Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Petualangan Liany , si "polos" yg binal ( COPAS )

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
EPS 2 GANGBANG

Resepsi peresmian perusahaan itu berlangsung meriah. Banyak karangan bunga dipajang di sana yang dikirim oleh orang-orang penting. Semua tamu berpakaian rapi dan necis. Selain kerabat-kerabat, turut diundang pula sejumlah rekan bisnis, staf-staf penting, pejabat pemerintah setempat, dan tamu-tamu penting lainnya. Bahkan ada pula beberapa orang wartawan yang datang meliput. Kini tiba saatnya acara simbolis peresmian itu yaitu pemotongan pita. Saat itu seluruh pandangan mata tertuju ke arah seorang pria setengah baya yang tampan, rapi dan sukses yang sedang berbicara. Ia adalah pemilik perusahaan tersebut.

Dengan wajah ceria ia berkata,”Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kehadiran bapak-bapak dan ibu-ibu disini. Untuk pemotongan pita ini, saya akan diwakili oleh putri saya yang cantik, yaitu Liani!”
Di tengah-tengah tepuk tangan orang-orang itu, majulah seorang gadis muda dan cantik ke depan. Ia mengenakan gaun pesta warna merah jambu yang sungguh pas di tubuhnya. Dengan senyum mengembang di wajahnya, tangannya yang mungil menggerakkan gunting itu untuk memotong pita tersebut. Para juru foto tak melewatkan kesempatan itu untuk melakukan aksinya. Sekali lagi, terdengar tepuk tangan yang meriah dari para hadirin. Entah apa yang ada di benak para juru foto itu saat mereka sibuk memotret. Apakah mereka memotret melulu untuk upacara pemotongan pita itu, ataukah juga karena kecantikan gadis muda itu.

Ya, gadis itu adalah Liani. Ia menghadiri upacara pembukaan anak perusahaan milik Papinya. Penampilannya sangat menarik dengan gaun pesta merah jambu tanpa lengan itu. Selain karena wajahnya yang cakep dari sononya, apalagi dengan make up dan dandanannya malam itu, membuatnya tak kalah cantik dan menarik dibanding bintang film Hongkong. Juga kulitnya putih bersih. Usianya masih muda sekali,17 tahun lewat hampir 18 tahun, dan ia masih kelas 2 SMU. Bodi tubuhnya juga menarik kalau tak boleh dikatakan menggiurkan (terutama untuk para mupengers). Apalagi gaun pesta mahal dengan kualitas kain sangat bagus yang dikenakannya begitu pas menempel di tubuhnya. Nampak terlihat lekuk liku body curve yang nyaris sempurna di balik gaun mahal yang dikenakannya. Pinggangnya ramping, pinggulnya menonjol. Dadanya juga nampak menonjol dan berisi. Sementara potongan gaunnya berleher agak rendah yang memperlihatkan sebagian kecil belahan payudaranya. Membuat penasaran para lelaki yang ingin melihat lebih banyak lagi. Upacara peresmian malam itu berlangsung dengan sukses. Sementara kehadiran Liani malam itu berhasil mencuri perhatian banyak orang. Banyak yang mengaguminya, karena kecantikannya, penampilannya, kepercayaan dirinya, maupun juga prestasinya di sekolah, dan lain-lainnya. Banyak orang yang tahu bahwa ia adalah siswi berprestasi di sekolah favorit di kota itu. Banyak pula orang tua yang diam-diam iri karena anaknya kalah segalanya dari Liani. Ada pula beberapa rekan bisnis Papinya yang ingin menjodohkan anaknya dengan Liani.. Dan banyak pula cowok-cowok muda yang tertarik kepadanya. Namun juga diam-diam banyak lelaki – muda maupun tua – yang berpikiran kotor. Yah, namanya juga cowok. Dimana pun dan siapa pun sama saja kalo ngeliat cewek muda, cantik, dan sexy. Tapi tentu semua pikiran itu hanya disimpan di dalam hati masing-masing.

—@@@@@@@—–

Keesokan harinya…

Liani sedang asyik menonton tv dengan masih memakai seragam SMU putih abu-abunya. Memang ia baru pulang dari sekolahnya. Begitu selesai makan siang, ia langsung duduk di sofa sambil menonton tv. Wajahnya tampak segar. Mungkin karena hari itu jam pelajaran sekolah cuma 3 jam. Oleh karena paginya ada rapat yang melibatkan semua guru, maka jadwal sekolah dimulai lebih siang dari biasanya. Liani, semenjak diperawani oleh Dodo waktu itu, telah beberapa kali melakukan hal yang sama lagi. Meski sadar bahwa itu adalah perbuatan terlarang, namun tetap saja dilakukannya karena ia juga menikmatinya. Apalagi melakukannya sambil sembunyi-sembunyi sehinga menambah ketegangan dan sebagai tambahan bumbu kenikmatan. Kini ia jadi semakin mahir dalam hal gituan, mungkin karena memang pada dasarnya “punya bakat tinggi” dalam hal ini ditambah lagi Dodo yang memang lebih berpengalaman mengajaknya melakukan berbagai macam variasi. Selain Dodo dan Liani sendiri, tidak ada orang lain yang tahu akan hal ini. Karena, ini hebatnya Liani, ia tetap saja masih bisa mempertahankan prestasinya di sekolah (malah ranking-nya tambah naik). Sehingga tak ada orang yang menyangka atau merasakan adanya perubahan dalam diri Liani. Sementara Dodo sendiri juga bisa menjaga rahasia. Mungkin bagi dia yang lebih penting adalah asalkan Liani mau melayaninya kapan pun ia mau. Untuk mencegah supaya tidak hamil, diam-diam Liani menyimpan pil anti hamil yang mujarab. Ia berhasil mendapatkan informasi tentang itu dengan memancing salah satu tantenya yang telah menikah. Tanpa curiga sama sekali, tantenya itu berhasil dipancingnya untuk memberitahu dan menjelaskannya secara lengkap dan detail.

Saat itu tiba-tiba ada sms masuk dari Dodo yang bilang kalo sebentar lagi ia sampai kesana. Liani langsung kaget karena saat itu Papinya lagi di rumah.. (Papinya punya kantor sendiri untuk usaha bisnisnya. Namun selain itu, ada satu kamar di rumah itu yang khusus dipakai sebagai kantor kerjanya. Letaknya di bagian belakang rumah. Sebagai gambaran, memang rumah Liani ini cukup besar dan luas serta mempunyai beberapa kamar). Sehingga kadang Papinya kerja di rumah seperti hari ini. Karena takut ketahuan, ia langsung menelpon Dodo memberitahu agar jangan datang saat itu. Namun rupanya Dodo tak menggubrisnya karena tak lama kemudian ada sms masuk dari Dodo yang isinya,”Gua udah di depan pintu rumah loe!” Awalnya Liani berniat menyuruhnya pergi. Namun dipikirnya lagi, biasanya Papinya kalo lagi kerja gitu bisa sampe sore di dalam ruangnya. Saat itu Dodo tidak membawa motornya. Ia naik kendaraan umum. Akhirnya, tanpa sepengetahuan siapa pun, diajaknya Dodo masuk ke dalam dan mereka duduk di sofa di ruang tamu depan (yang jaraknya agak jauh dari ruang kerja Papinya). Begitu melihat Liani yang masih memakai seragam dengan rapi, seketika Dodo langsung terangsang. Terbayang-bayang tubuhnya yang putih mulus dan sexy yang sudah pernah ia rasakan sebelumnya namun makin lama makin membuatnya ketagihan itu. Apalagi dengan memakai seragam SMU gini, Liani makin kelihatan seperti cewek baik-baik dan innocent. Tentu enak sekali rasanya kalau bisa menikmati cewek kayak gini. Membuat Dodo makin gemas dibuatnya. Begitu duduk berdua di sofa, Dodo segera memulai aksinya. Tangannya langsung menggerayangi tubuh Liani. Diraba-rabanya dada Liani dan disusupkannya tangannya di dalam rok abu-abunya. Lalu sejenak mereka berciuman bibir. Kemudian kedua tangannya mulai melucuti pakaian gadis itu.

Tak perlu waktu lama, pakaian seragam Liani yang sebelumnya rapi jadi amburadul. Baju seragam dan branya masih menempel di tubuhnya, tapi sudah tak berfungsi sebagaimana mestinya. seluruh kancing bajunya telah terlepas dan baju seragamnya terbuka lebar. Bra warna hijau muda yang harusnya berfungsi menutupi payudara gadis putih mulus itu malah telah terbuka kaitan depannya. Sehingga kini dadanya yang putih dan padat berisi terbuka telanjang di depan mata Dodo. Kedua putingnya yang kemerahan nampak menonjol dan menggairahkan. Rok abu-abunya tersingkap keatas. Nampak pahanya yang putih mulus. Hanya celana dalamnya saja, yang juga berwarna hijau muda, yang masih berada di posisi sebagaimana mestinya. Namun itu pun tak lama. Karena sesaat kemudian, Dodo meloloskan celana dalam itu dari tubuh cewek itu. Kini Liani dalam posisi duduk dengan sebagian besar pakaiannya masih menempel di ubuhnya, akan tetapi sudah tak berfungsi menutupi bagian-bagian tubuh seorang gadis yang seharusnya tidak diperlihatkan kepada cowok, apalagi cowok kelas rendahan seperti Dodo gini. Kini nampak jelas bUlu-bulu vaginanya yang lebat dan hitam, kontras banget dengan kulit tubuhnya yang putih. Tak heran kalau Dodo jadi bernapsu melihat Liani dalam keadaan seperti itu. Segera diciuminya cewek putih itu dengan penuh napsu. Kedua tangannya yang hitam merengkuh dan meraba-raba payudaranya yang terbuka bebas. Ketika ia sedang asyik meraba-raba payudara Liani dan memilin-milin kedua putingnya yang kemerahan itu dengan kedua jari telunjuknya, tiba-tiba:
“Lianiii!,” terdengar suara Papinya memanggilnya.

Bagi Liani, suara itu bagaikan guntur yang menggelegar.
“Kamu dimana?” tanya Papinya dari kejauhan.
“Anu, Liani di sofa ruang tamu depan, Pi,” kata Liani agak lega karena dari jarak suaranya ternyata Papinya masih di dekat ruang kerjanya (sehingga masih jauh dari dirinya).
“Ngapain kamu disana?”
“Eh, anu, aku lagi tiduran disini,” katanya agak gelagapan karena pada saat itu payudaranya yang telanjang berada dalam genggaman Dodo dan diremas-remasnya.
“Memang kenapa Pi?”
“Kamu mau sup jamur nggak? Papi mau nyuruh Bi Minah untuk manasin.”
“Nggak deh Pi. A-aku masih kenyang koq.”
“Beneran kamu nggak mau?”
“Beneran Pi. Nanti kalo aku mau, aku langsung kesana deh. Sekarang Papi terusin aja kerjanya,” kata Liani sementara payudaranya masih terus diremas-remas Dodo.
“OK deh kalo gitu,” katanya sambil masuk ke ruangannya.
Setelah Papinya masuk ke ruang kerjanya kembali, mereka berdua jadi bebas merdeka. Kini Liani dalam posisi menungging. Dodo memasukkan kepalanya di dalam rok Liani. Didalamnya, mulutnya sedang asyik menjilati dan menghisap-hisap vagina Liani. Lidahnya menari-nari merangsang klitorisnya. Sementara kedua tangannya meraba-rabai sekujur tubuh Liani.
“Ehhmm, ehmmmm, ehmmmm,” Liani mulai mendesah-desah. Tak lama kemudian vaginanya mulai basah.
Kemudian ia melakukannya dengan berganti posisi. Liani dalam posisi berdiri.. Dodo berlutut di depannya. Kepalanya masuk di dalam rok abu-abunya. Dijilatinya bulu-bulu vagina serta vagina cewek itu dari depan. Vagina Liani dibuat basah kuyup karenanya.
“Ooh…ohhh….ohhhhh,” Liani mendesah-desah lirih.

Setelah itu gantian giliran Liani membuka retsleting celana panjang Dodo dan dibukanya celana berikut celana dalamnya. Batang penisnya yang hitam (lebih hitam dari kulitnya) menegang keras. Kepalanya besar telah basah karena cairan pre-cum yang keluar karena terangsang sejak ia menggrepe-grepe tubuh Liani. Dengan bersimpuh di depan Dodo yang sedang duduk, Liani mendekatkan mulutnya diantara kedua paha Dodo kemudian meng-oral penis hitam besar dan berurat milik Dodo itu. Bagaikan gadis manis yang patuh, disepongnya penis Dodo dengan konsentrasi penuh. Kini Liani sudah lebih pandai dalam melakukan hal ini. Dikulum dan diemut-emutnya penis hitam berurat itu. Di dalam mulutnya, dimainkannya lidahnya terutama di bagian kepala dan leher penis Dodo yang nampak Seperti jamur itu. Rambut Liani yang panjang agak keriting dan berwarna kecoklatan itu menyentuh dan menggelitik paha dan sebagian perut Dodo, membuatnya makin keasyikan. Dodo yang sedang duduk di sofa itu jadi keenakan menikmati penisnya disepong oleh Liani. Betapa kontras dan kontradiktif pemandangan itu. Cowok yang hitam jelek dari kalangan rendahan duduk santai di sofa mahal sementara di depan kakinya duduk bersimpuh anak cewek dari keluarga kaya yang putih cakep dan sexy yang dengan asyiknya mengulum penisnya yang hitam besar dan berurat itu. Liani, anak pengusaha kaya yang malam sebelumnya tampil mempesona seluruh tamu, kini dengan sukarela dan sepenuh hati melakukan pelayanan oral sex kepada Dodo, cowok kelas rendahan! Kondisi pakaiannya pun juga amburadul. Dan hebatnya lagi, semua itu dilakukan dibalik punggung bokapnya yang sedang berada di dalam rumah itu juga. Sungguh ini adalah peristiwa langka dan aneh! Beberapa saat kemudian Dodo menghentikan aksi Liani. Biarpun ia sangat menikmati kejadian kontradiktif itu, namun kalau begini terus-terusan nggak lama lagi bisa keluar spermanya. Rugi kalau belum menikmati tubuh cewek putih mulus itu. Setelah “cooling down” sejenak, segera diatur posisi tubuh Liani supaya vaginanya di atas penisnya sendiri. Supaya bisa, bleesss, masuklah penisnya yang hitam di dalam liang vagina Liani. Berat tubuh Liani membuat penis Dodo jadi masuk seluruhnya ke dalam vagina gadis putih itu (hukum gravitasi, man!). Meski begitu, vaginanya masih sempit dan seret. Setelah itu Liani menggerakkan dirinya naik turun, membuat penis Dodo yang keras dan hangat menembusi dan mengocok-ngocok vaginanya.

Dodo menjilati dan menyedot-nyedot kedua putingnya. Ekspresi wajah Liani sungguh nampak kalau ia sangat menikmati itu. Apalagi ia juga mendesah-desah dengan erotis meski harus dengan menahan suaranya. Pada saat itu, terdengar suara pintu kamar kerja Papinya terbuka dan Papinya berkata,
“Liani, sup jamurnya Papi taruh di meja makan. Nanti kalo kamu mau, langsung dimakan aja.”
“Ehmm, ehmm, OK deh, Pi,” kata Liani sementara ia juga lagi asyik-asyiknya merasakan nikmatnya “jamur” Dodo mengocok vaginanya.
“Buruan lho makannya, ntar keburu dingin nggak enak.”
“Oh, oh, OK, OK, Pi,” kata Liani agak terengah-engah sambil tetap meneruskan irama naik turun tubuhnya di atas penis Dodo.
Pada saat Liani berbicara itu, Dodo kembali menjilati dan menghisap-hisap puting payudara Liani. Matanya memandang ke wajah Liani yang mengekspresikan kenikmatan luar biasa saat ia menggoyang tubuhnya sendiri di atas penis Dodo, sambil sesekali menjawab pertanyaan Papinya.
“Oh ya, abis ini Papi mau telpon sama client, jadi kamu jangan masuk ke kamar Papi ya,” kata Papinya.
“Ok, OK,” katanya sambil tubuhnya terus bergoyang-goyang dan menatap Dodo.
“Beneran lho. Papi nggak mau diskusi Papi diganggu.”
“Iya, Iya. Pi. Aku udah ngerti ga perlu diulang-ulang gitu. Udah sekarang Papi kerja aja lagi. Aku juga ga bisa konsentrasi kalo diganggu gini terus,” kata Liani mulai kesal dengan terus menggoyang tubuhnya.
“Ooh, kamu lagi belajar tho. Ya udah Papi masuk dulu. Kamu terusin aja belajarnya,” katanya sambil masuk ke dalam ruang kerjanya.

