Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG PETUALANGAN BUDI

Bila kalian masuk ke Budi Universe, Pilih 2 orang yang yang jadi teman hidup

  • Amelia

  • Rara

  • Anisa

  • Hana

  • Mirna

  • Yohana

  • Aulia

  • Siti

  • Atun


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
Sepertinya. Episode 6.

“Amelia?” Budi tampak kaget melihat ada wanita yang sering sekali di tatapnya dalam diam. Saat mereka sudah di dalam, dengan cepat Amelia mengunci pintu kamar mandi tersebut.

“Mel, Ini toilet cewek,” Lanjut Budi.

“Toilet Dosen cewek, gak akan nada yang masuk sini.” Jawab Amelia. “Apa yang lo bicarakan dengan Anisa?” Tanya Amelia tegas.

“Anisa?”

“Ya tadi gua lihat lo ngomong sama Anisa,” Tanya Amelia.

“Kerjaan,” jawab Budi jujur, dia masih bingung dengan keadaannya sekarang.

“Jangan bohong!” Amelia mendorong Budi, namun badan budi yang tegap dan besar tak membuat tubuh Budi bergeming. Budi tambah bingung dengan Amelia.

“Kerjaan gue, bisnis,” jawab Budi jujur.

“Munafik!”

“Maksud lo?”

“Budi, Gua tahu siapa lo sebenarnya. Dibalik kesopanan lo itu, kebaikan lo, Lo punya ambisi yang besar. Perjuangan lo itu palsu!”

“maksud lo apa?”

“Lo rela melakukan apapun demi tujuan lo! Demi nilai, Demi agar lo dianggap hebat, bahkan rela melakukan hal yang tercela!” Jawab Amelia. Budi tersinggung.

“Gua keluar dari sini,”

“Buka topeng yang lo pakai!” Amelia menahan Budi.

“Topeng apa?”

“Topeng kemunafikan, dan Jangan sentuh Anisa! Kalau lo sampai berani sentuh dia maka gua akan sebarin kelakuan lo dengan Bu Yohana,”

Dug! Jabtung Budi merasa berhenti berdetak. Bagaimana Amelia bisa tahu kejadian malam itu di kantor SEKJUR, atau dia bohong. Otak budi tak bisa berfikir.

“Lo Kaget!”

“Lo gak tahu apa apa”

“Yakin? Gua masih inget dengan jelas Budi, Semester lalu, saat satu kelas hampir dapet E gara-gara ada soal yang bocor dan Pak Heru tahu ada yang membocorkan soal. Gua ingin menemui bu Yohana untuk melaporkan kelakuan Pak Heru karena akan memberikan nilai rata E, Tapi ternyata lo sudah disana, Apa yang lo lakuin di sana Budi?” kata Amelia.

“Gua mau balik ke kelas,” kata Budi, namun Amelia menghalangi jalan budi dan berdiri di depan pintu.

“Buka dulu topeng lo itu!” teriak Amelia marah.

Budi terdiam.

“Lo fikir gua bercanda. Gua tahu jelas apa yang terjadi di dalam ruangan itu, karena gua mendengar suara yang luar bisa gak masuk akal, tahu suara apa? Budi, jilat terus budi, enak budi? Apa yang lo jilat budi?” Ancam Amelia.

“Tutup mulut Lo!,” teriak Budi.

“Lo yang buka topeng munafik itu!”

“Lo gak tahu apa-apa!”

“Ya, gua gak tahu apa apa tapi gua tahu lo merayu bu Yohana agar dia membuat nilai kita gak jadi E dan nilai lo jadi A bukan?. Lo meniduri Bu Yohana agar nilai lo jadi A.” Suara Amelia menajam.

Budi mencoba menyingkirkan badan Amelia menjauhi pintu, namun Amelia kekeh tetap berdiri di sana. Ia takut menggunakan kekuatannya sehingga gadis itu akan terluka.

“Budi, Gua kenal bu Yohana, dia bermartabat, keluarga yang harmonis, anak-anak yang pinter dan sukses, punya pride dan pasionate dalam pekerjaan, orang seperti beliau bisa luluh dan berbuat mesum di kantor beliau. Entah apa silat lidahmu, entah apa yang lo lakuin, yang jelas lo munafik”

Budi menunduk, mencoba menenangkan emosinya. Setelah detak jantungnya mulai normal dia lalu menatap Amelia.

“Mel, banyak yang gua pertaruhkan untuk bisa kuliah di sini. Dan Lo datang dengan cerita yang entah lo buat dari mana. Tiba-tiba saja lo menuduh gua munafik, bertopeng. Gua memang datang untuk menanyakan nilai E itu tapi. Sudahlah. Lo gak akan pernah mengerti. Karena lo ada di menara gading, terlalu tinggi sampai tidak tahu apa yang dilalui oleh orang orang seperti gua.” Kata Budi. “Kalau lo mau melaporkan gua silahkan saja. Tapi jelas besoknya kamu akan aku bunuh karena merusak hidup yang sudah aku perjuangkan sampai sekarang” Kata Budi.

Amelia shock mendengar ancaman Budi. Budi lalu memanfaatkan itu untuk keluar dari toilet itu.




Kisah beberapa bulan yang lalu


Budi sedang menaruh tugas di meja salah satu dosen di ruang dosen di lantai 3. Tiba tiba Bu Yohana yang kebetulan akan menuju kelantai 3 melihat mahasiswanya. Mahasiswa dengan pakaian yang sederhana, celana kain dan baju kemeja kotak kotak, kontras dengan pakaian mahasiswa lain yang tampak Modis dan rapi.

“Budi” Panggil bu Yohana.

Budi menoleh, mendapati Bu Yohana memanggilnya. Bagi Budi bu Yohana adalah dosen yang sangat dia hormati. Di balik ketegasannya dia selalu membantu Budi banyak hal, mendapatkan buku gratis, mengurusi surat surat agar Budi dibebaskan dari biaya praktikum serta mendapatkan akses bebas ke Lab computer di lantai satu.

“Selamat siang bu, ada yang bisa saya bantu,” jawab Budi sopan.

“Ini masalah beasiswamu,” kata Bu Yohana. “Dua minggu yang lalu kita sudah bahas kalo beasiswa dari daerahmu sedang dipertimbangkan, karena tahun ini anggaran daerahmu minim jadi ibu diminta untuk evaluasi mahasiswa yang dapat beasiswa itu tapi ibu dengar mata kuliah Heru semua dapat E,” kata Bu Yohana. Budi terkejut.

“E bu? Budi belum dengar bu hasilnya”

“jadi kamu belum tahu? Pak Heru kemarin lapor ke Kepala jurusan kalau kelas kalian dapat bocoran soal UAS. 90% dapat di atas 90 padahal selama satu semester paling tinggi nilai kalian Cuma 85 itu aja kamu aja, murid pintar yang lain mentok di angka 70. Bahkan ada yang cuman dapat 25.” Jelas Bu Yohana. “kalau sampai kamu dapat nilai E, Mau tidak mau beasiswa kamu akan di cabut mulai semester depan,” Lanjut Bu Yohana.

“Saya akan bicarakan kepada Pak Heru bu. Jujur bu saya tidak mencontek,” kata Budi panik.

“Ibu percaya kamu tapi teman teman kelas mu gimana?” Tanya Bu Yohana.

“Baik bu, akan saya tanyakan ke teman teman” Balas Budi.

“Kalau sudah ada kabar temui ibu di ruangan ibu” kata bu Yohana.

“Baik bu,” Budi bergegas kembali ke kelasnya namun Bu Yohana memanggilnya kembali.

“Budi,”

“Ya Bu,”

“Goodluck”

Budi tersenyum lalu kembali bergegas menuju kelasnya. Dia merasa beruntung memiliki Dosen yang care dengan dirinya. Dia selalu berdoa untuk kebaikan dosennya itu.

“Han? Lo tahu mata kuliah Pak Heru semua dapet E?” Tanya Budi saat mendapati Farhan yang lesu di dalam kelas.

“Ya, tadi pagi gua denger,” jawab Farhan.

“Lo tahu anak anak nyontek?” Tanya Budi serius. Farhan agak takut menceritakannya. “Han?” Tanya Budi kembali.

“Maaf Bud, sebenarnya gua tahu. Ada kakak tingkat yang ikut ngulang dikelas kita.dia dapat fotocopi soal dari TU. Dia gak sengaja nemu dan di sebar satu kelas.” Cerita farhan.

“Geng - geng yang pinter pinter itu tau juga?”

“Mungkin mereka tahu tapi mereka diam saja karena soal pak Heru kan selalu susah susah,” Lanjut farhan. Budi langsung duduk lemas di kursi kuliah.

“Beasiswa gua Han,” kata Budi.

“Kenapa beasiswa lo,” Tanya farhan.

“Kalau Gua dapat E disini pasti beasiswa gua langsung di Tarik,” kata Budi. Farhan gak menyangka efeknya akan sejauh itu.

“Maaf Bud,”

“Sudah gak apa apa,” Budi langsung bangkit kembali lalu beranjak keluar kelas.

“Lo mau kemana?” tanta Farhan.

“Keruangan Pak heru,” jawab Budi.

Budi sudah dipersilahkan masuk dan duduk di depan Meja Pak Heru. Pak Heru sedang sibuk memeriksa skripsi mahasiswanya, tampak ia sedang mencorat corerk kertas dengan pulpen berwarna merah.

“Gak ada diskusi lagi Budi, kamu juga pasti bersekongkol,” Skak pak Heru.

“Pak mohon dengar penjelasan saya pak,”

“Bapak sudah putuskan dan bapak gak akan menjilat ludah bapak sendiri,” kata Pak Heru.

“tapi pak,”

“Nilai sudah saya kasih ke bagian tata usaha, besok mungkin akan dimasukkan ke dalam system. Jadi sudah tidak ada yang bisa diubah,” jawab Pak heru.

“Kalau nilai saya sampai E mungkin ini semester terakhir saya kuliah di sini pak,”,”Beasiswa saya akan dicabut,” kata Budi Jujur.

“Bu Yohana sudah bicara seperti itu kemarin, dia juga mencoba membuat pengecualian kepada kamu. Tapi tetap gak adil budi. Ini adalah konsekuensi dari tindakan curang kalian.” Kata pak Heru.
Budi terdiam cukup lama. Ia tak tahu harus berkata apalagi. Kakinya sudah lemas tak bertenaga.

“Kalau begitu saya permisi pak,” Budi mencoba mengumpulkan tenaganya untuk keluar dari ruangan itu. “Terima kasih atas semua ilmu yang bapak kasih, maaf mengecewakan bapak,” Lanjut Budi.

Pak heru menghentikan aktivitasnya lalu menatap mahasiswa yang memang ia kenal rajin keluar dari ruangannya.

*********************************************​

Gedung kuliah itu sudah tampak sangat sepi. Hanya ada kuliah malam di lantai 1. Ruangan dosen di lantai 3 sudah kosong sejak pukul 5 sore tadi. Hanya ruangan Bu Yohana yang masih menyala lampunya. Di lantau paling tinggi. Budi duduk terdiam di kursi ruang kerja Bu Yohana di lantai empat setengah. Bu Yohana mencoba memberikan semangat untuk mahasiswa favoritnya ini. Jam sudah menunjukan Pukul 7 malam. Bu Yohana baru menyelesaikan semua pekerjaannya. Budi melapor apa hasil dari obrolannya dengan Pak heru.

“Ini cobaan yang harus kamu jalani Budi. Ibu akan mencoba mencarikan beasiswa lain tapi akan susah dengan nilai E mu itu,” kata Bu Yohana.

“Terima kasih bu, Budi menghargai semua bantuan ibu selama ini”

“Jangan patah semangat ya,” Bu Yohana juga merasakan patah hati melihat mahasiswanya sedang di ujung tanduk.

“Baik bu,” Budi lalu berdiri dan pindah duduk di sofa pojok ruangan itu. “Boleh saya duduk di sini bu?” Tanya Budi yang yang merebahkan punggungnya sedikit di sofa yang empuk itu.

“Ya, kamu rilek saja,” kata Bu Yohana. Ia bisa merasakan ketegangan dari mahasiswanya itu.

“Banyak yang Budi korbankan untuk kuliah di sini tapi tiba tiba karena kesalahan orang lain saya harus ikut jatuh dalam lumpur yang di gali orang lain.” Kata Bu Yohana.

“Pasti ada jalan Budi,”

“Terima kasih bu, ibu sudah banyak bantu saya selama ini. Kalau memang saya tidak bisa lanjut lagi, maka saya izin pamit untuk berjuang dengan cara yang lain.”

“Jangan berkata begitu budi,”

Bu Yohana lalu bangkit dan duduk di sofa, Ia duduk di samping budi sambil menepuk punggung Mahasiswanya itu agar lebih kuat.

“Budi belum membalas kebaikan ibu sama sekali,”

“Gak ada yang perlu kamu balas, ibu melakukannya dengan ikhlas” kata Bu Yohana. “Baik begini saja budi, besok ibu akan membicarakannya dengan Pak Heru kembali. Kalau tetap tidak bisa ibu akan coba bawa ke pembantu dekan bagian akademik untuk mencoba bernego dengan Pak heru. Semoga saja bisa. Tapi ibu akan usahakan.” Bu Yohana tidak tega melihat kesusahan mahasiswanya yang menurutnya akan memiliki masa depan yang cerah.

“Apa ibu tidak berlebihan membantu Budi?”

“Ibu gak akan rugi membantu mahasiswa pintar seperti kamu budi,” kata Bu Yohana.

Budi gak bisa menahan air matanya, “terima kasih atas bantuannya bu. Budi akan membalas semua kebaikan ibu, walau sekarang Budi belum bisa apa apa,”

Bu Yohana tersenyum. Bu Yohana lalu memegang kakinya yang terasa pegal karena harus kesana kemari sejak pagi sampai malam seperti ini.

“Ibu kayakny pulang dari sini harus pijet deh, capek.”

“Budi bisa pijet bu,” kata Budi yang ingin segera membalas perlakuan baik Bu Yohana.

“Bener?” Tanya Bu yohana Ragu. Bu Yohana lalu duduk bersandar di pojok sofa dan meluruskan kakinya keaarah budi duduk. “Coba gimana pijetan kamu,”

Budi lalu melepas kaos kaki Bu Yolanda dan dengan sigap memihat betis bu Yolanda dengan kombinasi pijetan keras dan pelan. Ia sudah lama memilki skil pijat, tidak belajar dari siapa siapa namun hanya belajar dari pengalaman saat dulu sering menjadi kuli panggung di pelabuhan bangsal. Ia sering memijat teman teman kuli dan kadang pedagang-pedagang disana.

“Ahh..”

“Gimana Bu,”

“Kok enak yak bud,”

Budi senang dengan tanggapan Bu Yohana lalu terus memijat kaki bu Yohana dengan cermat. Namun di sisi lain Bu Yohana merasakan hal yang berbeda. Pijatan yang ia rasakan bukan hanya membuat kaki pegalnya merasa nyaman namun ada getaran yang berdesir diseluruh tubuhnya. Ia memejamkan matanya mencoba merasakan sensasi yang ia rasakan.

“Ahhh..mmm” Yang keluar dari mulutnya malah desahan yang tidak bisa dia kontrol. Bu Yohana membuka matanya. Mencoba kembali sadar bahwa sensasi yang dia rasakan tidak benar. Ia menatap Budi, pemuda sederhana yang penuh semangat untuk menjalani hidup. Ada adrenalin yang meracuni kepala Bu Yohana setelah membayangkan hal yang tidak pernah dia fikirkan sebelumnya. Bersetubuh dengan mahasiswanya.

Tangan Bu Yohana lalu memegang tangan Budi dan mengarahkannya ke kaki yang lain, Paha. Budi lalu menggeser duduknya hingga kaki bu Yohana ada di pangkuan Budi. Budi yang canggung memulai menyentuh kulit yang biasa ditutup rok itu. Tangan budi agak bergetar namun dia tak ingin mengecewakan Bu Yohana dengan pijatannya.

Sensasi itu membuat Yohana seolah melayang terbang. Sentuhan sentuhan itu membuat darahnya berdesir dan sekujur tubuhnya menjadi geli yang terasa nikmat.

“Ah mmhh enak budi.” Kata Bu Yohana meracau.

Budi tak sadar pusaka diantara pahanya sudah berontak mau bebas. Ia mencoba mengerakkan kakinya agar pusakanya bisa sedikit leluasa. Namun malah menyentuh kaki Bu Yohana. Bu Yohana yang masih menikmati remasan tangan Budi tiba tiba kaget mendapatkan kakinya menyentuh tonjolan besar diantara Paha Budi. Mereka hanya terdiam. Sampai Bu Yohana manarik tangan budi dan meletakknnya masuk kedalam Rok dan menekan celana dalammnya yang sudah lembab. Budi kaget namun ia tidak menarik tangannya. Bu Yohana hanya diam. Fikirannya sudah tidak berisi akal sehat lagi.

Bu Yohana tidak punya masalah dengan suaminya masalah seks namun kali ada sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Ada sungkan, takut , berdebar namun nikmat.

Bu yohana lalu mengangkat roknya sehingga semua pahanya tampak di depan Budi. Ia lalu melebarkan kakinya sehingga celana dalam hitam yang menutupi lubang vaginanya yang basah Nampak dengan jelas di hadapan Budi. Budi lalu menekan memek tembem yang terbungukus kain tipis itu. Bu Yohana mendesar dengan keras.

“Ahh.. mmhh.. ah,” rintih Yohana. Bu yohana lalu menarik kepala budi diantara selangkangannya.. Budi menurut, ia lalu dengan insting menarik kain tipis yang melapisi pertahan terakhir dari memek bu yohana. Kini terpampang Memek bersih tanpa bulu. Bisa dilihat kalau Bu Yohana rajin merawat daerah kewanitaannya.

Budi lalu menjilat bagian atas vagina Bu Yohana. Bu Yohana gemetar menahan sensasi yang dia rasakan.

“Ahh..”

Budi menjilat pelan sehingga desahan Bu Yohana kembali menyelimuti heninggnya ruangan itu. “Enak budi, Terus jilat budi.” Budi yang merasa darahnya semakin panas menjilat memek Bu Yohana dengan ganas. Ia sesekali menyedot vagina yang sudah basah oleh cairan bu Yohada dan air liur budi. sehingga bu Yohana tak bisa diam merasakan kenikmatan yang dia rasakan.

“Budi, ahh.. Budi, jilat memek ibu Budi. Kamu hebat budi”

Mulut Budi semakin ganas menyedot memek yohana, sesekali dia menusukkan tangannya ke memek Bu Yohana hingga bu Yohana tergelinjang kenikmatan.

“Budi, kenapa enak sekali, ahhh… mmhh.. sshaa ahhh,” jerit Bu Yohana. Bu Yohana yang sudah tidak tahan mendorong kepala Budi untuk mundur, ia lalu membuka celana budi yang tak mengenakan sabut. Tampak ada gumpalan otot yang ingin segera di bebaskan. Bu Yohana lalu menarik celana dalam Budi dan ia kaget melihat Kontol hitam besar seolah menodong kepalanya. Diameter yang lebar dan panjang yang tak pernah Bu Yohana bayangkan sebelumnya.

Bu Yohana menarik kontol budi mendekati wajahnya. Ia mencoba memasukkan kedalam mulutnya namun yang masuk hanya kepala kontol budi. Budi memejamkan matanya, mulut hangat dosennya tiba tiba menyentuh kontolnya yang sejak tadi sudah sangat keras.

Merasa susah untuk mengulum Kontol Budi, Bu Yohana langsung mengarahkan kontol Budi ke memeknya yang sudah basah.

“Masukin budi, semoga bisa masuk,” kata Bu Yohana ragu.

Budi lalu dengan pelan-pelan menekan kontolnya ke memek bu Yohana. Ternyata tak semudah itu. Bu yohana lalu membantu Budi mengarahkan kontol besar itu ke memeknya dan dengan dorongan yang cukup keras. Kontol itu lalu merajam vagina hingga menusuk Rahim Bu Yohana dengan keras.

“Ahhh Budi, ahh, rasanya penuh budi”

Budi lalu menaik turunkan pinggulnya dengan pelan, diiringi dengan desahan dari Bu Yohana yang beriring dengan suara memek basah dan hujaman kontol besar budi.

“Ahhh,,, Budi. Terus, ah. Budi enak.”

“Yah bu, Budi juga enak,”

“Terus budi, terus,” goyangan budi semakin cepat sehingga tangan Bu yohana Mencekram tangan budi yang kekar dengan kuku kukunya.

“Ah bud, cepat sekali, sakit,”

“budi pelankan bu,”

“Jangan, sudah begini aja, ini enak Budi, lebih keras, Ahh budi,”

Mendengar racauan itu Budi semakin mengganas. Kontolnya di genjot dengan cepat hingga membuat bu Yohana mendesah tidak beraturan.

“memek ibu enak Budi?”

“Budi, budi, enaaakk. Ibu aahhhhhhhhh,” Memek yohana terasa berkontraksi dengan keras. Badannya agak bergetar seolah sedang merasakan kenikmatan yang keluar dari seluruh tubuhnya.

“Ibu keluar budi, lama ibu tak pernah seperti ini,” Badan Yohana lemas. Kakinya terasa sudah tidak ada tenaga, Namun kontol Budi masih merajam memeknya. Budi mengentikan goyangannya. Bu Yohana memejamkan matanya lemas tak bisa bicara.

Berapa saat Budi lalu menekan kontolnya, Bu Yohana kaget dan merasakan kenikmatan lagi saat kontol besar budi menggesek lubang memeknya yang terasa penuh. Serasa dia masih belum punya anak, masih keset seperti saat muda dulu.

Budi lalu menggoyangkan pinggulnya dengan cepat, Bu Yohana yang masih lemas merasakan kenikmatan yang luar biasa.

“Budi, kamu enak, ahhh. Budi.”

Goyangan budi terjadi cukup lama. Bu Yohana berulang kali merasa Klimak namun Budi tak kunjung ejakulasi. Bu Yohana lalu membuka kancing bajuny yang masih rapi tak tersentuh. Ia lalu membuka kancingnya dan tampak dada besar yang masih tertutup BH. Bu yohana mengarahkan tangan budi untuk meremas susunya yang putih. Budi dengan instingnya meremas susu Bu Yohana sambil menggenjot memeknya yang semakin basah dan menimbulkan suara.

Plok… plok….

Sensasi itu akhirnya membuat Budi merasakan bahwa spermanya akan keluar.

“AHHHHHH,” Budi melepas sperma itu di dalam Rahim bu Yohana. “Maaf bu,” Budi kaget saat sadar dia lupa mencabut kontolnya. Ia lalu melepasnya dengan cepat. Memek Yohana tampak basah dan peju yang tadi masuk tampak ada yang meleleh di memeknya.

“Gak apa apa,”

Budi tiba tiba terdiam. Dia lalu sadar bahwa apa yang dia lakukan salah. Ia lalu menarik celananya keatas dan mengenakannya kembali. Tampak bu Yohana juga merapikan pakaian yang dia kenakan. Dia membiarkan memek basahnya tertutup kembali dengan celana dalam tanpa dia bersihkan.

“Maaf bu, harusnya budi tidak begini.”

Bu Yohana kembali duduk di kursi kerjanya. Dia memegang kepalanya menyadari apa yang tadi terjadi.

“Anggap ini tidak pernah terjadi budi, kamu boleh keluar. Urusan Pak haru besok ibu urus,”

Budi terdiam.

Dibalik pintu ruangan BU Yohana. Seorang gadis tampak berdiri kaget mendengar apa yang terjadi di dalam ruangan itu. Takut hal buruk menimpanya ia memutuskan untuk pergi setelah yakin ada hal buruk terjadi di ruangan itu.

“Budi, jangan ada yang tahu,”

“Baik bu,”

Budi lalu pergi dengan perasaan bersalah.



Kembali ke masa kini.

Budi keluar dari kamar mandi, bukannya ke kelas tapi Budi kembali keruangan Bu Yohana. Tanpa mengetuk pintu ia masuk ke ruangan kerja bu Yohana.

“Budi ada apa lagi?”

“Budi mau minta maaf,” kata Budi.

“Bisa kita lupakan masalah itu,” Bu Yohana tau apa yang di maksud Budi.

“Budi gak akan lupa bu, Budi menghindar selama ini bukan karena budi kecewa, bukan juga karena Budi menganggap ibu murahan atau jahat. Budi bahkan merasa sangat bersyukur dengan semua yang ibu berikan ke Budi. Setelah hari itu, saya merasa tidak lagi memandang ibu sebagai dosen Budi.”

“maksud kamu Budi,”

“Budi suka ibu sebagai seorang wanita,” Jujur Budi.

Bu Yohana kaget bukan kepalang.

“Budi, kamu tahu kan hubungan seperti itu terlarang.”

“Budi tahu, budi juga gak akan merusak rumah tangga, karir dan semua yang ibu punya sekarang hanya demi perasaan saya. Saya hanya ingin jujur aja dengan perasaan saya bu. Apapun yang ibu butuhkan budi akan siap membantu ibu. Budi pamit bu. Budi akan simpan rahasisa itu tapi maaf bu, Budi gak akan lupa malam itu”​
Mantap banget nih cerita....semoga happy ending ya
 
episode mungkin 7 atau 8

“Kok masih pakai seragam, sayang?” Tanya Yohana kepada Anak Bungsunya. Yohana baru pulang dan langsung membuat teh untuk menenangkan perasaannya yang masih ambur-adul.

“Ica juga baru pulang ma, habis dari rumah Andin.” Jawab Monika yang sibuk mengoles roti dengan selai kacang kesukaannya.

“Kamu baru makan?”

“tadi udah sih di rumah Andin, tapi laper lagi.” Monika lalu mendekati mamanya dan mencium pipi mamanya. “ Mama hari ini tumben cepat pulang,” tanya Monika.

“Tugas mama sudah selesai semua,” Bohong. Yohana hanya ingin segera pergi dari ruangannya yang membuat dirinya sesak setalah Budi menyatakan perasaannya. “Gimana udah nentuin mau kuliah di mana?” Tanya Yohana.

“Boleh Ica ngambil Statistika di kampus mama? Icha janji gak akan pakai nama mama. Gak akan pergunakan fasilitas bahwa mama ica sekertaris jurusan di sana.” Pinta Ica.

“Ica gak usah yakinin mama, Mama selalu percaya dengan kemampuan anak mama. Asal kamu suka dan tertarik mama gak akan keberatan,”

“Yesss!” Monika kembali mendekati mamanya dan mencium pipinya. “Sayang banget sama mama.” Kata Monika lalu kembali duduk di meja makan. “oh Ya, icha lupa bilang, papa tadi pergi ke supermarket buat belanja,” Lanjut Ica.

Yohana tersenyum. Dia dan suaminya sama sama dosen namun mengajar di kampus yang berbeda. Suaminya adalah suami yang pengertian dan banyak membantunya bahkan dalam urusan dapur.

“Andai monika besar nanti monika akan mencari pria seperti papa dan monika akan mencoba menjadi seperti mama. Kalian berdua romantis, kompak, ica dan Mbak vivi selalu merasa bangga punya orang tua kayak mama dan papa.” Puji Monika.

“kamu gak lagi ingin dibelikan sesuatu kan?”

“mama! Ica serius,” jawab icha.

“Kirain,”

“Ponsel ica kayaknya harus diganti yang baru deh ma,”

“Yeeeee…. Ada maunya kan.”

“Hihihi tapu benar kok ma, terima kasih sudah jadi orang tua yang baik buat icha,”

Yohana menteskan air mata. Lalu teringat dosanya dengan Budi

******************************​

“Mau kemana lo?” Amelia menarik tangan Anisa.

“Ketemu Budi,” kata Anisa bingung melihat Amelia yang seolah takut dirinya kemana. Padahal mereka sedang duduk di gazebo, budi juga sedang duduk di gazebo yang berjarak gak lebih dari 10 meter.

“Lo jangan kemana mana di sini aja,”

Rara dan Hana bingung melihat obrolan Amelia dan Anisa yang tampak Aneh.

“Lo kenapa sih Mel, aneh banget,” kata Anisa.

“Bisa ga nurut gua sekali ini saja, jangan kemana mana,” kata Amelia.

“Mel, lo kenapa sih?” Rara ikut bingung.

“Nis, Nisa. Di sini aja ya,” kata Amelia.

“Lo aneh, gua ada urusan penting dengan Budi jadi tolong jangan becanda deh di saat begini,” Anisa lalu pergi meninggalkan Amelia dan pergi menemui Budi.

“Mel? Lo kenapa? Apa yang lo takutin.” Tanya Hana.

Amelia hanya diam, ancaman Budi kemarin membuatnya tidak bisa tidur. Entah ancaman itu bercanda atau serius tapi wajah Budi saat bicara itu seolah benar-benar ingin melakukan apa yang dia katakana. Yaitu membunuhnya.

“Budi” Sapa Anisa.

“Hei Nis,” jawab Budi.

“Hmm… waw ada apa ini? Jangan jangan Budi kamu…” Farhan kaget melihat kawannya di sapa oleh Anisa.

“Han, jangan becanda deh. Anisa mau mesen bunga di toko lo buat kakaknya,” Jelas Budi.

“Ooooo.. Maaf maaf,”

“Ini ownernya langsung Nis, duduk Nis jangan berdiri aja,”

“Oke,”

“Jadi bagaimana Anisa?” Tanya Farhan.

“Boleh gak gua ikut nganter bunganya, bareng lo Bud. Maksud gua kalau lo aja yang anter, seperti kata lo kemarin akan lebih baik gua ngomong langsung ke kakak gua tapi kalau gua sendiri yang kesana gua takut gak bisa ngomong sama sekali,” Jelas Anisa.

“Semua permintaan konsumen bisa kami laksanakan,” Jawab Farhan. “Lo bisa kan Budi?” Tanya Farhan.

“Gua mah ngikut bos aja dong. Lo suruh gua ngasih bunga sambil kayang juga gua lakuin Han,” canda Budi.

Anisa tersenyum.

“Gini dong karyawan loyal, besok tugas Prof Adi juga kasih lihat jawabannya ke gua ya,” kata Farhan.

“Boleh tapi dihitung uang lembur ya, 100% dari gaji dah,” Balas Budi.

“Ajigile, bangkrut toko gua,” lanjut Farhan. “Jadi kapan mau dianter?”

“Nanti sore habis kuliah bisa?” Tanya Anisa.

“Bisa, gua pesenin sekarang. Lo bisa kan bud?”

“Bisa bisa,”

“Oke deh, deal” lanjut farhan.

“Makasih buat kalian berdua. Kalian berdua lucu juga ya,” Puji Anisa. “kalian gak ada hubungan kan?” Tanya Anisa.

“Hubungan? Gay maksud lo?” Tanya Farhan, Anisa mengangguk. “Ya gak lah Nis, andaikan gay juga gua milih milih juga dong,”

“Milihnya yang kayak gua,” balas Budi.

Anisa kembali tertawa. Amelia yang memperhatikan dari jauh khawatir, Dia takut Anisa terbawa oleh omongan Budi. Budi banyak menyembunyikan sesuatu yang orang orang tidak tahu.

********************************​

“Stop di depan Bud,” perintah Anisa. “Oke sudah sampai,” Lanjutnya.

“Bener di sini Nis?” Tanya Budi. Budi cukup familiar dengan rumah yang dituju Anisa.

“Ya bener” Anisa tampak gugup. Beberapa kali ia menghela nafas dengan berat mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak sangat keras. “Nanti gua harus ngomong apa Ya bud,” Tanya Anisa.

Budi tidak fokus, dia sedang memastikan rumah yang dia tuju adalah rumah yang pernah ia datangi.

“Bud?” Panggil Anisa.

“Yah, maaf maaf. Ngeliat lo gugup, gua jadi ikutan gugup Nis,” Budi ngeles.

“Lo duluan ya, habis itu gua nyusul di belakang,” Perintah Anisa. Budi mengangguk.

Budi lalu turun dari mobil dan mengambil bunga di mobil bagian belakang. Dia lalu memberi aba aba kepada Anisa agar mengikutinya, tapi Anisa tampak tetap diam di dalam mobil. Budi lalu memencet bel, tak lama kemudian Aulia keluar dari rumah.

“Ada yang bisa saya bantu, Mas?” kata Aulia bingung melihat ada kurir membawa bunga yang cukup besar. Seingatnya dia tidak memesan bunga apapun.

“Anu.. bu, Eh,” Budi malah panik.

“Budi?” Aulia mengenali orang yang membawa bunga.

“Ya bu,”

“Ternyata kamu, ini bunga buat siapa?” Aulia bingung. Seingatnya dia tidak pernah memesan bunga. Apalagi menyuruh Mirna untuk mengirim Budi ke rumahnya. Ia masih belum yakin dengan keputusannya itu.

“Anu bu, eh.. ada Anisa,” kata Budi berbicara ngawur.

“Anisa? Kamu kenal Anisa adik ibuk?”

“Adik?” Budi malah tambah bingung.

“Nis, tolong keluar dong,” kata Budi mencari bantuan. Anisa lalu keluar dari mobil.

“Mbak,”

“Anisa? Kok kamu bisa sama budi?”

Situasi itu membingungkan semua orang.

“Mbak kenal Budi?” Tanya Anisa.

“Kamu kenal Bu Aulia?” Tanya Budi.

Kebingungan itu membuat suasana menjadi lebih santai. Akhirnya Anisa mengucapkan permintaan maafnya kepada Aulia dengan lancar, ternyata tidak seberat yang dia duga, mungkin karena kebingunan yang terjadi antara mereka semua. Mereka saling memperkenalkan diri satu sama lain.

Aulia kaget sekali saat tahu bahwa Budi adalah teman kuliah Adiknya. Padahal minggu lalu, ia meminta Mirna untuk dikenalkan dengan Budi yang mungkin bisa menjadi kekasih gelapnya. Situasi ini membuat Aulia mempertimbangkan lagi apakah dia akan mencari kesenangan lain dengan orang yang lebih muda.

Mereka mengobrol di sofa ruang tengah sambil meminum teh hangat gua memaniskan suasana.

“Bisa-bisanya ya kalian teman sekelas,” kata Aulia.

“Sebenarnya kami gak terlalu akrab, tapi saat Anisa tau Budi kerja di toko bunga, Anisa langsung minta bantuan Budi,” kata Anisa.

“Jadi siapa yang lebih pinter?” Goda Aulia.

“Jelas Anisa lebih pinter Bu,”

“Rumit Mbak,” kata Anisa.

“Rumit bagaimana? Kok bisa ditanya pinter siapa dia jawab rumit,” Aulia malah bingung.

“Mungkin nilai Anisa lebih bagus tapi Anisa rasa pemahanam Budi lebih bagus dari Anisa. Hampir semua dosen dekat dengan Budi. Bahkan dosen killer sampai sekjur yang dikenal disiplin saja bisa dibikin akrab sama Budi. Dosen banyak diskusi juga dengan Budi. Makanya Anisa bilang rumit,” kata Anisa.

“Untuk bertahan hidup,” Jawab Budi singkat. Tampak wajah kebingungan dari Anisa dan Aulia. “Nilai penting buat saya tapi apa yang saya pelajari lebih penting. Kalau saya hanya tahu bagaimana menyelesaikan soal tanpa tahu bagaimana menerapkan pada kasus, atau sebuah ide penelitian, rasanya sia sia. Saya mencoba bertanya kepada dosen dosen kita bagaimana bila sebuah konsep diterapkan dalam sebuah masalah untuk mencari solusinya.” jawab Budi lugas.

“Lihat Mbak, itu budi ini Anisa. Sudah tahu bedanya,” kata Anisa.

Aulia mengangguk.

“Jadi misi gua berhasil kan?” Tanya Budi.

“ya berhasil bud, terima kasih ya,” Jawab Anisa. “Lo boleh pulang duluan, gua mau ngobrol ngobrol dulu sama Mbak gua,”

“oke, terima kasih, jangan lupa order kembali,”

Budi lalu pergi meninggalkan rumah Aulia dengan perasaan bahagia. Pengalaman buruk pertamanya di rumah itu sudah berubah menjadi pengalaman hangat bersama adik kakak yang saling sayang.

“Saya salut dengan apa yang dilakukan Budi,” Kata Anisa tiba tiba.

“Karena kemandiriannya?”

“Salah satunya itu mbak, walau Anisa gak terlalu akrab dengan dia di kelas, tapi semua orang tau, dibalik kekurangan yang dia punya, dia selalu baik sama semua orang. Entah bagaimana cara dia menjaga perasaannya selalu positif.”​

***********************************​

“Hari ini gua harus membuat tugas lalu membaginya dengan semua orang di kelas. Lalu gua harus bantu Prof Adi mencarikan mahasiswa yang mau membantu dalam penelitian di Blitar, lalu lalu apa? Anisa? Anisa mungkin butuh bantuan, Gua jua harus bekerja di toko bunga Farhan. Lalu lalu apa,” Rencana itu berputar putar di kepala Budi. Suara berisik ruang kelas yang ditinggal keluar dosen sementara waktu gak membuat Budi hilang konsentrasi.

“Bud, Bud Bud!” Farhan memanggil namun Budi sama sekali gak menggubris. “Budi?” Farhan menepuk Pundak Budi.

“Hah? Kenapa?”

“Lo ngelamun apa? Kok serius banget,” Farhan tampak bingung. “Kadang-kadang lo sering banget begini. Ada apa? Jangan bilang alasan lagi inget inget pelajaran lagi,” Tanya farhan.

“Gua lagi, hmm.. eh.. gua ke kamar mandi sebentar,” Budi lalu keluar dari kelas. Ia tampak tidak fokus dengan apa yang ada di depannya. Ia lalu masuk ke toilet dan mengunci pintu. Ia nyalakan keran agar suara berisik air yang jatuh ke ember bisa memecah keheningan.

“Sial sial sial sial, Budi sialan!” Geram Budi sendiri di dalam kamar mandi. “Kenapa semua ini terjadi lagi, sial! Sial! Sial! Ayolah berfikir-berfikir, bantu prof Adi, bantu Bu Yohana,” Namun yang terlintas adalah kejadian dengan Bu Yohana di ruangan sekertaris jurusan. “Stop!” kata Budi geram dengan fikirannya.

Ia bersandar di tembok, berharap semua kejadian buruk saat SMA tidak terulang lagi. Dia mengutuk semua yang terjadi kepadanya. Darah bapaknya yang mengalir di tubuh Budi selalu menimbulkan masalah. Rasa bersalah Budi di masa lalu kembali teringat. Ia teringat Siti, Nenek, dan kejadian kelam beberapa tahun yang lalu.

Budi melihat celananya menonjol dengan keras. Pusakanya serasa ingin melompat keluar. Kepalanya di penuhi bayang bayang tentang Bu Yohana, dan sekelibat bayang bayang dengan siti.

Budi berteriak dalam hati.

“Gua gak ingin menyakiti siapa siapa lagi.”​
Widiiih masalahnya mulai bertumpuk² nih :gila: :|
Penulisnya jeli :thumbup:thumbup:thumbup
Hal² yang paling kecil diperhatiin
Misalnya nih : si Amelia. Dia tipe orang yang penakut, banyak negatif thinking-nya daripada positif thinking, curigaan mulu. ****** banget ane bilang, ya mana mungkin Budi mau bunuh dia :nohope:
Apa manfaatnya? Budi aja hidupnya udah susah lagipula Amelia juga gak punya bukti.

Terus untuk Bu Yohana, ini kenapa jadi kepikiran kejadian dengan Budi terus ya? Iya salah emang salah, kalo masih ragu, ya pergi aja dari kampus. Yang merangsang Budi, ya kamu. Eh, merasa bersalah sendiri.. aneh

Terus untuk Aulia, kenapa dia jadi berfikir ulang buat mencari kekasih gelap dengan lelaki lain, setelah tau Annisa berteman dengan Budi dan tau pemikiran dia?? Ada rasa senang bisa melepas kepenatan dengan kondisi rumah? Atau memang ada sesuatu yang timbul di hati?

Terus untuk Budi.. ya Budi! Bud, kamu jangan mikir Bu Yohana doang, gara² kempit enaknya. Bisa rugi loh kamu. Bisa aja besok ada kempit enak dari Aulia yang sedang ada masalah rumah tangga, Annisa, Amelia, atau bahkan wanita² lain dari macem² profesi yang dianggap mentereng, yang bagimu bagai kodok merindukan matahari.. =))=))=))

Siapa itu Siti? Ada masa lalu apa dengannya? Ada masalah apa dengannya di masa lalu? Akan kah mereka bertemu?
Dan apa yang akan terjadi?
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd