Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Bimabet
Chapter 9: Minggu Pagi Di Kamar Mandi

“Hoaahhhm...”
Asep menguap, lalu mengucek mata melihat jam di layar HPnya. Berbeda dengan malam sabtu, tadi malam Asep tidak tidur terlalu larut. Dia juga tidak terkuras tenaganya, hanya ejakulasi satu kali di memek Dinda tadi malam. Dan dia tidur dengan nyaman di kasur empuk dengan selimut hangat. Sehingga pagi-pagi pun dia bisa bangun dengan badan segar.
Hanya mengenakan celana pendek Asep keluar dari kamar. Dilihatnya ruang tengah tampak kosong. Kemarin Asep bangun di tengah tubuh-tubuh telanjang yang bergelimpangan di sana. Bahkan Eci masih ada kontol Reza tertancap di lubang senggamanya. Sekarang, ruangan itu tampak kosong dan bersih. Selain Reza dan Ari yang masih mendengkur berselimut sarung di dua sofa ruang tengah.
“Hmm, serasa acara nginep yang biasa kalo gini suasananya mah” gumam Asep

Tentu suasana itu tak bertahan lama. Saat Asep berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum, terdengar suara erangan dan desahan wanita. Dari suaranya, Asep bisa menebak siapa pemilik suara itu. Tebakan Asep benar. Tampak Eci bertumpu di meja makan (di sana dapur merangkap ruang makan), sementara Jejen menggenjot memek Eci dengan brutal dari belakang. Persis seperti waktu Dita disodomi Jejen kemarin pagi.
“Ouhhh...Ahhh...Mas Jejeeeennn yang kenceeeng!” Eci meracau dan mendesah-desah nikmat.
Jejen tidak menjawab, nafasnya tampak terengah-engah. Keringat mengucur deras di dahinya. Eci juga sama, tubuh mungil tapi semok gadis itu tampak mengkilat oleh keringat, dan jilbabnya pun tampak lepek dan basah. Gilanya lagi, wajah Eci dipenuhi sesuatu yang seperti kerak-kerak dari air mani yang mengering. Jadi tadi malam, Eci tertidur begitu saja dengan sperma membanjiri wajah dan jilbabnya. Dan sekarang dia lebih memilih langsung ngentot daripada cuci muka dulu. Asep hanya bisa geleng-geleng kepala.
Tak mau menarik perhatian mereka, Asep mencoba mengambil air secara diam-diam tapi Jejen keburu melihatnya.
“Sep, urang geus nyieun jamu tuh jang maraneh!” serunya sambil menunjuk ke meja dapur dengan dagunya. Asep melihat tiga gelas berisi cairan yang selalu disiapkan Jejen untuk mereka, dengan satu gelas jatah Jejen sendiri yang sudah kosong. Jadi Jejen yang bangun paling pagi untuk membuat jamu, sehingga bisa ‘disergap’ oleh Eci, Asep mencoba merunut kejadian. Tanpa banyak bicara Asep meminumnya sampai habis, tapi dia merasa ada sesuatu yang aneh.
“Perasaan pekat banget ini Jen?”
“Heu-euh, dobel dosis soalna, fiuuhhhh!” jawab Jejen sambil mengelap keringat di dahinya dan terus menggenjot Eci.
“Hah? Dobel dosis? Kan gak nyampe malem hari ini mah?”
“Perintah si Mbak Eci yeuh, ntar dijelasin cenah” Jejen menunjuk gadis mungil bugil yang tersentak-sentak di depannya.
Asep tidak bertanya lagi, dia hendak pergi dari sana ketika didengarnya perintah aneh dari Eci.

“Mas Jejennnn nyalainnnnhhh!”
“Okehhhh!”
Jejen pun memencet layar HP yang dari tadi dipegang tangan kirinya. Dan suara BZZTTTT pun terdengar berbarengan dengan jeritan liar Eci.
“Ahhhhh! Serassa di tusuk depan belakangggghhhh!” racau Eci
Ternyata masih ada satu vibrator yang masih bersarang di anus Eci. Dan Jejen menyalakannya saat kontolnya sedang berada di dalam memek Eci. Jadi bukan hanya Eci saja yang merasakan sensasi DP, getaran dinding anus Eci pun menjalar ke memek, memberi efek getar ke kontol Jejen yang bercokol di dalamnya. Jejen nampak merem melek menikmati sensasi barunya.
“Ahhh, anjrit! Sep, cobaan siah! Ngeunah pisan euy!” ajaknya sambil cengengesan
Asep menolak secara halus “Gua mau mandi dulu ah, badan serasa lengket nih”
Melewati kamar mandi, terlihat olehnya kamar mandi itu masih kosong. Asep lalu mengambil handuknya di kamar tapi sial, ketika kembali pintu kamar mandi tertutup, menandakan ada orang di dalam.
TOK TOK
“Siapa di dalem?”
“Gue, Ari” jawab suara di dalam
“Ngapain lu? Gua mau mandi juga ah”
“Lagi boker Sep, mules nih”
“Cepetan oy, nanggung nih udah bawa anduk”
“Yah, masih lama nih, baru aja mulai. Di kamar mandi yang lain aja!”
Asep menggerutu, tapi tak ada gunanya berdebat. Asep pun meninggalkan tempat itu sambil berpikir hendak mengambil kamar mandi yang mana. Di lantai atas ada kamar mandi, tapi Asep malas naik tangga. Hingga Asep akhirnya ingat di kamar utama tempat para cewek biasanya tidur punya kamar mandi sendiri. Di sana aja ah, siapa tau ada Dinda di sana hehe pikir Asep

TOK TOK
Asep mengetuk pintu, disambut suara “Yaa bentar!” dari balik pintu
CKLEK
Asep tertegun. Di depannya, Dita membukakan pintu. Gadis itu mengenakan piyama yang sama dengan kemarin sore waktu mereka ngobrol. Tapi bedanya gadis itu tidak mengenakan jilbab sekarang. Asep bisa melihat rambut hitam sebahu Dita yang sedang dia sisir. Beda dengan Asep, Dita tampak cuek saja.
“Ada apa Mas Asep?”
“Umm, anu, mau numpang mandi...S-si Ari lagi make yang deket dapur” Asep yang masih terpana juga gugup karena hanya bercelana kolor. Dia merasa tidak enak hati di depan Dita yang tampak manis dan rapi.
“Oh sok aja, jangan malu-malu”
“I-iya, makasih Mbak” untungnya Dita tak bertanya kenapa Asep tak memakai yang di lantai atas
“Gak usah sungkan-sungkan, cuman ada aku kok. Dinda sama Irma lagi belanja di pasar dulu” jelas Dita yang membuat Asep sedikit kecewa. Tapi tak apalah, toh itu bukan tujuan utamanya.
Asep mengikuti Dita masuk ke dalam kamar sambil mencuri-curi pandang ke arah Dita. Dengan potongan rambut seperti itu Dita tampak begitu muda, begitu polos. Apalagi dengan piyama imut yang dia kenakan. Tinggal ditambah memeluk boneka beruang cocok deh imejnya.
“Mas Asep bisa kan nyalain showernya?” tanya Dita begitu mereka sampai di depan kamar mandi
“Hmm? A-ah bisa dong” Asep mencoba mengalihkan matanya dari leher Dita yang begitu putih dan mengundang untuk dicupang.
“Yakin? Ya udah yaa...Panggil aku aja kalo ada apa-apa, aku gak akan ke mana-mana kok hehe...”
“Gak mau ikut Mbak Eci sama si Jejen di dapur?”
“Ogah ah, si Mpok suka rewel kalo lagi gila kontol kayak gitu”
Mendengar kalimat vulgar dari wajah polos seperti itu, Asep hanya nyengir dan mengangguk ramah sambil menutup pintu, tapi tiba-tiba ditahan Dita
“Oh iiya! Mas Asep belum cerita yang tadi malam! Soal timun itu lho!” seru Dita dengan mata berbinar
Asep sebisa mungkin mencoba menolak antusiasme Dita dengan halus.
“Aduh maaf ya Mbak, nanti aja deh, saya janji ceritain nanti ya, suwer!” cengir Asep membuat tanda ‘V’ dengan dua jari, himgga akhirnya dia berhasil menutup pintu meninggalkan Dita yang cemberut manyun.
“Okee, tapi janji yaa!” seru Dita dari balik pintu yang dibalas “Iyaa!” oleh Asep.

Terdengar langkah Dita menjauh dari pintu dan Asep bersyukur Dita tidak berdiam di sana karena...Asep tidak tahu caranya mengunci pintu kamar mandi dari dalam.
“Ah sial” Asep menggaruk-garuk kepalanya “Ini gimana nguncinya?”
Setelah beberapa lama, Asep pun menyerah. Dibiarkannya pintu tak terkunci. Biarlah, toh cuman ada Dita di luar. Asep pun mencopot celana pendeknya dan menggantungkannya bersama handuk.
Tapi masalah Asep tak berhenti sampai di situ. Seperti yang dia khawatirkan, kamar mandi di dalam kamar utama itu adalah tipe modern. Dengan bathtub, bilik shower, toilet duduk dan wastafel bercermin besar. Tak nampak bak atau ember berisi air dan gayung. Inilah kenapa Asep lebih memilih kamar mandi dekat dapur yang tradisional, yang lebih cocok buat orang kampung seperti dirinya.
Dan celakanya, sistem di kamar mandi itu adalah sistem canggih yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Pantas tadi Dita meragukan kemampuan Asep menyalakan shower.
“Mana ini kerannya...Gimana nyalainnya” Asep garuk-garuk kepala sambil menggumam frustrasi.
Tak terasa beberapa menit telah berlalu dan Asep masih frustrasi hingga akhirnya...

CKLEK!
Pintu kamar mandi terbuka. Tampak kepala Dita terjulur sambil tersenyum mengejek di pintu.
“Mas Asep kok belum mulai? Gak bisa ya nyalain showernya?”
“A-ah bisa kok, cuman belum mulai aja...”
“Hmm? Emang lagi ngapain dulu? Luluran? Maskeran? Nyukur jembut? Ngunci pintu aja gak bisa kan hahaha”
Asep mati kutu, tapi sebelum dia bisa merespon, Dita sudah melangkah masuk. Gadis itu hanya mengenakan handuk yang dililitkan di tubuhnya. Dan segera dilepas memperlihatkan tubuh telanjang putih mulus Dita yang sudah familiar buat Asep, kecuali dari leher ke atas.
“Jangan marah Mas Asep, hehe...Sini aku tunjukkin, sekalian kita mandi bareng aja yuks” ujar Dita sambil menggantungkan handuknya dengan cuek.
“Mandi...Bareng...Sama...Mbak?” Asep tertegun melihat pemandangan indah di depannya.
“Hmm? Emang kenapa? Mas Asep kayak gak pernah ngeliat aku bugil aja” tanya Dita, mata sipitnya memandang Asep dengan pandangan heran, sebelum gadis itu sadar.
“Oh iiya! Mas Asep belom pernah liat aku gak pake kerudung ya? Biasa aja kalee...” Dita tersenyum nakal sambil memainkan ujung rambutnya.
“Kayak artis Korea Mbak...” Asep memuji
“Masa? Banyak yang bilang aku kayak artis bokep Jepang loh, apalagi kalo bugil gini haha...”
Mendengar kata ‘banyak’, Asep langsung teringat cerita Dita kemarin mengenai masa lalu kelamnya, digilir sana-sini satu kampus. Tapi anehnya gadis itu tampak ringan mengatakan kalimat barusan.
“Cape deh aku terus ditanyain ‘situ warga keturunan ya, panlok ya’ padahal aku asli Jakarta lho” Dita mencerocos, setengah curhat, dan Asep hanya bisa manggut-manggut.

Hingga akhirnya Dita diam dan memandang selangkangan Asep. Mengikuti Dita, Asep melihat ke bawah. Dia baru sadar kontolnya sudah mengacung tegak perkasa.
“Ehh, udah ngaceng aja Mas Asep?” sindir Dita
“Ya wajarlah hehehe...”
“Udah minum jamunya Mas Jejen?”
“Udah”
Dita mendekati Asep, memepetkan tubuhnya sehingga salah satu payudara empuknya menempel di dada berbulu Asep.
“Mas Asep mau mandi dulu apa...ngentot dulu?” tanya Dita nakal sambil mengocok kontol Asep pelan.
“M-mandi dulu aja deh Mbak, kotor pastinya, keringetan...” jawab Asep sambil menelan ludah
“Tapi aku lebih suka kalo masih bau cowok...Kontol yang udah disabunin suka gak ada rasanya”
Gila, nih cewek super binal, pikir Asep. Berbanding terbalik dengan tampangnya yang innocent.
“Ya udah aku sepong dulu aja yaah” Dita mengambil keputusan sepihak “Mas Asep duduk di situ”
Sesuai perintah Asep duduk di atas toilet. Tutup toilet duduk dari marmer itu terasa dingin di pantat Asep. Dita meminta Asep mengangkangkan kakinya, dan gadis itu lalu jongkok di depan selangkangan Asep.
SLURP! Dita mulai menjilati batang Asep sambil memandang binal ke atas.
“Emmhh...Slurrrpp...Baunyah...Kuat bangethhh...Slurrpphhh...Bikin pusinghhh...” desah Dita
Hap! Bibir tipis Dita lalu mencaplok kontol Asep sepenuhnya, menyesaki mulut mungil gadis bermata sipit itu. Sesekali matanya memandang binal ke arah Asep, membuat si pemilik kontol semakin panas-dingin.
“Slllrrpp..Crroppp..Shhhhtrrpppp...Prrrtttttt!” suara kuluman dan sedotan Dinda bergema di kamar mandi itu. Asep kelojotan menikmatinya dan tanpa sadar tangannya sudah berada di kepala Dita. Saking nikmatnya, Asep mengekspresikannya dengan mengacak-acak rambut Dita. Tapi Dita sendiri tidak merasakan. Dengan lahap disedotnya terus kontol Asep, semakin lama semakin cepat membuat suara khas blowjob semakin keras bergema di kamar mandi. Gerakan kepala Dita begitu cepat hingga payudara empuknya terayun-ayun indah.

“Argghhhh...Mbak Dita!” Asep menggeram nikmat, dirasakannya kepala kontolnya menyentuh dinding lunak tenggorokan Dita. Mungkin Asep tak tahu istilah deepthroat, tapi dia sedang merasakannya sekarang.
“Aaahhh udah Mbakk! Saya mau muncrat...Nanti keselekk!” Asep semakin gelagapan.
Tapi mengindahkan peringatan Asep, Dita tidak melepas sedotannya. Malah semakin agresif sehingga Asep tak punya pilihan lain.
CROTTT!
Tubuh Asep gemetar dan tersentak-sentak saat kontolnya menembakkan air mani dalam jumlah banyak.
“Mmmmmpprrhhh” Dita mengerang tertahan sambil melotot ketika Asep ejakulasi di mulutnya. Tapi kontol Asep masih dipertahankan di mulutnya, tak peduli dengan si pemilik kontol yang kelojotan ngilu-ngilu nikmat. Setelah pistol Asep kehabisan amunisi barulah, Dita melepas batang daging dari mulutnya.
“Puahhh! Uhuk uhuk!” Dita terengah-engah dan terbatuk-batuk kecil
“Hahhh...Hahhhh tuh kan Mbak keselek kan!” ujar Asep yang juga terengah-engah.
Tapi Dita mengangkat tangannya memberi isyarat “tidak apa-apa”, lalu gadis itu menengadah sambil terpejam, sebelah tangannya memegang lehernya lalu CEGLUK! Asep melihat Dita menelan sesuatu.
Dan apalagi kalo bukan pejunya Asep? Melihatnya Asep terpana dan menelan ludah.
“Gila banyak banget ihh Mas Asep” ujar Dita santai sambil mengelap bibirnya dengan tangan
“Ampir aja gak ketelen semua” sambungnya
“Y-ya namanya juga yang pertama di hari ini Mbak, terus si Jejen ngasih jamu dosis dobel pula”
“Wah, pantesan itu masih ngaceng” tunjuk Dita
Asep memandang ke bawah. Tak mungkin, pikirnya. Batangnya masih mengeras perkasa, padahal sudah muntah dalam jumlah banyak tadi.

“Yuk, udah pulih lagi kan?” Dita berdiri, diikuti Asep “Mas Asep pasti belum pernah nyobain yang ini deh”
Dita melangkah mendekati wastafel. Gadis itu berkumur sebentar lalu memeluk Asep dan mulai mencium bibirnya. Asep menyambutnya dengan hangat, dan sempat turun untuk menciumi leher Dita yang baru bisa dia akses sekarang. Dita mendesah manja, tapi sebelum percumbuan itu semakin panas, Dita melepas pelukannya.
“Emang kita mau ngapain sih Mbak?” tanya Asep yang bingung
Dita hanya tersenyum, lalu membalikkan tubuhnya menghadap ke cermin. Dia lalu memegang pinggiran wastafel, dan membungkukkan tubuhnya sehingga posisinya siap disodok dari belakang. Asep paham maksud Dita, bercinta di depan cermin!
“Nah Mas Asep bisa ngeliat ekspresi aku pas lagi disodok dan...Ih kok rambut aku jadi kusut gini” Dita baru sadar rambutnya acak-acakan ketika melihat cermin.
“Aduh maaf Mbak, tadi gak sadar ngacakin rambutnya Mbak, abis enak banget hehe” Asep cengar-cengir.
“Yah gak papalah, ntar juga mau mandi...Ayo Mas Asep, mulai aja”
Asep mengangguk, lalu memposisikan dirinya di belakang pantat Dita. Asep bisa melihat bayangan dirinya di cermin, juga Dita dengan bukit susunya yang tergantung bebas dengan indah. Melihat pantat putih Dita, Asep jadi iseng.
PLAK!
“Awhh! Mas Asep iih!” Asep bisa melihat ekspresi kaget Dita di cermin
“Hehe, sori Mbak, buat pemanasan aja. Sekarang beneran yaa” Asep cengar-cengir
Walaupun belum distimulasi, memek Dita sudah sangat banjir. Tanpa bisa kesulitan, kontol Asep sudah melesak ke dalam lubang nikmat Dita. Kedutan dan cengkraman khas memek Dita dirasakan Asep, menggelitik syaraf-syaraf super sensitif di kulit kontolnya.
“Ahhhhh...” Dita mendesah pelan, dan Asep bisa melihat ekspresi gadis itu dengan bibir setengah terbuka, mata setengah terpejam dan alis tipisnya terangkat menyiratkan kenikmatan.

Memulai genjotannya, Asep bisa melihat perubahan ekspresi Dita. Kadang dia menggigit bibir, kadang bibirnya membentuk huruf O, kadang bibirnya dikatupkan seperti menahan sesuatu. Tapi seringnya sih dibiarkan terbuka atau setengah terbuka untuk mengeluarkan desahan dan lenguhan nikmat. Sementara mata Dita kadang terpejam, kadang melotot, kadang sayu, kadang mendelik kanan-kiri atas-bawah. Dipadukan gerakan alis tipisnya, Asep bisa melihat lebih banyak ekspresi Dita saat ini daripada selama tiga bulan bekerja dengan Dita.
Di kantor, gadis itu pendiam dan jarang berinteraksi dengan bagian lain kalau tidak perlu. Di kantor, Dita biasanya baru bisa tertawa lepas bila bersama Irma sahabatnya. Siapa sangka, Dita ternyata lebih ekspresif saat merasakan nikmatnya disenggamai pria.
“Mas Asephh gak dikerasin ngegenjotnyahhhh?” tanya Dita sambil menengok ke belakang
“Yakin Mbak?”
“Mas Asephh gak mau liat tampang aku kalo lagi digenjot kasaaarhhh? Atau ngeliat susu akuhh goyang-goyangh lebih kencenghh?”
“Wah iya yah, boleh juga tuh!” Asep mengangguk setuju
“Ouuwwhhh!” Dita melenguh keras ketika Asep mulai menghujamkan kontolnya dengan keras.
Terlihat di cermin wajah Dita menegang dengan mulut menganga dan mata membelalak. Asep mulai menggenjot tubuh Dita dengan buas, sampai-sampai terdengar suara seperti tamparan saat pantat mulus Dita beradu dengan tubuh Asep di belakangnya. Asep bisa melihat ekspresi lain sekarang, dilihatnya gadis itu sesekali meringis atau matanya terpejam rapat. Ekspresi kenikmatan Dita semakin intens seiring lenguhan dan erangannya, yang bergema di kamar mandi itu.
Seperti yang dibilang Dita, payudara putih mulus nan menggemaskan miliknya terayun-ayun dengan liar seiring genjotan Asep. Tak tahan, Asep mengulurkan tangannnya untuk meremas pabrik susu Dita yang kenyal seperti jelly, membuat gadis itu semakin mengerang nikmat. Sebelum akhirnya memekik keras dan menggelinjang menikmati puncak kenikmatannya, walau Asep dengan tega terus meyodoknya tanpa ampun.

Entah berapa lama, Asep seperti terhipnotis memompa memek Dita sambil terus menatap pemandangan erotis di cermin. Empotan khas memek Dita seperti tidak dipedulikannya. Dita sendiri juga menikmati bayangan dirinya yang dimabuk birahi di cermin. Sudah dua kali tadi dia melihat dirinya orgasme di depan cermin. Rambutnya semakin acak-acakan karena lepek oleh keringat, tampangnya semakin kusut, dan bahkan dia tidak bisa menahan liurnya mengalir dari mulutnya yang selalu terbuka karena tak henti mengerang. Tapi anehnya Dita merasa dirinya sangat seksi saat ini.
Sementara Asep sudah di ujung pertahanannya. Sesaat lagi tanggulnya jebol.
“Mbaakkkk...M-mau muncrattthhh!”
“Barenginhhh...Di dalem Mas Asephhh!” Dita memberi perintah di antara lenguhan dan rintihannya
“Ahhhhh....Keluarr!” Asep menggeram
“Aaaaahhhh!” Dita memekik nyaring
CROT! CROT! CROT! Baik Dita dan Asep kelojotan menikmati orgasme berbarengan mereka. Kedua insan itu terdiam beberapa saat lamanya.
Setelah rasa itu reda, hanya terdengar nafas ngos-ngosan di ruangan itu. Asep hendak mencabut kontolnya ketika dia merasakan sesuatu yang aneh.
“Hahh..Hahh..Mas Asep kok masih keras sih di dalem?” tanya Dita
“Wah, si Jejen kebangetan bikin dosisnya kalo kayak gini” Asep garuk-garuk kepala
“Padahal tadi banyak banget keluarnyaa...Mau lanjut lagi?”
Asep menggeleng, lalu dicabutnya tombak saktinya dari memek Dita yang dipenuhi berbagai cairan.
“Kita mandi aja deh Mbak, keringetan gini” saran Asep
“Lah itu gimana?” Dita menunjuk kontol Asep yang masih mengacung
“Biarin aja lah” sahut Asep

Mereka lalu masuk ke bilik shower. Dita menjelaskan cara mengoperasikan shower ke Asep yang hanya bisa melongo.
“Kakak iparnya si Irma distributor peralatan rumah tangga high-end kayak gini Mas Asep, makanya bisa dipasang di sini” jelas Dita
“Oooh gitu, tapi kalo saya mah lebih milih ember sama gayung ajah” ujar Asep polos yang membuat Dita tertawa.
Aliran air shower hangat segera membasahi tubuh mereka. Tubuh Dita yang begitu putih tampak berkilau di bawah sinar lampu, ditambah tetesan-tetesan air di tubuh telanjangnya.
“Nah Mas Asep, kita lanjutin obrolan yang kemaren yuk” Dita membuka suara
“Lah masa pas lagi mandi gini?”
“Justru katanya kalo orang lagi telanjang dia gak akan nyimpen rahasia” jelas Dita
Walau tak masuk logika di Asep, dia hanya mengangguk saja.
“Tapiiii Mas Asep cerita dulu dong soal timun kemarin, aku gak sempet nanya Dinda”
Didesak seperti itu mau tak mau Asep menceritakan kejadian semalam. Dita tertawa-tawa mendengarnya hingga payudaranya pun bergerak riang.
“Hahahahahhh...Parah banget ihh Dinda”
“Iyah, kasian sayah sama si Anto”
“Loh? Bukannya Anto saingannya Mas Asep?”
“Wah, sayah gak mungkin merebut hati Dinda dari Anto, Mbak”
“Lah, kalau Mas Asep udah nerima kenyataan gak bakal bisa dapetin Dinda, terus Mas Asep selama ini galaunya kenapa?” tanya Dita sambil menatap tajam mata Asep.

Asep terdiam. Iya juga ya, pikirnya. Menunggu Asep memberi jawaban, Dita mematikan shower, mengambil sabun cair dan membuat busa di tangannya. Lalu dia mulai menyabuni tubuh Asep, membuat pria itu terhenyak.
“Ayo, dipikir Mas Asep, fokus di inti masalahnya” saran Dita sambil menyabuni Asep dengan santai
Asep melanjutkan berpikir, walaupun tangan Dita sesekali menyentuh bagian tubuh yang membuatnya geli, atau ketika kontolnya yang masih tegak perkasa iseng dikocok tangan bersabun Dita.
“Saya..” Asep membuka suara “Sayah gak tau nih perasaan saya sama dia itu wujudnya apa”
“Balik badan Mas Asep” perintah Dita cuek, yang lalu menyabuni punggung Asep “Truss?”
“Rasanya aneh deh Mbak, saya udah ngeliat sisi liarnya Dinda, yang tega maen gila sama banyak cowok di belakang pacarnya tapi kok saya gak jadi kecewa atau ilfil gitu Mbak”
“Jadi apa yang dirasain Mas Asep setelah ngeliat Dinda sekarang?” Dita mengulangi pertanyaan kemarin sore.
Asep menggeleng “Bingung saya Mbak, makanya saya gak bisa jawab kemarin. Mungkin saya butuh waktu”
Asep berbalik ketika dirasakan tangan Dita tak lagi menyabuninya. Dita menunjuk ke arah sabun cair. Asep mengerti, segera disapukannya busa lembut itu ke tubuh Dita yang basah.
Ini adalah sesi curhat teraneh yang pernah dialami Asep. Curhat ke seorang cewek sambil mandi bareng, membicarakan cewek lain. Agak memecah konsentrasi juga sih, apalagi ketika tangan Asep sampai di payudara Dita. Dengan permukaan licin karena sabun, dua benda kenyal itu makin serasa jelly. Dita membiarkan Asep bermain-main dengan payudara dan putingnya sebelum buka suara.
“Mas Asep gak butuh waktu. Kalo Mas Asep gak bisa jawab pertanyaan itu, mending Mas Asep menuhin apa yang diharepin Dinda dari Mas Asep”
“Emang Mbak Dita tau?” tanya Asep ragu

Dita menarik nafas “Kita masukin Mas Asep ke sini atas kesepakatan bersama, termasuk Dinda. Berarti Dinda percaya sama Mas Asep. Dinda percaya Mas Asep bisa menjaga rahasia dia dan kita semua. Dinda berani ngeliatin sisi rahasianya karena dia percaya sama Mas Asep”
“Jadi saya harus membayar kepercayaannya Dinda dengan menjadi member grup yang baik yah Mbak?” tanya Asep sambil jongkok menyabuni kaki Dita
“Iiya, dan –aduh!”
Segumpal cairan kental tampak terjatuh dari selangkangan Dita “Waduh, pejunya Mas Asep yang tadi keluar juga hehe” ujar Dita santai. Benar-benar sesi curhat paling aneh, batin Asep.
“Ehem! Dan sayangnya, fakta bahwa Dinda setuju Mas Asep masuk sini berarti dia emang gak punya rasa sama Mas Asep”
Asep langsung menghentikan kegiatannya dan memandang Dita
“Mbak tahu dari mana?”
“Yaa logikanya kalo Dinda ada rasa sama Mas Asep, pasti dia gak akan mau Mas Asep ngeliat sisi liarnya kan?” jawab Dita sambil tersenyum tipis.
Asep terpekur. Selama ini pikirannya tidak pernah sampai ke situ. Tapi logikanya memang masuk akal, mau tak mau Asep harus mengakui.
“Mas Asep kenapa? Katanya udah nyerah ngejar Dinda?” Dita berbalik dan menunjuk punggungnya
“Yahhh, kan rasa ini masih ada Mbak, biarpun gak jelas wujudnya” jawab Asep pelan sambil mulai menyabuni punggung Dita.
“Mungkin memang sayah harus ngilangin nih rasa dan jadi anggota grup yang baik, daripada ngecewain yang lain yang udah ngasih sayah kesempatan”
Dita tiba-tiba berbalik, senyuman tersungging di bibir tipisnya “Inget gak yang aku bilang kemaren?”
“Eh?”
“ Aku bilang ‘Aku gak bilang itu gak baik Mas Asep’”
“Errr...Mungkin bisa disederhanakan lagi Mbak? Agak njelimet soalnya heheh”

Dita menghela nafas “Maksud aku, kalo memang ada untungnya buat Mas Asep kenapa nggak, asal gak ngerugiin yang lain”
“Ah, gak ada baiknya Mbak. Saya jadi kepikiran terus dan cemburu kalo liat dia dipake sama yang lain”
“Yakin gak ada baiknya?”
“Iyah saya yakin, kalo menurut Mbak?” Asep balik bertanya
“Hmm, kalo cemburu sama yang lain itu emang gak baik, toh Mas Asep emang siapanya Dinda, hehe. Tapi itu sih gampang, Mas Asep tinggal terbiasa aja lama-lama juga gak bakal cemburu kok”
“Tapi ada kok baiknya, Mas Asep gak nyadar aja” lanjut Dita
“Kayak apa Mbak?”
“Inget waktu lomba gendong? Mas Asep semangat banget pingin menang biar Dinda hepi. Trus tadi malem Mas Asep mau aja dijadiin timun, padahal gak enaknya pasti setengah mati”
Asep berpikir keras “Jadi perasaan saya ini, biar gak jelas juntrungannya bisa bikin Dinda bahagia biarpun caranya gak biasa?”
“Iiya, tapi bukan Dinda ajja, Mas Asep juga kan ngerasa lain kalo kebagian sama Dinda? Mas Asep punya sesuatu buat diharepin...Walaupun gak bisa dimiliki sih. Yah, aku kan bilang asal gak ngerugiin yang lain atau ngerusak suasana”
“Ah tapi, saya gak enak kalo gitu. Gak adil sama yang lain. Sama Mbak Dita, atau Mbak Irma dan Mbak Eci juga kalo harus ngebedain Dinda sama mereka, biarpun mereka gak tau”
“Yaa jalanin aja lah, kan dengan event ini kita semakin akrab kan, daripada di kantor” Asep mengangguk setuju walaupun dalam hatinya dia berujar “Ini sih terlalu akrab”.
“Mungkin nanti seiring waktu Mas Asep bakal lebih mengenal kita, sekarang aja Mas Asep bisa curhat gini kan sama aku. Nanti kalo udah semakin akrab, perasaan Mas Asep sama Dinda bisa ke semua cewek juga, asal jangan rasa ingin memiliki aja hehe”
Asep semakin berpikir keras, tapi dari wajahnya Dita bisa melihat Asep sudah mendapat pencerahan.
“Jadi intinya sayah memang udah nyerah ngejar Dinda buat dijadiin pacar. Terus saya tau Dinda gak ada rasa sama saya, OK. Tapi Dinda juga naruh kepercayaan ke sayah buat jadi anggota grup, yang harus saya bayar. Dan soal perasaan sayah ini, tinggal dibuang jeleknya, diambil baiknya selama gak ngerugiin yang lain, gitu kan Mbak?”
“Mas Asep merasa plong gak dengan kesimpulan itu?”

Asep tidak menjawab, tapi menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannnya dengan lega. Lalu mengangguk mantap “Ternyata solusinya gampang ya, saya aja yang bego dan gampang kebawa perasaan”
Dita mengangguk setuju
“Gak apa apa Mas Asep, asal perasaannya gak bikin mumet dan galau terus”
Asep menepuk dadanya “Mulai sekarang, kalopun saya kebawa perasaan, saya usahakan buat kepentingan seluruh anggota grup ini” Dita hanya tertawa mendengarnya
“Dan saya jadi punya rasa nih sama Mbak Dita” tambah Asep tiba-tiba dengan tampang serius
“Ehh?” Dita terhenyak, pipinya yang bersemu pink karena air hangat semakin memerah
“Iyah, saya merasa hormat dan berterima kasih sama Mbak yang udah mau ngedengerin masalah saya dan ngasih solusi” lanjut Asep masih dengan tampang serius.
Dita terdiam beberapa saat lamanya sebelum tertawa terbahak-bahak. Susunya yang dipenuhi busa sabun kembali bergoyang-goyang.
“Yee Mbak, malah ketawa. Saya serius nih!” seru Asep agak kesal
“Ahahahhh...Mas Aseeppp...Kirain apaan sih ah!” tawa Dita masih berderai. Asep yang tidak peka dengan perasaan wanita jadi bingung dengan reaksi Dita.
“Haahhhh...Mas Asep biasa aja deh, aku cuman nolongin biar nih grup gak ada konflik”
“Yaa tapi kalo gak ada Mbak Dita konflik batin sayah pasti gak akan selesai Mbak”
Dita menghela nafas “OK deh, kalo Mas Asep mau berterima kasih, aku punya request nih”
“Apa Mbak?”
“Hmmm...Irma sama Dinda belum pulang, Mas Asep masih ngaceng, jadi...” Dita memandang mata Asep dengan tatapan binal
“Aku pengen Mas Asep ngentotin aku sepuasnya di sini, sampai yang lain pulang” bersamaan dengan itu, Dita kembali menyalakan shower yang langsung membasuh busa dari tubuhnya.

Asep dan Dita berciuman dengan ganas di dalam bilik shower itu dengan air masih mengalir membasahi tubuh telanjang mereka. Lidah Dita dan Asep saling berbelit, seperti halnya tangan masing-masing yang sibuk meraba-raba pasangannya. Lidah Asep kemudian turun ke leher Dita, membuat gadis itu menggeliat nikmat. Asep menciumi leher Dita sebelum mengangkat sebelah tangannya, lalu menjilati tetesan air di ketiak mulus Dita, membuat gadis itu menggelinjang geli-geli nikmat. Tangan Asep yang satunya meremas payudara Nita dan menggesek-gesek putingnya. Dita mendesah-desah meluapkan kenikmatan dari rangsangan di seluruh tubuhnya. Tangan Dita memegang erat lengan kekar khas pekerja kasar milik Asep.
Keduanya kembali berciuman, sesekali melepas pagutan mereka untuk saling bertatapan sebelum kembali memagut bibir. Tapi kemudian tiba-tiba Asep mendorong Dita hingga punggungnya terhempas di dinding bilik shower.
“Kyaa!” pekik Dita kaget
Asep langsung memepet tubuh Dita, merapatkan tubuhnya sehingga puting susu Dita bergesekan dengan dada berbulu Asep. Kembali mereka berciuman dengan ganas di posisi itu. Asep lalu menggunakan satu tangannya untuk mengangkat salah satu kaki Dita, sehingga memek gadis itu siap diterobos oleh senjata Asep. Dita merasakan kepala kontol Asep sudah menggesek-gesek bibir belahan memeknya, hingga saat yang dinantinya tiba.
“Ngaahhhh!” Dita mengerang saat kontol Asep kembali menembus memeknya pagi ini. Dita memejamkan mata sambil mendongak, yang membuat lehernya menjadi sasaran cumbuan Asep.
Asep menggenjot memek Dita dengan kontolnya yang sudah di doping jamu Jejen dengan posisi berdiri. Langsung dengan tempo cepat tanpa pelan-pelan dulu. Gemericik air shower pun tak bisa menutupi lenguhan dan erangan erotis Dita yang semakin nyaring.
Dita menggeliat dan mengejang di pelukan Asep ketika gadis itu meraih orgasmenya. Tapi Asep terus menyodoknya tanpa kenal ampun membuat Dita semakin blingsatan oleh orgasme yang datang susul menyusul. Bahkan empotan memeknya yang dia gunakan untuk memperlambat genjotan Asep seolah tak berarti. Akhirnya Dita hanya bisa pasrah didera gelombang kenikmatan tiada henti.

Setelah beberapa waktu yang terasa sangat lama bagi Dita, akhirnya Asep menyemburkan cairan kental hangat dalam rahimnya, yang mau tidak mau membuatnya orgasme lagi. Tapi Dita belum bisa bernafas lega, karena kontol Asep masih terasa keras memenuhi rongga syahwatnya.
“...Masih keras Mbak” bisik Asep
“Iiya...Lanjut?”
Asep mengangguk. Setelah kontolnya lepas dari memek Dita, Asep memutar badan Dita sehingga membelakanginya. Lalu Asep menghimpit Dita sehingga tubuh bagian depan gadis itu menekan dinding kaca bilik shower. Termasuk payudara dan puting Dita yang menggesek dinding kaca yang halus tapi bermotif itu. Merasakan putingnya yang sensitif bersentuhan dengan kaca itu saja sudah membuat Dita terangsang. Dilihat dari luar bilik, payudara Dita yang menjeplak di kaca buram itu pasti terlihat sangat erotis, sayang tidak ada yang menonton mereka.
Dengan Asep menekan punggungnya, posisi ini kurang lebih mirip dengan yang tadi. Dita kembali merasakan kontol Asep di selangkangannya, siap menembus memeknya lagi. Dita pasrah, memejamkan mata bersiap menikmati sodokkan kontol Asep yang akan memberinya orgasme tak terhitung jumlahnya. Sementara gemericik air shower masih terus membasahi tempat mengadu birahi mereka.

***
Satu jam kemudian, Asep sedang berendam di bathtub di kamar mandi yang sama. Dita duduk di pangkuannya ikut berendam, seperti seorang bapak yang sedang memandikan anaknya.
“Lama juga ya mereka” ujar Dita merujuk ke Irma dan Dinda
“Nyasar kali di pasar” timpal Asep sekenanya
“Hahah padahal kita ngentot lama banget deh tadi”
“Iyah, puas saya bisa nyoba segala gaya” Asep cengengesan
“Mas Asep keluar berapa kali?”
“Wah, gak ngitung sayah. Tapi yang penting sih udah gak ngaceng lagi. Kalo Mbak?”
“Iih, apalagi aku, gak keitung. Eh liat tuh Mas Asep!” Dita menunjuk gumpalan cairan kental yang mengambang di permukaan air bathtub
“Masih ada aja peju Mas Asep yang keluar dari memek aku!” seru Dita riang, seolah air mani Asep yang memenuhi rahimnya barusan hanyalah mainan.
Asep melingkarkan tangannya di dada Dita, sehingga susu kenyal nan hangat Dita menempel di lengannya.
“Tapi beneran lho Mbak, terima kasih banget. Rasanya kepala saya ini udah plong dari segala galau”
“Udah deh Mas Asep gak dibahas lagi. Yang penting Mas Asep gak galau lagi, sayang soalnya”
“Maksudnya?”
“Liat aja tadi Mas Asep bisa maen lepas banget sampe bikin aku klenger. Atau pas lawan kita bertiga, Mpok Eci aja bisa kelojotan gitu. Atau malam sebelumnya yang bikin si Irma takluk. Kalau Mas Asep gak terbebani pikiran, Mas Asep maennya gila lho”
“Oh...”
“Tapi masih ada satu orang yang belum ngerasain potensi Mas Asep sepenuhnya”
“Dinda? Karena dia sumber kegalauan sayah?”
“Yup, tapi sekarang galaunya Mas Asep udah hilang kan, dan ini hari terakhir jadiii...”
Percakapan mereka terhenti ketika samar-samar terdengar suara klakson dari luar.
“Ah, itu mobilnya si Irma. Udah pada balik mereka. Yuk ah”
Dita berdiri meninggalkan bathtub diikuti oleh Asep.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Berkat doa kalian semua, badan saya udah mendingan, so tancap gas update chapter 9!
Ngabisin 4 paragraf buat nyelesain galaunya Asep, tapi kok dialognya serasa muter-muter gak jelas gitu.
Bah, emang saya gak bakat nulis konflik batin kayak gini (dan emang konfliknya juga udah gak jelas dari awal :bata:).
Anyway, enjoy.
 
Sukurlah udah sehat suhu....Mantap banget updetannya...:konak:

Tapi ada sedikit pertanyaan nih hu...Apa ngga terlalu monoton ya ceritanya kalo dari awal sampe akhir cuman " ngeseks " mulu hu..?

Tapi...Just a comment ya hu..semua terserah suhu aja...yang penting happy...:Peace:
:beer:
 
Berkat doa kalian semua, badan saya udah mendingan, so tancap gas update chapter 9!
Ngabisin 4 paragraf buat nyelesain galaunya Asep, tapi kok dialognya serasa muter-muter gak jelas gitu.
Bah, emang saya gak bakat nulis konflik batin kayak gini (dan emang konfliknya juga udah gak jelas dari awal :bata:).
Anyway, enjoy.

Lah kan emang sesi curhat rata rata gitu om :D

Apalagi curhat ala ABG galau :pandaketawa:
 
asli hu.
tegang maksimal ane.
thanks udah update.

ditunggu kosah asep selanjutnya
 
Menuju waktu tersisa.......
 
Alhamdulillah suhu reinweiss udah baikan
Trimakasih buat apdetnya
Mantap suhu :jempol:
Req ss nya dipanjangin dong suhu :ampun:
 
suhu2 ada yg tau ramuan jamunya si jejen ga?
penasaran bgt...hehehe
 
Tapi ada sedikit pertanyaan nih hu...Apa ngga terlalu monoton ya ceritanya kalo dari awal sampe akhir cuman " ngeseks " mulu hu..?
Maunya ditambahin apa? Pembunuhan? Perang antar mafia? Serangan alien? Monster? Misteri? :p
Kalo settingnya cuman 2 hari 2 malam ga akan sempat buat subplot (dan yang ngarang juga gak punya ide) :D

Req ss nya dipanjangin dong suhu :ampun:
Mestinya yang di shower bisa dipanjangin sih, bisa beronde-ronde tuh cuman saya udah kehabisan deskripsi.
Yah bayangin aja yang dibilang Asep "bisa nyoba semua gaya" setelahnya

suhu2 ada yg tau ramuan jamunya si jejen ga?
penasaran bgt...hehehe
Jangan, nanti formulasinya bisa dijiplak perusahaan farmasi luar negeri hehe
 
waaaah dita dah kayak psikolognya asep niiihh hehe

apakah dinda akan mendapatkan kehebatan asep
 
Maunya ditambahin apa? Pembunuhan? Perang antar mafia? Serangan alien? Monster? Misteri? :p
Kalo settingnya cuman 2 hari 2 malam ga akan sempat buat subplot (dan yang ngarang juga gak punya ide) :D


Mestinya yang di shower bisa dipanjangin sih, bisa beronde-ronde tuh cuman saya udah kehabisan deskripsi.
Yah bayangin aja yang dibilang Asep "bisa nyoba semua gaya" setelahnya

justru menurut saya, cerita ini memang lebih pas dibawa seperti ini suhu reinweiss. komposisinya sudah cukup tepat

2 hari pesta seks, penutupan cerita cukup dengan konklusi apa yang didapat asep dari pengalamannya dari 2 hari itu. tidak lebay, tidak ribet, tapi mengena

plus sex scene kalau kepanjangan ya bosan juga, jadi monoton. yang penting bagian2 pentingnya sudah dijelaskan secara detail
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd