Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Argh, setelah dibaca lagi yang 70% udah dibuat kemarin rasanya hambar banget. Feelnya gak dapet.

So, dengan berat hati harus saya tulis ulang dan artinya delay lagi...Hehe, maaf ya semua :o
 
Dinda Dengan Tubuh Telanjang Sedang Menari nari Di Hadapan Asep,
Asep Menatap Dinda Dengan Sorot Mata Yang Penuh Nafsu,Lalu Asep Mencoba Mendekati Dinda Untuk Segera Menuntaskan Birahi Yang Melandanya.Dinda Lalu Menahan Laju Asep Dan Menutup Bibir Asep Untuk Diam Dan Tenang,Lalu Dinda Berkata "Sabar Ya Sep,Penggarapan Cerita Baru 70%,Jadi Tunda Dulu Yah,Kata Suhu Reinwes Nanti Feelnya Ga Dapat,Jadi Tuntasinnya Tunggu UPDATE ."=)) =)) =))
jgn disambit:bata:ye suhu,
buat lucu"an Aja
 
Kasihan yg dah pada beli tisu td siang suhu 😂😂
 
:eek:..Wow..Wow...Dinda...dimanakah kau berada..Rindu aku ingin jumpa..

Up lagi suhu....:semangat:
 
Up up up, nunggu chapter selanjutnya. Mantep bgt ini cerita.
 
Chapter 8: Antara Hukuman dan Timun


Ari bergerak cepat, menyerahkan secarik kertas dan pulpen kepada masing-masing perempuan.
“Oke, tulis nama dan jawaban masing-masing, urutan para cowok jatah kalian no.1- 4, ayo cepat-cepat jangan lama-lama!” perintahnya
Para gadis yang masih kepayahan terlihat agak enggan.
“Yah Ari, kasih waktu dong” protes Dinda yang nafasnya masih sedikit memburu
“Iiya nih, baru aja nyampe kita” tambah Irma
Ari garuk-garuk kepala “Iya iya, 5 menit ya. Reza, itung waktunya” serunya ke Reza yang memegang stopwatch.
Jejen duduk sambil mengocok kontolnya pelan, menjaga agar tetap tegak. Sedangkan Asep termangu melihat pemandangan empat gadis berjilbab tapi telanjang bulat yang sedang sibuk berpikir dan menulis. Seperti di kantor saja, pikirnya.

Lima menit kemudian, Ari mengumpulkan kertas jawaban dari peserta kuis. Para gadis tampak cemas, sepertinya tak satu orang pun yakin dengan jawaban mereka.
“Mudah-mudahan aku nggak kalah lagi” Irma terpejam sambil komat-kamit berdoa
“Elo sih malah enak-enakan nyari orgasme sendiri...”
“Nyinyir lo Dit...Jangan sampe kalah...Jangan sampe kalah” Irma membalas ledekan Dita sambil terus berdoa
Ari dan Reza kebagian mencocokkan jawaban sedangkan Asep dan Jejen pergi ke kamar tempat para cowok menyimpan tas mereka. Reza menyuruh mereka mengambil sesuatu dalam tasnya.
“Ini kali yah Sep?” tanya Jejen mengasongkan kantung plastik hitam di tangannya
“Iya, katanya sih kresek item”
Asep membuka plastik itu untuk mengecek isinya
“Anjrit!” teriak Jejen dan Asep berbarengan begitu melihat isi plastik hitam itu
“Hahay, gile euy si Reza!” Jejen geleng-geleng kepala sambil tertawa.

Kembali ke ruang tengah. Para gadis tampak berjejer berdiri, ekspresi mereka terlihat harap-harap cemas. Ari memegang secarik kertas bersiap mengumumkan hasil penilaian. Begitu Jejen menyerahkan plastik ke tangan Reza, Ari memulai pengumuman.
“Saudara-saudara, bagaimana kabarnya semua? Pasti pada tegang kaaan?”
“Ari udah ah cepetan” protes Dinda
“Iiya nih jangan basa-basi ah” timpal Eci
Ari tampak kesal tapi dilanjut juga “Iyee, udah kalo gitu langsung ajah yah...Ahem!”
“Jadi di antara kalian berempat, ada satu orang yang bisa nebak semua urutan dengan benar”
“Woooow!”
“Ada dua orang yang nebak setengahnya dengan benar...Dan! Ada satu yang nebak salah semua!”
Para gadis semakin cemas “Aduh mudah-mudah bukan aku plis...” gumam mereka
“Oke langsung aja yah...Yang berhasil menebak setengahnya adalah...Dinda!
“Yess!” Dinda bersorak sambil meloncat-loncat hingga payudara sekalnya memantul-memantul indah
“Dan Mbak Dita! Kalian berdua aman!”
“Haaahhhh...Sukur deh” Dita menarik nafas panjang, lalu menyambut Dinda yang memeluknya
Sementara Irma dan Eci semakin cemas. Pemenang dan pecundang dari permainan ini adalah mereka, tapi yang mana?
“Hohoho saya umumin yang menang yah, berarti yang gak disebut itu yang kalah dan harus dihukum!”
“Yakin deh si Irma yang kalah” Dita terus meledek sahabatnya yang terlihat semakin cemas
“Ayo Ari cepetan!” seru Dinda riang
Ari berdehem. Setelah memandang semua gadis bugil di depannya, Ari mengalihkan pandangan ke arah kertas di tangannya
“Pemenang lomba tebak kontol malam ini, dengan jawaban 100% benar adalah...”
“...Irma”

“Yeyyyy!” Irma langsung bersorak riang, sementara disebelahnya Eci langsung terduduk lemas
“Yaaahh, aku dong yang kalah...”
“Kok bisa sih? Ah pasti lo asal tebak deh Ir?” protes Dita
“Ih, sirik aja lo Ta. Ya biarin kalo gua asal nebak, kalo bener semua berarti emang hoki gua dong!” balas Irma dengan bangga
“Yee berarti beneran yah lo asal nebak”
“Tapi kok bisa sih Mbak Eci kalah?” tanya Dinda bingung
“Yaa abis gimana lagi...” jawab Eci lemas “Punyaku kan kecil banget, itu kontol kalian kerasanya sama aja di dalem, penuh sesek gak bisa bedain...Pas yang blowjob aku gak konsen”
Mendengarnya, Jejen geleng-geleng kepala dan berbisik pada Asep “Anjrit, padahal sering dicoblos ku aing depan belakang, masa teu bisa ngeunalan tongkat sakti aing”
“Buat dia kayaknya kontol kita gak ada istimewanya kali, Jen”
“Heu-euh, bisa jadi”
“Udah cepetan ah Reza yang ganteng, apa hukumannya?” tanya Irma tak sabar
“Jiah, pas giliran menang aja lo nyebut gua ganteng” Reza sewot sambil mengacungkan plastik hitam yang tadi diambil Jejen dan Asep “Nih, liat aja”
Reza membalik plastik sehingga isinya tumpah.
Dan semua mata terhenyak memandang isinya. Ada sebuah vibrator berukuran lumayan, vibrator lain lebih kecil yang bergelombang, dua vibrator kecil berbentuk telur, dan semacam borgol dari kulit.
“Idiih, apaan tuh Reza?” tanya Dinda
“Wew, dapet dari mana tuh?” timpal Dita
“Ada deh...Dan ini semua buat ngehukum yang kalah!” jelas Reza bangga
Tapi bukannya takut, mata Eci malah berbinar “Wah pas banget, padahal aku pengen nyoba yang ginian”
Sebagai pemenang, Irma tak terima “Ish, malah seneng dia. Gak rela gue...Eh mpok siap-siap ya kita siksa sampe mohon-mohon”
“Ayo, emang bisa?” tantang Eci

Dan hukuman, yang sekarang jadi tantangan buat Eci pun dimulai. Tangan Eci diborgol pada sebuah tiang sehingga dia tak bisa bergerak. Tangannya diposisikan di atas kepalanya, memperlihatkan ketiak mulusnya.
“Awww aku kayak lagi disandera nihh...Tolong jangan perkosa akyu, hiks hiks” ujar Eci genit
Irma sepertinya mengangkat dirinya sendiri jadi eksekutor hukuman Eci. Dengan berkacak pinggang Irma memasang tampang seram.
“Heh kamu! Jangan berharap kamu bisa lepas dari sini! Mulai sekarang, kamu akan tinggal selamanya di neraka birahi ini!”
“Ampun mamih! Jangan perkosa akyu, akyu masih perawan ting-ting!” balas Eci
“Hmph, kamu harus dihukum! Heh anak buah!”
“Siap mamih” jawab Reza dan Ari berbarengan
“Sumpel semua lubang tuh anak pake ini semua” Irma menunjuk ke arah vibrator yang bertebaran di sekitar mereka.
Segera Reza dan Ari menempelkan kedua vibrator telur di masing-masing puting Eci dengan bantuan selotip. Lalu vibrator yang tipis tapi bergelombang dimasukkan ke dalam anusnya.
“Aduhh pelan pelan dong!” protes Eci
“Ups, maaf mbak lupa saya kasih pelumas hehe” ujar Ari sambil nyengir
Dan saat itu Reza langsung memasukkan vibrator yang paling gemuk ke dalam memek sempit Eci dengan sekali hentak.
“Ahh!” Eci mengerang, tapi bukan karena sakit sebab memek Eci sudah basah dari tadi.

“Nah, empat vibrator ini udah gua link secara wireless ke aplikasi di HP gua Ir, jadi pake HP kita bisa ngatur semuanya gak harus disetting satu-satu” jelas Reza sambil menyodorkan HPnya ke Irma.
“Wiiw, canggih juga ya. Jadi tinggal pencet aja nih? Yang nomor satu apa ya?”
BZZZT! Eci menggelinjang ketika vibrator di puting kanannya bergetar memberi sensasi nikmat di bagian sensitifnya itu.
BZZT! BZZT! BZZT! Eci terus melenguh dan menggeliat ketika Irma mencoba menyalakan setiap vibrator satu demi satu.
“Wah asik juga nih. Bisa kan dinyalain semuanya sekaligus?” tanya Irma
“Oh bisa lah, pencet tombol yang itu”
“Aduh jangan dong! Mampus aku kalo semuanya nyala!” Eci memohon dengan panik
Tapi Irma malah tersenyum sinis “Owh, tombol yang ini yaaa, coba kita tekan....”
BZZZTTTTTTTTTTTTT
“Ah mamiiiihhhhhhhh!” tubuh Eci berkelojotan dengan liar saat keempat vibrator di tubuhnya aktif bersamaan. Setelah beberapa saat barulah Irma menghentikan penderitaan Eci.
“Hosh hosh...Ampuuun dong...” ratap Eci
“Oh iya Ir, cek deh di bawahnya ada settingan buat ngatur intensitas ngegeternya” saran Reza
“Hah? Yang tadi itu belum full power!? Oh em geee!” Eci kembali panik
Lagi-lagi Irma hanya tersenyum sinis...

Berkat mainan Reza, Irma mendapat kepuasan menyiksa Eci. Dengan tega dia menyetel semua vibrator di posisi max, kemudian ketika Eci sudah di ujung orgasme, kekuatannya langsung diturunkan atau malah dimatikan. Membuat Eci sengsara. Siksaan itu dilakukan Irma berkali-kali sampai Eci memohon-mohon agar dibiarkan bisa orgasme. Tapi Irma tak menanggapinya, malah terus menyiksa Eci.
“Mbak Irma serem juga yah kalo kayak gitu” bisik Asep ke Reza
“Iya, gua juga kaget ngeliatnya”
“Emang dia gak pernah kayak gitu sebelumnya?”
“Kagak” Reza menggelengkan kepalanya “Lain kali kita jangan biarin si Irma menang lomba kalo kayak gini jadinya”
Asep hanya mengangguk setuju.
“Gimana Mpok? Enak kan disumpelin vibrator?” tanya Irma
“Ahh, Ir biarin aku nyampe, sekaliiii aja” rengek Eci
“Hmpph, malu-maluin ih si Mpok, orgasme sama mainan” ledek Irma
“Nah sekarang...Milih mainan apa kontol asli Mpok?”
“Yaa enakan kontol asli lah Ir...”
“Pengen?”
“Banget...”
Irma tersenyum nakal “Reza sini!” panggilnya
Irma memposisikan Reza di belakang tubuhnya, lalu mengangkat salah satu kakinya. Sebelah tangan Reza memeluk pinggang Irma, sementara tangan satunya menahan paha Irma yang terangkat. Irma sengaja mengangkat salah satu kakinya agar Eci bisa melihat jelas kontol Reza keluar masuk memeknya dalam posisi berdiri.
“Nih Mpok, ini kan kontol asli kesukaannya situ...Tapi maaf ya, yang ini buat aku, situ liatin kita aja dan puasin sendiri sama mainan hohohoho!”
“Ah Irmaaaaa tega banget sih dirimuuuu!” ratap Eci putus asa
“Ayo Reza, genjot memek gua sebrutal lo bisa, Ri lo yang mainin tuh vibratornya!”

Jadilah Irma disetubuhi Reza di depan Eci, memanas-manasi Eci yang tersiksa oleh vibrator dan merindukan kontol asli tapi tak bisa berbuat apa-apa. Sepertinya semua mengambil kesempatan langka untuk mendominasi Eci.
Asep cukup terhibur tapi tidak tertarik untuk ambil bagian. Dilihatnya sekeliling, Ari yang memegang kendali vibrator berjongkok di dekat Eci. Dita dan Jejen berdiri berdampingan, asyik menonton adegan penyiksaan Eci. Tampak Dita tidak terganggu dengan tangan Jejen yang kelayapan meremas-remas bukit susunya. Malah Dita dengan santai menggenggam dan mengocok pelan kontol Jejen.
Lalu Dinda...Lho? Asep melihat sekeliling, tapi dia tidak melihat Dinda. Asep memutuskan untuk mencari Dinda. Ini kesempatan emas untuk berduaan dengan Dinda selagi yang lain sedang sibuk. Asep mencari di kamar mandi, nihil. Di dapur, tidak ada orang. Dicoba di setiap kamar juga tidak ada.
Hingga akhirnya Asep mendengar suara di teras belakang. Mendekati pintu belakang yang terbuka, Asep semakin mengenali suara Dinda. Langkahnya terhenti di pintu, agak dekat tapi tak terlihat dari posisi Dinda di kursi teras, mencoba mencuri dengar.
“Ai kamu teh lagi di mana?”
Asep melihat Dinda sedang duduk di kursi teras, menerima telepon. Dari nada suaranya yang manja dan mesra, Asep menebak lawan bicara Dinda adalah pacarnya, Anto.
“Penuh atuh ngumpul semua keluarga di situ...Iiya aku lagi rame-ramean sama yang lain haha, biasalah cewek kalo ngumpul”
Asep tertegun di pintu, tak tahu harus berbuat apa. Segan baginya untuk mengganggu, tapi tak ingin Asep beranjak dari situ. Ingin rasanya Asep terus memandangi wajah Dinda yang begitu ceria, begitu bahagia, begitu sumringah tersenyum lepas saat berbicara dengan kekasihnya, walau hanya lewat telepon. Sungguh cantik Dinda saat ini di mata Asep, bahkan sekarang Asep lebih memilih memandangi wajah Dinda dibanding tubuh mulus gadis itu yang terpampang jelas tanpa penutup.
Bahagia melihat orang yang disukainya bahagia walaupun dengan orang lain. Ironis memang posisi Asep saat ini.

Hingga beberapa lama akhirnya “Ahahaha masa sih yang, kan… eh? Halo? Haloooo?” Dinda menatap layar HP-nya.
“Yah, kok putus tiba-tiba sih?” gumamnya kesal
“Ahem - Oh lagi di sini toh, kirain ke mana” kata Asep yang pura-pura baru melihat Dinda di situ
“Hehe, iya nih lagi nerima telepon tadi”
“Pasti si Anto yah?” tanya Asep yang mendekati Dinda dan duduk di sebelahnya
“Iiya, dia lagi di Bandung ada acara keluarga. Pas kan, jadi aku bisa ikut ke sini hehe”
“Oooh...”
“Tapi teleponnya putus ngedadak gitu, kayaknya gak ada sinyal di sana...”
“Bisa jadi...”
“Kalo Asep?” tanya Dinda tiba-tiba sambil menatap Asep dengan mata indahnya “Gak ada yang minta ditelpon malem minggu gini Sep?”
“A-ah gak ada kali, gua mah belum punya...” jawab Asep gugup mencoba menghindari tatapan Dinda
“Ih masa, kalah tuh sama Mas Jejen”
“Emang dia punya cewek?”
“Iiya, anak pabrik garmen yang di perempatan itu lho...Ayo dong Sep, masa gak ada yang ditaksir sih, di kantor kan banyak”
Asep hanya bisa nyengir, dia salah tingkah menghadapi Dinda yang tampak begitu penasaran. Tentu Asep tak bisa jujur mengungkapkan siapa yang ada dalam hatinya saat ini
“Yaa kalo cuman naksir sih ada”
“Siapa? Siapa? Si Mbak Resepsionis ya? Ciee Asep...” mata Dinda semakin berbinar
“Wah, ketinggian itu mah. Beda level kali”
“Ooo...Si ibu kantin? Janda lho dia, hahaha”
“Enak aja, judes kayak gitu”
Sungguh, dalam hati Asep ingin berucap yang aku suka ya dirimu, oh Dinda sayang.
“Apa mau dikenalin temen-temennya Anto? Mau gak Sep?” desak Dinda yang tentu tak tahu dilema hati Asep
“Wah, jangan dulu deh, belum lama dapet kerja...Sekarang gua mah milih seneng-seneng dulu, yah kayak sekarang” jawab Asep mencoba diplomatis
“Owwhh, iiya deh kalo gitu...Mas Jejen aja susah nyari alasan ke sini sekarang, ceweknya rada posesif katanya” ujar Dinda “Iiya sih emang lebih enak jadi single di pesta ini, gak ada beban hehe”
Mendengar kalimat terakhir Dinda barusan, Asep merasa inilah waktunya. Dia ingin mendengar dari mulut Dinda sendiri bagaimana ceritanya dia bisa terseret pesta gila ini. Dan apa yang Dinda pikirkan sehingga dia rela dijamah oleh pria lain seenaknya di belakang pacarnya. Asep sebenarnya tak ingin mengangkat tema berat ini, bisa jadi Dinda enggan menjawab dan suasana jadi tidak enak ditanya seperti itu. Tapi Asep benar-benar ingin tahu, dan dia harus mengambil resiko.
Oke, Asep mengambil keputusan. Dia menarik nafas dan...

TULULULULULUUUT
HP Dinda berdering, menandakan panggilan masuk
“Oh, si Anto lagi” gumam Dinda melihat layar HP-nya
“Haahhhhh...” Asep menghela nafas kecewa. Hilang sudah kesempatannya. Sudahlah, mungkin lain kali saja pikirnya. Asep berdiri, hendak meninggalkan Dinda dengan pacarnya di telepon.
“Sep, jangan pergi” pinta Dinda tiba-tiba, sambil memegang tangan Asep
“Lho?”
“Temenin atuh, sepi di sini hehe”
“N..Ntar gangguin teleponnya...”
“Nggak, Asep tinggal duduk aja temenin aku”
Bingung, Asep kembali duduk di samping Dinda. Barulah Dinda menerima panggilan pacarnya.
“Halo yang, kenapa tadi teh? Gak ada sinyal? Haha, masa di Bandung gak ada sinyal sih”
Asep tak bisa berbuat apa-apa selain memandangi wajah Dinda yang tampak begitu ceria mengobrol dengan pacarnya jauh di kota lain.
“Segitunya di gunung sampe gak ada sinyal, di sini full lhooo...Apa? Sinyal cinta? Ah gombal!”
Antara cemburu dan salah tingkah, Asep hanya bisa garuk-garuk kepala sambil bengong memandang halaman...Hingga dirasakannya sebuah tangan halus mulus menggenggam batangnya.
“Eh!?” Asep terhenyak ketika menyadari Dinda tiba-tiba mengocok kontolnya dengan pelan. Asep memandang Dinda tapi gadis itu masih terus mengoceh di telepon sambil memandang lurus ke depan, tak melirik ke Asep sedikit pun.

Dikocok tangan halus seorang gadis cantik yang sedang bugil di sebelahnya, kontan senjata Asep langsung mengeras. Dan Dinda terus mengocok kontol Asep dengan cueknya sambil menelepon.
“Hm? Aku lagi ngapain? Mmmm...Aku lagi ngocok...” sekilas Dinda melirik Asep dengan ekspresi nakal
“Iih ngocok adonan atuh, kan kita lagi masak hahaha...Ai kamu jorok wae ih pikirannya” Dinda tertawa sambil kembali menatap ke arah Asep sambil memeletkan lidah seolah mengatakan “kena deh si Anto aku kibulin”.
Asep hanya bisa nyengir, berpura-pura senang jadi bagian permainan Dinda menggoda pacarnya. Dan Asep semakin salah tingkah ketika Dinda dengan santainya bersandar di badan Asep, masih sambil mengocok kontol di satu tangan dan bertelepon ria di tangan lain.
“Ya atuh kamu ngocok sendiri we di sana... Gak bisa karena banyak orang? Hahaha, nasib nasib....”
Dinda menyandarkan kepalanya yang masih tertutup jilbab di dada Asep. Matanya memandang ke arah kontol Asep yang masih dia kocok , sambil bercengkrama dengan pacarnya di telepon tanpa rasa bersalah.
Ini sebenarnya momen yang Asep bisa nikmati. Duduk berdua jauh dari yang lain, dengan Dinda di dadanya...Tapi tentunya tanpa pacar Dinda di telepon. Kalo gini apa bedanya gua sama bantal buat Dinda, batin Asep.
Kesal hanya dijadikan mainan Dinda untuk menggoda pacarnya, Asep mengambil inisiatif. Tangannya yang dari tadi memeluk pinggang Dinda dengan kikuk sekarang mulai beraksi merayapi tubuh Dinda. Gadis itu perlahan mulai bereaksi, tubuhnya menggelinjang dan mendesah pelan walaupun tidak terlalu kentara buat yang di ujung telepon sana.
Tangan Asep akhirnya bermuara di salah satu payudara Dinda. Perlahan diremasnya bulatan empuk itu dan jari Asep menggesek tonjolan keras di puncak susu Dinda.
“Ahhh...Shhhhh!” tak ayal Dinda pun mendesah dan mendesis keras menikmati puting susunya yang sedang dirangsang Asep
“Hmm? Oh aku kepedesan nih lagi nyobain masakan...Shhhh...Hahhh...Kebanyakan cabe....”
Dinda terpejam menahan nikmat ketika Asep semakin giat mempermainkan puting imutnya
“Mmmhh? Kayak lagi horny? Ih kamu teh jorok terus pikirannya....” Dinda yang keenakkan semakin meracau, Asep berharap Anto cukup bodoh tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi.
“Suara aku bikin horny? Dasaaarrr...Udah ngocok sana sendiri hhahahahhhhh...” bahkan tawa Dinda pun sudah bercampur desahan nikmat

“Apa? Minta dibantuin? Ih dasar...Ya iya dehh...” tiba-tiba Dinda menghentikan kocokannya di kontol Asep, lalu berdiri melepas tubuhnya dari pelukan Asep.
“Ya udah aku ke kamar yaa, gak enak sama yang lain” Dinda menoleh ke arah Asep sambil menaruh telunjuk di depan bibir, memberi tanda “jangan berisik”.
Asep hanya bisa mengangguk walaupun bingung. Sekarang Dinda berlutut di depan Asep, dengan wajah manisnya persis didepan selangkangan Asep.
“Aku udah di kamar nih...Aku udah bawa, mmm, timun nih, pura-puranya titit kamu ayang hehehe” Dinda menggoda pacarnya sambil kembali mengocok ‘timun’ Asep di depannya.
“Apa? Modal dikit pake dildo? Yee kamu dong yang beliin...Udah nih timunnya lagi aku kocokin...Kamu lagi ngocok di sana juga sayang?”
Asep lagi-lagi tak bisa berbuat apa-apa selain hanya bisa memandang Dinda. Yang sekarang memasang ekspresi luar biasa binal.
“Hmm? Mau dijilat? Mau dikenyot? Iiya, bentar atuh sayang...Mmmhhh Slurrppp” seperti yang dikatakannya, Dinda mulai menjiati dan mengulum ‘timun’ Asep. Awalnya hanya di ujung lalu perlahan semakin ke pangkal. Asep mulai terbiasa dengan pemandangan kepala berjilbab yang maju mundur di selangkangannya, tapi kali ini ditambah sambil menelepon. Ada-ada saja pengalaman baru Asep dalam dua hari ini.
Sementara suara seruputan dan decakan mulut Dinda sengaja dikeraskan gadis itu agar terdengar di telepon.
“Slurrpppshhhtttt...Slurrpppppp..Cleppakk-cleppaakk” liur Dinda terus mengalir deras membasahi timun enak di mulut mungilnya
“Enwk nywpngnnn kwnttll kmmu ywwnggg” Dinda semakin menggoda pacarnya dengan menggumam tak jelas dengan mulutnya yang dipenuhi kon-ups, timun.

Setelah beberapa menit akhirnya “Puahh!” Dinda melepas timun sakti Asep dari mulutnya “Gimana sayang? Enak ngebayangin aku nyepong timun? Hehe iyah aku juga ngebayangin nyepong kontol beneran”
Situasi absurd tapi menggairahkan ini benar-benar baru buat Asep. Hati Asep merasa tidak enak pada Anto. Dia pikir, bagaimana rasanya kalau dia di posisi Anto sekarang. Tapi tak bisa dipungkiri, permainan ini begitu nikmat dan membangkitkan birahi. Kepala Asep sudah mumet dan tidak kuat berpikir lagi. Pikirnya, toh Dinda ini yang mulai; mending bantuin aja sebagai teman yang baik.
“Mmm? Apaan sih? Masukin timunnya ke memek aku? Iih nakal ah kamu mah!”
Gulp. Asep menelan ludah. Dia tahu yang akan terjadi. Dinda memandang Asep sambil tersenyum binal, seakan memberi kode. Asep hanya bisa mengangguk dan nyengir terpaksa.
“Ya udaaah...Aku juga udah basah nih, banjir gini...Masukin yah...” Dinda berdiri dan membelakangi Asep. Bersiap untuk menduduki pangkuan Asep.
“Hmmhh? Segede apaahh? Gedean dikit dari punya kamu sayaaang...Cemburu yahh sama timun?” ucapan Dinda semakin lama semakin binal dan manja. Asep membatin apa memang biasa seperti ini gaya pacaran Dinda-Anto atau karena Dinda sedang terbawa suasana pesta gila ini.
“Udah digesek di bibir nih ujung timunnyaahhh...Masukin gak nih yang? Kamu juga kan suka godain aku digesek terus gak dimasuk-masukinnnhhhhh...”
Mendengar langsung detil kebiasaan bercinta mereka sudah pasti Asep cemburu, tapi dia bersikap cool saja. Walaupun sekarang Anto yang digoda Dinda dan Asep hanyalah sebuah timun, faktanya kontol Asep lah yang sekarang menggesek bibir memek Dinda sekarang, bukan Anto.
Sori bro, tapi kontol gua yang di bibir memek cewek lo sekarang, pikir Asep. Biarlah saat ini dia hanya dianggap sekedar jadi timun buat mereka.

BLESH! kepala kontol Asep yang seperti jamur mulai masuk membelah memek Dinda. Membuat gadis berkerudung itu mendesah nikmat, seerotis mungkin untuk menggoda pacarnya nun jauh di sana.
“Nnngggahhh...Udah masuk yangggg...Iiyah ujungnyaahhh...Masukin semua yahhh?”
ZLEBB! kontol Asep semakin masuk ke dalam lubang senggama Dinda. Tidak seperti biasanya memek Dinda terasa lebih basah dan mencengkram, mungkin gadis itu sudah horny berat pikir Asep.
“Ahh mentok nihh yanghhh...Mentok di memek akuu...Mau di gerakin? Yakiiinnn? Heheheee...” goda Dinda setelah kontol Asep menerobos seluruhnya. Asep si pemilik timun sangat jelas mendengar godaan Dinda yang menggairahkan itu sambil disuguhi pemandangan punggung mulus dan pantat sekal Dinda di depannya.
“Mau cepet apa lambat? Barengin yah tempo ngocoknyahhh...” dengan nakal Dinda meliukkan pinggulnya sehingga tubuhnya terangkat. Setelah setengah kontol Asep tercabut, Dinda menurunkan tubuhnya lagi, dengan liukan pinggul yang sungguh binal. Asep merasakan persetubuhan ini begitu nikmat, rayuan nakal Dinda -walapun bukan ditujukan untuk dirinya, desahan Dinda yang begitu erotis, dan cengkraman memek Dinda yang lain dari biasanya. Mungkin saat ini Asep adalah timun paling bahagia di dunia.

Goyangan tubuh Dinda di atas pangkuan Asep semakin lama semakin cepat.
“Nih yang aku cepetin nihhh...Ahh mamah enak banget dientotin kamu yaaanggg”
Dengan nakal Dinda mengarahkan HPnya ke arah selangkangannya tempat timun Asep menghujam kemaluannya. Suara gesekan kontol dengan cairan memek Dinda yang sudah membanjir tentu terdengar jelas lewat telepon sekalipun.
“Kedengeran gak yanghh? Iiya itu suara memek aku dijebol kontol kamuhhh...Ahhh...Appaahh? Susu? Iiya yangh, aku pengen kamu ngremes susu aku, nyubitin pentil akuuu” tangan Dinda mengarahkan tangan Asep ke dadanya. Dengan sigap Asep kembali meremas kedua payudara Dinda dan mempermainkan putingnya.
“Ahhh enak banget tangan kamu di pentil aku yanghhh...Hmmhhh...Bisa nyampe akuhhh...Urgghhh”
Gerakan tubuh Dinda semakin cepat, Asep bisa melihat punggung gadis itu berkilat oleh keringat walaupun mereka sedang di teras luar larut malam.
“Apa yanghh? Kamu mau keluaaar? Barengin yaaa, aku juga bentar lagiihhh...Nih aku cepetiiinn!” sesuai ucapannya Dinda memompa tubuhnya dengan ritme lebih cepat dan tusukan pendek seperti mesin jahit.
“Appaahh? Keluarin di dalemm? Sok ajahh atuhh...Crot di memek akuhh...Ntar aku hamil lhoo... Gak papa? Iyahhh kalo aku hamil nanti aku jadi semok, jadi empuk dipegangnyah, susu aku tambah gede, bisa disedottt keluar susuuu...Ahh bentar lagi yanghhhh!”
Racauan Dinda tadi untuk Anto, tapi Asep tak peduli. Lebih baik buatnya untuk menganggap rayuan Dinda tadi adalah untuk dirinya. Jadi Asep akan memberi Dinda hadiah di rahimnya. Servis tambahan dari sang timun.

“Ahhh ahhh ahhhh yangh aku mau nyampeee...Ahhhhh...Oohhhh!” Dinda memekik dan memekik lagi ketika orgasmenya dan semburan peju Asep di lubang kelaminnya datang susul menyusul. Membuat orgasme yang dinikmati gadis berjilbab itu berlipat ganda.
Asep yang juga merasa nikmat luar biasa mengerang tertahan agar tidak sampai terdengar dan dicurigai Anto saat ejakulasi.
“Ghhhrghhhh.....” Asep mencoba menahan suaranya
“Hahhh...hahhh...” Dinda terduduk lemas di pangkuan Asep, sesekali tubuh rampingnya tersentak-sentak saat sisa-sisa orgasme menderanya.
Dengan lemas Dinda menaruh kembali HP di telinganya.
“Haloo Yang...Kamu teh maasih di situ? Iiya aku keluar tadiii...Enak banget sumpaahhhh...Apahh? Aku keras banget jeritnyaahhh? Mmmh abis enak banget yanghhh...”
Dinda menghela nafas sebelum melanjutkan phone sex-nya
“Hmm? Kamu juga keluar? Banyak banget gak yanghh? Uwhhh, bersihin ah, ntar bau peju kamarnya hehehe...Aku juga penuh banget nih sama yang kentel-kentel anget...”
“Apa? Yee nggak lah yang, aku ngebayangin pejuh kamu menuhin memek akuuhhh...Masa timun bisa ngecret sih, dasar Antohod!” Dinda menoleh ke arah Asep dan kembali memberi tanda “sssst” dengan telunjuk di depan bibirnya sambil tersenyum. Asep hanya bisa membalas dengan senyum lemah.

PLOPP! Dinda berdiri sehingga kontol Asep yang sudah lemas keluar dari memeknya yang dipenuhi berbagai cairan.
“Udah ah yangh bersihin itu pejuhnyaa...Aku juga mau bebersih nih memek...Iih udah ah aku mau bobo, besok sore kan pulang jadi besok biar full aku gak mau bangun terlalu siang. Ya udah yah...”
Asep menyusul berdiri dan merenggangkan badannya yang walaupun dari tadi hanya duduk terasa lelah.
“Iiya, tidur sana atuh, hehe love you...Mmuach!” Dinda menutup telepon
Setelah itu tiba-tiba Dinda tertawa terpingkal-pingkal, membuat Asep bingung
“Ahahahahahahhhhh...Ampun deh gak ngeh dia aku kibulin hahahahahaha!” Dinda mengekspresikan tawanya dengan memukul-mukul tangan Asep yang hanya diam mematung. Jadi memang tadi Asep hanyalah alat dari permainan Dinda, tak ada bedanya dengan vibrator Reza yang sekarang sedang mengaduk-aduk lubang Eci. Tapi yah masih mending daripada jadi Anto yang jadi korbannya.
“Euhhh tadi maaf ya crot di dalem gak bilang-bilang...”
“Hmm? Gak papa kali, malah enak banget jadinya tadi...Ah makasih yah Sep udah bantuin ngegombalin si Anto hehehe”
“Oooh, gak masalah. Kalo cuman jadi timun mah gampang atuh” ujar Asep dengan senyum dipaksa
“Hahah iiya makasih timunnya ya Sep, mending itu daripada vibratornya si Reza. Kapan-kapan aku pinjam lagi ya hihi..”
“Owh boleh boleh kapan aja, tinggal bilang” tukas Asep dengan cool padahal dalam hati dia berkata ya jadi cewek gua aja atuh biar bisa make nih timun tiap hari.
“Udah ah aku mau tidur, biar besok bangun pagi dan full seneng-senengnya! Daah Sep!”
Dinda pun berjalan ke arah pintu dengan santai meninggalkan Asep sendirian. Cukup lama Asep termenung di sana, memikirkan kegilaan barusan. Tadi sore dia tidak bisa menjawab pertanyaan Dita, tentang apa pandangan Asep terhadap kebinalan Dinda. Sekarang, Asep masih belum bisa menemukan jawabannya. Malah semakin bingung.

Mumet, akhirnya Asep menyusul masuk ke dalam. Di sana, hukuman buat Eci masih berlanjut. Gadis mungil itu terus menggelinjang hebat dengan berbagai mesin menempel di tubuhnya. Sementara Irma sekarang sedang digarap Jejen, yang keduanya terus menggoda Eci yang birahinya sudah titik kritis tapi tak bisa mendapat kontol asli dan harus puas dengan mesin. Reza sudah tepar di karpet, sedangkan Ari masih memegang kendali dari alat-alat di tubuh Eci. Asep melihat wajah Eci belepotan air mani. Entah punya siapa saja, mungkin milik tiga orang tadi karena sewaktu lomba tebak kontol mereka memang belum sempat keluar. Dan sekarang dengan tega semuanya ditumpahkan di wajah Eci yang tak berdaya.
Dita menonton itu semua dari sofa agak jauh dari yang lain, dan begitu melihat Asep masuk, Dita langsung menghampirinya.
“Mas Asep selamat yaa” sambut Dita setengah berbisik
“Maksudnya apa mbak?”
“Tadi dapet momen berdua sama Dinda akhirnya”
“Owh...Dinda cerita mbak?”
“Tadi dia lewat sini terus bilang ke aku, katanya pejuh Mas Asep banyak banget sampe ngalir keluar dari memek dia” jelas Dita
“Hehe, yah gitulah mbak, lumayan”
“Iih jangan cengengesan aja Mas Asep, ceritain gimana”
“Yaahhhh...Sebenernya sih bisa jadi momen indah mbak. Cuman sayangnya...”
“Kenapa?”
“Sayah cuman kebagian jadi timun”
“Hah? Timun?”

Asep berlalu ke arah kamar meninggalkan Dita yang melongo.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Pertama maaf atas delaynya dan kedua terima kasih atas semua apresiasinya, dalam bentuk apapun akan saya hargai.
With that said, enjoy the story.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
pengen juga jadi timun biar bisa ngentot dinda
 
kyknya dita suka sama si asep niiihhh

apakah asep berpaling kaaah
 
timun yang bikin dinda ketagihan mah gai papa kang asep ...
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd