Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Pengalamanku dengan STW Nusantara

Niceee bro...
Terima kasih cerita dan berbagi prngalamannya. Ditunggu cerita2 stw hot nya
 
Halo-halo suhu sekalian. Terima kasih atas antusiasme nya membaca cerita saya. Berikut update terbaru kisah ini. Saya akan coba update tiap parts pada weekdays. Monggo dinikmati :)

Parts 3

Pukul 09.00, aku telah tiba di site dengan Raka dan kami pun bersiap masuk kilang untuk pelaksanaan survey lapangan dan aanwijzing. Tak lupa aku matikan ponselku dan aku titip di security border kilang. Ya betul salah satu SOP untuk pekerjaan di kilang adalah tidak boleh membawa peralatan elektronik karena merupakan daerah yg sangat berbahaya/hazardous. Tak terasa waktu telah menunjukan pukul 15.45 dan pekerjaan ku telah selesai. Aku pun dan Raka segera kembali ke kantornya dan tak lupa aku cek ponselku yang tadi sejak tadi aku matikan.

“Ari sayang, aku pulang dahulu ya soalnya aku ada urusan kantor. Nanti kita ketemu lagi ya, semoga lancer pekerjaan kamu”, sebuah pesan masuk dari Dewi yg dikirim pukul 10.30. Di saat yg sama terdapat pesan masuk juga, “Mas ari, mala mini kita jalan yuk. Aku lagi ga ad akelas ngajar nih”, tulis Ira pada pesan yg masuk di aplikasi Ijo (aku lihat pukul 14.00. Aku pun segera membalas pesan Ira,” Maaf mbak baru balas, ini aku baru habis dari kilang. Ayo mbak kita ketemu, kalo jam 19,30 gimana ya?’, jawabku . Sepuluh menit berselang Ira membalas chatku, “Oke mas nanti aku jemput di hotel ya. Mas ari nginep di hotel A**** kan?”, tanya Ira. Segera aku membalas dan akhirnya kami janjian untuk bertemu. Setelah itu, aku meminta Raka untuk mengantarku ke hotel dan malam ini aku bilang bahwa aku ingin makan malam di hotel saja karena ada banyak kerjaan yg aku harus kerjakan di laptop (padahal mau ngerjain si Janda Instruktur Senam).

Pukul 19.15, aku telah siap dan berganti baju untuk bertemu dengan Ira. Hatiku cukup deg-degan ditambah terbayang tubuh janda molek ini yg membuat Hasrat sexku mulai naik. Pukul 19.30, Ira sudah sampai di lobi hotel dan aku cukup kaget dengan dia. Ira mengenakan pakaian hijab dengan celana legging ketat dibalut jaket olahraga yg ketat sehingga membuat dadanya yg membesar menyembul dan terlihat cetakan Bra yg menggoda. Ira menjemputku dengan motor. “Mas kita naik motor gpp kan?”, ujar Ira. “Oh gpp mbak santaii, aku aja sini yang bawa motornya”, jawabku. Ira pun memberikan helm kepadaku karena dia sudah mempersiapkan membawa helm untukku. “Duh mbak ini helmya kekecilan.”, ujarku. “Hehe maaf mas adanya cuman itu, emang enak sih ga pake “helm” lebih kerasa dan nikmat sih”, jawab Ira. Dalam batinku (fuuckkkk nih janda mulai mancing-mancing). Aku pun tak mau kalah menjawab, “Iya mbak apalagi kalo udah basah tuh enak ga pake “helm” bisa cepet keluar”, ujarku. “Yeeee dasar mas ari otaknya, maksudku tuh enak ga pake helm lebih kerasa dan nikmat angin malamnya mas,”, ujar Ira meledekku. Dalam hatiku (sialan aku dibully terus sama nih janda). Kami pun tertawa-tawa dan mulai perjalan dengan motor.

Kami pun beranjak meninggalkan hotel. Ira aku bonceng dan posisi duduknya sangat berdekatan denganku. Aku bisa merasakan tonjolan dada besarnya menempel pada punggungku. Terasa sangat kenyal membuat celanaku mulai sempit. “Oh iya mau kemana nih kita?”, tanyaku pada Ira. “Nanti kita muter-muter kota Bpp dlu aja mas lewat jalur situ terus kita puter bisa tembus di Pelabuhan”, jawab Ira. Kami pun menikmati angin malam seperti ABG yg sedang pacarana di motor. Aku sengaja memacu motor ini dengan santai dan aku sengaja untuk mengerem tiba-tiba untuk merasakan dada Ira yg menempel. Di perjalanan aku bilang ke Ira,”Mbak, ini malam dingin juga ya. Aku lupa bgt ga bawa jaket pas pergi.”. Tiba-tiba Ira memelukku dari belakang dan dia lingkarkan tangannya pada perutku sehingga semakin aku dapat merasakan tonjolan dadanya yg besar. “Nah kalo gini masih kedinginan ga mas?”, tanya Ira. Aku pun seketika kaget dan membuatku deg-degan , tak terasa celanaku semakin ketat. “Eeeh iya mbak ini sih anget bgt, soalnya ada dua termos ini nempel di punggungku”, jawabku. Tiba-tiba ira memukul pundakku sambil tertawa, “Ah mas bisa aja, ini mah bukan Termos tapi balon kenyal”, jawab Ira sambil tertawa. Ira pun kembali memelukku. Aku mulai tidak fokus di perjalanan dan tiba-tiba Ketika jalanan mulai sepi, Ira menurunkan tangannya pada pahaku sambil mengelus pelan. Aku seketika kaget dan hampir menabrak trotoar jalan. “Hahahahaha kenapa mas? Kok mau nabrak?”, tanya Ira sambil tertawa. “Iya mbaak kaget aku, kok ada yg jalan-jalan gitu di selangkanganku”, jawabku. Ira pun tertawa dan akhirnya kami pun mampir di warung kopi semi café di daerah BSB. Tempatnya cukup ramai dan cukup asik untuk nongkrong dan mengobrol. Kami pun akhirnya makan malam dan minum di tempat ini. Ira tidak minum alcohol dan aku pun juga menghargainya dan hanya memesan kopi dan satu porsi udang bakar. Kami berbincang berbagai macam hal mulai dari kehidupan sehari-hari, pekerjaan hingga tentang hal-hal humor. Aku nyaman ngobrol dengan Ira dan aku sangat senang menatap senyuman dan matanya. Ira menggunakan hijab berwarna hitam dengan baju lengan panjang ketat berwarna biru dongker dipadu dengan celana jeans ketatnya. Dalam obrolan ini aku bisa menyimpulkan bahwa Ira ini orang yg take it easy dan pekerja keras.

Tak terasa waktu telah menunjukan pukul 22.45. Aku mengajak Ira untuk pulang. “Ayo mbak kita pulang”, ajakku. “Pulang kemana mas?”, tanya Ira sok polos sambil senyum-senyum. “Hmm pulang ke Kasur yuk mbak”, jawabku.”Kasur siapa mas?”, tanya Ira kembali.”Kasurnya bapak kos”, jawabku. Ira tertawa terbahak-bahak. Kami pun beranjak dari tempat ini. Aku pacu motor Ira sambil Ira selalu memelukku sambil menyenderkan kepalanya di pundakku. “Mas, aku ga mau pulang. Aku bosen di rumah”, ujar Ira. “Yauda yuk main ke hotelku aja kita ngobrol-ngobrol lagi”, jawabku. “Yauda yuk tapi nanti kalo kemaleman, aku nginep gpp kan?”, tanya Ira. “Iya gpp mbak, aku ga ngegigit kok”, jawabku. Kami pun tertawa bersama.

Pukul 23.10, kami tiba di hotel dan segera menuju kamarku. “Mba tunggu ya, aku bersih-bersih dulu sama ganti baju. Ga enak nih kotor”, jawabku. “Oke mas aku nunggu sini ya”, jawab Ira sambil duduk di sofa hotel sambil membuka hijabnya. Aku terbebelalak melihat dua gundukan gunung itu yang semakin jelas terpampang, nafsuku kian memuncak. Aku coba kerjain Ira, aku tinggalkan bajuku di Kasur dan aku masuk kamar mandi. Sepuluh menit kemudian aku buka pintu kamar mandi sambil aku bilang ke Ira,”Mbak bisa tolong ambilin bajuku di Kasur ga?”. “Oke mas bentar ya”, Ira segera berjalan ke kamar mandi sambil menjulurkan tangannya masuk ke pintu kamar mandi. Aku segera tarik tangannya dan dia pun kaget serta seketika dia sudah berada di dalam kamar mandi. “aduuh mas sabar toh, pake baju dulu”, ujar Ira. Aku pun tidak menjawab dan langsung aku kecup bibir Ira perlahan. Ira spontan kaget dan tersenyum. Kami pun akhirnya berciuman. Ciuman kali dimulai perlahan sambil mengecup bibir satu sama lain. Lama kelamaan ciuman kami semakin liar dan Ira mulai memainkan lidahku. Aku pun menyambut lidahnya dan kami berciuman dengan ganas. Tak lama berselang, tanganku mulai bergerak mencari dua gundukan besar yg selama ini aku ingin remas. Dada ira sangat kenyal dan empuk. Ira pun tidak mau kalah, iya mencoba meraih kontolku yang tersembunyi di dalam handuk.”Duh ini udah keras aja”, bisik Ira pada telingaku.”Kita pindah Kasur aja yuk”, ajakku. Kami pun segera berjalan menuju Kasur. Ira duduk di pinggir Kasur dan segera iya tarik handukku. Terpampang kontolku yang sudah keras dihadapannya. Perlahan dia kocok kontolku sambil satu tangannya memainkan buah zakarku. Aku melayang keenakan merasakannya. Tidak lama, iya mainkan lidahnya pada ujung kepala kontolku. Perlahan-lahan hingga iya lumat habis kontolku sehingga hanya terlihat kepalanya di selangkanganku. Aku yg tidak tahan segera memegang kepalanya sambil aku maju mundurkan kepalanya. Ira semakin liar menghisap dan menjilat kontolku. Sepuluh menit kemudian Ira berdiri, aku cukup kaget. Dia mulai lucuti pakaiannya. Dimulai dari kaus lengan panjangnya yg ketat dan aku bisa melihat dadanya yg besar dibalik Push Up Bra miliknya. Kemudian, dia buka celana jeans miliknya hingga aku bisa melihat CDnya yg mungil menutupi vaginanya yg legit. Aku terperangah melihat Wanita hijab ini hanya menggunakan Bra dan CD.

Segera Ira menarik tanganku, kami pun berciuman kembali dengan ganas. Ciumanku mulai ganas menuju lehernya. Ira pun melenguh keras. Aku copot Branya dalam posisi berdiri. Aku bisa melihat gundukan dada yang besar dan masih kencang dan lebih kencang dari yang dimiliki oleh Dewi. Ukurannya sama-sama 36 tetapi dada Ira ini memiliki puting cukup mungil dengan aerola yg cukup besar berwarnya cokelat sedikit tua. Aku segera lumat dada ira dan aku cium dengan ganas. Ira semakin melenguh sambil mengocok kontolku yg sudah sangat keras maksimal. Setelah itu, aku rebahkan badannya di Kasur. Aku sekarang fokus pada CD ira. Aku copot perlahan dan aku bisa lihat vaginanya dengan rambut yg agak lebat. Bibir vaginanya mungil tetapi klitorisnya cukup besar. Aku sudah tahu harus kuapakan vagina ini. Aku mulai mainkan klitorisnya. Perlahan lidahku aku letakan pada klitorisnya. Lama kelamaan aku jilati dengan cepat klitoris Ira sambil aku hisap perlahan. Ira melenguh hebat. Tak lupa aku mainkan jariku pada liang vaginanya. “Ouuhhh Riii, enak bgt sih. Aahhhh enak bgt ini na”, ujar Ira dengan logat Bppnya. Gerakan pinggang Ira semakin tidak karuan. Kali ini dia segera beranjak dan membanting badanku ke Kasur. “Udah ri, aku mau kamu puasin aku. Kamu harus nurut”, jawab Ira. Aku seperti kerbau dicucuk hidungnya berbaring tanpa busana dengan kontol yang tegang. Ira kembali menghisap kontolku dan tak lama dia jepit kontolku pada dadanya yg besar. “OOhh fuuckk, enak bgt Ira sayangkuu”, ujarku. Aku memohon ampun agar segera masukan saja kontolku pada vaginanya. Ira tertawa puas dan dia bangkit sambil memasukan kontolku perlahan pada vaginanya. Aku bisa merasakan vaginanya yg sempit dan mulai menjepit kontolku. Segera iya percepat Gerakan pinggangnya. Kontolku seperti diblender di dalam vaginanya. Ira memegang tanganku sambil aku arahkan wajahku pada dadanya. Aku ciumi dan aku jilati putingnya yg mungil. Ira semakin bergerak dengan cepat dan akhirnya iya berteriak,”Oooooohh bangsaaat aku keluaar, ooooh, oooooh…”, ujar Ira. Ternyata Ira sudah keluar dan sempat berhenti sejenak. Aku pun ingin bangkit menuntaskan kontolku yg sudah tegang. Tapi Ira melarangku. Kontolku yg masih tegang ini pun akhirnya dia goyang kembali dengan cepat. Lima menit kemudian dia meracau,”Aaaahhhh….Aaaaah….Aaahhh anjing aku keluar lagi”. Aku kaget ternyata dia orgasme lagi dan semakin kurasakan banjirnya liang vaginanya. Aku sempat kesal karena aku belum tuntas dan kali ini Ira memberiku kesempatan. Aku segera ambil posisi doggy, dan aku tusuk dengan cepat kontolku. Plok…plook…ploookk…plook…terdengar suara gesekan kontolku dengan liang vaginanya. Tiba-tiba…kriiing….kriiingg….kriiing….ponselku berbunyi. Ponselku yg berada diujung meja dekat posisiku ini pun ku ambil, aku kaget melihat Dewi menelpon. Aku hentikan sebentar gerakanku dan aku angkat telponnya. “Halo , ari kamu lg dimana?”, tanya Dewi. “Halo Dewi, aku lagi di hotel nih. Lagi lembur meeting online sama principalku di Eropa”, jawabku sambil aku coba atur nafasku. Rupanya Ira menyadari kalo aku sedang menelpon, iya Gerakan pantatnya maju mundur dan membuatku kaget. Nafasku memburu sekali dan suaraku mulai tidak karuan. “Aku kesana ya ri, aku kangen kamu”, ujar Dewi. “Duuuhh aku masih lama nih meetingnya, badanku capek bgt abis dari kilang. Besok malam aja gimana?”, jawabku. “Yaaah aku pengen kamu ri malem ini. Kamu sebenernya lagi ngapain sih? Kok denger sayup-sayup suara aneh terus nafas kamu juga aneh”, tanya Dewi curiga. “Ini suara Tv soalnya aku nyalain biar ga sepi. Ngga kok ini nafasku lg deg-degan nerima telpon kamu. Aku lanjut dlu ya sayang”, jawabku. “Aahhh Gombal bisa aja kamu Ari Perdana hahaha. Yauda kabarin aku ya kalo besok jadi ketemu”, jawab Dewi sambil menutup telpon.

Setelah itu, Ira terus memaju mundurkan pantatnya dan kali ini aku tusuk kontolku dengan cepat untuk menuntaskan nafsuku. Lima menit berselang aku merasakan akan memuntahkan lahar dingin. Ira segera membalikan badan dan berdiri. Iya hisap kontolku dan dia hisap semua pejuku sampai habis . Ira tersenyum puas.”Peju kamu rasanya enak ada manis-manisnya, obat awet muda nih kalo sama brondong”, ujar Ira. Memang betul umurku pada saat itu masih 28 tahun sehingga masih dianggap brondong olehnya. Aku pun terkulai lemas disamping Ira dan kami pun tidur berpelukan sambil aku kecup keningnya sebelumnya. Kami tertidur dalam keadaan tanpa busana.





Bersambung……..
 
aku nenye.... aku bertenye-tenyeeeee,,,, kapan dilanjut suhuuuuuuuuuu .,.,., :semangat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd