Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Terima kasih suhu atas update nya dan selamat atas kesembuhannya.. Smg paket cendol ane bs buat jd lbh semangat lg nulis nya
 
bisa tuh hati asep akhirnya beralih ke dita , apalagi asep gak pernah mau ungkapin perasaannya ke dinda , karena takut asep di tolak ...
 
Jadi penasaran apa yg ada di pikiran dan hati Asep sepulang dari sana.....
 
pgen liat asep ma dinda tanpa pke prasaan, ijin ngelapak dsni gan
 
Hari ini ada apdet gak yah.....?
 
Long weekend udah mau berakhir.......
 
Bonus Chapter: Eksekusi Dinda (Part 2: Main Course)

Dinda Fitriani Anjani kecil yang masih duduk di bangku SMP terbangun menjelang tengah malam. Tadi siang dia bekerja keras menjadi pagar ayu di pernikahan kakak perempuannya, dan juga membantu keluarganya di resepsi ala rumahan yang tanpa EO dan berlangsung sampai sore. Sehingga selepas maghrib Dinda tidur begitu saja setelah membersihkan make-up dan berganti baju. Terlewat makan malam, gadis cilik itu sekarang bangun dengan perut lapar.
Tapi rasa laparnya hilang seketika begitu telinganya mendengar sesuatu yang aneh dari kamar di sebelahnya. Kamar kakaknya sang pengantin baru. Dinda mendengar suara yang dia yakini berasal dari kakaknya, tapi dengan nada yang tidak pernah dia dengar sebelumnya. Seperti campuran antara suara mengaduh dengan suara yang kakaknya sering keluarkan ketika keenakkan dipijat Dinda. Entah kenapa suara itu seperti memicu insting terdalam Dinda, membuatnya penasaran setengah mati dan melupakan rasa lapar di perutnya. Dengan jantung berdebar, Dinda memanjat meja belajarnya, mengintip melalui celah antar kamar yang waktu kecil sering mereka gunakan untuk saling melempar ular-ularan karet. Dinda tak tahu, pemandangan yang akan dia lihat akan mengubah hidup gadis sederhana dari pinggiran kota kecil itu untuk selamanya.

Begitu sadar dari lamunan masa kecilnya, Dinda sudah mendapati dirinya terduduk di tengah ranjang. Dengan tiga lelaki dari kantornya mengelilingi tubuhnya yang telanjang bulat, kecuali kepalanya yang masih tertutup jilbab. Itupun sudah lepek oleh keringat dan belepotan sperma. Wajah cantiknya yang juga belepotan sperma memandang tiga kontol yang mengacung keras di depan mukanya. Benda yang sekarang sudah sangat familiar baginya. Benda yang dimiliki oleh Anto, pria spesial di hatinya dan juga dimiliki oleh seluruh pria di dunia ini. Dan Dinda, gadis cilik nan polos itu sekarang tumbuh menjadi gadis yang menginginkan semua kontol di dunia ini untuk mengisi lubang-lubang nikmatnya, dan menginginkan tangan-tangan kasar mereka untuk menggerayangi tubuh ranumnya.
“Hammmpphhhhhfhhhhhspppplllrrff” Dinda melahap kontol hitam di depannya, tak peduli punya siapa. Mengulangi sesi blowjob sebelumnya, Dinda mengulum satu kontol bergantian sementara kedua tangannya mengocok dua kontol sisanya. Bedanya sekarang Dinda jauh lebih agresif, seolah-olah kelaparan ingin melahap semua kontol yang disajikan.
“Ceu, mau kontol?” tanya Reza
“Mauuu...Hssslurrpppppcpppptt” jawab Dinda diantara sedotan dan kocokannya
“Mau dientot?”
“Iyarghhhghfhfhghghggh”
“Apa? Keluarin dulu atuh kontolnya dari mulut”
“Phuaahhh...Iiyaaa mauuu!” jawab Dinda dengan nada seperti anak kecil merajuk minta permen
“Dientot di manaaa?” timpal Ari dengan muka mengejek
“Memek akuuu...Plis masukin kontol ke memek akuuu!” Dinda meceuak menatap ke arah tiga pria dengan tatapan memohon.

Sesuai janji para pria, sekarang saatnya menu utama. Dinda sudah dipuaskan oleh appetizer sebelumnya. Formasi lingkaran kontol itu bubar, dan seorang yang berada dibelakang Dinda mendorong gadis itu hingga menungging.
“Aahhh! Aduh!”
Dinda mengaduh diperlakukan seperti itu. Sekarang gadis itu pasrah bertumpu pada siku dan lututnya. Dinda menurut saja ketika pria di belakangnya menaikkan pantatnya sehingga tubuhnya semakin menungging. Segera dirasakannya ada sesuatu yang menggelitik bibir kelaminnya yang sangat basah. Tapi bukan jari. Dinda hafal betul dengan sensasi ini.
“Ah si Dinda mah hanjakal euy awewe teh. Geulis-geulis beuki kontol” Dinda mendengar ejekan Jejen di belakang tubuhnya, yang hanya menggesek-gesek bibir memek Dinda dengan kepala kontolnya
“Masukin aja Mas Jejennn” pinta Dinda lirih
“Naooooonn?” tanya Jejen pura-pura tak mendengar dengan ekspresi menyebalkan
“Masukiiiiiiin kontolnyaaaaaahhh! Akku pengen dientot iiiih!” teriak Dinda frustrasi
Para cowok tertawa terbahak-bahak mendengar Dinda putus asa
“Cup cup cup, tong ceurik geulis” goda Jejen seperti menenangkan anak kecil yang merajuk, lalu setelahnya...BLESH!
“Ngrahhhhkkkhhhhhh!” Dinda mengerang keras ketika kontol kokoh Jejen menghujam memeknya
“Enaaakkkk neng Dindaaaa?”
“Enak..Ahhh...Bbangeettt..Shhhh”
“Gerak moal yeuh?”
“Gerakiiinnn...Yang kencengh Mas Jejennhhhh...Ahhh!”
Jejen mulai mengocok memek Dinda dengan brutal, membuat gadis itu melenguh dan menjerit-jerit nikmat. Matanya terpejam erat menikmati genjotan kontol Jejen di memeknya. Hingga terdengar suara
“Ceu, buka matanya coba”

Tahu-tahu di depan mukanya sudah ada satu kelamin pria lagi yang mengacung tegak. Dinda memandang ke atas melihat tampang jelek Reza yang menyeringai lebar. Tanpa protes Dinda pun melahap kontol Reza, dan sekarang lengkap sudah, Dinda ditusuk depan belakang. Jejen lalu menggenjot memek Dinda dengan semakin brutal, setiap sodokan membuat wajah Dinda semakin terbenam dalam selangkangan Reza.
“Grrggglllhhllpppppgrrrrgggggghhhh” lenguhan Dinda tertahan sumbatan kontol dalam mulutnya
Serangan ketiga dimulai oleh Ari yang merebahkan dirinya kemudian menggeserkan kepalanya ke bawah tubuh Dinda. Seperti montir yang masuk ke bawah kolong mobil. Tapi bukan untuk ganti oli, Ari mencucup payudara Dinda yang menggelantung indah dan berguncang hebat seiring sodokan Jejen di memek Dinda. Puting susu Dinda yang berwarna coklat muda sudah mengeras sempurna, Ari tinggal menjulurkan lidahnya menyapu puting itu yang maju mundur dengan sendirinya. Terasa asin karena keringat oleh Ari, dan terasa sangat nikmat bagi Dinda. Apalagi ketika Ari mencaplok seluruh bukit susunya dan menyedot-nyedotnya seperti bayi.
“Uoohhh...Anjing! Ngempot...Sempit..Awe..we..Bangor...Siah...Dinda!” Jejen meracau diantara genjotannya dan PLAK! Jejen menampar pantat Dinda membuat gadis itu memekik sakit-sakit nikmat, tapi tertahan kontol Reza dalam mulutnya.

Diserang gencar seperti itu tentu Dinda tak tahan. Tubuhnya yang terpontang-panting antara tiga lelaki menegang, bersiap menyambut ledakan birahi yang segera tiba. Dan mata indah Dinda membelalak ketika gelombang kenikmatan akhirnya menyapu seluruh tubuhnya. Di saat bersamaan Reza mencabut kontolnya sehingga Dinda bisa menjerit keras meluapkan klimaks pertamanya dalam sesi main course ini.
“A-a-akkuuu k-kke...Nggggraaaaaaaaaaaahhhhh!” jerit Dinda sambil mengejang
“Anjing yeuh memek banjirrrrr!” geram Jejen merasakan kontolnya disiram cairan kewanitaan Dinda yang membanjir seiring orgasme gadis itu.
Tubuh Dinda tersentak-sentak tanpa kendali, seluruh tubuhnya seperti dialiri listrik ribuan volt. Sensasi klimaksnya kali ini jauh lebih dahsyat daripada waktu sesi foreplay tadi. Hingga setelah beberapa lama akhirnya aliran listrik itu hilang dan tubuhnya kehilangan tenaga. Ari menarik kepalanya tepat waktu sebelum tubuh Dinda ambruk, siku gadis berjilbab itu sudah lemas tak mampu menahan tubuhnya yang kembali digenjot Jejen tanpa ampun.
“Mas Jejennnn...Udahhh...Aku...Memek aku udahh...Baru ajahh-Ahhhh!” Dinda melenguh lirih, wajahnya yang sudah berantakan menempel di atas sprei kasur.
Jejen tahu kalau Dinda sudah mencapai puncak kenikmatannya tapi ia tidak berniat membiarkan gadis itu istirahat. Tidak sampai dia menyiram rahim gadis itu dengan benihnya. Pria buruk rupa itu mendengus seperti babi hutan dan mulai menggenjot Dinda dengan tusukan-tusukan panjang. Gadis itu sudah terjerembab di kasur, tangannya hanya bisa meremas kain sprei dengan kuat. Dinda melenguh-lenguh pasrah menikmati rasa yang menjulur di seluruh tubuhnya. Tanpa ada rehat dari orgasme sebelumnya, kenikmatan yang dialami Dinda semakin naik, naik, dan siap meledak lagi.
“Jen, kayaknya si Dinda mau keluar lagi tuh” lapor Reza setelah mengamati bahasa tubuh Dinda
“Nyaho aing ge...Ugghhh! Ngempotna ajibb beuhhh!” Jejen mengelap keringat di dahinya
“Crot di dalem Jen, abis itu kita gantian” ujar Ari yang dibalas anggukan Jejen yang tampak semakin kepayahan menahan ejakulasinya hingga akhirnya dia memaki dengan suara menggeram
“Anjing!”

CROTT! Cairan putih kental menyembur deras dari ujung kontol Jejen, langsung menyirami rahim Dinda.
Sensasi semburan cairan hangat itu memicu serangkaian proses dalam sistem syaraf Dinda, yang bereaksi dalam sepersekian detik mengalirkan hormon pemicu euforia ke seluruh tubuhnya. Dinda kembali dilanda orgasme dahsyat seiring sang pejantan menanam benih di tubuhnya. Tak peduli pejantan itu adalah Jejen yang hitam dan buruk rupa, yang hobi menggoda perempuan di kantor dengan rayuan basi dan kampungan. Tapi sekarang kontol Jejen sudah mengaduk-aduk memek Dinda dan membuktikan kejantanannya.
“Hhhh-Oohhhhhhhh!” Dinda melenguh panjang sambil membelalak, tangannya mencengkram sprei erat-erat
“Nghh!” pekikan kecil terdengar ketika Jejen mencabut kontolnya dari gua Dinda yang banjir berbagai jenis cairan.
Sementara Jejen beristirahat, Reza dan Ari mengamati dari dekat memek Dinda yang habis digempur Jejen. Gadis itu masih menungging, masih sesekali tersentak-sentak merasakan sisa-sisa klimaksnya.
“Za, liat yeuh. Nyemprot keluar gitu dikit-dikit” tunjuk Ari
Terlihat jelas dari luar memek Dinda tampak berkedut-kedut. Sesekali kedutan itu menyemprotkan cairan cinta bercampur peju Jejen seperti gunung berapi. Melihatnya, timbul ide di kepala Reza
PLAK!
Terdengar Dinda mengaduh saat Reza menampar pantatnya, dan di saat bersamaan memek Dinda kembali memuntahkan cairan dari dalam. Mendapat mainan baru, tanpa belas kasihan Ari dan Reza menampar-nampar pantat Dinda memicu erupsi dari memek Dinda. Lenguhan dan erangan Dinda yang meminta mereka berhenti tak diindahkan.
“Jen! Liat nih, memek si Dinda bisa muncratin peju kayak kontol!” seru Ari menunjuk memek Dinda yang terus memuncratkan peju Jejen yang tadi baru disetor ke sana.

Hingga tenaga Dinda sedikit pulih sehingga ia bisa bangkit dan segera berbalik melindungi pantatnya
“Udah ih kalian mah! Sakit tau!” seru Dinda dengan cemberut, tapi Reza dan Ari hanya tertawa yang membuat Dinda semakin manyun.
“Udahlah Ceu, jangan cemberut gitu sayang...Yuk kita enjut-enjutan lagi” rayu Reza
“Ogah!” tolak Dinda sambil membuang muka
“Wah, jual mahal nih cewek!” seru Ari
“Iye nih, harus ditangkep dulu ini mah...Rrragh!” Reza tiba-tiba meloncat ke arah Dinda, membuat gadis itu menjerit tapi masih bisa menghindar.
Sambil tertawa-tawa Dinda mencoba menghindar dari kejaran Reza sebisanya dengan merangkak melingkari kasur king size itu. Reza mengejar di belakang diikuti Ari. Sementara Jejen hanya menonton di tengah.
“Kena!” teriak Reza setelah berhasil menangkap Dinda
“Kyaa! Ahahhahahhha!”
Dinda tertelungkup di atas kasur dengan Reza menindihnya. Setelah derai tawa mereka habis, dengan nafas masih sedikit terengah-engah, Reza berujar sesuatu di telinga Dinda.
“Ceu, sekarang jatahnya gua sama Ari. Lo mau gak kita DP?”
“Hah? Di-DP? Kayak biasa Mbak Eci? Waduh...”
“Kenape? Lo bukannya pernah dianal Jejen dulu?”
“Iiya sih, tapi udah lama...Apalagi kalo depan-belakang aku belom pernah”
“Makanya nyobain sekarang, kapan lagi coba?”

Jantung Dinda berdebar kencang. Dia akan merasakan sebuah sensasi baru. Sekaligus pencapaian baru dalam kehidupan seksnya. Semakin lama gadis itu semakin binal saja. Debar jantungnya saat ini mengingatkan masa lalunya. Hari itu sobat karib Dinda di SMA membawa kabar. Ada warnet baru di kota kecamatan. Bedanya dengan yang sudah ada, warnet satu-satunya yang mereka tahu, adalah warnet baru itu punya bilik tertutup dan juga tidak memblok situs ‘aneh-aneh’. Penasaran, pulang sekolah mereka menyempatkan diri mampir ke sana. Walaupun harus menempuh perjalanan cukup jauh dari sekolah. Setelah berhaha-hihi mengecek dan mengupdate status alay mereka di facebook, keduanya dengan jantung berdebar mencoba mencari sesuatu yang anak laki-laki sekelas mereka sebut ‘bokep’. Namanya internet, dua remaja desa yang gaptek sekalipun bisa mengakses konten terlarang dari belahan dunia lain. Mereka hanya mengharapkan adegan seperti yang biasa mereka lihat di film-film hollywood. Tapi yang mereka lihat lebih dari itu. Adegan ekstrim tanpa sensor, tanpa penghalang, dengan alat kelamin yang di-zoom dari jarak dekat. Teman Dinda tak kuat melihatnya dan menutup wajahnya dengan tangan, tapi Dinda malah memandang tak berkedip ke arah pemandangan di layar. Debaran jantungnya saat itu adalah kombinasi dari rasa takut, takjub, penasaran, sekaligus bahagia. Setelah beberapa tahun sebelumnya menyaksikan sendiri hubungan antara pria dan wanita dewasa di rumahnya, Dinda semakin penasaran dengan seks. Hanya karena lingkungan dan keluarga yang melindungi dirinya dari liarnya dunia modern, Dinda kecil masih bisa tumbuh sebagai gadis polos.

“Jadi siapa yang dapet belakang?” tanya Ari memecah lamunan Dinda
“Ya masa si Jejen lagi, jadi gue aja Ri. Lo dapet memek”
“Okeeh!”
“Setuju gak Dinceu? Bool lo buat gua ya”
“Pelan-pelan tapinya ah, jangan bikin sakit” rajuk Dinda manja
“Yee pasti sakit dikit awalnya, udah ayo mulai”
Ari berbaring telentang di ranjang. Dinda memposisikan tubuhnya di atas selangkangan Ari. Perlahan, dia menurunkan tubuhnya hingga kontol Ari melesak menembus memek legitnya.
“Nghhh...” Dinda mendesah pelan sambil memejamkan mata
Akhirnya batang Ari sudah mentok di dalam gua basah Dinda. Tapi posisi cowgirl ini bukanlah tujuan utama Dinda. Perlahan sambil menggigit bibir gadis itu memiringkan tubuhnya ke depan, semakin lama semakin sejajar dengan tubuh Ari. Berhati-hati agar kontol Ari tidak lepas lagi, Dinda pun sekarang menindih tubuh Ari. Payudara kenyal dan sekalnya menempel di dada berbulu Ari, memberi sensasi empuk-empuk hangat.
Reza memandang puas ke pemandangan indah di depannya. Pantat Dinda terangkat, memperlihatkan lubang anusnya sementara di bawahnya tampak memek Dinda yang sudah tersumpal kontol Ari. Sekarang saatnya. Double Penetration pertama buat Dinda.

Dinda menelan ludah ketika dia merasakan jari Reza di anusnya. Lalu jari itu berganti dengan ujung kontol ketika Reza sudah memposisikan tubuhnya di belakang pantat Dinda.
“Ri, mending lo panasin si Dinda dulu” ujar Reza
“Siap!”
“Panasin? Emang aku mo- Ahh!” Dinda melenguh ketika Ari menggerakkan pinggulnya naik turun hingga kontolnya mulai memompa memek Dinda. Terangsang, gadis itu ikut mencari kenikmatan dengan menggerakkan pinggulnya seirama dengan sodokan kontol Ari.
“Ahhh ahhh aaaahhhhhmmmmmmffhhhcuphhhhhhfhhh” Dinda mendesah erotis sebelum bibirnya dikecup oleh Ari. Putingnya yang ikut bergerak maju mundur bergesekan dengan dada kasar Ari, memberinya kenikmatan lebih.
“Nah udah rileks kan Ceu? Tuh bool lu juga keliatan kembang kempis gitu minta dicolok”
Dinda kembali merasakan ujung kontol menggesek lubang anus imutnya. Tapi berkat genjotan dan rangsangan Ari, Dinda sekarang tidak gugup lagi. Bahkan sudah tidak sabar.
“Mmmfhh...Ahhh...Reza pelan-pelan yah...” pintanya dengan suara lirih sambil terus mendesah
“Iyee, tenang aja, cuh!” Reza meludahi lubang yang akan segera ditembusnya
Dan BLESH! Dinda memekik, mukanya tampak tegang
“Adududuh Reza, sakiitttt!” erangnya
“Sabaaar, bentar lagi juga ilaaaang” Reza menenangkan, tapi dia sendiri tidak tenang karena sulit memaksakan kontolnya masuk ke dalam lubang anus Dinda tanpa menyakiti gadis itu.
Ari yang mengurangi tempo genjotannya untuk memudahkan penetrasi Reza mengelus punggung dan kepala berjilbab Dinda untuk mengurangi rasa sakitnya.
“Fiuuuh, masuk nih semua” Reza mengusap keringat di dahinya
“Eh jadi gimana nih kita genjotnya bareng atau berlawanan arahnya?” tanya Ari
“Hmm gimana ya? Gua juga bingung”
Jejen yang dari tadi menonton memberi saran “Gerak aja we saurang, ngke nu lain tinggal ngikut”

Benar kata Jejen, Reza dan Ari dengan sendirinya bisa sinkron tanpa harus dipikir. Dinda masih meringis ketika Reza mulai menggerakkan kontolnya. Pertama kali dalam hidupnya, dua lubangnya terisi penuh dalam waktu yang sama. Sensasi yang tak mungkin dirasakannya kalau Dinda hanya bercinta dengan Anto saja.
“Awhhh...Ssshhhh penuh bangetttt...Ughhhh” erangnya
“Masih sakit Ceu?”
“Dikittt..Aww...Tapi udah mendingan...”
Ari kembali memagut bibir Dinda untuk menenangkannya. Sementara Dinda juga mulai terbiasa, pinggulnya kembali bergerak menyambut sodokan kontol Ari di memeknya. Lama-lama Reza merasa pinggul Dinda juga sesekali merespon sodokan di anus. Pelan-pelan tempo genjotannya dipercepat, tapi tak ada reaksi penolakan dari Dinda. Malah lenguhan dan erangannya terdengar nikmat tanpa rasa sakit ketika Ari melepas ciumannya.
“Ahhh gilaaa...Aku disandwichhh...Pantat akuhhh...Memek akuhhhh...Ngaaahhhh!” racau Dinda
Jejen yang menonton dari samping terkekeh “Yey si Dinda budak bageur teh jadi dijepit oge euy!”
Lalu dengan seenaknya dia mencolek pipi Dinda dengan kontolnya yang sudah keras kembali.
“Sakalian lobang yang ini nih ehuehuehue” perintahnya
Dinda hanya memandang sayu pada kontol hitam Jejen di depan mukanya. Tanpa protes dilahapnya ke dalam mulut mungilnya, sekarang lengkap sudah tiga lubangnya terisi kontol.
Hari itu di warnet kota kecamatan, Dinda remaja tak pernah menyangka pemandangan ekstrim di monitor yang dilihatnya akan dialaminya sendiri. Bertahun-tahun kemudian, Dinda sendiri yang disetubuhi dengan brutal di semua lubang.

Rasa sakit dan canggung hilang sudah. Dinda merasakan kenikmatan tiada tara digenjot dua kontol sekaligus depan belakang. Sebentar lagi klimaksnya akan segera meledak, setelah birahinya terus naik dan naik distimulasi di semua tempat. Bahkan dia jadi kurang konsentrasi mengulum kontol Jejen, beberapa kali kontol pria buruk rupa itu lepas dari mulut Dinda. Tapi selain Dinda, Reza juga merasakan ejakulasinya sebentar lagi. Tak terbiasa dengan sempitnya anus Dinda, Reza tak bisa bertahan selama biasanya.
“Arrghh anjing gak kuat gua! Gua keluarin di pantat lo ya Dinda, gua muncratin bool lo-Arrgghhh!”
Reza mengggeram sambil mengejang, menyemburkan cairan kental hangat dalam anus Dinda. Sensasi disembur plus hentakan ejakulasi Reza tak ayal mengantar Dinda ke orgasmenya. Orgasme pertama Dinda dari penetrasi ganda.
“Ngahhhhhhkkkkkhhhh!” Dinda memekik, kontol Jejen terlepas dari mulutnya
Lagi-lagi tubuh Dinda mengejang dan tersentak-sentak dilanda orgasme hebat. Ari merasa kontolnya dalam memek Dinda seperti kebanjiran. Sodokannya dihentikan sejenak untuk membiarkan Dinda menikmati puncak kenikmatannya.
“Auuhhh!” Dinda melenguh manja ketika Reza menarik kontolnya dari lubang pantat Dinda dengan sekali tarik. Tampak lubang itu menganga sekarang, dengan peju Reza mengalir keluar dari sana.
Dinda yang masih menindih tubuh Ari mengatur nafas. Matanya sayu, wajah cantiknya acak-cakan dengan keringat dan sisa-sisa sperma bercampur baur di sana. Jilbabnya sudah lepek total oleh keringat. Sekarang gadis itu berusaha mengumpulkan akal sehatnya kembali.

Tapi di luar dugaannya, sesi double penetration hari itu tidak selesai hanya dengan keluarnya Reza. Dinda menjerit kaget ketika ada kontol lain yang tiba-tiba menerobos pantatnya. Lebih mudah karena anusnya sudah menganga dan ada sperma Reza di sana.
“Ahh Mas Jejennnnn!” protesnya
Jejen tidak peduli. Dia terus menusukkan kontolnya ke dalam lubang anus Dinda sampai mentok.
“Ri, cengkat geura” perintahnya yang segera dituruti Ari
Sekarang Ari di posisi duduk, dengan Dinda dipangkuannya. Sementara Jejen menyodok pantat Dinda dari belakang. Lagi-lagi Dinda dijepit, tapi kali ini dengan posisi berpangkuan.
“Lebih gampang euy nyodok memek di posisi gini mah” ujar Ari
“Bener pan, si Dinda na ge bisa gerak” timpal Jejen
Dinda sendiri mencoba bergerak, mengangkat tubuhnya naik-turun memompa kedua kontol yang menyumbat kedua lubangnya. Walaupun sulit, Dinda yang sudah dimabuk birahi tidak peduli. Tubuhnya bergerak liar, bibirnya sesekali berciuman ganas dengan Ari di depannya, atau menengok ke belakang untuk menyambut bibir dan lidah Jejen. Tubuh ketiga manusia itu saling bergesekan, keringat yang mengucur dari tubuh masing-masing jadi seperti pelumas. Bila tidak menempel dan menggesek dada Ari, payudara ranum Dinda diremas-remas Jejen dari belakang. Putingnya yang sudah keras maksimal dipilin-pilin, dicubit, dipermainkan Jejen sesuka hati, membuat Dinda semakin tak tahan.

“Aaahhhhh!” Dinda kembali memekik sambil mengejang, merasakan orgasme dahsyatnya yang kesekian kali hari itu. Tapi Jejen seperti biasa cuek saja terus menggenjot pantat Dinda tanpa ampun. Begitu juga Ari yang nanggung sebentar lagi gilirannya orgasme. Kedutan dan banjirnya memek Dinda semakin membuatnya tak tahan. Saat tubuh Dinda masih menggelinjang, Ari mencabut kontolnya, membuka sumbat yang segera mengalirkan cairan cinta Dinda keluar.
SPLURT! SPLURT! SPLURT! Semburan cairan kental hangat dari Ari menyembur keluar beberapa detik kemudian. Semua semburan mengenai payudara Dinda, yang kemudian meleleh turun ke puting susu dan terus ke perutnya bercampur dengan keringat yang membasahi kulit mulusnya.
Dengan Ari out, tinggal Jejen yang tersisa. Tanpa mengubah posisi, tangan Jejen mencengkram bahu Dinda. Tanpa belas kasih digerakkannya tubuh Dinda naik turun, mengocok kontolnya menggunakan jepitan lubang pantat Dinda. Pinggul Jejen ikut bergerak menyambut pantat Dinda, yang hanya bisa pasrah saja dijadikan boneka seks oleh Jejen.
“Aaahhhh! Ahhh Mas Jejennhhhhhh...Nggghhhh!” boneka itu hanya bisa menjerit-jerit histeris disodomi dengan brutal oleh Jejen.
Sekarang sudah tidak ada bedanya lagi antara digenjot di memek atau di lubang pantat buat Dinda. Saat pantatnya digenjot Jejen, memeknya terus mengeluarkan cairan cinta, mengalir deras di lubang yang sekarang sudah kosong itu. Tak heran ketika kemudian orgasmenya yang kesekian kalinya hari itu bisa diraih hanya dengan pompaan kontol di anusnya.

Jejen mencabut kontolnya ketika tubuh Dinda mulai menegang menandakan klimaksnya. Dinda pun terjerembab, telungkup di atas kasur sambil mengejang dan mengeluarkan lenguhan panjang.
Di atas tubuh Dinda yang masih tersentak-sentak, Jejen mengocok kontolnya sendiri dan akhirnya memuncratkan ejakulasinya yang ke-3 di atas punggung Dinda. Lalu menyingkir begitu saja meninggalkan Dinda yang masih telungkup banjir keringat merasakan sisa-sisa orgasmenya di tengah kasur.
Antara sadar dan tidak, Dinda teringat saat-saat keperawanannya hilang di tangan Anto. Seksnya yang pertama, yang baru bisa dia rasakan setelah bekerja dan hidup sendiri jauh dari keluarga, walaupun Dinda sudah penasaran dengan seks sejak SMP. Tidak sesakit yang dia kira, dan rasanya seperti yang dia harapkan, mungkin lebih. Tapi saat itu seperti ada sesuatu yang bangkit dari dalam Dinda. Sesuatu yang membuatnya menyadari, ada potensi yang tak terbatas dari yang namanya seks ini. Ada kenikmatan yang lebih dari yang bisa dia bayangkan di luar sana, jika Dinda mau bereksplorasi. Dinda dan Anto saling bertukar kata mesra, saling berjanji sehabis seks pertama mereka saat itu, dan Dinda memang mencintai pria itu dari hati. Tapi di lubuk hatinya ada suara yang lain.
“Fuuh, Jen lo keluarin di punggungya si Dinceu?” suara Reza memecah lamunan Dinda
“Hahhhh...Iyeh, si Ari di susu”
“Hmm, coba itung. Gua keluar di mulut, ditelen sama si Dinceu. Lo crot di mukanya, Ari di jilbab. Trus elo ngecrot dalem memek, gua dalem pantat, Ari di toket, terakhir lo di punggung”
“Yey, kita sukses ngecrotin si Dinda di segala tempat, haha!”

Mendengar pembicaraan mereka, Dinda tidak tersinggung. Seulas senyum malah tersimpul di wajahnya. Teringat kata hatinya waktu itu “Maaf ya sayang, tapi aku ingin lebih...”.

Bonus Chapter End
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd