LockerKavyJones
Kakak Semprot
Chapter satu
Malam minggu ini terasa sepi, hanya suara jangkrik dan desau angin malam yg menemani. Gemuruh awan dengan sesekali cahaya kilat mewarnai langit, namun hujan tak kunjung turun, padahal sekitar sepuluh menit yg lalu rintik gerimis tipis sempat jatuh, namun tak sampai sepupuh menit gerimis itu hilang. Aku duduk diteras rumahku, sambil kubakar sampoerna mild menemaniku menikmati malam. Jam sudah menunjukan pukul satu dini hari, namun aku tak juga bisa terlelap. Sejujurnya, libidoku sedang tinggi, namun kepergian istriku, Sulistiawati (29) kerumah ibunya membuat malamku jadi pahit. Sudah satu minggu ini dia menginap disana. Bukan, kami bukan bertengkar, ini karena kehamilan istriku yang sudah mendekati waktu kelahiran anak kedua kami, jadi dia memilih pulang supaya ada yang berjaga bila ketubannya pecah. Fathan, putra kecilku yang masih berusia dua tahun pun turut ikut kerumah neneknya, jadi ya hanya tinggal aku sendiri disini. Duduk diteras sambil merokok jadi pilihan untuk mengusir kegusaran akibat tidak adanya pelampiasan birahi. Yah meski pemandangan yang kulihat hanya penampakan rumah-rumah subsidi tetanggaku yang berjejer, namun itu lumayan menghiburku. Mengamati pagar rumah tetangga yang estetik sambil menimbang-nimbang bentuk tembok pagar rumahku jadi pengalih mujarab buat libido yang hangat ini. Maklum rumah subsidiku belum ada pagar, hanya kanopi atap yg melindungi rumah kami dari terik matahari yg baru kupasang. Untuk sementara hanya tanaman-tanaman hias yg jadi pagar alami dirumahku, memang ini inisiatif istriku. Tanaman ini jadi hobby barunya saat kami menikah. Yah, semoga nanti ada rejekinya untukku membuat pagar tembok agar rumah kami semakin terjamin kenyamanan dan keamanannya, lagian Fathan sudah mulai hobby lari sana-sini, kasihan istriku, sudah lagi hamil, masih harus mengejar2 Fathan yang aktif luar biasa. Membuat pagar jadi opsi untuk mengamankan putra kecil kami ini.
Sedang asyik aku mengkhayalkan bentuk pagar impian tiba-tiba ponselku berdering, ada pesan whatsapp, siapa ini?
TEH WIRDA. Hmm? Kakak iparku mengirim pesan dijauh malam begini, ada apa ya?
"Dan, si sulis lagi nginep dirumah mamah?"
Isi pesan dari kakak iparku.
"Iya teh, kenapa gitu?" Balasku. Langsung centang biru, teh Wirda sedang mengetik. Gercep sekali, aku jadi penasaran ada hal apa sampai teh wirda bertanya hal yang bisa saja dia tanyakan besok, tapi mesti chat aku malam-malam begini. Ting! Notif lagi dari teh Wirda.
"Besok kamu dirumah ga?"
"Ada kok teh, kenapa?"
"Aku mau mampir, ada perlu sama kamu"
"Ohiya teh, jam berapa kira-kira?"
"Pagi, jam 9 lah"
"Ok kalo gitu.. Tapi bukannya kang Yusri masih di Kendari? Besok kesini sama siapa teh?"
Satu menit, dua menit, tiga menit, sampai sepuluh menit tak ada balasan. Ada apa ya kira-kira? Jarang sekali keluarga kakak iparku main kerumah. Memang kami masih satu kota, hanya beda kelurahan dan kecamatan saja, ditambah setauku suami beliau kang Yusri juga sudah dua minggu ini ada di Kendari. Ah yasudahlah, liat besok pagi saja.
Rokok sudah terbakar habis, karena besok pagi-pagi kakak iparku mau bertamu, sebaiknya aku tidur, supaya sempat membelikan sarapan dan makanan untuk disajikan besok.
Malam minggu ini terasa sepi, hanya suara jangkrik dan desau angin malam yg menemani. Gemuruh awan dengan sesekali cahaya kilat mewarnai langit, namun hujan tak kunjung turun, padahal sekitar sepuluh menit yg lalu rintik gerimis tipis sempat jatuh, namun tak sampai sepupuh menit gerimis itu hilang. Aku duduk diteras rumahku, sambil kubakar sampoerna mild menemaniku menikmati malam. Jam sudah menunjukan pukul satu dini hari, namun aku tak juga bisa terlelap. Sejujurnya, libidoku sedang tinggi, namun kepergian istriku, Sulistiawati (29) kerumah ibunya membuat malamku jadi pahit. Sudah satu minggu ini dia menginap disana. Bukan, kami bukan bertengkar, ini karena kehamilan istriku yang sudah mendekati waktu kelahiran anak kedua kami, jadi dia memilih pulang supaya ada yang berjaga bila ketubannya pecah. Fathan, putra kecilku yang masih berusia dua tahun pun turut ikut kerumah neneknya, jadi ya hanya tinggal aku sendiri disini. Duduk diteras sambil merokok jadi pilihan untuk mengusir kegusaran akibat tidak adanya pelampiasan birahi. Yah meski pemandangan yang kulihat hanya penampakan rumah-rumah subsidi tetanggaku yang berjejer, namun itu lumayan menghiburku. Mengamati pagar rumah tetangga yang estetik sambil menimbang-nimbang bentuk tembok pagar rumahku jadi pengalih mujarab buat libido yang hangat ini. Maklum rumah subsidiku belum ada pagar, hanya kanopi atap yg melindungi rumah kami dari terik matahari yg baru kupasang. Untuk sementara hanya tanaman-tanaman hias yg jadi pagar alami dirumahku, memang ini inisiatif istriku. Tanaman ini jadi hobby barunya saat kami menikah. Yah, semoga nanti ada rejekinya untukku membuat pagar tembok agar rumah kami semakin terjamin kenyamanan dan keamanannya, lagian Fathan sudah mulai hobby lari sana-sini, kasihan istriku, sudah lagi hamil, masih harus mengejar2 Fathan yang aktif luar biasa. Membuat pagar jadi opsi untuk mengamankan putra kecil kami ini.
Sedang asyik aku mengkhayalkan bentuk pagar impian tiba-tiba ponselku berdering, ada pesan whatsapp, siapa ini?
TEH WIRDA. Hmm? Kakak iparku mengirim pesan dijauh malam begini, ada apa ya?
"Dan, si sulis lagi nginep dirumah mamah?"
Isi pesan dari kakak iparku.
"Iya teh, kenapa gitu?" Balasku. Langsung centang biru, teh Wirda sedang mengetik. Gercep sekali, aku jadi penasaran ada hal apa sampai teh wirda bertanya hal yang bisa saja dia tanyakan besok, tapi mesti chat aku malam-malam begini. Ting! Notif lagi dari teh Wirda.
"Besok kamu dirumah ga?"
"Ada kok teh, kenapa?"
"Aku mau mampir, ada perlu sama kamu"
"Ohiya teh, jam berapa kira-kira?"
"Pagi, jam 9 lah"
"Ok kalo gitu.. Tapi bukannya kang Yusri masih di Kendari? Besok kesini sama siapa teh?"
Satu menit, dua menit, tiga menit, sampai sepuluh menit tak ada balasan. Ada apa ya kira-kira? Jarang sekali keluarga kakak iparku main kerumah. Memang kami masih satu kota, hanya beda kelurahan dan kecamatan saja, ditambah setauku suami beliau kang Yusri juga sudah dua minggu ini ada di Kendari. Ah yasudahlah, liat besok pagi saja.
Rokok sudah terbakar habis, karena besok pagi-pagi kakak iparku mau bertamu, sebaiknya aku tidur, supaya sempat membelikan sarapan dan makanan untuk disajikan besok.