Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA PERSONA (Famously Infamous part 1)

Status
Please reply by conversation.
Chapter 12: Eclipse









"Kakak kalo mau bangun bilang dong!" Hardik Feni, si cewek itu menghentikan aktivitas memasaknya.



"Eh iya... Sorry ya..." Gue refleks meminta maaf sebelum mikir, "lah anjing kok ada Feni? Ah iya mungkin ini mimpi hehehe tidur lagi ah." Lalu gue kembali rebahan dan memejamkan mata lagi.



"Ih si kakak mah kandjvsidpbsjansnsienapofnsok atuh." Si Feni melontarkan ocehan yang dari logatnya gue tau bahasa Sunda.



"Tapi gue kan gapernah tau bahasa Sunda..." Ingatan gue kembali ke salah satu bab awal buku terkenal dari Freud, Tafsir Mimpi, yang inti isinya kurang lebih gini.

"Kalian nggak akan pernah memimpikan sesuatu yang nggak pernah kalian alami. Walaupun kecil atau gede semua aspek dari mimpi seseorang pasti berasal dari pengalaman orang tersebut."

Otak gue langsung mikir keras di mana gue pernah denger bahasa Sunda ini. Gue gapernah ngomong Sunda sama siapapun, orang sekitar gue yang pernah ngomong Sunda siapa? Beby? Gapernah. Gita? Gapernah. Dey? Orang Betawi gitu mana bisa.



"Aaargh! Sakit fen!" Erang gue karena dia nyubit pinggang gue lumayan keras.



"Kakak mah disuruh bangun malah tidur lagi, kaya kebo!" Feni terlihat sedikit kesal dengan tingkah gue.



Wait. The pain is real.



"Ini bukan mimpi Fen?"



"Butuh dicubit lagi biar tau?"



"Eh nggak hehehee ampun... Jadi ini di tempat lu? Kok gue bisa di sini?" Situasi ini masih terasa nggak nyata buat gue.



"Jadi... Kakak lupa gimana ceritanya..." Mata Feni mulai membesar dan dia keliatan sedih denger pertanyaan gue. "Aku kira kakak bakal tanggung jawab... Ternyata semua cowok gini ya..." Suara Feni terdengar bergetar.



Oh shit. How did I get here. Anjing masa iya. Aduh mati. Mati mati mati. Gimana ini gue lupa semua tentang kemarin. Masa iya gue bungkus si Feni. Tapi gue mabuk parah kemarin aduh gimana ini anjing.



"Gerald." Kata gue setelah otak gue tadi not responding. "Hape gue mana Fen?" Lalu Feni menyerahkan handphone dan gue langsung nelpon Gerald. Telpon gue lama nggak dijawab sama Gerald, dugaan gue karena dia masih teler sisa mabok kemaren, tapi gue tetep nggak nyerah buat ngehubungin dia. Setelah beberapa saat baru terdengar suara sengau dari Gerald



"Halo... Siapa neh..." Kata Gerald dengan kondisi setengah sadar.



"Ini Nick." Gue langsung pindah ke balkon kosan Feni supaya bisa ngomong agak keras. "Ger, wake up please, gue mau tanya ama lu, gue kemaren bungkus cewe?"



"Haaaaah mana bisa dah... Seinget gue lu teler sampe mau jackpot deh... Terus... Terus... Tiba-tiba udah sama cewe... Terus dia bilang mau bawa lu pulang... Ya gue iyain de... Kan lu udah mabok parah... Terus gue tau dia member juga jadi gue iyain..."



"Eh okay... Eh tapi kok lu tau dia member?"



"Pernah liat gue pas nganterin Vivi..."



"Eh... Okedeh, bye." Gue menutup telpon dan melihat ke arah pintu balkon, terlihat si Feni terkekeh geli mendengar pembicaraan gue dengan Gerald. "Guyonan lu bener-bener deh gen." Gue cuma bisa masang senyum kecut karena keisengan dari Feni.



"Hihihihi habisnya kakak juga panik gitu, lucu mukanya," kata Feni masih dengan tertawa kecil.



"Yaudah deh gue mau balik dulu, ntar gue mau kerja."



"Jadi gitu balesannya? Padahal aku udah susah-susah nganterin kakak sampe ke sini tapi kakak gitu doang? Gatau terimakasih banget," kata Feni dengan wajah sinis sambil mendekapkan kedua tangannya.



"Terus maunya?"



"Temenin aku sehari ini."



"Hari ini gue kerja Fen, lain waktu aja deh ya, sorry..."



"Ijin ke kak Kinal. Temenin aku hari ini, kalo nggak aku bakal bilang ke staff kalo kakak tidur sama aku."



"What the f... But you don't have the proof right?" Mendengar perkataan gue Feni menunjukkan foto gue yang sedang meluk dia kemarin. "Fuck." Gue langsung nelpon kak Kinal.



"Halo... Iya, aku ijin nggak ngajar hari ini ya kak, I'm a little bit under the weather today... Iya maaf ya kak... Oh iya ntar telpon aja kalo udah fix, oke, thanks kak, maaf banget ya... Oke see you..." Tutup gue sambil matiin handphone. "Now what?" Kata gue sedikit kesal ke Feni.



"Kakak ganti baju dulu, aku selesaiin masak dulu habis itu kita makan terus temenin nge-gym ya?" Perintah Feni dengan wajahnya yang manis.



"Kamu yakin mau sarapan dulu sebelum nge-gym?"



"Iyalah kak, tenang aja karbonya nggak banyak kok jadi nggak akan kenyang-kenyang amat hehe." Walaupun gue masih kesel tapi ngeliat senyum Feni bikin gue mau gamau luluh juga.



"Okedeh, gue ambil baju dulu deh di mobil. Kunci mobil gue mana?" Kata gue sambil masuk ke kamarnya lagi.



"Di atas rak situ..." Gue langsung masuk buat ngambil kunci."Eh kak." Panggil Feni dari balkon kamar. "Balik ya kak, cowok yang dipegang omongannya kan?" Gue nggak jawab pertanyaan retoris tersebut karena gue nggak ada keinginan kabur juga.







Selesai dari mobil gue liat Feni udah selesai dengan kegiatan memasaknya. Ada dua porsi seared tuna, kentang puree, dan asparagus. "Kamu sering masak gini Fen? Enak nih keliatannya." Mood gue yang tadinya masih agak kesel jadi terhibur ngeliat makanan enak.



"Eh kakak udah ganti baju di mobil? Kirain gantinya di sini."



"Ye gila lu nggak enak lah gue..." Omongan gue terpotong oleh dering di handphone gue yang rupanya dari Dey. "Eh Fen, diem dulu yak, gue mau angkat telpon bentar. Halo?"



"Halo, kakak gapapa kan? Maaf ye kak gara-gara aku kemaren kakak pulang malem..."



"Iya aku gapapa kok, nggak usah ngerasa bersalah gitu, cuma butuh istirahat doang kok, besok aku pasti udah ngajar kok..."



"Jangan lupa makan yang banyak sama minumnya kak! Beneran loh ini!"



"I--iya iya tenang makanku banyak kok, oke sayang aku mau makan dulu ya, see you..." Gue mencoba menutup percakapan tapi Dey nggak jawab, pun nutup teleponnya. "Kenapa?'



"Uh... Kakak ngga mau manggil aku apa gitu?" Shit, kalo gue jawab pasti Feni bakal tau dong kalo gue pacaran sama Dey. Gue langsung pergi ke balkon kosan Feni lagi, Feni diem aja pas gue berisyarat kalo mau ke balkon kamarnya.



"Halo..." Buka gue setelah pindah ke balkon Feni.



"Iya kak?"



"See you deyang, deya sayangku..."



"Hihihihi makasih kak, cepet sembuh ya kak Nick sayang, see you..." Akhirnya Dey menutup telponnya. Perasaan gue sedikit campur aduk karena ngerasa bersalah karena bohong ke dia. Setelah perasaan gue agak tenang gue balik lagi buat sarapan sama Feni. "Sorry ya, tadi..."



"Pacar?" Jawab Feni singkat dengan sambil menyendok puree kentang ke mulutnya.



"Iya...



"Oh... Member?" Mata dia ngeliat langsung ke mata gue, seakan mencoba membaca jawaban gue. "Kalo iya sih gapapa kak, aku nggak akan ngapa-ngapain juga kok." Feni memasang senyum cerianya yang khas.



"Iya, Dey."



"Oh wow..." Ucap Feni terkejut saat gue menyebut nama Dey.



"Ya gitu deh pokoknya, udah makan dulu." Setelah itu kita langsung makan tanpa bicara banyak.





"Fen, kita hari ini mau ke mana aja sih? Nge-gym doang?" Tanya gue saat Feni mencuci alat memasaknya.



"Oh iya! Untung kakak ngingetin!" Feni lalu mengambil hape dan menelpon seseorang. "Halo... Iya kak, ini saya Feni yang reservasi buat jam 4 nanti... Mau ngomong kalo saya reservasi tempat buat 2 orang kak, bukan satu orang, bisa diganti nggak kira-kira... Oh bisa kak? Oke saya ganti dua orang ya kak... Iya jamnya tetep... Baik kak, makasih banyak... Oke pesenannya udah aku ganti kak, jadi nanti sore kakak temenin aku makan ya agak sorean."



"Jadi... Kegiatan kita cuma dua itu aja hari ini?" Tanya gue dengan mengernyitkan dahi sambil ngeliat ke dia.



"Iya, kenapa?"



"Jadi penasaran aja gue, kenapa harus sampe ngambil libur segala..."



"Hm... Pertanyaannya disimpen dulu deh kak, ntar selesai nge-gym aku kasih tau. Udah kak aku mau ganti baju dulu ya, ngadep pintu dulu, jangan ngintip!"



"Lah? Kamu ganti di sini? Nggak di kamar mandi?"



"Kan ini kamar aku kak?"



"I--iya juga sih..." Gue akhirnya terdiam dan membelakangi Feni.



"Udah kak." Gue langsung refleks noleh ke belakang, ngeliat dia yang udah ganti pake legging dan sports bra. Gue terpana ngeliat bentuk badannya yang... Walaupun kecil tapi kejaga banget. "Ngeliatin apaan sih kak?"







"Uuh... Itu... Abs kamu bagus," kata gue tergagap entah karena apa.



"Mesum!" Lalu Feni memakai luaran kaos dan menutupi lekuk badannya itu. "Tapi emang badan aku bagus sih," kata Feni lalu tertawa. "Yuk kak." Lalu kita berdua turun ke gym yang ada di dekat kosan dia.





Di gym gue nggak banyak bicara dengan Feni karena dia keliatan serius dengan workout-nya jadi gue nggak berani ganggu. Gue langsung memilih treadmill karena gue jarang lari. Nggak lupa gue masang playlist electronic circus di spotify, biar lari gue rasanya kaya mau party diiringin beat-beat yang bouncy. Baru berapa menit gue lari, ada telpon masuk dari kak Kinal.



"Halo kak? Ada apa?" Kata gue sambil ngode ke Feni kalo gue mau jawab telpon gue di luar.



"Kamu udah mendingan? Aku mau kabarin kamu tentang member yang jadinya dipindah ke tim T."



"Oh... Iya kak, aku udah mendingan kok, jadinya siapa yang mau ke team T?"



"Mirip sama pas terakhir kita ketemu itu sih. Ada Yori, kapten Celine, terus Anin."



"Hah Anin? Triple team dong?"



"Iya, makanya kalo bisa buat calon dari akademi cari 14 ya, jadi ada backup satu."



"Oke, kak. Ada lagi nggak?"



"Udah sih itu aja, udah ya, kamu istirahat yang bener, aku tungguin setoran namanya."



"Oke kak, makasih ya, bye..." Gue menutup telpon dan kembali ke gym tadi.



"Siapa kak?"



"Kak Kinal, biasa, kerjaan." Gue lalu duduk di depan Feni yang sekarang lari di treadmill. "Oh iya, Fen. Lu belum jawab pertanyaan gue tadi, kenapa lu ambil libur?"



"Hmmm........" Kini dia berhenti berlari dan duduk di samping gue sambil minum. "Matahari aja ada gerhana kak, aku juga butuh istirahat dong kak dari mata dunia." Jawaban dia yang kedengeran aneh membuat gue mengernyitkan dahi kedua kalinya hari ini.



"Analogi lu aneh sih, tapi bolehlah, masuk akal." Gue ngeliatin wajah Feni yang nggak begitu berkeringat, menunjukkan kalo stamina dia di atas rata-rata. "Oh iya, kenapa lu kemaren ke klub? Emang boleh ya?"



"Pertanyaan selanjutnya dijawab setelah makan nanti ya kak!" Kata Feni dengan nada bicara persis member yang ngasih template ke fans pas handshake.



"Yelah gue bukan fans, jangan dikasih nada template gitu hih!" Ekspresi gue dongkol karena kena template.



"Hahahaha iya kak, beneran kok, setelah ini aku jawab pertanyaan itu, oke?" Lalu dia memasang senyum lembut mulai berdiri lagi. "Jadi, balik atau lanjut?"



"Terserah sih, set lu udah selesai?"



"Belum sih kak, tapi kakak yakin bisa ngikutin?" Feni bertanya dengan nada meremehkan.



"Bisa lah, Ayuk lanjut!" Kata gue yang bersemangat buat workout lagi. "Oh iya, kalo lu latihan emang gabisa diganggu gitu ya? Serius amat keliatannya?" Tanya saat kita udah mulai lanjut workout lagi.



"Mmm mungkin karena aku biasa latihan sendiri sih kak, jadinya kaya serius gitu. Kalo mau ngajak omong ya sok ajak ngomong aja sih kak." Kembali senyum Feni merekah menjawab pertanyaan gue tadi.



"Gue mau tanya sama lu, menurut lu siapa member terbaik di JKT saat ini?" Sejujurnya gue gatau kenapa nanyain ini, I'm just shooting in the dark, tapi wajah Feni keliatan aneh dengan pertanyaan gue. "Eh kalo gaenak mau jawab gapapa sih gue iseng doang itu..."



Feni masih terdiam, seperti mencerna pertanyaan gue matang-matang, butuh beberapa menit sebelum dia akhirnya buka suara. "Kakak mau aku jawab jujur atau nggak?"



"Kalo jujur?"



"Shani."



"Kalo nggak?"



"Shani."



Kini giliran gue yang terdiam, jawaban Feni rasanya nggak masuk akal di kepala gue. "Lah, terus bedanya apa?"



"Kalo misal aku nggak jujur aku nggak akan jawab siapa member terbaik kedua setelah ci Shani."



"Kalo jujur?"



"Aku member terbaik setelah ci Shani di JKT48." Feni mengatakan kalimat itu dengan raut wajah tanpa beban, seolah memang dia percaya kalau dia adalah member terbaik di JKT48.



"Wow, what a confidence... Apa dasar lu bilang gitu?"



"Ya... Dari performance, menurut kakak aku bagus nggak?"



"... Okay you got that point, terus apa lagi? Being an idol isn't merely about perf--"



"Aku salah satu member yang awalnya nggak bisa dibilang istimewa, kalo di gen 3 aku jelas kalah sama Michelle tapi sekarang dia udah grad, dan dari situ aku sekarang jadi center team J. Dari kehidupan biasaku juga nggak terganggu oleh zombie-zombie yang ngikutin member, aku bisa dengan jelas memberi batasan ke fans-fans aku antara idol dan orang biasa."



"Terus kenapa lu kalah sama Shani?" Gue mulai tertarik buat mendebat pernyataannya yang kalo misal keluar ke media bisa jadi skandal paling gede buat antar member JKT48.



"Karena bakat." Feni kini menghentikan workoutnya dan berpindah ke treadmill. "Kakak percaya kalo manusia punya bakat sendiri-sendiri?"



"Well... Bisa dibilang gitu, tapi di JKT gue jadi bisa liat kalo usaha keras bisa ngalahin bakat."



"Tapi kak," kini matanya mengarah ke gue, dengan tatapan seolah mengasihani gue. "Kalo ada dua orang yang sama-sama berusaha 100%, yang bedain hasilnya itu bakat. Itu yang terjadi dengan aku dan Shani."



Gue langsung terdiam seribu bahasa mendengar jawaban Feni yang nggak pernah gue denger tapi bener-bener masuk akal.



"Dulu usahaku dan Shani hampir sama kak, tapi bakat yang bedain kita berdua, bawaan dari visual juga sih, dan perawakan tubuh aku yang nggak disukai beberapa orang. Dulu aku sempet down, tapi dari sana aku sadar kalo kita nggak akan bisa dicintai orang lain kalo nggak mencintai diri sendiri, makanya aku jadi..." Feni berusaha mencari kata yang tepat buat melanjutkan kalimatnya.



"Percaya diri?"



"Ah iya, percaya diri! Makanya aku bisa jadi percaya diri sampe sekarang." Mukanya sekarang keliatan riang kembali.



"Tapi gila juga ya, it is really hard to be confident di bidang kerjaan kaya gini, yet you could make it. Ditambah lagi kepercayaan diri lu yang berbatasan tipis dengan kesombongan diri, that's insane to be honest."



"Terus kenapa? I'm proud to be that insane kok."



"aneh aja gitu ngeliat kamu dari yang biasanya suportif ke orang sekarang malah membanggakan diri sedniri di atas orang lain." Kini kami berdua bertatapan, mata Feni keliatan annoyed beberapa saat lalu kembali tenang.



“kalo kita nggak bisa banggain diri dan mencintai diri sendiri kita nggak akan bisa support orang lain kak.” Gue terkekeh, bukan karena lucu tapi karena pemikirannya yang bener-bener mirip dengan gue.





----





Sekarang udah lumayan sore sekitar jam 3 lebih. Gue dan Feni barusan menyelesaikan workout. "Eh Fen, habis ini kita ke mana?" Tanya gue yang langsung merebahkan diri di kasur Feni.



"Ke restoran... Ih kakaaaaak, bau! Mandi dulu!"



"Ah lu dulu deh... Gue mager..."



"Hiiiih yaudah aku mandi dulu, jangan tidur loh!"



"Iya-iya dah sana mandi." Setelah itu gue melanjutkan rebahan di kasur.





Baru beberapa menit gue merebahkan diri, tiba-tiba ada yang menepuk-nepuk pipi gue.



"Kak... Bangun dong... Cepet mandi..."



"Eh iyaaahh... Kok udah selesai.... Hoaaam" kata gue dengan masih mengantuk berat.



"Iyadong cepet... Yuk bangun yuk kak... Ayo kak Nick, bangun~" Feni menarik tangan gue dan berusaha membuat gue berdiri. Dengan gontai gue perlahan ke kamar mandi, tapi saat gue mau masuk kamar mandi tangan Feni menghentikan gue dari belakang. "Oh iya kak, handuknya cuma ada ini, sisanya lagi di laundry, maafin ya," kata Feni dengan menaruh handuk di pundak gue.



"O--oh iya gapapa kok..." Kata gue sambil masih mengantuk lalu masuk ke kamar mandi.



Di kamar mandi gue menyadarkan diri gue dulu dengan cuci muka. Setelah agak sadar, gue mengeringkan wajah gue dulu dengan handuk yang tadi Feni kasih ke gue. Awalnya gue fine-fine aja dengan ini tapi gue baru sadar kalo... Handuknya Feni basah. Sebenernya ini bukan masalah gede, tapi begitu gue mencium bau dari handuk itu gue mencium bau sabun... Yang berarti handuk ini tadi dipakai Feni mandi.



"Eh tadi apa Feni cuma pake handuk ya pas bangunin gue, kalo iya berarti..." Pikiran gue diisi oleh pikiran kotor tentang kejadian tadi.



"Kaaaaaak, mandi yang cepet! Jangan telat!"



"EE IYA! BENTAR!" Gue yang kaget langsung mandi cepet-cepet.



Setelah mandi gue keluar kamar mandi masih dengan kaos tadi. Tapi di hadapan gue terlihat sosok Feni yang cantik dengan dress yang menutupi setengah pundaknya, gue sampe melongo beberapa saat karena kecantikannya.



"Kak! Kok malah bengong, cepet ganti!"



"Loh... Eh... Kok pake gitu... Gue gada baju formal nih..." Gue yang linglung karena melihat kecantikan Feni menjawab sekenanya.



"Oh... Bentar, aku punya baju di lemari." Lalu Feni mengubek-ubek lemarinya dan mengeluarkan satu stel baju formal lengkap dengan jas. "Nih, pake." Muka Feni keliatan kesel pas ngeliat baju ini. Gue yang tidak mau tau banyak-banyak langsung memakai baju itu, yang ternyata pas buat gue.



"Udah cocok kan buat gandeng lu?" Goda gue saat berkaca dengan attire bagus gini, tapi Feni masih diem aja. "Udah kan gini aja?" Tanya gue berusaha memecah lamunan Feni.



"O--Oh iya udah, ayo." Lalu kita berdua keluar dan Feni mengunci kamarnya. "Pake mobil kakak ya?"



"Sure~" gue berjalan santai sambil merasa keren karena baju ini emang bagus di gue (menurut gue sih). Gue dikagetin dengan tangan yang tiba-tiba merangkul lengan gue. "Loh heh?"



"Katanya mau tau cocok atau nggak gandeng aku. Dibuktiin aja kan?"



"Don't blame me kalo ini sampe keluar ke fanbase-mu,” kata gue dengan senyum nakal lalu kita langsung menuju ke restoran yang Feni inginkan, yang ternyata ada di sebuah hotel yang fancy. Pantesan Feni minta gue pake baju formal gini. Kita berdua langsung duduk di tempat yang sudah dipesan Feni tadi. Setelah kita memesan makanan. Feni memesan beef steak with mashed potato sementara gue yang males pesen yang ribet memilih spaghetti carbonara. “Nggak bosen makan mashed potato seharian?” tanya gue dengan muka aneh karena Feni kembali makan mashed potato mirip pagi tadi.



“Emang kakak pernah bosen makan mie?”



“Ya nggak sih…”



“Yaudah aku nggak bosen kook,” ejek Feni sambil melet. “Udah kak mau pesen dessert apa?”



“Aku nurut aja sama kamu fen, nggak begitu suka dessert.”



“Cieee aku kamu sekarang…” Goda Feni sambil nunjuk-nunjuk gue.



“Yaudah aku balik—“ aku langsung berdiri dari



“Eh eh eh iya iya maaf kakak mah mainnya gitu…” jawab Feni dengan muka memelas, yang hanya kubalas dengan wajah jutek.



Beberapa menit setelah kami berbicara pesanan kami akhirnya dateng. Begitu makanan tersaji di atas meja feni langsung mengeluarkan hapenya. “Kak, minggir.”



“Lah ngapain?”



“Aku mau foto makanannya dulu, buat konten.”



“Oh… okay…” gue keluar dari frame kamera Feni dan melihat dia beberapa kali mengabadikan makanan dia, tanpa makanan gue tentunya.



“Udah, upload!”



“Lah? Nggak ada foto lu?”



“Hmm… enaknya gimana?” Wajah Feni terlihat bimbang saat akan mengunggah fotonya.



“Dih, siniin hapenya.” Gue lalu mengambil hape dari tangannya. “senyum!” perintah gue sambil masang pose mirip fotografer handal. Feni lalu menangkap perintah gue dan memasang senyum lebarnya



CKREK CKREK







“Liat.” Kata gue sambil memperlihatkan layar hapenya. “Kamu cantik.” Wajah Feni bersemu merah, setelah itu kami mulai menikmati makanan kami.





“Fen, menurut kamu siapa member akademi yang punya potensi bagus?”



“Ya a—“



“Kamu bukan anak akademi Fen hehehehehe.” Kata gue sambil senyum kesel.



“hihihihhi tapi aku masih muda loh kak,” kata feni sambil membuat puppy eyes.



“Kalo itu nggak usah ditanya juga tau… tapi ini aku serius nanyanya…”



“Hmm… kalo menurutku sih semuanya punya potensi kok. Tapi kalo sekarang kelihatannya nggak ada yang bisa kaya aku.” Feni meneguk minuman yang disajikan oleh waiter yang ternyata wine. Gue ngeliat gelagat Feni yang keliatan sedikit mabuk.



“Yee balik sombong lagi… ya jelas nggak ada lah, mereka kan belum ada pengalamannya. Tapi aku percaya kalo ntar ada yang bakal bisa ngalahin pencapaian kamu dan Shani.”



“Kalo aku mungkin bisa kak, tapi kalo shani? What are we before the blessed ones?” Feni terkekeh geli sambil minum lagi.”emang menurut kakak siapa yang bakal ngalahin aku? Dey?”



“Gatau juga sih, mungkin? Bisa aja yang lainnya juga.”



“Kenapa kakak suka sama Dey?”



“Hmm gatau gue, kalo bisa dibilang emang jalannya gitu kali?”



“Yah jawabannya diplomatis banget kaya member. Jawabnya harus pake gombal dong kaya pas hi-touch,” kata feni sambil tertawa, tapi kali ini tawa Feni agak aneh karena keliatannya dia udah mulai mabuk.







“Ih masih diinget dong… oke… kalo aku ngeliat kamu yang terlintas adalah musim panas. Bayangan matamu adalah cahaya matahari terang, mirip sama aku. Tapi kalo aku ngeliat Dey yang terlintas adalah malam yang cerah dan berbintang, nggak cuma malam, tapi seluruh hariku terlihat di matanya yang menawan seperti indahnya siang dan malam… gimana? Udah cukup?” kata gue sambil menoleh kearah Feni yang gatau kenapa menitikkan air mata. “Fen, kamu gapapa?”



“E—eh iya kak gapapa. Kakak so sweet banget deh jadi cowok… andai aku punya pacar kaya kakak…”



“Loh bukannya ceritanya aku jadi pacar kamu sekarang?” kata gue tertawa. “sekarang gentian aku yang nanya, kenapa kamu kemarin ke club?”



Feni tidak langsung menjawab pertanyaan gue, melainkan tertawa kecil sebelum benar-benar menjawabnya. “Kalo mau off emang aku selalu ke sana kak.”



“ngapain?” pertanyaan gue nggak terjawab sama dia, gue mau pushing the topic tapi rasanya nggak enak juga, ditambah dia yang sekarang udah makin mabuk. “Yuk balik, masih bisa jalan kan?”



Feni berdiri dari kursinya dan pergi membayar pesanan kami tadi, tapi begitu keluar dia keliatan agak sempoyongan. Gue langsung memapahnya ke mobil dan bergegas balik.



“kamu minum segitu masa udah sempoyongan Fen…” gue melihat dia dengan khawatir karena gue gatau kalo toleransi alkoholnya rendah banget.



“uuuh… iyah…” hanya kata itu yang terucap dari bibir feni sebelum dia terlelap di kursi penumpang di belakang, dengan segera gue nganter dia balik ke kosannya lagi.

Begitu sampe parkiran gedungnya gue langsung menggendong dia di punggung gue karena Feni masih lelap tidurnya. Gue kira gue akan keberatan ternyata si Feni bobotnya ringan banget.



“Ah akhirnya sampe juga. Udah tidur dulu ya, aku mau balik.” Tepat saat gue mau berdiri Feni memegang baju gue dari belakang.



“temenin tidur ya kak?”



“lah udah sadar?”



“Masih agak pusing sih kak… temenin ya… please.” Kembali, tatapan memelas Feni bikin gue kasihan dan memutuskan untuk menemani dia.



“Btw kamu yakin mau tidur pake dress gitu? Nggak mau ganti dulu?”



“Mau gantiin baju aku kak?”



“What…kamu pasti masih mabuk.”



“Gampang kok kak…”



“Nggak malu kalo aku liat?”



“yaudah, kalo kakak malu lampunya matiin aja.”





“Tapi—“



“Udah, matiin aja.” guepun mengalah dan mematikan lampu kamarnya. “nah, kalo udah sini lepasin.” Guepun berasa terhipnotis dengan perintah Feni dan melepas bajunya dari belakang. Gue bisa ngerasain seluruh lekuk tubuhnya dari samping karena bajunya yang ketat itu. “nah kalo udah gentian—“



“Eh, gue—“ gue yang kaget spontan menjauh dari Feni.



“Udah, sini aku lepasin.” Feni terus menarik-narik tanganku agar dekat dengannya.



“Ah iya gue lepas sendiri, kan gue masih sadar.”



“Yaudah, sok lepasin semua.” Dan akhirnya gue melepas semua setelan tadi dan hanya menyisakan pakaian dalam. “nah kalo udah lepas semua sini kak tidur di sebelah aku.” Kata Feni lembut sambil menepuk-nepuk kasurnya.









“loh nggak butuh—“



“biar adil nggak usah ganti semua, sini!”gue kaget karena dengan satu tarikan keras badan gue terjatuh dan hampir menindih Feni.



“Niat kamu sebenernya apa sih nyuruh aku nginep sini?”



“Kakak udah tau kan?”



Dengan lampu kamarnya yang udah dimatiin, gue terbawa suasana dan nyium dia sambil merem.



Nggak disangka-sangka dia nampar gue. "Aduh! Kenapa sih?!" Kata gue yang kesel dan kaget dengan tamparannya yang lumayan keras.



"Kalo nafsu mah nafsu aja kak, gausah pake perasaan." Gue terdiam beberapa saat mencerna kata-kata Feni, bingung membalas perkatannya. “udah, lanjut lagi…” Feni merengek dan mencaro-cari bibir gue di tengah kegelapan. “Oh iya, lupa kak.” Feni mengambil hapenya dan memutar lagu Mimpi yang Hina, lagu dia di SSK kemarin. “aku kalo denger ini jadi gampang sange kak.” Sekilas terlihat bayangan bibirnya yang tersenyum nakal, yang langsung kusambar tanpa basa-basi.



Tangan gue mulai meraba-raba seluruh bagian tubuhnya, punggung, pundak, pinggul, semua bagian tubuhnya gue raba dengan lembut sambil menikmati lagu tadi. Di tengah-tengah pergumulan kami berdua dia masih sempat-sempatnya menyanyikan satu bagian reff di lagu itu, yang bikin gue makin kepalang sange. Tepat saat lagu itu berakhir, gue membisikkan satu hal ke telinga Feni.



“kamu tau, dari semua tipe wanita di dunia, wanita kaya kamu yang paling bikin sange.” Bisik gue lalu mencium bagian lehernya sambil sesekali menjilat lehernya.



“aah… desire me more kakhh…” kata Feni di tengah desahan lembutnya.



Setelah itu, nafsu sepenuhnya telah mengambil kendali gue. Nggak ada yang gue ingat selain gue yang melampiaskan nafsu gue ke Feni, setlist Idol no Yoake yang mengiringi pergumulan kami, dan tindakan bodoh gue yang mengambil video pergumulan gue dan feni, yang malah disambut dia yang bergaya seperti idol yang membawakan lagu kesukaan penontonnya.







---







Gue terbangun pukul 5 pagi, dengan keadaan Feni masih berada di pelukan gue. Saat gue menggerakkan tangan gue pergi dari pundak Feni, tangannya menahan gue untuk pindah.



“peluk dulu ya kak…”



Gue yang tau kalo dia lagi dalam fase manja tidak menjawab kata-katanya, tapi hanya membiarkan tangan gue dipegang erat oleh Feni.



“Aku dulu ketemu pacar aku di klub yang aku datengin itu, terus kita pacaran, dan kita pernah janjian buat makan di restoran yang kemarin kita datengin. Maaf ya bikin kakak jadi pelarianku.” Feni lalu terdiam dan gue juga nggak mau nanyain dia perihal itu. Gue cuma diem aja sambil sesekali mengelus rambutnya. “Kak?”



“Kakak mau jadi sefure-ku?” gue agak kaget dengan pertanyaan Feni.



“Aku sih mau aja, tapi kenapa kamu nawarin gitu?”



“Karena… ini enak kak, tapi aku tau hati kakak buat Dey, aku takut kalo aku bisa ngerebut kakak dari Dey.”



“Ya… kalo maumu gitu gapapa sih, aku juga mau kok…” gue terdiam dan menghela nafas, menyiapkan apa yang akan gue omongin selanjutnya. “aku juga maaf ya, rasanya kemaren aku ngelakuin ini pake perasaan dikit.”



“iya, nggakpapa sih kak, nggak mungkin juga kita ngelakuin ini tanpa perasaan.”



“Lah kemarin kamu bilang—“



“udah kak iyain aja.” Feni lalu berbalik dan mencubit pipiku. “udah kak, mau pulang jam berapa? Aku habis ini mau jogging.”



“5 menit lagi deeeh, masih ngantuk.”



“yeee si kakak mah, ntar kalo ngebo lagi aku cubit terus aku kasih tau Dey!”



Gue nggak mendengarkan omongannya dan kembali tidur
 
Terakhir diubah:
hai suhu-suhu semuanya. Tepat waktu kan weekend di-up? iyadong memang saya menepati janji:hammer:
hehe canda. jadi saya mau curhat (lagi) nih, jadi selama seminggu kemarin saya bisa dibilang in the deep water, sampe-sampe saya ngga sempet buat ngecek ke sini ataupun ngelanjutin cerita ini... mohon maaf banget buat yang udah nunggu dari kemarin dan makasih juga buat yang udah nungguin... (dan buat kalian juga yang nungguin ss di cerita ini, yang ternyata gada :hammer: )
kalau semisal ada komen atau kritik atau mau ngomong apapun silakan komen aja yaw.
sekali lagi maaf dan selamat menikmati:ampun:

kalo ada yang bisa nebak nick menggambarkan Dey pake puisi apa saya spoilerin dua chapter depan gimana ceritanya
 
Wewww ditunggu suhu
Ditunggu hu...
Ditunggu hu
Ayok hu udah mau abis nih weekendnya hehehe;)
weekend udah selesai nih , di tunggu update nya suhu
Belum nihh suhu
Masih menunggu...
Wah seru nih ayo hu update wkwkwk
menarik nih teasernya wkwk ditunggu hu :o
Belum nih hu
masih menunggu....
Numpang lewat hu :ngacir:
Ini belum update ni
up lagi hu
mantau sini lagi deh wkwk
Memasuki weekend lagi nih suhu...
numpang lewat lagi :ngacir:
di tunggu lanjutannya suhu
Belum nih hu?
Masih menunggu lanjutannya hu
udah apdet nich mon maap pesanannya lama:hammer:
Kayaknya bukan dey kalo ngomong gini hehe
emang bukan wkwk
Sape nih, tapi belum waktunya dey debut yak
enaknya didebutin nggak nih
 
Hmm escanor, matahari
Apakah salah satu member akademi yang masuk tim t
mmmmmmmmm g
Ashel hehehe
ini saya masukin langsung hilang cerita saya hehe
Penjelasan Nick soal "Hell is other people" tepat banget, kerennn bisa masukin filsafat ke cerita

btw Shani mending baca The Myth of Sisyphus-nya om Camus aja biar gak minder, atau malah mau lebih edgy? Baca om Nietzsche aja eheheheh

hmm, Escanor, Divine Axe Rhitta, matahari

Escanor, S K Nor, Nor.
matahari = sun
Sunorhitta, senorita?

mbuh random banget wkwkwkwk
kak nick aja mau baca filsuf gitu RAM-nya mentok
Escanor... nor nor.. nur..
Nurhayati ?? Zahra nur ??
tetot
Escanor? Anak matahari dong

Vivi or Mira?
tetot
Waduh chapter terakhir cliffhangernya nanggung banget :D
emang gitu yang nulis nyebelin banget
 
Hmmm ada bagian yang hilang di part Feni ini... Tanggung sex scenenya... Kalo gue mah bebasin imajinasi seliar-liarnya, begitulah fiksi... Melampiaskan apa yang tidak bisa dilakukan dalam realita.

But it's okay, your story, your teritorry. Who am I to judging, ku cuma penikmat hehe
 
mantap... makasih updatenya hu... btw chapter kali ini bener2 banyak kalimat yg penuh makna banget... sering2 dah selipin hal ginian wkwk
 
hai suhu-suhu semuanya. Tepat waktu kan weekend di-up? iyadong memang saya menepati janji:hammer:
hehe canda. jadi saya mau curhat (lagi) nih, jadi selama seminggu kemarin saya bisa dibilang in the deep water, sampe-sampe saya ngga sempet buat ngecek ke sini ataupun ngelanjutin cerita ini... mohon maaf banget buat yang udah nunggu dari kemarin dan makasih juga buat yang udah nungguin... (dan buat kalian juga yang nungguin ss di cerita ini, yang ternyata gada :hammer: )
kalau semisal ada komen atau kritik atau mau ngomong apapun silakan komen aja yaw.
sekali lagi maaf dan selamat menikmati:ampun:

kalo ada yang bisa nebak nick menggambarkan Dey pake puisi apa saya spoilerin dua chapter depan gimana ceritanya
itu shakespeare lagi bukan hu? mirip sonnet 43 :hammer:

btw nice update hu :beer:
 
Hmmm ada bagian yang hilang di part Feni ini... Tanggung sex scenenya... Kalo gue mah bebasin imajinasi seliar-liarnya, begitulah fiksi... Melampiaskan apa yang tidak bisa dilakukan dalam realita.

But it's okay, your story, your teritorry. Who am I to judging, ku cuma penikmat hehe
Nah! Kemaren saya juga mikir ini sebenernya... Tapi pada akhirnya tidak ada sex scene karena biar Nick dan Feni yang menikmati malam itu (selain karena kalo nulis ss jadi lama lagi gitu hehe) terimakasih opininya suhu
mantap... makasih updatenya hu... btw chapter kali ini bener2 banyak kalimat yg penuh makna banget... sering2 dah selipin hal ginian wkwk
Hehehe itu mah pinter-pinternya si Nick ngebacot aje hehehe makasih hu
itu shakespeare lagi bukan hu? mirip sonnet 43 :hammer:

btw nice update hu :beer:
Mohon maaf tapi bukan hu~
langsung kebayang 4 baris pertama She Walks in Beauty-nya Lord Byron
........ Masih ketebak dong, padahal terjemahan saya udah agak ribet gitu... Keren deh hu sudah bisa menebak, saya kirim spoilernya, read at your own risk :ngacir:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd