba deh teteh nembak saya, pasti saya terima. Hahaha” entah darimana keberanianku muncul sehingga aku sangat berani dan lancar menggodanya. Dan tanpa malu-malu lagi aku berani membenarkan posisi kontolku didepannya. Sepintas dia melirik apa yang kulakukan.

“kenapa? Sempit ya, gitu aja ngaceng” katanya kepadaku

“iya teh, sempit banget neh minta dikeluarin. Salah posisi pula”

“ya keluarin aja, kasian lho kecekik gitu. Ntar muntah dia”

“emang udah dari tadi teh pengen muntah, Cuma bingung aja mau muntah dimana” aku berkata seperti itu sambil membuka kaitan celana dan resleting lalu mengeluarkan kontolku yang sudah tegang. Mumpung dia nyuruh langsung aja buka pikirku, jangan nunggu kesempatan kedua. Tanpa sungkan lagi aku mengocok kontolku didepannya, sambil mengocok aku menatap ke seluruh tubuhnya. Dia hanya diam dan melihat aktifitasku. Entah apa yang ada didalam pikirannya, pokoknya sudah sampai ke tingkat inipun sudah sungguh suatu keberhasilan besar buatku. Aku terus saja mengocok kontolku sambil menatap kearah dadanya.

“ohh.. teh Lia... teh.... teteh seksi banget teh...” desisku. Sungguh suatu sensasi yang luar biasa bagiku bisa mengocok sambil bebas menatap tubuh seksinya, suara erangan dan desahanku pun semakin menambah sensasi kenikmatan yang kurasa.

“aahhh... teh.. kok bisa gede banget sih teteknya teh... kontol saya jadi makin keras teh...” ini sangat nikmat, lebih nikmat daripada ngocok dikamar mandi, jadi aku harus bisa mengatur tempo. Sungguh sayang jika momen langka seperti ini harus cepat selesai. Aku harus bisa mengontrol nafsuku, aku harus benar-benar menikmati momen ini. Lalu ku kurangi kecepatan kocokanku, ku kocok pelan dengan ritme yang teratur. Kulihat teh Lia masih tetap menatap kearah kontolku, nafasnya mulai tidak teratur, duduknya pun mulai terlihat gelisah, dan beberapa kali dia kulihat menelan ludah karena tenggorokannya yang mulai kering.

“hmm.. teh.. nikmat banget teh...”erangku sambil menatapnya

“emang bagian mana yang kamu suka dari teteh?” tanyanya kemudian

“semua teh.. saya suka semuanya ohh... tetek besar teteh, paha mulus teteh, pantat bahenol teteh, bibir seksi teteh, ketek tembem teteh, saya suka semua teh...”

“trus tetek teteh mau kamu apain?” tanyanya sambil membusungkan dada dengan wajah yang sensual dan nafsuin.

“mau saya remes-remes teh, saya isepin pentilnya..”

“kalo pantat teteh? Kamu apain?”

“mau saya remes juga teh..”

“bibir teteh?”

“bibir teteh mau saya jilat teh, mau saya masukin kontol saya ke mulut teteh...oh tehh.. ”

“kalo ketek teteh?” tanyanya lagi sambil mengangkat kedua lengannya memamerkan ketiaknya yang berdaging tebal itu

“ketek teteh bikin saya gila teh... pengen saya cium, saya jilatin... teh... oh.. saya gak tahan teh.. gimana ini teh..”

Teh Lia lalu menggerakkan tangannya perlahan, jari telunjuknya menyentuh kepala kontolku. Mengelus-elusnya dari atas kebawah. Tubuhku langsung menggigil seperti tersengat listrik, walaupun hanya sedikit sentuhan tapi ini merupakan pengalaman pertamaku, pertama kalinya kontolku disentuh wanita. Secara perlahan teh Lia lalu mengambil alih kontolku dari tanganku, diapun mengocoknya perlahan. Tangannya yang putih dan halus, jarinya yang lentik, benar-benar memberikan rangsangan yang sangat besar kepadaku.

“teh... boleh pegang tetek teteh gak ...”. teh Lia mengangguk mendengar pertanyaanku, melihat isyarat itu aku langsung mengarahkan tangan kananku ke atas teteknya lalu meremasnya perlahan. Teteknya sangat sangat besar dan empuk, aku memindahkan tanganku ke teteknya yang sebelah lagi. Sensasinya sungguh luar biasa akhirnya aku merealisasikan fantasiku selama ini.

Teh Lia melepaskan kocokan tangannya pada kontolku, dia lalu melepas tangtopnya dengan gerakan perlahan dan menggoda lalu melemparkannya keatas meja. Bra berenda warna merah yang sejak tadi hanya talinya yang bisa kulihat kini terpampang di depan mataku. Teh lia mengangkat tanggannya memamerkan ketiaknya, menggoyangkan dadanya menggodaku. Dia lalu membuka kaitan belakang branya dan melemparkannya kearahku yang langsung kutangkap dan kuciumi, kuhirup dalam-dalam aromanya sambil menikmati keindahan teteknya secara utuh. Tetek yang putih dan besar dengan dihiasi urat-urat hijau, puting yang berwarna coklat muda, kedua gunung kembar yang mengacung dengan kencangnya.

Aku yang sudah sangat bernafsu langsung menyerbu ke arahnya sehingga membuatnya dalam posisi berbaring, kedua tanganku liar meremas-remas tetek teh lia, dengan rakus ku hisap pentil teteknya satu persatu, menyedotnya dengan kuat hingga mengeluarkan suara. Teh Lia mendesah keenakan, suara desahan dari teh Lia justru membuatku semakin bernafsu, langsung ku cium dan ku lumat bibir seksinya. Teh lia mengeluarkan lidahnya dan menari-nari didalam mulutku, membelit dan menyedot-nyedot lidahku, mengusap langit-langit mulutku, instingku bekerja dan ikut meladeni permainan lidahnya berusaha semampu mungkin meladeni permainan liar lidahnya. Kami saling bertukar ludah satu sama lain, setelah cukup lama aku kewalahan menahan gempuran lidahnya karena kehabisan napas, aku lalu melepaskan ciuman kami.

Kulihat mata teh Lia sayu, bibirnya masih sedikit terbuka, teteknya semakin membusung turun naik mengikuti nafasnya yang memburu. Aku lalu mengangkat kedua tangannya keatas kepala, membuatnya memamerkan ketiaknya. Langsung ku tindih tubuhnya, kuhirup dan kuciumi kedua ketiaknya bergantian sambil tanganku tak berhenti meremas teteknya, teh Lia tampak menggeliat-geliat, rupanya dia merasa kegelian ketiaknya ku kerjai.

Teh Lia lalu menahan dan mendorong tubuhku perlahan untuk bangkit, Teh Lia lalu berdiri dan kemudian berjongkok dihadapanku, mengambil kontolku dengan jari lentiknya, mengocoknya perlahan. tangan kanannya mengocok kontolku sementara tangan kirinya meraba dan mengelus-elus biji kontolku, sungguh kenikmatan tiada tara yang kurasakan. Sambil tersenyum binal dia menatapku, mengecup lembut kepala kontolku lalu menjilat-jilat bagian bawah kepala kontolku. aku lalu mengulurkan tangan ku mengelus rambutnya, menyentuh pipinya, meraba leher jenjangnya lalu turun kebawah meraba teteknya, meremasnya dengan gemas dan sedikit keras.

Teh Lia membuka mulutnya dengan perlahan dan memasukkan kontolku kedalamnya. Menghisap dan mengenyot kepala kontolku dengan perlahan. Sangat hangat dan lembut, aku merasa terbang keatas langit tidak ada yang ada didalam fikiranku saat ini selain kenikmatan dari mulut teh lia. lidahnya menari-nari mengelus kepala kontolku didalam mulutnya. Lalu sambil menatap mataku, perlahan dia menurunkan kepalanya semakin dalam, semakin dalam menelan kontolku. kontolku terasa lumer didalam mulutnya. Dia lalu semakin cepat melakukan gerakan kepalanya, pipinya terlihat sampai kempot. Semakin cepat gerakannya, semakin besar rasa nikmat yg kudapatkan, dan semakin brutal juga aku meremas teteknya. Aku merasa akan mencapai klimaks, sebentar lagi spermaku akan menyembur keluar, kontol samakin keras dan berkedut.

“ohh... teh... saya mau keluar teh...”

Teh Lia seperti tidak memperdulikan ucapanku malah semakin mempercepat gerakannya, aku melepaskan tanganku dari teteknya lalu memegang kepalanya, menekannya dan semakin membenamkannya kebawah bersamaan dengan meledaknya isi kantung spermaku. Ada sekitar 4-5 kali tembakan sperma yang kukeluarkan. Sungguh kenikmatan yang tiada tara, kenikmatan ejakulasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Perlahan kulepaskan pegangan tanganku di kepala teh Lia, terasa mulutnya masih menyedot-nyedot kontolku yang masih mengalirkan sisa-sisa spermaku. Teh lia lalu melepaskan kontolku dari mulutnya, lalu membuka mulutnya padaku memperlihatkan cairan putih kental yang ada didalamnya. Dia lalu menelannya sambil tersenyum padaku..

“hmm gurih..” katanya manja

“kok ditelen teh?” tanyaku heran

“buat obat awet muda” jawabnya sambil mengerlingkan matanya. Dia lalu melihat kearah kontolku

“wah masih bangun aja ya, anak muda emang hebat ya, udah keluar tapi masih tegak aja” ucapnya sambil mengocok dan mengurut-urut kontolku yang masih tegak dan sedikit mengeluarkan cairan. Teh lia lalu menjilat cairan bening di kepala kontolku itu dan kembali menelannya.

“mau yang lebih enak gak?” tanyanya padaku penuh arti

“ada yang lebih enak teh?” tanyaku polos. Teh lia lalu berdiri dan memunguti tanktop dan bra nya. Dia lalu menarik tanganku mengajaknya kesebuah kamar yang mungkin itu kamarnya, aku hanya menurut saja mengikutinya.

Didalam kamar teh lia langsung mendorong tubuhku keatas kasur, melepaskan celana sekolah dan celana dalamku, lalu merangkak kearah atas tubuhku. Kamipun kembali berciuman dengan sangat bernafsu. Kuangkat sedikit tubuhnya agar tegak, lalu ku hisap dan kecup dengan keras kedua pentil teteknya bergantian. Teh lia lalu bangkit dan membuka celana pendeknya, mataku terbelalak melihat lagi-lagi sebuah panorama keindahan dari seorang wanita. Celana dalam merah berenda sedikit transparan dengan ukuran mini tampak sangat sensual membungkus indah gundukan daging didalamnya.

Teh lia lalu mengusap-usapnya dari luar celana dalamnya sambil menatapku dengan sayu. Dia lalu menurunkan tubuhnya kebawah, menduduki kontolku dan menggesek-geseknya lalu menggoyangkan pantatnya maju mundur secara teratur. Kenikmatan yang tiada tara kembali menerpaku, masih memakai celana dalam saja sudah sangat nikmat apalagi langsung bersentuhan dengan kulitnya pikirku. Gerakannya semakin cepat dan tak teratur, teh lia mendesah dan mendongak keatas, kedua tangannya meremas-remas kedua teteknya dengan kencang.

Aku lalu mengarahkan tanganku kearah kedua bongkahan pantatnya, meremasnya dan sesekali menampar-namparnya dengan gemas. teh lia lalu bangkit dan membuka celana dalamnya, terpampanglah dihadapanku memek tembam milik teh lia dengan tonjolan daging kecil diatas belahannya, jembutnya yang tertata rapi, warnanya yang kemerahan semakin berkilau dengan adanya cairan yang membasahinya.

Teh lia sayu menatapku, mulutnya sedikit terbuka, dia lalu meraih kontolku, mengarahkannya ke arah memeknya. Dia lalu menggesek-gesekkan kepala kontolku disepanjang belahan memek tembamnya. Kontolku semakin tegang dan berdenyut, rasa hangat dan kelembaban dari memek teh lia membuaiku. Sungguh kenikmatan yang tiada tara, lebih nikmat dari mulut dan lidah teh lia tadi. Teh lia lalu menghentikan gerakannya dan mengarahkan kepala kontolku ke lubang memeknya, memantapkan posisinya, lalu dengan perlahan dia menurunkan memeknya.

Aku melihat dengan perlahan kontolku mulai hilang ditelan memeknya. memeknya sangat sempit dan terasa memijat seluruh batang kontolku. kontolku serasa dihimpit gumpalan daging hangat dan berkedut yang menghisap-hisap seolah ingin menyedot kontolku. Setelah masuk semua teh lia mendiamkannya sejenak lalu mulai menggerakanya maju dan mundur secara perlahan. Akupun berusaha mengimbangi gerakannya, tanganku masih tetap meremasi kedua bongkahan pantatnya. Teh lia lalu menegakkan punggungnya, semakin membuat teteknya membusung, dia lalu meremas-remas teteknya dengan cepat. Cepat seiring dengan gerakan pinggulnya yang semakin tak beraturan.

Suara desahan kami memenuhi seluruh ruangan bercampur dengan suara basah dari kedua kelamin kami dan suara beradunya tubuh telanjang kami. Aku yang berusaha mengimbangi gerakanya merasa tak mampu lagi menahan rasa nikmat ini. Memeknya terasa semakin sempit, basah dan berkedut-kedut menghisap kontolku.

“teh... saya mau keluar teh..” erangku sambil menatap wajahnya yang penuh dengan keringat

“iyah... ohh mmm acchhh teteh juga mau keluarrr...” ucapnya sambil makin mempercepat gerakannya.

Tak lama setelah itu kontolku memuntahkan tembakan sperma didalam memeknya, terasa sungguh orgasme yang sensasional bagiku. teh lia kulihat tubuhnya tegang seperti kaku, kepalanya mendongak keatas dan mulutnya menganga mengeluarkan suara jeritan tertahan. Memeknya pun seolah merespon kontolku, memeknya terasa menyedot dan menghisap kontolku. Teh lia lalu ambruk diatas tubuhku, tubuh kami penuh dengan peluh. Kami saling diam dan mengatur nafas, menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saya kami raih.

Kontolku masih menancap didalam memeknya dan perlahan-lahan mengecil dan keluar dari memeknya. lalu terasa sangat basah dan banyak cairan putih dan encer keluar mengalir, perpaduan dari cairan orgasme kami.

Setelah tenaga kami mulai pulih, teh lia kemudian bangkit dan memakai kembali pakaiannya. Akupun kembali memakai celanaku dan merapikan rambutku yang belah tengah ala Andy Lau. Sebelum keluar kamar, kami kembali berciuman dengan panas di belakang pintu. Teh lia lalu mengatakan akan mandi, akupun disuruh untuk kembali ke kamar Asep takut kalo Asep datang nanti.

Dikamar Asep aku tiduran sambil memikirkan pengalaman luar biasa yang ku alami barusan. tentang keperjakaan yang selama ini kujaga telah berhasil di renggut oleh seorang janda biduan dangdut, Tentang bahwa jurus lima jari sakti ku yang dibantu lifebouy tidak ada apa-apanya dibanding kecupan dan jilatan lidah teh lia, apalagi bila dibandingkan dengan kenikmatan dari memek teh lia. Tentang durasi persetubuhan kami yang tidak terlalu lama seperti di film-film yang aku tonton, bahkan ganti gayapun belum sempet. Ah mungkin itu karena pengalaman pertamaku mudah-mudahan berikutnya bisa lebih lama dan paling tidak bisa ganti gaya tiga kali lah.

Tapi tunggu dulu, aku baru sadar kalau aku tadi mengeluarkan spermaku didalam memek teh lia, dan mungkin bisa saja membuatnya hamil. Oh tidak, bagaimana kalo dia hamil? Apakah aku siap untuk menikah, menjadi seorang suami dan bapak. Dikeluarkan dari sekolah, Belum lagi membayangkan reaksi orang tua, keluargaku dan orang-orang jika tau aku telah menghamili dan kemudian menikahi seorang biduan dangdut. Karena lemasnya tubuhku dan pikiran yang melayang kemana-mana, tanpa kusadari akupun terlelap tidur.

Aku terbangun sudah agak sore, kulihat Asep sudah terbaring tidur juga di sebelahku. Setelah itupun aku pamit untuk pulang, tak kulihat teh lia di ruang tengah ataupun di toko, mungkin dia masih tidur. Orang tua Asep membawakan aku bermacam-macam jajanan, ada astor, wafer, coklat dan lain-lain. Merekapun berpesan padaku untuk sering-sering main kesana. Pasti ucapku dalam hati, pasti aku akan sering-sering kemari lagi mengunjungi mereka, mengunjungi teh lia tepatnya, mengunjungi teteknya yang besar, pantatnya yang bahenol, memeknya yang tembem dan ketiaknya yang menawan.

Sampai dirumah melihat Ibu dan Bapak sedang mengobrol serius, wah Bapak pulang rupanya

“Asalammualaikum... “aku kemudian mencium tangan Bapak dan Ibuku

“Waalaikumsallam.. sore amat pulangnya. Kemana dulu?” tanya bapakku dengan suaranya yang berat

“maen kerumah temen Pak, gak taunya orang tuanya kenal ama Bapak juga. Nama Ibunya Bu Neneng, dia titip salam buat Bapak... buat Ibu juga. Ini tadi dibawain oleh-oleh juga” lanjutku sambil meletakkan plastik hitam yang berisi jajanan dari Ibu Asep keatas meja.

Kulihat bapakku seperti ingin tersenyum tapi menahannya lalu melirik kearah Ibuku, Ibuku hanya diam sambil melihat tajam kearah bapakku. Aku yang merasakan suasana tiba-tiba tidak enak lalu memutuskan masuk ke dalam kamarku.

“mandi sana, trus kita makan. Ada yang mau bapak sampein ke kamu” teriak bapakku

“iya pak...”

Sehabis maghrib kami sholat bersama terlebih dahulu lalu makan malam dan kemudian dilanjutkan dengan menonton tv bersama. Aku dan Bapak sudah duduk di depan tv menikmati acara famili 100 kesukaan Ibuku, Ibuku sang penguasa remote tv. Ibuku datang sambil membawa kopi hitam untuk Bapak dan meletakkannya di atas meja lalu duduk disebelah Bapak. Kulihat plastik hitam oleh-oleh dari Ibu Asep masih tergeletak ditempat semula aku meletakkannya, tak berubah sedikitpun.

“Lang Bapak ada sesuatu buat kamu neh..”kata bapakku memberikan bungkusan plastik putih

“iya makasih Pak...”kataku sambil menerimanya. Setelah kubuka ternyata berisi sebuah handphone, Handphone merk NOKIA tipe 8250 warna silver dengan layar birunya. Tidak baru memang, tapi masih sangat bagus.

“wah hape, makasih Pak...” ucapku kemudian. teh lia punya hape gak ya, Wah asyik neh bisa sms-an ama dia nanti.

“harus kamu jaga Jangan sampe ilang atau rusak. Itu dapet dikasih bos Bapak, katanya sih mahal belinya 2,8 juta. Itu udah ada kartunya juga, pake aja gak papa daripada beli lagi mahal 200an” lanjut bapakku.

“iya pak..” aku kemudian melihat ibuku, dia seperti tengah risau memikirkan sesuatu.

“Ibu kenapa Bu... kok kayak ada yang dipikirkan?”tanyaku kemudian pada Ibuku

Sesaat Ibu menghela nafas lalu melihat kearah Bapak. Bapak lalu mengangguk

“Bapakmu rencananya sudah gak bawa mobil lagi Lang, dipercaya bosnya untuk jadi Kepala Kendaraan. Jadi tugasnya hanya dikantor atau pool mengurusi sopir dan mobil-mobil. Selain itu juga ngurus kalo seandainya ada mobilnya yang kena masalah di jalan atau luar kota” kata ibuku

“wah bagus dong Bu.. berarti kan naek pangkat, gak jadi sopir lagi, gajinya lebih besar pasti” kataku bersemangat

“iya tapi masalahnya kantor dan pool nya ada di kota, kita rencananya pindah semua kesana. Bapak sudah mengambil rumah KPR disana” kata Bapakku kemudian

“kamu kan sudah kelas III Lang, mana mau ujian. Kalo pindah sekolah nanti gimana? Kalo kamu tinggal sendirian disini gimana? Siapa yang masakin kamu, cuciin baju kamu, bangunin kamu tidur..” Kata ibuku bingung.

“rumah inikan Bapak buat dari nol, dan juga banyak kenangan didalamnya, jadi Bapak gak akan mau jual. Gimana kalo kamu sementara tinggal disini sendirian sambil jaga rumah kita sampai lulus SMA. Ibu dan Bapak pindah duluan ke kota, nanti setelah lulus kamu kan mau lanjut kuliah, sekalian nyusul Ibu bapak ke kota?” tanya bapakku

“iya Pak gitu aja gak papa, kan Cuma sebentar ini. Bentar lagi kan Gilang lulus. Masalah makan mah gampang Bu... banyak warung. Cuci baju juga gilang kan bisa lah.” Lanjutku. Ini kesempatan yang harus Bapak ambil demi peningkatan kehidupan kami, jangan sampai aku yang menjadi beban baik bagi Bapak dan Ibu.

“tenang aja Bu.. Gilang dah gede, khawatir amat. Kayak mau ninggalin anak perawan aja hehehe...” candaku kepada Ibu, agar ibuku tidak cemas lagi.

“yang penting uang sakunya cocok aja... “ lanjutku kemudian.

Setelah itu kami melanjutkan mengobrol, Ibu dan Bapak akan ke kota 3 hari lagi. Barang-barang perabotan rumah akan dibawa sebagian dan hanya ditinggalkan sekedarnya saja untukku disini. Setiap 2 minggu sekali aku akan ke kota mengunjungi mereka. Ibuku pun sudah tidak merasa cemas lagi meninggalkan ku sendiri nanti. Wah bisa jadi base camp neh rumahku nanti sama teman-temanku dikampung sini. Ketika kami sedang asyik mengobrol dan bercengkrama,

“Assalamualaikum...”

“waalaikumsallam... eh Ratna, masuk Rat...oh sama Yadi juga..” jawab ibuku

“kapan nyampe om? Siang tadi belum ada kayaknya” tanya Yadi kepada Bapakku

“Sore tadi, kamu gimana udah dapet kerja?” ucap Bapakku

“belum om, rencananya minggu depan mau ke Tangerang om, ikut sodara disana kerja di pabrik”

Huft ganggu saja pikirku, moment kami sebagai keluarga yang jarang berkumpul harus terganggu oleh mereka. Mereka adalah kakak beradik yang tinggal disebelah rumahku, sebenarnya rumah yang mereka tinggali adalah rumah saudara mereka yang pindah ke luar kota dan dibiarkan kosong. Lalu telah setahun ini mereka menempatinya, mereka hanya tinggal berdua disana. Kakaknya bernama Yadi telah lulus STM 2 tahun yang lalu dan sedang mencari pekerjaan, sedangkan adiknya bernama Ratna sama sepertiku masih duduk dikelas III SMA tapi beda sekolah. Dia sekolah di SMA PGRI yang terkenal dengan murid-muridnya yang nakal.

Sebenarnya aku merasa heran saat tau dia masih kelas III SMA, karena jika melihat postur tubuhnya setidaknya dia 1 atau 2 tahun diatasku. Mereka memang hampir tiap malam kerumahku untuk menumpang nonton TV, terkadang sampai larut malam, bahkan tidak sungkan jika yang punya rumah sudah mengantuk atau sedang ada Bapakku seperti sekarang ini. Aku yang memang malas mengobrol bersama mereka, asyik mengutak-ngutik hape baruku. Mengganti nama profil menjadi namaku, mengecek-ngecek pulsa, bermain game, dan mencari nada dering yang kusuka.

“ciee hape baru ya...”Ratna menggodaku sambil memakan astor pemberian Ibu Asep yang entah sejak kapan dia buka dari dalam kantong plastik. Dasar semaunya aja, dianggap rumahnya sendiri apa. Akupun hanya tersenyum menanggapi candaannya

“bagus bener hapenya, kecil lagi. Hape apa itu Lang?” tanya Yadi kemudian

“Nokia 8250” jawabku singkat

“mau dong nomer hapenya” lanjut Ratna kemudian sambil mengeluarkan hape siemen nya yang berlayar kuning extra joss. Hmm kerenan hape aku lah, layar biru, ada infra rednya, ada lampu radiasinya lagi dibelakangnya pikirku.

“gak apal no nya, tuh liat ada di bungkus kartunya” jawabku kemudian. Kulihat kemudian dia menyalin no yang tertera di bungkusan kartu perdana yang tergeletak dimeja.

Tak lama kemudian hapeku berbunyi tanda ada sms masuk, nada pesan yang jenis khusus (kalo yang standar terlalu pendek suaranya bagiku) dengan volume dering tingkat 5. Maklum baru punya hape jadi semua dering ku setel ke volume tinggi, biar orang-orang tau kalo aku punya hape. Nokia 8250 gitu lho, lebih keren dari Nokia 3310 atau 3315 yang pasaran itu.

“kok daritadi manyun aja sih? Ntar gantengnya ilang lho..” tulisan di sms itu.

Aku kemudian melihat kearah Ratna yang sedang memegang hape sambil tersenyum melihatku. Oh sms dari Ratna ternyata.

“lagi males aja, ngantuk mau tidur” aku mengetik sms balasan dan mengirimkannya.

Hapenya pun berdering tanda ada sms masuk, dia lalu membaca dan kemudian mulai mengetik lagi sambil tersenyum. Aku lalu mengecek sisa pulsaku, busyet ngirim sms doang 350, mahal amat. Hape ku kembali berdering tanda ada sms masuk.

“mau tidur sendiri apa ditemenin?” isi sms darinya.

Entah apa maksud sms ini pikirku, setelah memperhitungkan mahalnya tarif sms, akupun memutuskan untuk tidak membalasnya. Sepintas kudengar Ibuku bercerita mengenai rencana kepindahan orang tuaku ke kota. yang membuatku jengkel adalah ketika Ratna menanyakan masalah TV kepada ibuku, apakah TV nya akan dibawa atau ditinggal dan kemudian tersenyum lebar ketika mengetahui bahwa TV tidak akan dibawa. Wah bakalan masih sering kesini neh numpang nonton TV pikirku.

Aku kemudian masuk ke kamar untuk tidur, sambil berbaring kembali pikiranku melayang memikirkan banyak hal, tentang teh lia, kepindahan orang tuaku, tinggal dirumah sendiri, Jenni yang sudah punya pacar, dan pertandingan sepak bola antar kampung besok sore. Entah bagaimana besok dan apa yang akan terjadi, yang pasti malam itu aku terlelap sambil menggenggam erat Nokia 8250 kebanggaanku...
 
Terakhir diubah:
Kalo jadi base camp, susah buat indehoy. Yang pasti banyak yg nongkrong..
:mantap:
 
Apdetnya super sekali banget mantab... Puanjang dan puaaas...
Makasih suhu...

Ditunggu kelanjutanya suhu... :beer:

Teh Lia akoh padamu :cup:
 
Huwala.... Penasaran aq dengan lanjutan cerita... Sejauh ini tanpa kendala
 
Kayaknya nanti jadi rumah mesum nih.....?
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
TS nya Kamfret banget dah, gw lg kangen abis sm pelangi disumatra sana. Dan kebetulan nama sitetehnya sama dengan yg gw kangenin.....

Salken om...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd