Sebelumnya saya mau mengucapkan terima kasih untuk para suhu yang sudah memberikan kripik dan saran, serta antusiasnya membaca tulisan saya yang masih sangat banyak kurangnya
ini ada sedikit lagu dari ane buat di dengerin sambil baca part 4
Part 4. Almost is never enough
Setelah di tinggal Dinan ke dalam gw pun berupaya mendekatkan diri dan bercanda dengan kinan, gw sangat suka dengan anak kecil yaa mungkin karena gw anak tunggal, gw ingin merasakan memiliki sosok seorang adik atau seorang kakak, kulihat jam di hape ku “hhhmmmm sudah jam 18.58”gumamku, tanpa gw sadari rencana gw makan sepulang mengantar bokap dan nyokap dari bandara tertunda karena kejadian ini, cacing perut gw pun kembali gelut di lambung meminta jatah makan
“gas,, ibu aku mau ketemu kamu” ucap dinan memecah candaan gw sama kinan yang tiba tiba keluar dari pintu rumahnya berjalan ke arah gw
“hhaaahh ? kenapa ?” tanya gw penasaran dan bingung
“iyaa, ibu aku mau ketemu sama penyelamat anaknya” jawab dinan sambil tersenyum “yukk” ajak dinan sambil menarik tangan gw, tangan yang mungil dan halus, gw pun kaget dengan sikap dinan yang tiba tiba mau me-megang tangan gw, tangan orang yang baru dia kenalnya beberapa jam yang lalu.
Setelah memasuki beberapa ruangan, gw saat ini berada di salah satu ruang kamar kecil dengan kasur, lemari dan meja rias di pojok ruangan yang terlihat sederhana dan sudah tua. Di kasur tersebut terbaringlah seorang wanita paruh baya yang tertidur dengan kondisi tubuh yang lemas dengan wajah yang terlihat pucat,menggunakan daster terusan berwarna putih dengan motif polkadot hitam yang terlihat sudah sangat lusuh. ku taksir umurnya kira kira 40 tahunan lahh dengan rambut panjangnya sebahu yang sama dengan kedua anaknya, wajahnya pun terlihat memancarkan kecantikan sendiri meski sudah nampak beberapa kerutan di wajahnya. Ternyata kecantikan kedua anaknya langsung turun dari ibunya, benar benar bibit unggul !.
kuhampiri wanita tersebut dan duduk bersimpu di kasurnya
“iya buu,, saya disini,, saya bagass” ucap ku pelan pada ibu tersebut, kemudian ibu itu berupaya memutar pelan kepalanya menengok ke arahku
“nakkk,, terima kasih telah menolong anak anak ku, maaf telah merepotkanmu nakk” ucap ibu itu dengan pelan tanpa tenaga
“iya bu,, sama sama,, saya juga senang bisa membantu orang lain, maaf bu,, kalau boleh tau ibu sakit apa buu ?” tanyaku memberanikan diri bertanya kepada ibu tersebut
“ibu udah lama sakit diabetes gas, awalnya ringan, tapi karena tidak di obat sakitnya semakin parah” tiba tiba dinan menjawab dari belakangku yang kemudian duduk bersimpu juga di sebelahku
“awalnya kami mencoba meminjam uang ke rentenir untuk ibu berobat, tapi ternyata uangnya masih kurang dan habis untuk biaya hidup kami sehari hari” lanjut dinan dan tertunduk lesu “jangankan untuk membayar hutang tersebut, bahkan untuk makan sehari hari kami pun pontang panting mencari uang” lanjut dinan.
SIALL !!! hidup gw yang selama ini bergelimang harta, ngk pernah memikirkan bagaimana mendapatkan uang, atau takut kehabisan uang, di balik itu semua ternyata banyak orang lain yang justru uang untuk makan sehari hari aja tidak cukup. Kenapa gw ngk sadar sejak dulu, kenapa gw ngk mendapatkan pengalaman ini sejak dulu !! teriak gw dalam hati
“nak bagas” tiba tiba ibu dinan memecah lamunan gw “mungkin permintaan ibu ini terlalu berlebihan, bahkan anak ibu pun baru mengenalmu beberapa saat yang lalu” ucap ibu tersebut sambil terlihat kelelahan dan mencoba mengambil nafas “ibu minta tolong, tolong jaga anak ibu nakk uhhuukk uuhhukk” lanjutnya sambil memegang tanganku yang sedari tadi bertumpu di pinggir kasur
Gw yang kaget karena batuknya ibu itu membuat gw bergegas mengambil gelas yang ada di meja kecil di sebelah kasurnya dan gw berikan ke ibu tersebut
“iya buu,, bagas akan jaga dan bantu anak ibu, ini bu,,, minum duluu,, dan sekarang ibu istirahat saja ya buu”
Setelah beberapa saat terlihat tenang dan kembali mengatur nafas, ibu dinan pun dengan cepat beristirahat dan kemudian terlelap dengan tenangnya. Gw yang sedari tadi memperhatikan ibu tersebut akhirnya sadar bahwa dari tadi kedua tangan dinan bertumpu di bahu gw, sadar akan hal itu kami berdua pun akhirnya salah tingkah, dinan dengan canggungnya langsung melepaskan tangannya dari bahu gw sambil langsung mencoba merapihkan rambut dan bajunya, sedangkan gw tiba tiba langsung menggaruk hidung dan ngupil. Ahhh dammnn !! itu lah kebiasaan buruk gw, disaat gw malu atau dalam kondisi cangung secara refleks hidung gw terasa gatal dan ingin menggaruk lalu ngupil.
Tak lama setelah kejadian tersebut terdengar suara memanggil gw dari luar rumah
“boss, boss ada di dalam ?” ucap hendri dengan suara yang cukup keras karena setengah teriak, gw yang sadar akan hal itu pun dengan sigap berlali dengan cepat namun tanpa suara ala ala ninja menghampiri hendri.
“ssshhhhhtttttttttt !!!!” gw pun mengisyaratkan hendri untuk diam sambil berlali kecil ke arahnya
“hahh,, kenapa boss kenapa ? ada apa bos ? “ tanya hendri yang kaget dengan tingkah gw
“ssshhhttt,, di dalam ada ibunya dinan baru aja tidur, elu jangan berisikk !!”
“ehh, maaf boss maaf,,”
“yaudah,, kita ke teras dulu biar ngk berisik, ada yang mau gw bicarain” aja gw ke hendri
Sesampainya di teras rumah tersebut gw pun mulai menanyakan perihal kedua orang barusan
“udah di anter ke RS bos,, cuman luka ringan, ada yang bocor di pelipis dan perlu di jait, semuanya udah di bayar dan di urus boss” jelas hendri dengan tenang
“ohh yaudah kalau gitu, sekarang lo pergi ke restoran yang tadi mau kita hampiri, terus lo beli beberapa menu makanan yang menurut lo enak terus lo bungkus, terus lo ke ****mart di sebelahnya, lo beli keperluan sembako sehari hari, kyk gula minyak goreng telor, pokoknya lo beli sembako dah” ucap gw pajang lebar ke hendri.
“hah ? buat apaan bos ? kalau di kost kita ngk masak kali bos, kenapa beli sembako” tanya hendri yang bingung dengan pesanan gw
“udahh jangan banyak tanya, lo beli aja udehh” sambil memutar tubuh hendri dan mendorongnya agar lekas berangkat
“iye iye bos,, pelan pelan dong,, jatoh nih entarr” ucap hendri sambil berjalan keluar
Dan gw pun kembali terduduk di teras sambil menyeruput teh yang tadi dinan buatkan, tak berapa lama dinan pun datang ke teras dan duduk di sebelahku. Disitu kami banyak bercerita tentang diri masing masing, disinilah gw tau bahwa dinan itu seumuran dengan gw, sebenarnya dia bercita cita ingin meneruskan kuliah di universitas dimana gw masuk namun apa daya karena faktor ekonomilah dia mengurungkan niatnya untuk meneruskan pendidikannya, dia memiliki cita cita untuk mengambil jurusan ekonimi agar kelak lulus dia bisa bekerja kantoran dan membantu per-ekonomian keluarganya.
Tak terasa waktu terus bergulir, tembok yang membatasi kami tanpa kami sadari sudah mulai menghilang, kami pun semakin dekat. Bahkan saat kami bercanda dinan mulai berani untuk mulai mencubit gw, perbincangan kami pun berlanjut sampai di titik dimana tiba tiba dinan menyenderkan kepalanya di bahu gw.
“Makasih ya gas, bukan hanya menolong aku dan keluarga aku, bahkan kamu juga sudah menghibur aku, adikku dan ibuku” ucapnya sambil menyenderkan kepala di bahu gw dan menatap ke depan “maaf juga kalau permintaan ibuku tadi berlebihan” lanjutnya
“iyaa,, gapapa kok din, aku seneng banget bisa nolong orang, aku seneng bisa membantu orang yang kesusahan” jawab gw pelan sambil mengusap kepalanya di bahu gw, perlahan dinan memalingkan pandangannya dan mata kami pun saling bertemu, sekilas terlihat senyuman manis yang tipis terlihat di bibir cantiknya, secara naluri kami pun mendekatkan wajah kami, gw mulai dapat merasakan nafas dinan yang menghembus pelas di wajah gw, dan akhirnyaa,,,
“tetehh,, kinan aapeeelll (teteh kinan laper)” ucap kinan yang datang dari dalam rumah memecahkan moment yang bahkan belum terjadi, God Dammit !! aaarrrgghhhtttt !! KENTANG BANGETT !!!, kami pun yang kaget akan hal itu pun langsung tersadar, dinan dengan segera mengangkat kepalanya dari bahu gua, sedangkan gw ? yaa,, gw garuk idung dan ngupil,, !!
INDEX PART