Setelah itu mereka mengubah posisi ke doggy style, dimana penis Dodo menyodok-nyodok vagina Liani dari belakang. Sementara kedua tangannya menepuk-nepuk dan meremas-remas payudara Liani yang tergantung bebas diantara baju seragamnya yang terbuka. Setelah itu mereka berganti beberapa posisi. Meski sempat terganggu beberapa kali, akhirnya Liani bisa mendapatkan orgasme-nya saat Dodo menyetubuhinya dalam posisi ia tiduran dan kedua kakinya ditekuk keatas (nggak tahu apa nama posisi ini). Semuanya itu dilakukan dengan baju seragamnya masih melekat di tubuhnya. Ia sengaja tidak mau melepas baju seragamnya dari tubuhnya, supaya di saat emergency (apabila Papinya datang ke tempatnya), ia bisa langsung cepat membereskan pakaiannya. Sementara bagi Dodo, hal ini membuat diri Liani jadi semakin menggairahkan. Belum pernah sebelumnya ia menggarap cewek yang putih cakep dan sexy dengan masih memakai seragam sekolah. Sesaat setelah Liani orgasme, Dodo juga sudah ingin segera memuntahkan seluruh isi penisnya. Ia menidurkan Liani di sofa empuk itu, membuka kedua pahanya lebar-lebar, lalu ia segera akan memasukkan penisnya ke dalam vagina Liani, ketika tiba-tiba,
“Liani!”
“Ada apa lagi sih, EHHH…Pi?” Pada saat Liani mengeluarkan suara “EHHH” itu adalah saat dimana Dodo dengan tak sabar lagi memasukkan penisnya ke dalam vagina Liani.
Liani sedang menatap Dodo yang mengocok penisnya di dalam vaginanya, ketika ia mendengar Papinya berkata,”Ada yang mau Papi omongin ke kamu. Papi kesitu bentar ya.”
“Eh! Jangan Pi. EHHH. Aku aja yang ke tempat EHHH Papi. Tunggu bentar deh Pi EHHH,” kata Liani panik mendengar Papinya akan kesana sementara itu Dodo lagi asyiknya menggoyang tubuhnya.
Liani memukul-mukul lengan Dodo, memberi isyarat supaya menghentikan aksinya, namun Dodo yang sudah hampir keluar ogah menghentikannya malah dengan cuek terus saja menggenjot dirinya.
“Nggak apa-apa Papi aja yang kesana. Cuman mau ngomong sebentar aja kok,” katanya sambil berjalan ke depan menuju ke sofa.
Liani mulai panik ketika ia mendengar langkah kaki Papinya mendekati dirinya.
“Nanti aja, Pi.” (Cleeb, cleeeb, cleeeb, sementara penis Dodo terus mengocok vaginanya)
Namun suara langkah kaki itu semakin mendekatinya…
Ah, sudah terlambat, pikirnya pasrah. Sekarang sudah tak sempat lagi beresin pakaian. Apalagi posisi dirinya yang “dikunci” oleh Dodo seperti ini.
Mati deh, gua.
Udah deh pasrah nasib aja, batin Liani dengan lemas.
Suara langkah Papinya semakin dekat aja…sementara penis Dodo masih berada di dalam vaginanya dan menggenjotnya.
Persis pada saat Papinya hendak melangkah masuk ke ruang tamu itu dan Liani sudah bisa melihat bayangan Papinya dari lantai…
Tiba-tiba,
“Kriiiinngg, Kriiinnngg,” telepon Papinya di ruang kerjanya berbunyi.
“Ah, itu pasti client Papi lagi. Sebentar ya Papi terima telpon dulu,” kata Papinya sambil setengah berlari berbalik ke ruang kerjanya.
Aduuuh, leganya, batin Liani seolah terbebas dari himpitan beban puluhan ton. Sementara itu, Dodo terus mengocok penisnya di dalam tubuh Liani, sampai akhirnya memuntahkan seluruh spermanya di dalam vagina Liani. Entah ikutan tegang atau exciting, ia mengeluarkan sperma dalam jumlah yang amat banyak. Setelah mengeluarkan seluruhnya akhirnya melemaslah penis Dodo dan dikeluarkannya dari vagina Liani. Sementara itu Liani merasakan vaginanya berdenyut-denyut rasanya karena masih fresh baru dikocok oleh Dodo apalagi dikocok abis seperti itu.

Ia mendengar Papinya telah selesai bicara di telepon dan kembali berjalan menuju ke arahnya. Kali ini, tak mau ketangkap basah, buru-buru ia merapikan pakaiannya. Dikaitkannya kembali branya, dikancingkan seluruh kancing bajunya. Sebelum Papinya sampai ke tempatnya, ia cepat-cepat mendahului keluar dari ruang tamu itu. Ia sudah tak sempat lagi memakai celana dalamnya yang saat itu tergeletak di atas meja kecil di dekat sofa (yang biasanya untuk menaruh minuman buat tamu). Biarin aja nggak usah pake celana dalam. Kalo mesti pake celana dalam lagi, salah-salah entar ga keburu. Toh gini juga Papi nggak akan tahu kalau sekarang aku nggak pake celana dalam, pikirnya.
“Memang Papi mau ngomong aja sih ke Liani,” tanya Liani kepada Papinya yang seketika menghentikan langkahnya begitu melihat Liani muncul. Hati Liani deg-degan dan waswas kalau-kalau Papinya tahu apa yang baru dilakukannya. Tapi ia sok pede aja. Saat itu jarak diantara keduanya kira-kira 4 meter.
“Papi ada urusan bisnis mendadak dan harus keluar kota besok pagi-pagi. Papi perlu pergi kira-kira seminggu. Karena itu Papi minta Tante Frida untuk nenemin kamu selama Papi nggak ada. Nggak baik anak cewek ditinggal lama-lama cuma dengan pembantu. Jadi nanti kamu mesti nurut sama omongan Tante Frida, ok?
“OK, nggak masalah Pi,” kata Liani tanpa berpikir banyak.
Sementara ia sedang berbicara itu, Liani merasa vaginanya masih berdenyut-denyut mungkin akibat baru selesai dikocok habis-habisan oleh Dodo. Oleh karena sperma yang dimuntahkan di dalam vaginanya cukup banyak, ia merasakan kalau vaginanya kini “dripping” yaitu mengeluarkan sebagian sperma di dalamnya seirama dengan denyutan-denyutan yang dirasakan di vaginanya itu. Apalagi dalam posisinya yang berdiri begini dan tidak memakai celana dalam. Ia merasakan ada lelehan sperma yang keluar dari vaginanya menetes turun ke bawah membentuk anak sungai mengalir ke bawah membasahi bagian dalam pahanya di balik rok abu-abunya, bahkan ada yang turun ke bawah sampai kakinya dan diresap oleh kaus kakinya.

Karena takut Papinya memperhatikan adanya cairan yang mengalir dari selangkangannya itu, ia merapatkan kedua kakinya sehingga sperma yang selanjutnya keluar tertahan oleh pahanya. Ia menggunakan rok seragam abu-abunya untuk meresap cairan itu. Sehingga kini rok abu-abunya menjadi basah berlendir di bagian belakangnya. Namun rupanya Papinya tidak memperhatikan hal itu. Karena tak lama setelah itu, Papinya kembali masuk ke ruang kerjanya.
“Sialan lu! Lu bikin gua ketakutan setengah mati tadi. Udah tahu mau jalan kesini, bukannya berhenti malah sengaja diterusin,” kata Liani sewot sambil memukul tubuh Dodo dengan tangannya.
“Ya gimana ya, soalnya tanggung sih,” kata Dodo cengengesan, “Udah hampir keluar masak kok diputus di tengah jalan.”
“Untung tadi ada telpon, kalo sampe ketauan Papi gimana?,” kata Liani masih sewot.
“Ga bakalan lah. Buktinya barusan ga ketauan khan?” kata Dodo dengan enteng..
“Kacau dah lu. Lain kali jangan gitu deh.”
“Udaah, jangan marah terus. Khan sekarang udah aman. Lagian tadi gimana, enak khan?” kata Dodo sambil senyum-senyum.
Liani masih cemberut, di dalam hati mengakui kalau pengalaman barusan sungguh menegangkan dan menakjubkan.
“Jangan lupa, ini dipake lagi,” kata Dodo sambil menyodorkan celana dalam hijau muda ke arah cewek itu,”Nanti kasihan tamu bokap lu jadi kaget ngeliat ada cd lu tergeletak disini,” katanya cengengesan.
“Gokil deh lu,” kata Liani sambil segera merebut celana dalam miliknya itu dari tangan cowok itu.
Tak lama kemudian Dodo meninggalkan rumah itu. Sehingga tidak ada orang lain yang tahu selain mereka berdua kalau saat itu Dodo menyusup masuk ke dalam rumah itu (dan juga menyusup masuk ke dalam vagina anak cewek penghuni rumah itu).

—@@@@@@@—–
Beberapa hari kemudian

Malam itu Liani sedang tiduran di atas ranjang. Ia memakai pakaian tidur warna merah muda. Baju tidurnya seperti hem tangan panjang yang tipis kainnya.. Ia tidak memakai rok atau celana bawahan. Bajunya cukup panjang untuk menutupi celana dalamnya, meski tak cukup panjang untuk menutupi pahanya yang putih mulus. Karena posisi tidurnya yang telungkup, sehingga lekukan pinggulnya tampak menonjol. Rambutnya yang panjang diikat dengan gelang rambut sehingga nampak jelas lehernya yang putih. Sebagian gundukan payudaranya terlihat di balik celah kerah bajunya dalam posisinya yang telungkup itu. Ia nampak asyik membaca majalah remaja dan membolak balik halamannya. Sesekali ia mengubah posisi tubuhnya dengan memiringkan tubuhnya sehingga sesekali nampak tonjolan putingnya di balik bajunya yang tipis. Karena ia memang tidak memakai bra. Ia turun dari ranjangnya dan berjalan ke meja riasnya. Payudaranya ikut bergerak-gerak di balik bajunya seiring dengan langkahnya. Ia mengambil segelas air putih dan meminumnya. Payudaranya nampak lebih jelas lagi di saat ia berdiri seperti ini. Setelah selesai minum ia menatap refleksi dirinya dari kaca meja riasnya. Ia melihat apakah ada jerawat di mukanya. Namun tidak ada dan mukanya sama sekali mulus. Lalu ia merapikan rambutnya. Di usianya yang hampir 18 tahun, ia benar-benar seorang gadis muda dengan daya tarik seksual yang tinggi. Wajahnya cantik dan putih bersih. Tubuhnya juga sexy. Makin nampak sexy aja dengan baju tidur yang tipis begini. Kainnya yang tipis mengikuti lekuk liku dan tonjolan payudaranya. Kedua putingnya tercetak cukup jelas. Kedua pahanya putih mulus. Dan pinggulnya menonjol di balik bajunya. Ia nampak santai dan cuek dengan pakaian seadanya seperti itu. Karena memang tidak ada orang lain di dalam kamarnya itu.

Pada saat ia sedang menatap dirinya di meja riasnya, tiba-tiba terdengar suara sms masuk. Segera ia mengambil handphone-nya dan melihat sms itu. Ternyata dari Dodo. Bunyi pesannya,”Gua pengin mampir kesana besok sore. Situasi aman?” Lalu ia membalas,”Jangan!!! Disini lagi ada nenek sihir.” Nenek sihir yang dimaksud Liani adalah Tante Frida, saudara sepupu Papinya. Ia adalah seorang perawan tua karena usianya sudah 45 tahun dan belum menikah. Tampangnya judes dan cara berbicaranya ketus. Ia selalu memakai kacamata berbingkai warna hitam. Ia tidak terlalu suka dengan tantenya ini karena orangnya kolot dan suka sok mengatur. Apalagi terhadap gadis muda seperti dirinya yang dianggapnya harus dikekang dan dimonitor terus. Ditambah lagi ia dianggapnya terlalu berani dalam hal cara berpakaian. Menurut tantenya, seorang wanita apalagi gadis muda seumur Liani tidak seharusnya berpakaian dengan menampilkan daya tarik seksualnya. Sungguh sial bagi Liani, kali ini ia harus tinggal bersama tantenya itu selama hampir seminggu. Papinya ada urusan bisnis yang mengharuskannya keluar kota selama seminggu. Oleh karena itu ia meminta Tante Frida untuk tinggal di rumah itu selama ia keluar kota. Supaya Liani ada temannya dan tidak sendirian di rumah hanya dengan pembantu. Namun hal itu malah menjadi siksaan bagi Liani. Karena tantenya itu selalu menasehatinya hal yang sama terus menerus. Dan tantenya ini selalu berkomentar negatif mengenai pakaian yang dipakainya. Bahkan baju seragamnya pun juga tak lepas dari kritik, menurutnya kain bajunya terlalu tipis dan roknya terlalu pendek. Namun apa daya, karena Papinya selalu mempercayai saudara sepupunya untuk mengawasinya. Mungkin karena Tante Frida adalah satu-satunya saudaranya yang single. Sehingga lebih mudah untuk diminta tinggal disana. Setelah membalas sms Dodo, ia balik lagi meneruskan bacaannya sambil tiduran.

Beberapa saat kemudian, ia hendak mengambil sesuatu di luar. Ia tahu kalau tantenya melihatnya pasti pakaiannya dikomentarinya. Namun dilihatnya lampu di ruang tengah sudah gelap. Pertanda bahwa tantenya dan pembantunya telah masuk ke kamarnya. Lalu ia keluar dari kamarnya dengan cuek. Akan tetapi selagi ia sedang di ruang tengah, tiba-tiba tantenya keluar dan menyalakan lampu. Begitu melihat tantenya keluar, Liani menyapanya, “Eh, Tante belum tidur?”
Namun tantenya malah menguliahinya,”Aduh Lianiii. Sudah berapa kali tante bilang. Pakaian kamu itu lho. Nggak siang nggak malam sama aja. Masa anak gadis kok pakaiannya seperti itu.”
“Ya khan nggak apa-apa kalo di rumah sendiri, Tante.”
“Biarpun di rumah sendiri tetap aja nggak pantas, Liani. Sebagai anak gadis kamu harus selalu berpakaian sopan dan tertutup biar pun didalam rumah sekalipun. Bukannya pamer paha pamer dada seperti sekarang ini. Kalo ada cowok yang ngintip gimana?”
“Memang siapa yang ngintip, tante? Disini khan cuman ada tante dan Bi Minah..”
“Ya bisa aja kacung di rumah sebelah ngintip dari atas tembok. Memang kamu mau diintip sama kacung atau sopir sebelah? Masa kamu nggak malu?”
“Iih, kok tante ngomongnya begitu sih.”
“Dan lagi kamu itu kalo Tante kasih nasihat selalu nggak digubris. Coba lihat pakaian kamu itu. Kayak hampir telanjang aja. Kalo nanti kepergok tukang sampah gimana? Apalagi kamu nggak pake bra gini. Senang ya kamu diliatin sama tukang sampah. Jangan-jangan kamu sekarang juga nggak pake celana dalam kali.”
“Tante kok jadi ngomongnya gitu sih. Khan Liani memang juga sudah mau tidur.. Dan lagi juga nggak ada siapa-siapa disini selain tante dan Bi Minah. Kalo ada orang juga Liani nggak akan keluar kamar pake pakaian kayak gini doang. Liani juga ngerti tante.”
“Kamu dari dulu bisanya selalu membantah aja kalo dinasehati orang tua. Jangan-jangan kamu memang suka ya dilihat telanjang sama cowok? Iya?! Kalo memang gitu, kenapa nggak sekalian aja lepasin baju kamu semua lalu keluar di jalanan! Biar jadi tontonan hansip dan kuli bangunan!! Atau sekalian kamu pengin digilir rame-rame?!”
“Iiih. Tante kelewatan deh!” kata Liani dengan mata memerah.

Demikianlah dua perempuan berbeda generasi itu bertengkar. Tak lama kemudian, masuklah tantenya ke dalam kamarnya dengan menutup pintunya dengan keras.. Liani pun juga mengikuti langkahnya dengan masuk ke dalam kamar sendiri dan menutup pintunya dengan tak kalah kerasnya. Demikianlah Liani dan tantenya yang tak pernah bisa akur dari sejak dulu dan terutama beberapa tahun terakhir ini. Sebenarnya tidak semua nasehat tantenya 100% salah. Namun Liani sukar menerimanya karena tantenya terlalu mendikte dan otoriter. Dan, diam-diam ada rasa iri di dalam diri tantenya terhadap Liani apalagi sejak Liani menginjak masa remaja. Karena Liani semakin tumbuh berkembang menjadi gadis yang cantik dan menarik, sementara ia sendiri semakin memasuki usia tua bagaikan bunga yang memasuki masa layu. Padahal ia masih single. Oleh karena itu, ia berusaha meredam daya tarik kewanitaan Liani. Ia tak suka kalau keponakannya itu menarik perhatian para cowok. Dan perasaan iri tantenya itu bisa dirasakan oleh Liani. Ia menganggap kalau tantenya itu pura-pura bermaksud baik menasehatinya padahal sebenarnya ingin membuatnya mengikuti jejaknya, yaitu menjadi perawan tua dengan sama sekali tak pernah berhubungan dengan pria. Selain itu juga ia nggak suka dengan kata-kata tantenya yang pedas dan kasar itu, seperti kalimatnya yang terakhir. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab mengapa ia mempunyai keinginan terpendam untuk menjadi bad girl, untuk melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang diajarkan keluarganya selama ini. Sejak kecil ia sering mendapat petuah-petuah maupun ajaran-ajaran dari orang tua maupun kerabat-kerabat dekat lainnya:
“Kamu harus begini.”
“Kamu tidak boleh begitu.”
“Kamu harus kesana.”
“Kamu tidak boleh kesitu.”
“Anak baik tidak melakukan itu.”
“Anak papi harus rajin belajar.”
“Kamu harus patuh terhadap orang tua.”
“Kalo kamu nggak berbuat begitu, Papi nggak sayang sama kamu.”
“Kamu harus sekolah di sekolah X dan harus berprestasi.”
dst, dst, dst.
Sejak kecil ia tumbuh dan dibentuk sesuai dengan keinginan orang tua dan kerabat dekatnya supaya mereka bisa menggunakannya sebagai sarana untuk membanggakan diri kepada teman-temannya. Sementara hal itu mengorbankan dirinya karena ia sama sekali tidak mendapatkan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat atau berekspresi sesuai dengan keinginannya. Satu hal lagi yang tak kalah pentingnya yang menyebabkan ia menjadi bad girl adalah…KEMUNAFIKAN! Kebanyakan keluarga dan kerabatnya sering memberi petuah-petuah dan nasehat-nasehat yang bagus-bagus. Namun mereka sendiri tidak menjalankannya, malah melanggar kata-katanya sendiri. Contohnya yang paling jelas adalah Papinya sendiri. Papinya sok moralis dalam hal memberi nasehat tapi ia sendiri malah diam-diam mempunyai istri simpanan, tidak hanya satu tapi beberapa. Dan banyak lagi contoh yang lain. Oleh karena hal seperti itu menumpuk terus menerus dari sejak kecil dan hanya bisa dipendam di dalam hatinya, akhirnya diam-diam timbul benih-benih pemberontakan di dalam dirinya. Itu sebabnya mengapa tak ada resistensi yang cukup berarti dari dirinya saat Dodo ingin melaksanakan kehendaknya untuk memerawaninya. Perbuatannya dengan Dodo itu sungguh merupakan cara pemberontakannya dengan skala yang hebat. Image-nya selama ini sebagai seorang gadis yang sopan, alim, cantik, pintar, menarik, dari keluarga terpandang, dll, dsb. Cara terhebat untuk memberontak dari citra yang sedemikian tinggi adalah dengan menyerahkan kegadisan dan kehormatannya kepada cowok ugal-ugalan, apalagi yang berbeda jauh dan kelasnya jauh lebih rendah di bawah standar keluarganya. Demikianlah, meskipun dari luarnya Liani nampak seperti memiliki segalanya, namun sebenarnya ia tidak mempunyai pegangan hidup. Kini jadilah ia sebagai seorang gadis dengan image begitu tinggi namun punya sisi lain kehidupan yang parahnya sungguh di luar batas imaginasi yang paling liar sekalipun. After all, ia hanya meng-copy kelakuan dan kemunafikan orang-orang dewasa di sekitarnya. Beruntunglah Dodo yang mengenal Liani disaat yang tepat sehingga ia menjadi cowok pertama yang beruntung bisa mencicipi kegadisannya dan selanjutnya menikmatinya lagi, lagi, dan lagi.

—@@@@@@@—–

Untuk mengurangi waktunya di rumah, Liani lebih banyak pergi dengan teman-teman cewek sekelasnyanya. Itupun juga tak lepas dari kritikan tantenya.
“Aduuh Liani. Masa rok kamu sependek itu. Nanti kalo naik eskalator, celana dalam kamu bisa diliat orang.

“Atau,
“Baju kamu itu terlalu ketat dan sexy. Lehernya terlalu rendah. Lihat dadamu sampe keliatan gitu.
dll, dll.
Saat itu ia ikut-ikutan temannya memotong rambutnya sampai pendek. Sehingga kini rambutnya pendek seperti cowok. Namun hal itu tak mengurangi daya tarik dan kecantikannya. Selama hampir seminggu Liani tersiksa dengan kehadiran Tante Frida. Dan selama itu pula ia benar-benar melarang Dodo untuk datang meskipun beberapa kali ia memaksa ingin datang. Ia tidak mau mengambil resiko karena Tante Frida orangnya lebih teliti dan lebih suka ngurusin bahkan dibanding Papinya sekalipun. Namun, akhirnya kesampaian juga niatnya mengelabui tantenya. Pada hari terakhir tantenya tidak enak badan dan ia banyak tiduran di kamarnya. Melihat hal itu, Liani nekat memperbolehkan Dodo datang ke sana dan segera dimasukkan di dalam kamarnya. Bagi Dodo tentu kebetulan karena sudah lama juga ia tak menikmati diri Liani. Beruntunglah Liani, karena saat Dodo datang, tantenya masih tidur di dalam kamarnya. Diam-diam ia memasukkan Dodo ke dalam kamarnya. Sehingga tanpa diketahui orang lain termasuk tantenya yang jeli, mereka berdua “adu gulat” dan bersenang-senang di atas ranjangnya di dalam kamarnya. Apalagi Dodo, melihat Liani sekarang berambut pendek, menjadi tambah bernafsu. Ia ingin mencicipi “rasanya” Liani dengan rambut pendek dan membandingkannya dengan saat berambut panjang. Dan hasilnya ternyata nggak mengecewakan. Malah kini ia bisa melihat lebih jelas bagian-bagian tertentu tubuhnya (leher, bahu, dan dadanya) yang sebelumnya tertutup rambutnya. Dan Liani juga mendapatkan kepuasan tersendiri. Karena selain Dodo (yang lagi-lagi) mampu membuatnya orgasme, pada akhirnya ia berhasil mengelabui tantenya. Saat itu sempat tantenya mengetuk kamarnya dan mengajaknya berbicara dari luar, yang dijawabnya dari dalam kamar. Padahal saat berbicara dengan tantenya itu, tangannya sedang mengocok penis Dodo. Dirinya dalam keadaan telanjang bulat dan payudaranya lagi diremas-remas oleh Dodo. Dan tantenya sama sekali tidak tahu hal itu sampai akhirnya Dodo meninggalkan rumahnya.

—@@@@@@@—–

Demikianlah, Liani yang sebelumnya adalah cewek yang benar-benar alim, sejak mengenal Dodo, kini menjadi cewek yang “alim”. Tanpa terasa beberapa bulan telah lewat dan mereka tetap berhubungan seperti itu. Sampai akhirnya terjadilah peristiwa menyakitkan yang menyebabkan mereka akhirnya berpisah. Awalnya dimulai dengan keinginan Dodo untuk berusaha “memamerkan” Liani kepada teman-teman geng-nya. Semenjak ia berhasil memerawani Liani dan terus menerus melanjutkan hubungan terlarangnya, beberapa kali ia membual kepada teman-temannya bahwa ia telah menikmati keperawanan dan menjalin hubungan dengan “cewek cakep yang digodain waktu itu”. Teman-temannya semuanya pada mentertawakannya dan menganggapnya membual. Untuk membuktikan kepada teman-temannya sekaligus untuk meningkatkan ego maskulinnya, ia berusaha mencari cara untuk bisa membuktikan kepada teman-temannya. Namun segala upayanya selama ini selalu kandas, karena Liani cukup berhati-hati dalam menjaga supaya rahasianya tidak diketahui orang. Liani memang selalu menuruti kemauan Dodo dalam masalah seks dan ia cenderung dalam posisi yang pasif dan “nrimo” aja. Namun dalam hal menjaga rahasianya dan reputasinya, ia betul-betul orang yang berbeda. Sehingga sukar bagi Dodo untuk bisa melaksanakan
tujuannya. Apalagi dalam hal kepandaian dan kecerdikan, Liani jauh lebih pandai dan cerdik dibanding Dodo. Oleh karena gagal terus, akhirnya timbul perasaan kesal Dodo terhadap Liani. Kini ia mulai merasa bahwa selama ini dirinya dikendalikan dan dimanfaatkan oleh Liani.

Perasaan itu timbul semakin kuat setelah beberapa kali ia merasa diabaikan oleh Liani. Yang paling utama adalah saat Liani merayakan ulang tahunnya yang ke-18, ia mengharapkan Liani mengundangnya. Namun apa lacur, ternyata Liani sama sekali tak mengundangnya. Hal itu membuatnya sakit hati. Sementara bagi Liani, adalah sulit baginya untuk mengundang Dodo. Pertama, apa alasannya mengundang Dodo di tengah-tengah teman-teman dekat dan kerabat-kerabatnya? Tentu orang-orang akan heran kalau tahu ia berteman dengan orang seperti Dodo. Tidak mungkin ia mengatakan kepada mereka bahwa ia berteman akrab dengan Dodo. Dan, kedua, ia sengaja tidak mau mencampurkan Dodo dengan kenalan maupun kerabatnya karena ia tidak mau Dodo kelepasan bicara mengenai hubungan terlarangnya kepada mereka. Sementara bagi Dodo, ia membutuhkan pengakuan serta keinginan untuk membanggakan “prestasinya” sebagai bagian dari ego maskulinnya. Dan banyak lagi kejadian-kejadian yang seperti
ini. Dengan adanya friksi-friksi itu mereka jadi sering saling tidak bicara. Dan hal itu terjadi semakin lama semakin sering. Namun di sela-sela pertengkaran mereka itu, ada pula saat-saat dimana mereka berbaikan kembali dan kembali melakukan hubungan seperti dulu. Pada suatu hari setelah mereka saling tidak berbicara, akhirnya mereka baikan lagi. Selanjutnya mereka janjian untuk ketemuan lagi. Pada waktu seharusnya mereka bertemu, tiba-tiba Liani membatalkannya. Karena ia mendadak harus menghadiri salah satu acara bisnis Papinya. Hal ini membuat Dodo menjadi kecewa dan merasa dilecehkan. Sampai akhirnya timbul perasaan marah, benci, dan dendam terhadap Liani. Diam-diam ia berniat membalas dendam terhadap cewek itu. Ia menyusun rencana untuk betul-betul bisa menghina dan merendahkan cewek itu. Sampai akhirnya muncullah ide bagus yang pelaksanaanya harus menunggu waktu dan situasi yang tepat…

—@@@@@@@—–

Pada suatu hari, Dodo menelpon Liani dan mengajaknya melakukan “sesuatu yang lain daripada yang lain.” Belakangan ini hubungan mereka lagi bagus-bagusnya. Karena memang Dodo sengaja berusaha menarik hati Liani. Sungguh beruntung bagi Dodo. Liani yang biasanya cukup hati-hati, pada hari itu sungguh lengah. Sehingga akhirnya ia menuruti kemauan Dodo dan berhasil dibawanya ke suatu tempat. Dengan mengendarai motornya, Dodo membawa Liani ke satu gudang tempat besi tua. Ternyata ia mengajak Liani untuk bermain seks di tempat yang kumuh itu.. Dikatakannya bahwa hal itu akan memberikan sensasi yang berbeda. Dan tempat itu aman karena hanya dijaga oleh pamannya yang saat itu lagi tidak bertugas. Memang keadaan disana sepi. Tidak ada orang lain selain mereka. Di salah satu ruang, ada tikar dan sofa yang bakal jadi tempat “bertempur” mereka. Saat itu Liani memakai celana jins dan jaket. Sesampainya disana, dilepaskannya jaketnya. Dan didalamnya ia memakai kaus tanktop ketat warna ungu dengan belahan dada cukup rendah. Dadanya nampak menonjol di balik kaus ketat dan tampak lupa belahan dada bagian atasnya. Tak perlu berlama-lama, Dodo segera memulai aksinya. Diraba-rabanya tubuh cewek putih yang dibalut kaus ketat itu. Sampai akhirnya dilucutinya pakaian gadis itu satu persatu sampai akhirnya ia telah bugil seluruhnya di dalam gudang tua itu. Sementara ia sendiri juga telah melepaskan seluruh pakaiannya sampai telanjang bulat. Nampak penisnya yang ngaceng berdiri dengan tegaknya menyaksikan Liani yang putih mulus dalam keadaan telanjang bulat juga itu. Pada saat itulah Dodo mengajaknya maen dengan mata ditutup.
“lu belum pernah khan disetubuhi dengan mata tertutup. Cobain yuk.”
“Emang apa enaknya.”
“Kalo pengin tahu seperti apa rasanya, ya cobain aja. Khan lu suka hal-hal yang aneh-aneh dan nggak umum. Makanya lu gua ajak kesini.”
Akhirnya Liani menuruti saran Dodo dan sehingga ia tak bisa melihat apa-apa karena matanya ditutup kain hitam.

Kemudian di atas tikar di lantai itu, Dodo menggenjot Liani yang dalam keadaan mata tertutup. Kalau biasanya ia mengenjot-enjot cewek putih mulus ini di atas ranjang yang empuk, kini ia melakukannya di atas tikar yang keras. Namun hal ini tak mengurangi kenikmatannya. Sementara Liani sendiri juga nggak masalah ditindih tubuh Dodo yang hitam dan digoyang-goyang diatas tikar yang keras itu. Terbukti ia terus mendesah-desah dan mengerang-erang dengan erotis.

“Tadi khan kita sudah maen di tikar, sekarang yuk kita maen di sofa ini. Tapi sebelumnya temukan dulu gua.” Kemudian Dodo menyalakan radio yang ada di ruangan itu supaya Liani tak bisa mendengar langkah kakinya.
Liani yang matanya tertutup mencoba menggapai-gapai Dodo,” Eh, lu dimana sih”, tanyanya.
“Gua ini di depan lu,” katanya sambil menjawil payudara Liani.
Kemudian Liani maju ke depan dan mencoba mencari-cari Dodo lagi,”Dimana sih lu,” katanya sambil tangannya menggapai-gapai ke depan.
“Gua disini lagi,” katanya di sebelah kanan Liani sementara payudaranya kena diremas. Liani berusaha menangkap tangan iseng itu, namun ia kalah cepat.
“Aah, lu curang pindah-pindah tempat gitu,” kata Liani sambil merajuk. Selain matanya yang tertutup, seluruh badannya tidak ditutupi selembar benang pun. Ia berjalan kesana kemari dalam keadaan telanjang bulat.
“Hehehehe. Kacian deh lu. Ayo coba cari dimana gua,” katanya dan tak lama kemudian ada lidah iseng yang menjilat putingnya yang kemerahan.
“Iih, gokil deh lho.
“Ayo lagi,” katanya sambil meraba punggung Liani yang putih mulus dan meremas pantatnya. Namun saat hendak menangkapnya, lagi-lagi Liani kalah cepat.

“Ayo, gua di kiri lu sekarang,” katanya. Saat Liani menggapai-gapai ke arah kiri, ada tangan yang merogoh vaginanya dari belakang. Ia sempat menjepit tangan itu dengan kedua kakinya, namun tangan itu berhasil lepas dari jepitannya sebelum tangannya berhasil menangkap tangan jahil itu.
“Aah, cape ah gini terus. lu nya curang,” kata Liani berhenti di tempat.
“Ok deh, gua disini, say. Jangan ngambek gitu donk, kata Dodo. Ia berdiri persis di belakang Liani. Tubuhnya yang hitam menempel ke tubuh Liani yang putih mulus. Tangannya yang satu menggerayangi dadanya dan yang satunya lagi meraba-raba paha dan bulu vaginanya. Sementara kepalanya didekatkan di leher Liani yang putih itu dan menciuminya.
“Oooh emmmhhh,” desah Liani.
Kemudian Dodo membalikkan tubuh Liani dan menciumi bibirnya. Sambil berdiri mereka saling berpelukan erat. Tubuh keduanya melekat satu sama lain. Dada Dodo menempel di payudara Liani. Demikian pula dengan perut, paha, dan kaki. Warna kulit keduanya kontras banget. Setelah itu Dodo membimbingnya ke sofa dan mendudukkannya. Satu kakinya dinaikkan ke tempat sandaran sofa sehingga posisi kakinya terbuka lebar-lebar. Tak lama kemudian dirasakannya mulut Dodo yang menjilati vaginanya. Sementaranya tangannya meremas-remas payudaranya dan memainkan kedua putingnya dengan jari-jarinya.
“Oooh, oooohh, oooohhh,” desah Liani merasakan nikmatnya. Apalagi ia merasakan teknik jilatannya berbeda dengan sebelum-sebelumnya membuat vaginanya jadi basah kuyup.
Lalu bibir Dodo berpindah ke payudaranya. Dihisap-hisap dan dikenyot-kenyotnya payudara yang putih dan padat berisi itu bergantian. Ujung lidahnya dengan lincah menari-nari di sekitar puting Liani yang kemerahan.
“OOOooooOhhhhhh, desah panjang Liani.

Tak lama kemudian Dodo memasukkan penisnya ke dalam vagina Liani yang memang sudah cukup terangsang untuk disetubuhi itu, dan mengocoknya dengan keras sampai payudaranya berputar-putar dan seluruh tubuhnya berputar-putar.
“Oooh, ahhhhhh, ahhhhhhhh.”
“emmmh, emmmhhh, emmmhhhhhh.”
Kemudian ia mencabut penisnya dan mendekatkannya ke mulut Liani dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
“Shleeb, shleeeb, shlleeeb.”
Dengan mahir Liani mengemut-emut, menyedot-nyedot, dan mengulum penis yang ada di dalam mulutnya itu. Kemudian ia kembali menikmati tubuh Liani dengan menyetubuhinya dalam posisi doggy style diatas sofa itu. Setelah itu giliran Liani yang ada diatas. Dipangkunya Liani diatas sofa itu kemudian diatur supaya penisnya masuk menembus vaginanya kemudian terjadilah gerakan naik turun yang membuat sofa itu bergetar-getar, disertai dengan desahan-desahan erotis Liani. Kemudian berbalik badan. Kalau sebelumnya Liani menghadap dirinya, sekarang memunggungi dirinya. Namun intinya tetap sama, yaitu Liani menggerakkan tubuhnya naik turun menikmati keperkasaan penis hitam yang menembus di dalam vaginanya.
“Ahhh, ahhhh, ahhhhhhh.”
“Ooooh, DOdooo, ohhhhhh.”
“Emhhhh, emhhhhhh, emmmmhhhhh.”
Demikianlah Liani meracau terus dengan liar, seliar gerakan tubuhnya. Entah kenapa hari itu ia merasakan sensasi yang sungguh berbeda saat Dodo menyetubuhinya dalam berbagai posisi dengan mata tertutup seperti itu. Sepertinya penisnya bisa berselang-seling berubah bentuk! Mungkin karena pengaruh sensasi matanya yang tertutup yang berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Dan tak perlu menunggu lama, akhirnya Liani nggak tahan lagi. Cewek yang di sekolahnya dikenal sebagai cewek innocent itu, kini mengalami orgasme hebat akibat penis yang membobol dan mengocok-ngocok di dalam vaginanya.

“Aduuuh, Dodo. Enak banget rasanya. Kenapa lu ga ngajak begini dari dulu-dulu,” kata Liani dengan napas terengah-engah. Ia benar-benar merasakan nikmat yang luar biasa.
Sementara Dodo masih belum puas karena ia masih belum ejakulasi. Sebagai intermezzo, ia menyuruh Liani memijiti dirinya dengan menggunakan payudaranya.. Sehingga kini payudara Liani yang putih dengan putingnya yang kemerahan menjelajahi seluruh tubuh Dodo yang coklat kehitaman. Sungguh nikmat sekali dipijat oleh payudara cewek putih bersih dan cakep ini. Apalagi cewek ini masih sangat muda, 18 tahun. Dan lagi, cewek ini adalah anak orang kaya! Namun bersedia melayani cowok rendahan seperti dirinya. Kemudian Dodo menyuruh Liani menungging lagi di sofa.

Kali ini ia bertanya ke Liani,”Kepala atau ekor?”
“Apa sih maksud lu?”tanya Liani.
“Sudah pilih aja. Ga usah mikir.”
“Kepala.” Kemudian Dodo berpindah tempat ke depan, mendekatkan dan memasukkan penisnya ke dalam mulut Liani.
“shleeb, shleeeb, shleeeb.” Mulut Liani mengenyot-kenyot penis di dalam mulutnya itu.
Setelah mencabut penisnya, Dodo bertanya lagi,” Kepala atau ekor?”
Dan dijawab,”Ekor”, yang mengakibatkan,”Ahhhh, Ahhhhhh, AHhhhhhhh” suara Liani yang mendesah-desah karena vaginanya dikocok-kocok oleh penis Dodo dari belakang.
Lagi-lagi dicabut penisnya, dan bertanya, “Kepala atau ekor?”
Tergantung jawaban Liani, ia berpindah tempat, either ke mulut atau vagina Liani. Hal ini dilakukan berulang-ulang, sampai:
“Koq lu ga pernah minta “atau” sih? Habis ini ya,” kata Dodo.
“Emang kalau “atau” gimana? tanya Liani penasaran.
“Hehehe, makanya coba donk,” kata Dodo.
“OK, sekarang, Kepala atau ekor?” tanya Dodo.
“Atau!”
Dodo berpindah tempat ke depan, dimasukkan penisnya ke dalam mulut Liani dan digerak-gerakkan penisnya di dalam mulut Liani.
“shleeb, shleeeb, shleeeb,” Liani lagi-lagi menyepong penis yang ada di depannya itu.

Namun ia menghentikan aksinya dan protes,”Memang apa bedanya dengan kepala?”
“Ooh, beda donk. Ayo lu terusin deh emutan lu sebentar lagi lu bakal tahu bedanya,” kata Dodo sambil memasukkan penisnya ke dalam mulut Liani lagi yang segera dipatuhinya.
“Nah, sekarang lu sendiri yang minta dan pengin tahu bedanya khan? Nah bedanya ini nih….” kata Dodo
…..
…..
…..
Belum selesai Dodo bicara, tiba-tiba
Bleesss, Bleeess, Bleeesssss.
Ada penis yang dengan perkasa menembus vagina Liani dari belakang dan mengocok-kocoknya dengan keras membuat tubuh Liani jadi terdorong dan semakin keras emutannya ke penis Dodo.
Lho?! Kok bisa ada dua penis yang masuk ke dalam dirinya?
Oleh karena heran dan terkejut, Liani membuka penutup matanya, dan dilihatnya Dodo berdiri di depannya. Penisnya berada di dalam mulutnya. Lalu penis siapa yang menembus dan mengocok-ngocok vaginanya? Ia melepaskan penis Dodo dari mulutnya dan menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya ia melihat ternyata ada cowok berkulit hitam lain dan berbadan kekar di belakangnya lagi asyik menikmati vaginanya dari belakang! Sehingga kini ia dinikmati oleh dua orang cowok sekaligus! Oleh karena cowok itu sedang asyik menggenjot-genjot dirinya, sehingga tubuhnya ikut terdorong maju mundur seiring dengan gerakan cowok itu.
“Lho! Koq….koq….,” Liani keheranan dan tak tahu harus berkata apa.
“Heheheheh, bingung ya? Tanya sama cowok lu tuh,” kata cowok di belakang itu dengan wajah sinis terkekeh-kekeh.
“Ayuk, terusin dulu say emutannya, tanggung nih. Ngomongnya ntar aja ya,” kata Dodo sambil memasukkan penisnya ke dalam mulut Liani lagi. Sementara sodokan penis cowok di elakangnya itu otomatis membuat mulut Liani ikut bergerak maju mundur mengemut penis Dodo.
“Bagus. Ayo, dorong terus yang kenceng Mas, supaya yang di depan ikutan enak juga,” kata Dodo kepada cowok itu sambil tersenyum puas. Kedua tangannya memegang rambut Liani dan ikut mendorong-dorong kepalanya.
“Beress. Wah, gila! Betul-betul mantap nih cewek. Putihnya itu lho, bikin kagak tahan. Apalagi memeknya masih sempit banget. Lu bisa dapet cewek kayak gini darimana, Do?” kata cowok di belakang. Kedua tangannya mulai merengkuh payudara Liani yang menggantung itu. Diremas-remasnya payudara putih dan kenyal di dalam genggamannya itu.
“Gimana rasanya, enak ya disodok depan belakang.”
“Jadi dobel dah enaknya.”
“Hehehehehe.”
“Hahahahahaa.”

Sementara kedua cowok itu terkekeh-kekeh menikmati aksinya, Liani merasa marah dan sakit hati terhadap Dodo. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa saat itu karena ia telah terlanjur disetubuhi begitu. Apalagi posisinya yang terjepit diantara keduanya. Lagi pula tak mungkin ia dapat melawan dua orang cowok yang jauh lebih bertenaga dibanding dirinya. Sehingga ia hanya bisa pasrah saja.
Tak lama kemudian,
“Ehhhhmm, ahhhhhh, ahhhhhhhhhh,” Dodo bersuara ketika ia akhirnya ejakulasi dan memuntahkan seluruh spermanya ke dalam mulut Liani. Sungguh puas rasanya bisa menumpahkan seluruh spermanya di dalam mulut cewek itu sekaligus membalas dendam terhadap cewek itu. Setelah Dodo selesai mengeluarkan penisnya,
“Nah, ayo, sekarang ganti posisi ya,” kata cowok asing itu sambil menidurkan Liani di sofa. Lalu penisnya yang besar kembali menerjang vagina Liani dan menyodok-nyodoknya. Sementara tangannya meremas-remas payudara Liani.
“Wahh, muluuss dan bening lagi. Hahahaha. Kulit dan body-nya pun sangat terawat. Kamu pasti anak orang kaya ya,” kata cowok itu sambil “memompa” Liani..
“Belum pernah gue nyicipin anak orang kaya. Rasanya beda nih. Apalagi tampang lu cakep. Gua suka deh. Hehehehehe.”
“Ayo Do, jangan bengong aja, rekamannya diterusin lagi,” perintah cowok itu kepada Dodo.
“Ok, deh Mas,” kata Dodo mengambil beberapa foto dan video pemandangan itu dengan handphone cowok itu.

Liani sungguh tak menyangka kalau dirinya telah ditipu mentah-mentah dan dikhianati oleh Dodo. Ia baru mengerti sekarang kenapa matanya ditutup dan kenapa Dodo menyalakan radio keras-keras. Supaya ia tidak melihat atau mendengar adanya orang lain dan supaya ia tidak mendengar bunyi “klik” kamera handphone itu. Kini ia merasa dirinya terhina. Apalagi sampai dirinya bisa disetubuhi oleh cowok tak dikenal tanpa seijin dan sepengetahuannya. Kini ia baru menyadari kalau ia telah disetubuhi oleh kedua orang ini secara bergantian sejak saat matanya tertutup tadi. Oleh karena itu kenapa penis “Dodo” seperti selang-seling karena memang ia dan cowok asing itu bergiliran menggenjot dan menikmati dirinya. Matanya merah seperti menahan tangis namun ia tak dapat berbuat apa -apa. Ia hanya menatap ke arah Dodo sementara tubuhnya berguncang-guncang digenjot oleh cowok itu. Cowok yang tak dikenalnya, bahkan namanya pun ia tak tahu! Meski tak mengatakan apa-apa, pandangan matanya menunjukkan bermacam-macam perasaan yang sedang berkecamuk di dalam hatinya, ada rasa bingung (kenapa Dodo sampai tega melakukan itu), amarah, terhina, tak berdaya, sedih, takut, dll. Dodo awalnya merasa puas karena akhirnya kesampaian niatnya memperdayai dan membalas dendam terhadap Liani. Namun semenjak ia berejakulasi tadi, rasa puas karena berhasil membalas dendam itu seketika sirna. Kini pandangan mata Liani yang menatap lekat-lekat ke arahnya, membuat dirinya jadi terguncang. Kepuasan membalas dendam itu kini lenyap tak berbekas malah berubah menjadi rasa kasihan dan malu terhadap gadis itu. Kini ia menyadari kalau pembalasannya ini sungguh sangat keterlaluan. Seharusnya ia merasa bersyukur karena selama ini Liani telah bersedia melayani dirinya. Ia membayangkan Liani yang tadinya begitu happy dan excited namun kini dalam kondisi yang terpuruk. Sungguh kontras sekali perbedaannya. Dan semuanya itu akibat perbuatannya!

Kemudian, timbul perasaan aneh yang menjalar ke tubuhnya. Ia merasa hatinya disayat-sayat saat melihat senior di geng-nya itu menyetubuhi Liani di depan matanya. Apalagi lagak serta cara dia menyetubuhi cewek itu seperti layaknya orang yang menghina seseorang yang lebih rendah daripada pembantu. Setelah perasaan dendamnya menguap habis, baru sekarang ia menyadari kalau sebenarnya ia telah mencintai cewek ini! Malah kini ia menduga-duga, mungkinkah Liani diam-diam juga mencintai dirinya? Ah, sungguh bego diriku! pikirnya.. Ia telah mengorbankan cewek yang dicintainya itu demi sebuah pembalasan dendam yang tanpa makna. Namun kini semuanya telah terlambat. Sekarang ia tidak punya keberanian untuk mencegah Darsono, senior di geng-nya itu untuk mempermainkan dan menghina Liani, cewek yang dicintainya itu.

“Ayo terusin, ambil beberapa foto lagi,” kata Darsono yang adalah senior Dodo di geng-nya. Namun Dodo tak sanggup melakukannya lagi.
Tak lama kemudian, cowok itu mengeluarkan penisnya dan mengocoknya diatas tubuh Liani. Spermanya muncrat cukup banyak membasahi leher, dada, dan perut Liani. Kemudian, seperti di film bokep, ia mengusap spermanya itu ke seluruh tubuh Liani sehingga basah dan mengkilap dibuatnya.
“Gila benar-benar asyik nih cewek. Udah cakepnya kayak bintang film Mandarin. Putih mulus. Body-nya pun ok banget. Tapi begonya itu, hahahahaha. Nah, sekarang jadi mengkilap dah lu sekarang,” katanya dengan pandangan menghina dan tersenyum sinis.
“Oh ya, omong-omong, kenalin, nama gua Darsono. Dodo adalah anak buah gua di geng kami,” kata cowok itu.
“Lu benar-benar cewek gaul dah. Belum kenalan sudah boleh menggauli duluan,” kata Darsono sambil memencet-mencet payudara Liani.
“Gimana, enak ya genjotan gua. Kapan-kapan gua pake lagi ya. Hahahahahaha.”

“Sekarang lu boleh pake bajumu lagi dan pulang ke rumah. Kayaknya habis ini lu perlu mandi sampai bersih. Hehehehehehe.”
“Nanti kalo gua pengin sama lu lagi, gua tinggal panggil lu lagi. Lu punya no telponnya khan, Do. Nanti jangan lupa sms ke gua,” perintahnya.
“Dan luu harus menurut,” ancamnya kepada Liani lagi,”Ingat, foto-foto dan video lu ada disini dari sejak mata lu ditutup sampai sekarang,” katanya sambil mengangkat handphone-nya.
“Kalo lu tidak patuh, jangan salahkan gua kalo foto-foto dan video body mulus lu sampai tersebar ke semua orang. Hahahahaha.”
“Lain kali gua pengin bersenang-senang dengan lu di dalam rumah lu, di atas ranjang yang lu tidurin setiap malam.”
Dodo mencoba membantu Liani berdiri, namun ditepisnya dengan keras.
“Hahahahaha, kayaknya cewek lu ini lagi marah. Tapi jangan kuatir, kapan pun lu pengin sama dia, tinggal ngomong ke gua. Karena semua ada disini. Hahahahahaha,” kata Darsono memegang handphone-nya, “Sekalian nanti kita kenalin dia ke teman-teman yang lain. Supaya ada pemacu semangat buat mereka. Huahahahahahahaha!”
Hati Dodo menjadi pilu mendengar hal itu. Namun apa daya, ia tidak berani menghadapi Darsono yang jauh lebih senior dan punya pengaruh besar di dalam geng-nya. Kalau sampai berani melawan, bisa-bisa ia yang hancur sendiri.

—@@@@@@@—–

Tak lama kemudian, berpisahlah mereka bertiga mengambil jalan sendiri-sendiri.

Liani

Liani yang sebelumnya datang kesini bersama Dodo, menolak untuk diantar pulang olehnya. Bahkan ia sama sekali tidak mau berbicara dengan Dodo yang mencoba meminta maaf kepadanya. Dengan mata yang merah menahan tangis, ia mencegat taxi di jalan dan pulang ke rumahnya. Hatinya sungguh hancur dan dirinya betul-betul terpuruk. Seumur hidup tak pernah ia dihina oleh orang sampai separah itu. Tak disangkanya Dodo bisa menipu dan mengkhianatinya sampai seperti itu. Kini, tak bisa dibayangkan kalau dirinya seumur hidup akan menjadi budak seks geng mereka dan setiap saat dibutuhkan, ia harus mematuhinya. Kalau sampai menolak, mereka akan membocorkan foto dan video telanjang dirinya serta adegan seks yang dilakukannya. Lalu apa kata orang-orang di sekitarnya kalau hal ini sampai di telinga mereka? Kondisi dirinya saat ini sungguh kontras dengan saat di awal cerita dimana ia menjadi pusat perhatian dan semua orang begitu mengagumi dirinya.

Dharsono

Berbeda jauh dengan Liani yang dalam kondisi memilukan, Darsono naik mobilnya dengan hati gembira. Sungguh puas ia hari itu karena bisa menikmati diri Liani yang sebelumnya adalah “out of touch” baginya untuk mencicipi cewek-cewek seperti tipikal Liani gini. Ditambah lagi, ia memegang kartu as yang akan menjamin cewek itu bersedia menuruti apa pun kemauannya kapan pun ia mau. Bahkan ia berpikir untuk menjadikan cewek itu sebagai sumber penghasilan dengan menjualnya kepada pria-pria yang ingin mencicipi cewek seperti Liani dan sanggup membayar mahal. Sungguh, cewek seperti itu tentu menarik banyak peminat. Ia tersenyum dan tertawa puas di dalam mobilnya.

Namun, sungguh nasib orang susah diduga. Pada saat ia membayangkan keuntungan yang bakal didapat dari pikiran jahatnya itu, ia menjadi lengah. Dalam perjalanan pulang, ia berhenti di suatu tempat dan disana ia berhasil dicegat oleh beberapa anggota geng musuhnya. Oleh karena dikeroyok, ia kalah dan dipukuli sampai babak belur. Mobilnya pun dirusak. Kacanya dipecahin dan keempat bannya dikempesin. Barang-barang miliknya yang berharga dirampas sementara yang tidak berharga dibuang ke sampah. Akhirnya, boro-boro mendapatkan keuntungan, ia malah harus dirawat di rumah sakit dan kehilangan materi dalam jumlah cukup besar. Sementara handphone itu hilang entah kemana.

Dodo

Sementara Dodo sendiri bernasib lebih naas lagi. Oleh karena perasaan bersalahnya yang besar terhadap Liani dan perasaan tak berdaya menghadapi Darsono, ia menjadi frustasi. Sebagai pelampiasannya, ia mengendarai motornya dengan sangat kencang. Malang baginya, ia terlambat mengerem dan menabrak orang yang menyeberang sampai meninggal seketika. Oleh karena takut akan perbuatannya, ia berusaha melarikan diri. Namun ia berhasil ditangkap dan dipukuli rame-rame oleh orang-orang disekitar. Selain babak belur, ia masih harus meringkuk di penjara karena terbukti bersalah melakukan tabrak lari sampai orangnya meninggal. Total waktu yang harus dilalui di penjara adalah beberapa tahun, karena vonis pertamanya ditambah beberapa kali melakukan pelanggaran di dalam penjara ( mungkin karena rasa frustasinya dengan kehidupan barunya di dalam penjara).

Demikianlah nasib yang dialami ketiga orang tersebut hari itu, yang semuanya berakhir dengan tragis.

—@@@@@@@—–

Sementara itu…

Cowok itu bagaikan disengat seratus kalajengking saat melihat isi handphone yang ada di tangannya itu. Tak disangkanya didalamnya ada foto-foto dan video bugil cewek putih dan cakep bahkan juga ada saat cewek itu sedang disetubuhi dalam berbagai posisi. Cewek itu begitu nyata dan original dan semuanya baru diambil pada hari itu juga. Ia tak habis pikir bagaimana ceritanya sampai foto dan video cewek ini bisa ada di dalam handphone Darsono.

Siapakah cowok itu? Dia bernama Rohim!
 
EPS 3 ROHIM

—@@@@@@@—–

Setelah kejadian di gudang tua itu berakhir, Darsono pulang ke rumahnya dengan senyum licik mengembang di mulutnya selama di sepanjang jalan. Karena sore itu ia telah menemukan “gua kenikmatan” sekaligus “gua tambang emas” yang bisa menjadi alat pemuas nafsu seksnya sekaligus sumber penghasilan tetapnya. Memang ia adalah seorang bajingan sejati yang tak segan-segan menghancurkan hidup orang lain demi keuntungan pribadinya. Namun, sungguh nasib tak berpihak kepadanya. Di tengah jalan secara tak terduga-duga ia dicegat oleh geng musuhnya dan dipukuli rame-rame. Ia termasuk orang yang sangat dibenci oleh musuh-musuhnya karena ia tak segan-segan menggunakan taktik kotor dan menghalalkan segala cara. Pada saat seluruh anggota geng itu sibuk memukuli Dharsono, salah seorang anggota geng itu malah memecah kaca jendela mobil Darsono. Saat itulah dilihatnya handphone yang ditaruh di bangku depan. Segera dikantunginya handphone itu sebelum ia melanjutkan aksi pengrusakannya yang segera diikuti oleh teman-temannya yang lain setelah Darsono babak belur tak bisa bergerak lagi. Demikianlah aksi pengrusakan itu berlanjut, namun si penemu handphone itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Rohim, sama sekali tak memberitahu teman-temannya mengenai handphone itu. Sehingga kini hilanglah kesempatan Dharsono melakukan niat jahatnya. Handphone itu tak pernah kembali ke tangannya dan ia malah harus dirawat di rumah sakit untuk waktu yang cukup lama. Setelah keluar dari rumah sakit ia malah menjadi agak linglung.

—@@@@@@@—–

Malam itu Rohim sibuk memencet-mencet handphone yang sore itu ditemukannya. Besok ia berniat menjual handphone itu sebagai tambahan uang saku. Oleh karena itu, sebelum dijualnya, ia memeriksa isi handphone itu untuk melihat apakah ada informasi yang penting sehubungan dengan permusuhan antar geng-nya itu. Namun apa yang ditemukannya membuatnya bagaikan disengat seratus kalajengking. Tak disangkanya disitu ada foto-foto dan video cewek putih dan cakep melakukan adegan seks dalam berbagai posisi. Cewek itu begitu nyata dan original dan semuanya baru diambil pada hari itu juga. Ia tak habis pikir bagaimana ceritanya sampai Darsono bisa mendapatkan foto dan video cewek itu. Ah, kalo sama cewek kayak gini, gua juga mau, pikirnya. Walaupun wajah cowok yang menyetubuhi cewek putih itu tak terlihat jelas, namun dari suaranya ia menduga itu adalah Dharsono bersama dengan satu orang temannya. Ia sungguh tak mempercayai apa yang dilihatnya saat itu. Kok bisa-bisanya cewek secakep dan sekelas ini mau dengan sukarela digilir oleh Darsono dan temannya? Padahal cewek ini seperti cewek baik-baik dan kelihatannya seperti anak orang kaya. Sementara Darsono adalah pentolan geng yang ugal-ugalan. Kalau mau tentu cewek ini bisa memilih cowok lain yang lebih cakep dan kaya atau setara dengannya untuk melakukan hal seperti ini. Ah, masa bodoh dengan itu, pikirnya. Kini otaknya memikirkan keuntungannya sendiri. Kalo gua bisa menemukan identitas cewek ini, gua pasti bisa menikmati cewek ini. Walaupun cewek ini kelihatannya cewek elit, tapi kalo digilir berdua oleh Darsono aja mau, kenapa nggak mau dengan gua, pikirnya. Apalagi videonya ada di tangan gua. Kapan lagi ada kesempatan sebagus ini, pikirnya. Kini ia memutuskan untuk menunda dulu menjual handphone itu sampai ia menemukan identitas cewek itu. Ia sengaja tak memberitahu anggota geng lain atau siapapun mengenai temuannya yang tak disangka-sangka itu.

Namun ia ingin menikmati dulu satu-satu foto dan video cewek itu. Harus diakui bahwa cewek ini sangat menggairahkan baginya. Tampangnya begitu polos tapi tak disangka bisa melakukan perbuatan seperti itu. Ditambah lagi kulitnya yang putih mulus dan tubuhnya yang sungguh sexy. Apalagi ia tak pernah bercinta dengan cewek yang kulitnya putih seperti dia. Hanya satu sayangnya, matanya tertutup sehingga ia tak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Setelah itu ia berusaha mencari identitas cewek itu. Ia yakin nomor cewek itu pasti tersimpan di dalam handphone itu. Namun sayang, hal itu ternyata tak semudah seperti yang dikira sebelumnya. Telah berhari-hari ia mengutak-atik handphone itu. Ia mencatat semua nama cewek yang ada di Phonebook. Kemudian melalui telepon umum, ia menelpon mereka satu-satu dan memancing-mancing mengenai kejadian di gudang hari itu. Namun hasilnya: 100% negatif. Lalu ia mengobrak-abrik isi handphone itu, dari incoming call, outgoing call, missed call, notes, dll. Tapi hasil akhirnya tetap sama: Nol besar. Memang di handphone itu sama sekali tidak ada record nomor hp Liani. Dodo lah yang tahu no hp-nya. Dan Dodo belum sempat memberikannya ke Dharsono sampai keduanya mengalami nasib tragis pada hari itu. Telah lewat beberapa hari bahkan seminggu, usahanya tak membuahkan hasil juga. Namun, ibarat pepatah, pucuk dicinta ulam tiba, tiba-tiba terkuak secuil harapan secara tak terduga-duga. Beberapa hari kemudian Pak Sarip pamannya memintanya untuk menggantikan tugasnya sebagai pesuruh sekolah di salah satu SMU favorit di kota itu. Karena ia dan istrinya ada keperluan di desanya dan harus pergi selama beberapa minggu. Sedangkan masa sekolah akan segera dimulai sehingga harus ada orang yang membersihkan kelas.

Tiba-tiba lampu terang menyala di benaknya. Dilihat dari tampangnya, cewek itu kayaknya masih anak SMU. Nah, siapa tahu cewek itu juga bersekolah disana. Paling nggak, nggak ada salahnya dicoba. Toh dengan melakukan itu, ia mendapatkan gaji. Akhirnya disetujuilah permintaan pamannya. Sekolah itu sebenarnya bukan tempat asing baginya, karena beberapa tahun sebelumnya ia pernah sekolah disana. Tapi ia tak pernah bisa mengikuti “irama” sekolah itu, baik dari segi pergaulan maupun pendidikan. Dari segi pergaulan, karena murid-murid disana kebanyakan anak orang kaya atau paling nggak dari keluarga mampu. Sementara dirinya dari keluarga yang sungguh pas-pasan. Dari segi pendidikan, karena mutu sekolah itu cukup tinggi, sementara otaknya tak mencukupi. Dan memang sebenarnya ia bisa masuk sekolah itu gara-gara mendapat fasilitas khusus sebagai keponakan Pak Sarip, pesuruh sekolah yang telah mengabdi selama puluhan tahun. Akhirnya ia menjadi orang yang “terpinggirkan” di sekolah itu. Setelah tak naik kelas dua kali, akhirnya ia harus keluar dari sana. Sehingga ia sekolah di SMU yang ditempati sekarang. Rohim sendiri saat itu kelas 3 SMU, namun umurnya sudah 21 tahun. Karena ia beberapa kali tak naik kelas. Di sekolahnya yang baru itu ia jadi pentolan gerombolan anak-anak nakal yang disegani. Memang ia adalah anak jalanan yang liar dan jago berkelahi. Penampilannya pun sangar dan rambutnya dibiarkan gondrong. Tampangnya memang termasuk amburadul. Walau begitu ia sering gonta ganti cewek dan bahkan sampai melakukan hubungan intim dengan mereka. Selama Rohim membantu di sekolah itu ia diperbolehkan tinggal di rumah tempat tinggal Pak Sarip yang terletak di dalam kompleks sekolah. Tugas sehari-harinya adalah membersihkan ruang kelas.

—@@@@@@@—–

Sejak hari pertama ia bekerja di sekolah itu, ia langsung melakukan misi rahasianya yaitu melakukan “tugas penyelidikan” sekaligus cuci mata mengawasi murid-murid cewek di sekolah itu. Harus diakui, agak sulit baginya untuk menemukannya. Karena, pertama, siswi-siswi disana banyak yang cakep-cakep dan berkulit putih. Kedua, jumlah kelas dan murid yang sangat banyak. Ketiga, ia tak tahu nama cewek itu. Seandainya tahu tentu lebih mudah mencarinya. Keempat, ia tidak seharian terus menerus di sekolah itu. Karena ia masih harus sekolah juga. Kelima, ini yang paling susah, ia tidak tahu secara persis wajah cewek itu karena sebagian besar foto dan videonya dalam keadaan matanya tertutup. Hanya sedikit saja yang matanya terbuka, di bagian-bagian akhir. Namun sudut pengambilannya tidak begitu tepat dan kameranya bergoyang-goyang saat perekaman. Justru tubuhnya lebih jelas dibanding wajahnya, termasuk bagian-bagian rahasia dari seorang gadis yang seharusnya tertutup rapat. Yang seharusnya terlihat malah nggak kelihatan, yang seharusnya nggak boleh kelihatan malah terbuka jelas. Kadang di dunia ini memang terjadi hal-hal yang aneh. Dari segi kemupengan, hal itu memang menguntungkan. Tapi untuk proses penyelidikannya ini, hal itu tak membantu sama sekali. Karena tak mungkin ia membuka pakaian siswi-siswi disana untuk memeriksa paha atau dadanya dan mencocokkannya dengan yang ada di handphone, tanpa berurusan dengan pihak yang berwajib. Satu hal yang bisa dilakukannya adalah mengamati wajah, kulit tubuh, tinggi, gemuk kurusnya, serta ukuran payudaranya. Untuk yang terakhir ini ia hanya bisa mengira-ngira. Jadilah ia kini mengamati murid-murid cewek disana dengan tampang mupeng. Tanpa terasa seminggu lebih telah lewat namun ia masih bisa belum menemukan cewek misterius itu.

Sementara itu, kerjaannya mengamati siswi-siswi disana selama ini, tak luput dari perhatian seseorang. Selain membuat risih sejumlah siswi disana karena merasa dipelototin payudaranya, perbuatannya itu tak lepas dari pengamatan Pak Rahman, guru olahraga di sekolah itu. Telah beberapa kali ia mendapati mata Rohim jelalatan ke arah murid-murid cewek, terutama yang cakep dan berkulit putih. Memang ia jadi mupeng sendiri melihat mereka. Seandainya ada satu saja diantara mereka yang bersedia melayani kebutuhan nafsunya, ia tak akan meneruskan usahanya menemukan cewek misterius tersebut yang sepertinya tidak akan membuahkan hasil. Pak Rahman adalah suami dari Bu Retno, kepala sekolah sekolah itu. Keduanya adalah orang Jawa. Umur Pak Rahman awal 40-an atau akhir 30-an. Namun karena ia rajin berolahraga, badannya cukup kekar dan masih gagah. Sebagai suami dari kepala sekolah dan sebagai seorang guru disana, ia berkepentingan untuk menjaga suasana di sekolah itu tetap aman dan kondusif dan tidak terjadi hal-hal yang tak menyenangkan. Dari sejak awal sebenarnya ia kurang suka dengan Rohim. Sehingga beberapa kali ia menyempatkan diri untuk mengawasi Rohim secara khusus. Pada suatu hari, setelah untuk kesekian kalinya ia mendapati mata Rohim jelalatan ke arah empat orang siswi yang berjalan bersama, ia mendatangi Rohim. Setelah menggiringnya ke pojok yang sepi, tanpa tedeng aling-aling ia langsung menegurnya,
” Hei! Kamu harus ingat, tugasmu disini adalah membantu. Jadi kamu jangan sampai bikin masalah disini!”
“Apa maksud Bapak? Saya nggak bikin masalah kok.”
“Kamu jangan pura-pura. Sudah beberapa kali saya lihat kamu selalu memelototin murid-murid cewek disini. Kalo kamu masih mau tetap disini, kamu harus menghentikan perbuatanmu itu.”
“Saya cuma melihat aja kok.”
“Itu bukan melihat tapi melotot. Begini, saya tak mau buang waktu lama-lama dengan kamu. Tapi ingat, kalo sampai ada siswi yang complain tentang kamu atau kamu berani berbuat kurang ajar terhadap mereka, maka kamu akan berhadapan dengan saya!” kata Pak Rahman dengan garang.

“Mengerti kamu?”
Meskipun ia sendiri jago berkelahi, namun berhadapan dengan Pak Rahman nyalinya ciut juga. Karena selain badannya yang kekar, ia tahu kalau Pak Rahman adalah jagoan karate. Juga ia kalah wibawa.
“Me-mengerti Pak.”
“Ok. Sekarang kamu boleh pergi. Tapi ingat kata-kata saya!”
Setelah mendapat peringatan itu, Rohim masih melanjutkan pencariannya, namun kini ia makin berhati-hati. Tapi sungguh sial baginya. Beberapa hari kemudian ia kembali ketangkap basah oleh Pak Rahman saat matanya jelalatan seolah menggerayangi seluruh tubuh seorang murid cewek yang cakep. Membuat cewek itu jadi risih. Sementara ia adalah anak seorang penyandang dana yayasan sekolah itu. Kali ini Pak Rahman memberi peringatan terakhir kepadanya. Sejak saat itu Rohim jadi tak berani macam-macam. Kini Rohim telah mulai pesimis. Apalagi waktunya di sekolah itu hanya seminggu lagi. Akhirnya ia memutuskan kalau sampai seminggu ia tak dapat menemukan cewek itu juga, ia akan menjual handphone itu. Karena ia tak tahu bagaimana mencari satu orang di tengah jutaan manusia. Paling tidak ia bisa mendapat uang beberapa juta dari handphone itu.

—@@@@@@@—–

Dimanakah Liani berada?

Selesai kejadian hari itu, Liani pulang ke rumahnya dengan hati dan pikiran yang terpuruk. Tak disangkanya Dodo bisa mengkhianati dirinya seperti itu. Dan kini, ada Darsono yang memegang foto-foto dan video dirinya. Ia tak bisa membayangkan kalau dirinya sampai menjadi boneka yang diperlakukan semaunya oleh Darsono. Ia tak tahu harus berbuat apa. Apakah ia harus mengadu kepada Papinya? Tak bisa dibayangkan betapa marahnya dia. Ataukah ia harus menghubungi Dodo dan memohon kepadanya untuk membantunya? Ah, kalau memang ia bersedia membantu, ia tidak akan mendiamkan saja hal itu terjadi. Dan Dodolah orang yang menyebabkan ini semua terjadi. Lalu apa gunanya minta bantuan dia? Lagipula kini ia sangat membenci orang itu!! Ataukah ia harus memohon langsung kepada Darsono untuk menghancurkan foto dan video dirinya? Tak mungkin, Darsono adalah orang yang jahat yang justru mengambil keuntungan diatas penderitaan orang lain. Bisa-bisa nanti malah ia lebih
dipermainkannya. Karena tak tahu apa yang harus dilakukan sore dan malam itu ia menangis sesenggukan di dalam kamarnya sampai akhirnya tertidur sendiri. Beruntung baginya, saat itu adalah masa liburan sekolah. Sehingga ia tak harus pergi ke sekolah dengan kondisi yang terpuruk seperti itu. Keesokan harinya, seharian hatinya deg-degan mengantisipasi adanya telpon atau sms masuk dari Darsono atau Dodo. Ia sungguh takut membayangkan dirinya diperintah Darsono untuk melayaninya kapan pun ia mau, atau lebih parah lagi, kalau ia dijual untuk melayani orang yang tak dikenalnya sebagai pelacur! Seharian itu ia menunggu dan seharian itu ia tersiksa. Menurut perkiraannya, Darsono seharusnya pasti akan segera memanfaatkan dirinya, karena ia adalah orang yang amat jahat. Namun kenyataannya, ketakutan yang diantisipasi itu tidaklah datang, paling nggak untuk hari itu.

Hari kedua juga tak terjadi apa-apa. Begitu pula hari ketiga, keempat, dst. Pikirannya mulai bertanya-tanya. Apa yang terjadi? Apakah Dodo diam-diam telah membantunya? Ataukah Darsono langsung menyebar foto dan video dirinya itu ke Internet? Ia jadi bergidik memikirkan itu. Ah, tapi tak mungkin, pikirnya. Tidak ada untungnya bagi Darsono untuk melakukan hal itu saat ini. Karena justru itulah senjata andalannya untuk memerasnya. Hal itu baru akan dilakukannya apabila ia berani menolak permintaanya. Darsono adalah orang yang selalu mengambil langkah yang paling menguntungkan dirinya tanpa peduli akan orang lain. Oleh karena itu, adalah hal yang aneh kalau sampai sekarang tidak ada tindakan apa-apa darinya. Satu-satunya kemungkinan yang dipikirkannya adalah, Dodo yang membantu dirinya. Ya, mungkin pada akhirnya ia memilih melakukan perbuatan baik terhadap dirinya. Tapi kenapa ia tak menghubunginya? Setelah mula-mula ragu, akhirnya ia menelpon Dodo. Namun ia tak dapat menghubunginya. Karena orang yang menerimanya sama sekali tak kenal dengan orang bernama Dodo. Ia sungguh heran dengan semua ini. Hari demi hari berlalu tanpa kejadian apa-apa sampai liburan sekolah berakhir. Kini pikirannya mulai lebih tenang. Karena apa yang ditakutkan sampai sekarang tak terjadi. Kini ia mencoba melupakan hal itu dan kembali ceria seperti sebelumnya. Namun di dalam hatinya tetap saja ada rasa waswas kalau tiba-tiba ada telepon dari Darsono atau orang lain. Bagaimanapun ia tidak akan bisa hidup tenang kalau tidak mengetahui apa yang terjadi sesungguhnya. Untuk itu ia berusaha mencari tahu apa yang terjadi dan yang lebih penting lagi, bagaimana caranya untuk mendapatkan handphone itu supaya foto-foto dirinya tak tersebar. Tapi bagaimana caranya? Sungguh suatu hal yang amat sulit dan tak tahu bagaimana memulainya. Tetapi ia tak putus asa, bukankah pepatah mengatakan, “Tak ada sesuatu yang mustahil apabila kita benar-benar percaya.”
Dan ternyata, nasib berpihak kepadanya karena tak lama setelah itu terjadi peristiwa yang tak terduga-duga. Namun justru peristiwa itulah yang membuka jalan sehingga harapannya itu akhirnya tercapai.

—@@@@@@@—–

Sore itu Liani menyadari kalau buku catatan kimianya tak ada di tasnya. Ah, mungkin ketinggalan di kelas, pikirnya. Keesokan harinya ia mencari Pak Sarip di tempatnya. Namun disana ia melihat ada cowok berkulit hitam yang sedang membelakangi dirinya dan sibuk melakukan sesuatu.
“Maaf Mas, Pak Saripnya ada?” tanya Liani ke cowok itu, yang tak lain adalah Rohim.
Mendengar ada suara cewek di belakangnya, Rohim langsung terkesiap kaget.
Suara itu!!!
Suara itu sungguh familiar {”Aah, loe curang pindah-pindah tempat gitu”} {”Emang kalau “atau” gimana?”}.
Lalu ia buru-buru membalikkan badannya, dan ia tertegun melihat cewek yang berdiri di depannya itu.
“Ooh, maaf kalo ngagetin,” kata Liani sambil tersenyum manis.
“Oh, nggak…. nggak apa-apa kok,” kata Rohim yang belum hilang rasa terkejutnya. Ia kelihatan terbengong-bengong. Ia seperti tersihir oleh kecantikan cewek ini yang sedang tersenyum manis kepadanya ini. Belum pernah ada cewek secantik ini tersenyum kepadanya. Namun juga pikirannya terpecah dengan menimbang-nimbang apakah betul cewek ini adalah cewek misterius yang dicarinya selama ini? Pada saat ia mulai melupakan pencariannya, tak disangka-sangka justru cewek itu yang menemukan dirinya!

Liani hanya tersenyum menyaksikan sikap Rohim yang sepertinya salah tingkah itu, sepertinya ia memakluminya.
“Pak Saripnya ada, Mas?” ulangnya lagi.
“Ooh, Pak Sarip lagi pulang ke desa. Ada yang bisa saya bantu?” katanya sambil kini ia mulai bisa menguasai diri.
“Saya mencari buku catatan kimia saya, bukunya ukuran segini dan warnanya merah muda dengan gambar Hello Kitty, mungkin tertinggal di kelas kemarin,” kata Liani menjelaskan.
“Apakah ada ditemukan buku seperti itu?”
“Setahu saya tidak ada. Tapi sebentar saya liat dulu,” kata Rohim sambil masuk ke dalam.
Di dalam rumah, ia menimbang-nimbang apakah betul cewek yang menemuinya ini adalah cewek di dalam handphone itu. Dari tampangnya sungguh ia seperti cewek baik-baik yang tak mungkin melakukan hal seperti itu. Apalagi dengan orang seperti Dharsono. Tapi suara dan gaya bicaranya sama dengan suara cewek yang ada di handphone itu. Ia telah hafal dengan suara itu karena ia telah mendengarnya mungkin ratusan kali.
Ah, kalo bener dia adalah cewek itu, hidup betul-betul sulit ditebak.
Gua susah payah mencarinya tapi ga ketemu-ketemu. Sekarang malah orangnya datang sendiri. Gua susah payah mencari berdasarkan wajah dan bentuk fisik tubuhnya. Tapi ketemunya malah dari suaranya. Memang jalan hidup kadang misterius. Seketika terbayang tubuh putih mulus dan sexy itu dalam keadaan telanjang bulat. Ehh, tapi tunggu dulu! Gue harus 100% yakin dulu sebelum bertindak. Apalagi gue udah diancam sama Pak Rahman. Kalo sampe salah sasaran, bisa mampus gua. Dari wajah, gua nggak terlalu pasti apakah ini orangnya. Tapi dari suara gua hampir 100% yakin kalo dia orangnya. Ahh, ya, kenapa ga gua rekam aja suaranya trus gua bandingin?

Lalu ia mengambil handphone itu dan mengaktifkannya untuk merekam suara setelah itu dibawanya keluar.
“Eehh, maaf saya nggak liat buku seperti itu. Mungkin terselip di tempat lain. Saya cari dulu ya. Kamu anak kelas berapa dan nama kamu siapa? Nanti kalo ketemu saya antar kesana.”
“Nama saya Liani. Saya kelas 3 IPA 1. Saya duduk di baris kedua meja ketiga,” kata Liani.
Saat itu Liani melihat handphone yang dipegang Rohim itu. Ia tertegun beberapa saat. Ia tahu handphone itu modelnya sama persis dengan yang dipake Darsono waktu itu. Seketika muncul perasaan waswas dalam dirinya, kalau-kalau Darsono akan segera menghubunginya untuk memaksanya melakukan sesuatu yang tak diinginkannya. Rohim memandang Liani yang sedang dalam keadaan ‘hang’ sejenak itu. Liani rupanya tersadar kalau pesuruh sekolah yang menggantikan Pak Sarip itu memperhatikan dirinya yang melamun sejenak. Tiba-tiba ia balik menatap ke Rohim dan berkata,”
“OK, nanti kalo sudah ketemu, tolong antarkan ke kelas ya,” kata Liani sambil melanjutkan,”Terima kasih,” lalu ia berbalik pergi.
“Tunggu dulu, apa ada tanda-tanda khusus di buku kamu?” tanya Rohim sengaja untuk menambah “data” buat analisanya ntar.
“Ada nama saya di halaman depannya,” kata Liani.
“Ok, nanti saya cari dan kalo sudah ketemu saya antar.”
“Terima kasih.”
“Oh, terima kasih sama-sama,” kata Rohim seolah ia yang mendapat pertolongan.
Lalu Liani membalikkan badan dan berjalan menjauhinya.

Rohim memandang Liani yang berjalan menjauhinya. Baju seragamnya yang rapi di dalam roknya. Pinggangnya yang ramping. Pinggulnya nampak agak menonjol dibalik rok seragamnya yang rapi. Di balik baju seragam putihnya yang tipis dan agak tembus pandang, nampak tali bra warna coklat muda melintang di horizontal di punggungnya serta di bahunya. Rambutnya yang panjang diputar-putar dan diikat dengan karet rambut sehingga nampak pendek. Tampak jelas lehernya yang putih dan anak-anak rambut yang halus yang menempati diantara leher dan kepalanya. WoW! Begitu putih dan begitu sexy, batinnya. Seperginya Liani, pikirannya masih terbayang akan dua hal dari diri Liani yang dilihatnya dari pertemuan singkat barusan: Wajah Liani yang cantik dan polos yang sedang tersenyum manis serta dadanya yang menonjol di balik baju seragam dan bra coklat muda yang sempat diliriknya. Saat ia membayangkan keduanya digabung seketika penisnya langsung mengeras.

Cut! Cut! Sekarang bukan waktunya mikirin gituan. Sekarang waktunya untuk bekerja!
Kini ia larut dalam analisa penyelidikannya. Dibandingkannya suara rekaman yang baru dibuatnya dengan yang sudah ada dan diputarnya berulang-ulang sampai benar-benar yakin. Lalu dibayangkannya wajah Liani yang barusan dilihatnya dengan yang ada di handphone itu. Hasil analisanya, bentuk bibir, hidung, dan pipinya serta raut wajahnya tidak ada yang bertentangan dengan wajah cewek yang ada di handphone itu (saat matanya ditutup). Justru yang matanya terbuka malah susah untuk dibandingkan (karena sudut pengambilannya nggak pas, posisi kamera yang bergoyang-goyang, juga pada saat itu ekspresi wajah Liani tidak seperti biasanya karena berbagai macam pikiran dan emosi berkecamuk di dalam dirinya). Sementara tubuhnya yang di dalam handphone terlihat jelas telanjang bulat itu malah tak bisa dipakai sama sekali untuk alat perbandingan, karena data yang ada tidak mencukupi. Hmm, untuk yang ini harus melalui penyelidikan yang tuntas dan menyeluruh serta eksplorasi jengkal demi jengkal dan harus memakan waktu cukup lama, pikirnya. Biarlah sisakan yang ini untuk nanti saja. Namun secara garis besar, bentuk tubuh Liani sungguh masuk akal kalau disamakan dengan cewek yang di handphone itu.. Selain itu, ia juga memperhatikan reaksi Liani yang tiba-tiba melamun saat melihat handphone di tangannya itu, sepertinya ada sesuatu yang mengganggu hatinya.

Ia menulis di secarik kertas hasil kesimpulan analisanya.

Hasil analisa:

Suara : persis (probabilitas: 100%)
Wajah : tidak ada yang menyimpang (probabilitas: 90%)

Bentuk tubuh : sesuai (probabilitas: 80%)

Catatan penting lainnya:
1. Reaksi Liani saat melihat handphone sungguh aneh. Apakah ia teringat kalau itu adalah handphone yang digunakan untuk merekam dirinya?
2. Liani sungguh cewek yang sexy dan menggairahkan!

Kesimpulan: cewek di handphone itu adalah: Liani!

Baru saat itu ia menyadari kalau pencariannya berdasarkan wajah dan tubuh, memang sukar untuk menemukan orangnya. Wajah dan tubuh itu baru bisa dipakai sebagai bukti pendukung untuk mencocokkan setelah orangnya ditemukan. Jadi selama ini ia mencari dengan cara yang salah, tak heran kalau ia tak bisa menemukannya. Namun satu hal yang masih membuatnya terheran-heran adalah, cewek itulah yang “menemukan” dirinya, bukan dirinya yang menemukan cewek itu. Kini setelah analisanya menunjukkan hasil positif, ia memikirkan cara yang aman namun ampuh untuk memancing Liani. Setelah mendapat ancaman dua kali, kini ia harus extra hati-hati. Akhirnya muncullah ide bagus yang diilhami oleh film yang pernah ditontonnya. Ia tersenyum puas dengan idenya itu. Setelah mempersiapkan segala sesuatunya, ia buru-buru menuju ke kelas Liani.. Namun, ia terlambat. Karena Liani tak ada disitu dan sebagian besar murid telah meninggalkan kelas. Ia terlalu lama dalam proses analisanya sehingga jam pulang sekolah telah lewat 5 menit. Ia mencoba mencarinya di halaman sekolah, namun tak terlihat adanya Liani disana. Memang saat itu Liani langsung pulang ke rumah dengan mengendarai mobilnya. Sungguh kecewa dirinya. Namun ia menepis keinginan untuk melihat tubuh telanjang di handphone itu. Gua nggak akan lihat itu lagi. Karena sekarang, I want to see the REAL THINGS! Apalagi sore itu ia mendapat informasi kalau cewek yang bernama Liani itu adalah cewek favorit dan siswi teladan di sekolah itu. Biarlah gua tunggu hari Senin aja, pikirnya. Malamnya, untuk menambah efek dramatis, ia pergi ke toko buku membeli buku yang mirip seperti yang dideskripsikan Liani tadi.

—@@@@@@@—–

Namun rupanya kadang untung bisa datang tanpa diduga-duga. Rohim tak perlu menunggu terlalu lama sampai hari Senin. Karena keesokan harinya, hari Sabtu pagi, ia melihat Liani datang ke sekolah dan segera bergabung dengan beberapa temannya. Rupanya hari itu ada kegiatan informal atau sekedar kumpul-kumpul karena semuanya berpakaian bebas. Seketika penis Rohim menegang saat melihat Liani. Bukan, bukan disebabkan karena pakaian Liani terlalu sexy. Malah sebaliknya pakaian yang dikenakannya hari itu termasuk konservatif atau paling tidak biasa saja untuk ukuran jaman sekarang. Liani memakai rok warna putih yang panjangnya beberapa senti diatas lutut. Sementara atasannya kaus berlengan yang bergaris-garis horizontal. Kausnya itu menempel di tubuhnya tapi tak terlalu ketat juga tak terlalu longgar. Bagian dadanya nampak menonjol dibalik bra warna biru tua (tak terlihat dari luar) dengan tali di kedua bahunya. Rambutnya digulung naik ke atas seperti hari sebelumnya, nampak seolah cewek itu berambut pendek. Ia menegang karena membayangkan meskipun cewek itu saat itu memakai pakaian yang tertutup dan sopan, namun ia mempunyai senjata untuk membuat cewek itu bersedia menanggalkan seluruh pakaiannya di hadapannya. Sungguh suatu hal yang luar biasa, melihat cewek baik-baik yang semula berpakaian tertutup dan sopan sampai akhirnya telanjang bulat tanpa mengenakan apa-apa. Apalagi mengingat perbedaan status diantara dirinya dan cewek itu. Cewek itu adalah cewek populer di sekolah itu karena memang cakep dan sexy dan dari keluarga kaya. Sementara ia adalah orang rendahan, cuma pengganti pesuruh sekolah. Tampangnya juga nggak bisa dibilang cakep. Sungguh kontras sekali perbedaan diantara keduanya. Namun ia memiliki kartu as yang bakal membuat cewek populer dan beberapa tingkat di atas kelasnya itu bakalan bertekuk lutut. Begitulah pikiran cowok. Semakin tinggi ia memandang seorang cewek, semakin puas hatinya kalau ia bisa menikmati tubuhnya.

Dengan sabar Rohim menunggu kesempatan untuk bisa memberikan sesuatu kepada Liani. Ia menunggu saat yang pas dimana tak ada orang lain di dekatnya. Ia tak perlu waktu lama. Cukup beberapa menit saja. Karena itu ia juga tak perlu terburu-buru. Apalagi saat melihat Liani pagi ini, ia merasa yakin tidak lewat hari ini semua jerih payahnya akan berujung kepada hasil yang sangat manis. Sungguh nasib Rohim betul-betul beruntung pagi itu. Mungkin dewi fortuna berpihak kepadanya karena segala usaha yang telah ia lakukan selama ini. Karena tak lama kemudian, keluarlah Liani seorang diri menuju ke kamar kecil. Rohim sengaja membiarkan cewek itu masuk ke kamar kecil. Biarlah ia menyelesaikan urusannya dulu. Tak perlu terburu-buru. Buat apa terburu-buru kalau segala sesuatunya sudah pasti ada di tangan. Begitulah sikap orang yang percaya diri. Tak perlu terburu-buru! Apakah Rohim akan menyergap Liani begitu pintu kamar mandi dibuka lalu dikuncinya dari dalam supaya ia bisa memperkosanya? Tentu tidak! Pertama, ia bukan tipe pemerkosa yang suka menggunakan kekerasan. Kedua, ia memegang kartu as jadi buat apa menggunakan kekerasan kalau segala sesuatu bisa didapatkan dengan cara halus? Ketiga, sekalipun ia ingin memperkosa dengan cara seperti itu, kemungkinan berhasilnya sangat kecil. Karena seseorang yang sedang terancam pasti akan melawan habis-habisan. Dan sekali cewek itu berteriak, habislah sudah. Lagipula, siapa tahu kalau saat ini ada orang yang diam-diam telah mengawasi tindak-tanduknya. Oleh karena itu, tak perlu terburu-buru. Toh semuanya juga sudah digariskan.

Beberapa menit kemudian, keluarlah Liani dari kamar mandi itu. Saat itu terdengar suara yang datang dari samping memanggil namanya. Suara yang tak terlalu keras namun mantap.
“Liani.”
Liani menoleh ke samping, ternyata pesuruh sekolah pengganti Pak Sarip yang ditemui kemarin itu.
“Ya, ada apa?” tanyanya heran, kenapa orang itu memanggil dirinya.
“Saya mau mengembalikan ini, buku kamu,” kata Rohim.
“Oh, itu bukan buku saya. Buku saya nggak seperti itu. Lagi pula buku itu sudah dikembalikan. Ternyata terbawa oleh teman saya,” kata Liani sambil berjalan meninggalkan Rohim.
“Tapi coba tolong pastikan dulu. Paling tidak buka halaman pertama untuk memastikan kalau ini bukan buku kamu. Maaf, ini adalah bagian dari tugas saya,” kata Rohim.
Liani sungguh yakin bahwa itu bukan bukunya. Karena bukunya secara tak sengaja terbawa oleh Cindy, teman sekelasnya, dan sudah dikembalikan. Namun kalau cuma sekedar melihat halaman pertama saja, ya nggak masalah, pikirnya.
Secara sambil lalu diambilnya buku itu dan dibukanya.
Saat dibuka, ternyata ada tulisan besar dengan spidol merah:

I KNOW WHAT YOU DID LAST MONTH!…DI GUDANG TUA ITU!

Ia tersentak kaget melihatnya. Mukanya seketika pucat pasi. “Lho, apa ini?” tanyanya dengan gemetar.
“Ah, itu khan sekedar tulisan di dalam buku ini. Kalau bukan buku kamu, mungkin milik orang lain,” kata Rohim dengan tenang sambil mengambil buku itu.
“Tunggu,” kata Liani, “Memang kamu ini siapa? Dan siapa yang menyuruh kamu?”
“Saya adalah saya sendiri,” kata Rohim seperti sengaja ingin mempermainkan cewek itu,”Tidak ada yang menyuruh saya. Dalam hal ini saya bekerja sendiri.. Walau untuk pekerjaan lain saya biasa disuruh oleh Pak Suwanto. Karena, seperti yang kamu tahu, saya ini khan pesuruh sekolah.
“Lalu apa mau kamu?” tanya Liani yang sudah mulai bisa mengendalikan dirinya.
“Hehehe, ada sih. Tapi nggak disini. Mending kamu ke tempat saya sekarang. Tahu khan tempatnya? Dan sebaiknya kamu datang sendirian. Kalau tidak, nanti bisa ada hal yang tak seharusnya diketahui orang jadi diketahui orang. Mengerti khan maksud saya?” kata Rohim.
“Kamu juga sendirian?” tanya Liani, sepertinya ia masih trauma dengan kejadian waktu itu.
“Tentu. Buat apa dibagi ke orang lain kalo semuanya bisa didapat sendiri,” kata Rohim tersenyum penuh arti.
“Tapi kamu jangan kuatir. Handphone itu aman di tangan saya, hanya saja ada harga yang mesti dibayar untuk menebusnya. Dan saya juga tidak sejahat Dharsono,” kata Rohim.
“OK, sebentar lagi saya kesana. Beri saya waktu paling lama 30 menit sampai pertemuan selesai,” kata Liani buru-buru sambil menoleh ke kiri kanan. Ia tak mau orang ini terlalu banyak bicara dan ada orang lain yang mendengarkan. Saat itu tidak ada orang lain di dekat mereka yang bisa mendengarnya.
“OK, saya tunggu,” kata Rohim sambil berjalan ke arah belakang. Sementara Liani juga berjalan kembali ke tempat pertemuannya. Apalagi saat itu ia melihat kedua temannya, Henny dan Fanny, baru muncul dari belokan dan berjalan menuju ke arahnya.

“Ada apa kok tadi gua liat lu ngobrol dengan pesuruh sekolah itu?” tanya Fanny.
“Iya, dia balikin buku gua ini,” kata Liani.
“Ooh, makanya gua heran, koq lu bisa-bisanya ngobrol sama orang itu,” kata Henny.
“Iya, apalagi gua denger dia pernah ditegur sama Pak Rahman, gara-gara ketauan suka ngeliatin cewek-cewek disini,” kata Fanny.
“Iiih, amit-amit dah,” kata Henny bergidik,” Tapi dia kaga ngapa-ngapain lu khan?”
“Ya nggak lah. Cuman ngasih buku dan ngomong bentar untuk mastiin ini buku gua. Abis itu lu datang ini.”
“Ya ok lah kalo gitu. Eh, anak-anak pada mau makan bareng trus nonton katanya. Lu bisa ikut khan?” kata Henny.
“Wah sorry deh, hari ini gua nggak bisa deh. Ada urusan penting,” kata Liani,” Ntar gua bilang juga ke anak-anak deh.”
“Idiih. Urusan penting nih yee. Jangan-jangan teman kita ini diam-diam sudah ada yang nemenin malem mingguan lagi,” kata Fanny menggodanya.
“Ngaco ah lu. Gua mesti ke tempat saudara gua lagi,” kata Liani. Ia memang tak berbohong dalam hal ini. Tetapi itu adalah untuk malam hari, bukan sekarang.

—@@@@@@@—–

Kira-kira dua puluh menit kemudian, suasana di sekolah itu menjadi sepi. Karena murid-murid tadi telah meninggalkan sekolah. Sementara Liani memastikan semua temannya telah pergi dan tidak ada orang yang melihatnya, setelah itu ia berjalan ke belakang menuju ke rumah Pak Sarip. Hatinya berdebar-debar. Entah apa yang akan terjadi setelah ini, pikirnya. Sesampai di depan pintu rumah kecil itu, tiba-tiba pintu itu terbuka. Rupanya Rohim telah siap menunggunya. Liani melihat sekeliling, memastikan tidak ada orang sama sekali. Bahkan Rohim pun juga melakukan hal yang sama, memastikan tidak ada orang sama sekali. Setelah itu masuklah Liani ke dalam rumah kecil itu. Rumah Pak Sarip memang kecil, hanya satu ruangan yang menyatu semuanya. Dan disitu terlihat sama sekali tak ada orang. Di dalam ruangan itu ada dua bangku sofa yang saling tegak lurus di depan meja kecil. Rupanya sofa itu ber-dwifungsi sebagai ranjang tempat tidur. Karena tak ada ranjang tempat tidur disitu. Mereka berdua duduk di dua bangku yang berbeda. Masing-masing duduk di bagian tengah bangku. Liani duduk sambil menyilangkan kaki kanannya diatas kaki kirinya dan menempelkan kaki kirinya di dudukan sofa. Dari sudut pandang Rohim, sebagian kecil pahanya terlihat karena roknya yang beberapa senti diatas lutut. Tak lepas juga dari perhatiannya, dadanya yang menonjol dan rambutnya yang ternyata digulung seperti yang dilihatnya kemarin. Rohim saat itu memakai kaus biasa dan celana jeans. Ia duduk dengan kedua kaki terbuka.
“OK, langsung aja,” kata Liani, “Apa yang kamu tahu sebenarnya dan kamu mau apa?”
“Sebelum kesana, perkenalkan dulu, nama gua Rohim. Gua keponakan Pak Sarip. Rasanya lu perlu tahu dulu nama gua sebelum melangkah lebih jauh ke hal yang lain,” kata Rohim seperti menyindir kejadian di gudang tua waktu itu.
“OK,” kata Liani dengan suara tenang namun mukanya agak memerah,”Sekarang silakan diteruskan.”
“Gua dapet ini,” kata Rohim mengeluarkan handphone itu dari saku celananya,”Ini handphone harganya cukup mahal tapi waktu diliat isinya, ternyata isinya jauh lebih berharga dibanding handphone-nya sendiri.”

Gaya bicara Rohim kini berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Sekarang jadi lebih berani dan tanpa sungkan-sungkan. Mungkin dipikirnya, buat apa bicara sungkan-sungkan lagi, toh sebentar lagi bakalan intim. Muka Liani jadi berubah melihat handphone di tangan Rohim itu.
“Gua bersedia menyerahkan isi dalamnya, tapi harus dengan harga yang pantas,” kata Rohim,” Dan Harga yang pantas menurut gua adalah..
“Sebentar, sebelum kesana, bagaimana handphone ini bisa jatuh di tangan lu? Apakah lu kaki tangan Darsono?”
“Bukan. Gua dapet ini karena gua rampas dari dia. Dia adalah musuh gua. Sekarang mungkin dia masih di rumah sakit.”
“Kapan lu dapet handphone itu?”
“Gua dapetnya tak lama setelah beberapa foto dan video dibikin didalamnya. Dia mengalami nasib sial bertemu dengan kita setelah sebelumnya sepertinya ia melakukan kegiatan yang sangat menguras tenaga,” kata Rohim menyindir lagi.
Muka Liani jadi memerah mendengarnya.
“Jadi lu langsung mengambilnya hari itu juga?”
“Betul,” kata Rohim.
“Lalu siapa aja yang pernah ngeliat isinya?” tanyanya dengan bergetar.
“Dalam hal ini, lu betul-betul beruntung, karena nggak ada seorang pun yang tahu kalo gua punya handphone ini.”
“Oh,” terdengar napas lega dari Liani. Sungguh ia merasa beruntung dengan semua hal ini. Sekarang ia telah siap membicarakan transaksi pokoknya.
“Tadi lu bilang bersedia menyerahkan isinya dengan harga yang pantas. Memang apa harga yang pantas itu?” tanya Liani dengan tenang.

“Gua langsung to the point aja. Sorry kalo nggak sopan. Gua akan serahin isi handphone ini ke lu sekarang asalkan lu ngasih uang 5 juta ke gua plus gua minta pelayanan khusus sama seperti yang ada di dalam sini,” kata Rohim mengangkat handphone itu. “Lu ngerti khan maksud gua,” kata Rohim sambil mengedipkan matanya,” Mengenai uang, gua yakin bagi lu itu hal kecil. Jadi kalo lu ga bawa uang segitu, lu bisa ngasih setelah ini. Tapi untuk yang “itu” gua minta pembayarannya” sekarang juga. Setelah itu baru gua kasih handphone-nya ke lu. Setelah itu, tak ada hutang piutang diantara kita. Gimana, fair khan?”
“Hah?! Mengenai uang nggak ada masalah. Tapi keterlaluan kalo lu minta “itu”,” sergah Liani,”Gua kasih dobel deh uangnya.”
“Wah, sorry, hehehehe. Ada hal-hal tertentu yang nggak bisa diukur dengan uang. Dan “itu” adalah satu contohnya,” kata Rohim.
“Yah, tapi, tapi…, mana bisa begini. Lu khan pesuruh sekolah. Masa gua mesti “begituan” sama pesuruh sekolah?”
“Memang pesuruh sekolah ga boleh pengin sama murid yang cakep kaya lu gini? Gua khan juga cowok normal, hehehe. Wajar dong kalo gua napsu sama lu yang putih bening gini,” kata Rohim sambil memajukan badannya supaya tangannya bisa menyentuh ke paha cewek itu.
“Lagian kapan lagi gua dapat kesempatan bagus kayak gini, hehehe,” kata Rohim sambil mengusap-usap paha cewek itu.
Namun bagaimana pun bagi Liani hal itu merupakan suatu penghinaan untuk melakukan hubungan intim dengan pesuruh sekolahan. Rohim sepertinya bisa membaca pikiran cewek itu. “Memang dalam satu peristiwa, ada yang merasa terhina, tapi ada yang merasa terhormat. Kalo disatuin, jadi impas khan? Hehehe. Lagian, lu mesti sadar dengan posisi lu sekarang.”

Liani menggeser posisi duduknya menjauhi Rohim sehingga pahanya kini terlepas dari rabaan tangannya, namun hal itu malah mengundang Rohim untuk berdiri dan pindah duduk di sampingnya.
“Iih, lu malu-malu deh, katanya sambil menjawil dagu Liani.
“Eh, apa-apaan ini,” protesnya.
“Sudahh, lu jangan pura-pura deh. Gua udah liat aksi-aksi lu yang hot itu. Gua juga minta lu melakukan hal yang sama sekarang. Dan gua jamin deh,” kata Rohim sambil cengengesan, “Gua nggak kalah jrengg sama si bangsat Dharsono itu. Lu bakalan suka deh. Sama-sama enak kenapa nggak mau. Yukk”
“Ehh sebentar dulu,” kata Liani menghindar dari Rohim yang berusaha menciumnya.
“Lu janji cuma sekali ini ya.”
“Iya betul, cuma sekali ini. Plus uang 5 juta.”
“OK, plus uang 5 juta. Trus abis itu lu kasih handphone itu ke gua?”
“Ya betul.”
“Lalu gimana gua tahu kalo lu benar-benar megang barang bukti yang gua mau?”
“Lu ga percaya sama gua? OK, supaya lu ga penasaran, bentar gua tunjukin,” kata Rohim bangkit dari duduknya, mengambil handphone itu dari laci dan menyerahkannya ke Liani.
“Lu boleh cek dulu kalo ga percaya.”
Liani segera memegang handphone itu dan melihatnya sebentar. Wajahnya memerah, apalagi saat ia menjalankan video yang mengeluarkan suara desahannya. Ia buru-buru mengecilkan volumenya.

“Jadi gimana sekarang? Sudah percaya?” tanya Rohim sambil tersenyum-senyum.
Liani mengangguk, tapi lalu dia berkata,” Tapi bagaimana gua tahu kalo lu nggak bikin copy-nya?”
Tiba-tiba Rohim berubah serius,” Dengar Non, walaupun gua orang rendahan, tapi gua bukan tipe pemeras. Gua ga mau nyusahin orang, karena itu gua jamin kalau yang ada disini cuma satu-satunya. Setelah semuanya selesai, ini gua kasih ke lu. Ehm, mungkin gua cuma minta sekali lagi deh, katanya jujur.
“Jadi lu mintanya sekali atau dua kali?”
“Ehmm, sekarang ini plus satu kali lagi deh,” katanya cengengesan,” Tapi nggak lebih. Gua janji itu.”
“OK,” kata Liani sambil tersenyum sementara ia masih memegang dan memencet-mencet handphone itu. Ia percaya Rohim tak akan membuat copy-nya. Karena ia tahu Rohim bukan tipe pemeras seperti Dharsono. Ia mungkin mupeng abis dengannya tapi dia nggak akan sampai melakukan perbuatan yang bakal menghancurkan hidupnya seperti Dharsono. Selain itu, ia adalah tipe orang yang seandainya mencuri pun, masih ingat dengan takarannya. Diam-diam ia merasa beruntung bahwa handphone itu jatuh ke tangan Rohim. Kalau di tangan Dharsono atau orang lain, dirinya akan lebih susah. Tiba-tiba kini dirasakannya, melakukan hubungan intim dengan pesuruh sekolah ini sekali atau dua kali untuk menebus kebebasan dari pikiran khawatir seumur hidup sepertinya bukan sesuatu yang sangat berat. Apalagi, apalagi, apalagi…hmm, cowok ini kelihaannya “perkasa” juga.

Namun bagaimana pun ia adalah seorang gadis, dan sudah dari “sononya” bagi cewek untuk mempertahankan kehormatannya. Sementara itu di dalam handphone itu terdapat foto dan video dirinya dalam keadaan bugil dan melakukan adegan seks. Tentu ia sangat berkepentingan untuk memusnahkan informasi itu. Ia sedang berpikir mencari cara untuk itu, apakah ia akan menghapus semuanya satu-satu? Ah, itu terlalu lama dan dia bisa curiga. Atau harus membanting handphone itu sampai hancur ataukah menerobos lari keluar dengan membawa handphone itu? Akan tetapi sepertinya Rohim dapat membaca pikirannya. Karena ia berkata,”Seandainya lu mencoba kabur dari sini, jangan dikira lu bisa keluar. Salah-salah malah lu gua perkosa nanti. Lagian, lu tadi nggak ngeh, begitu lu masuk, pintu keluar sudah gua gembok.”
Liani menoleh ke pintu tadi dan seketika dirinya menjadi lemas melihat ternyata memang benar ada gembok kecil dalam posisi terkunci. Untuk membukanya perlu kuncinya dan hanya Rohim yang memegang kuncinya. Sehingga kini tak ada jalan keluar sama sekali bagi dirinya.
“Hmmmm,” kata Liani menghela nafas.
“Kayaknya memang gua nggak ada pilihan lagi sekarang,” kata Liani menyerah sambil meletakkan handphone itu di meja kecil.
“Sepertinya memang begitu. I’m sorry for that,” kata Rohim dengan penuh simpatik. “
“Kalau sudah gini, tunggu apa lagi…” kata Liani lemah dan pasrah.
“Well, if you don’t mind…..” kata Rohim. Kadang kala Rohim juga tahu bagaimana bersikap sebagai seorang gentleman sejati di tengah aksinya sebagai seorang bajingan.

Namun seorang bajingan tetaplah bajingan walaupun sesekali bersikap gentleman. Karena setelah itu, tanpa sungkan-sungkan lagi segera direngkuhnya cewek yang innocent namun sungguh merangsang itu, dan diciumnya bibirnya.
“Mmmhhh.” Dilumatnya bibir cewek itu dengan penuh nafsu. Dijelajahinya seluruh bagian bibirnya.
“Mmmmhhhh.”
Sementara Liani hanya pasrah membiarkan bibirnya dilumat oleh Rohim, pengganti pesuruh sekolahnya itu namun juga bisa dikatakan penolongnya itu, tergantung dari sudut mana ngelihatnya. Matanya terpejam seolah tak ingin melihat cowok rendahan yang menciumi bibirnya itu atau mungkin agar bisa lebih menikmatinya? Entahlah. Lalu lidah Rohim dengan liar menari-nari di dalam mulut Liani dan saling beradu dengan lidah gadis itu. Sambil mereka berciuman, tangan Rohim segera meraba-raba tubuh Liani. Diraba-rabainya seluruh punggungnya yang masih tertutup rapat dan dirasakannya tali bra dibalik kausnya. Ah, sebentar lagi semua ini akan terlepas semua, batinnya. Kemudian tangannya mengalir ke kedua tangannya. Dirasakannya kulit tangan Liani yang putih mulus. Lalu ke pinggangnya, pahanya. Diraba-rabanya rok gadis itu, kemudian turun ke bawah menyentuh kulit tubuh gadis itu di bagian paha bawahnya. Sambil asyik menikmati seluruh jengkal bibir cewek itu, tangan Rohim asyik menggerayangi tubuh Liani. Tangannya yang kiri meraba-raba tubuh Liani, dari perut lalu naik ke atas sampai menyentuh payudaranya dan bergerak disekitar situ agak lama. Meraba-rabanya. Mengelus-elusnya. Yang kiri maupun yang kanan. Tangan kanannya menyusup masuk ke balik rok putihnya. Menyentuh kulit pahanya yang halus, meraba-rabainya, dari bagian bawah naik ke pangkalnya, dari bagian luar menuju ke bagian dalam. Sehingga kini tangan di balik rok itu mengelus-elus bagian dalam pangkal paha kiri dan kanan Liani. Merasakan betapa halus dan mulusnya paha itu….

Posisi Liani yang sebelumnya sedang duduk tegak tak bersandar di sandaran sofa itu, kini jadi terdorong ke belakang oleh gerakan tubuh Rohim yang cukup bernafsu itu. Sehingga kepalanya kini bersandar di sandaran sofa itu. Namun saat itu tiba-tiba Liani melakukan gerakan maju ke depan. Entah tak menyadari atau tak peduli kalau tangan kanan Rohim waktu itu sedang menempel di pangkal pahanya. Akibatnya, saat ia melakukan itu, tangan Rohim jadi menyentuh bagian vitalnya!
“Ahhhh” Liani jadi mengeluarkan seruan tertahan. Sungguh kebetulan bagi Rohim. Setelah itu, tentu tak disia-siakan olehnya. Tangan yang berada di dalam rok itu mulai menjelajahi sekitar vaginanya. Diraba-rabai celana dalam bagian bulu-bulu vaginanya. Lalu dipencet-pencetnya. Dirasakannya daerah disitu empuk-empuk. Pertanda bulu vaginanya cukup lebat. Sementara tangan yang satunya mulai meremas-remas payudaranya bergantian kiri dan kanan dengan lembut. Dari bulu vagina, tangannya berpindah ke bawah, tepat di tengah-tengah, persis di liang vaginanya!
“Ohhhh. Ohhhhhh. Ohhhhhh.”
Rohim kini berpindah menciumi leher Liani yang putih halus. Dirasakannya kulit lehernya yang halus dan mulus. Mmmmmh. Sungguh nikmat sekali menciumi leher putih itu. Apalagi rambutnya diikat keatas, sehingga nampak kelihatan rambut-rambut halus yang tumbuh di antara leher dan kepalanya itu. Liani yang semula pasif dan sepertinya agak tidak rela dirinya dinikmati oleh pesuruh sekolah itu, kini mulai bereaksi aktif. Mungkin menyadari tidak ada jalan keluar atau mungkin jadi terangsang akibat sentuhan-sentuhan Rohim. Dimajukan lagi tubuhnya ke depan. Rupanya ia ingin duduk di lantai. Kedua kakinya terbuka lebar. Lalu ia memeluk tubuh Rohim. Kemudian gilirannya menciumi bibir Rohim. Kedua tangannya memegang leher Rohim erat-erat. Sementara kedua tangan Rohim memeluk tubuh Liani erat-erat. Rohim pun membalas ciuman cewek itu. “Mmmmhh, mhhhhhhh, mmmhhhhh” mereka kini berciuman dengan hebat.

“Lu benar-benar cowok jantan!” kata Liani menatap mata Rohim sambil mengalungkan kedua tangannya di leher cowok itu,” Gua benar-benar sukaaa banget deh,” katanya sambil tersipu malu. Mendengar itu, Rohim terasa bagaikan naik ke atas awang-awang! Cowok mana yang nggak besar hati disebut cowok jantan oleh cewek cakep. Apalagi yang mengatakan itu adalah siswi favorit sekolah sementara ia adalah pesuruh sekolah! Sungguh bukan main rasanya! Sehingga kini ia jadi ingin lebih menunjukkan kejantanannya kepada Liani! Segera direngkuhnya wajah Liani yang dalam keadaan terduduk di lantai itu. Kembali diciuminya wajah ayu itu, sementara Liani juga membalas ciuman Rohim. Kedua tangannya memeluk punggung Rohim. Sampai akhirnya, bibir bertemu bibir, saling memagut menjadi satu. Mereka berciuman dengan dahsyat, jauh lebih dahysat dari sebelumnya. Liani sesekali membiarkan Rohim mendominasi dirinya, namun kadang juga melayani kebuasannya. Bagaikan layang-layang yang tahu saat menarik dan mengulur. Membuat Rohim semakin terangsang. Sungguh nikmat sekali cewek satu ini! Tampangnya begitu polos, namun sungguh mampu membuat cowok jantan (dirinya) tergila-gila dibuatnya! Dan ini masih baru tahap pemanasan!! Pada saat cewek cakep memuji cowok setinggi langit, pada saat itu sang cowok merasa di atas awang-awang. Seolah-olah ia adalah manusia yang paling penting di dunia ini bagi cewek itu. Namun di saat itu jugalah biasanya sang cowok menjadi lengah. Apabila sang cewek ingin bertindak jahat atau melakukan tipu muslihat, saat itulah yang paling tepat. Demikian pula pada saat sang cowok sedang asyik menikmati cewek cakep apalagi cewek itu dianggapnya jauh lebih tinggi dibanding dirinya dan merupakan suatu kebanggaan besar kalau bisa menikmatinya, dan sang cewek menanggapinya sedemikian rupa sambil memeluk punggungnya sampai cowok itu lupa segalanya. Seharusnya cowok itu waspada terhadap cewek itu, karena ia tak tahu apa yang dilakukan kedua tangan halus di balik punggungnya. Apabila sang cewek ingin bertindak jahat atau melakukan tipu muslihat, saat itulah yang paling tepat.

Bahkan menurut desas desus, Genghis Khan, sang penakluk yang gagah perkasa dari bangsa Mongol itu, meninggal dunia gara-gara pendarahan hebat yang dialami saat menyetubuhi seorang putri raja, yang berhasil ditawan setelah kerajaannya berhasil dikalahkan dan dihancurkan. Kalau memang betul, sungguh akhir yang tragis dari seorang yang tak terkalahkan di medan perang. Demikian pula yang terjadi saat itu. Dikala Rohim dengan penuh nafsu menciumi dan mendekap tubuh Liani, apalagi mencium aroma tubuh cewek itu yang harum, ia tidak memperhatikan kalau kedua tangan Liani sedang asyik melakukan sesuatu di balik punggungnya. Dengan cekatan kedua tangan Liani melakukan itu namun ia tidak menyadarinya sebelum semuanya terlambat. Apa yang dilakukan Liani? Tentu Liani tidak akan membunuh atau melukai cowok itu. Ia bukan tipe cewek berdarah dingin seperti itu. Lagipula sungguh tidak ada untungnya ia melakukan itu. Karena bisa saja apa yang dikatakan kepada Rohim barusan sungguh betul adanya. Kalau memang betul, tidakkah ia juga ingin merasakan bagaimana kejantanan Rohim menembus ke dalam tubuhnya… sampai tetes-tetes penghabisan? Pada saat Rohim sedang nafsu-nafsunya menciumi Liani, tiba-tiba keasyikannya itu dihentikan oleh gerakan tiba-tiba Liani yang memberontak dan mendorong Rohim sehingga terlepas dari dirinya. Membuat Rohim terkejut dengan gerakan tiba-tiba itu. Namun ia lebih terkejut lagi saat melihat apa yang ada di kedua tangan Liani. Dengan wajah polos, mata yang membesar memandang Rohim dan senyum manis di bibir yang baru saja dilumatnya habis itu, tangan kirinya memegang handphone yang sebelumnya ada di meja sementara tangan kanannya memegang memory card handphone itu, namun kini telah patah menjadi empat bagian!

“Hey! Apa yang lu lakukan!” sergah Rohim sambil merebut handphone itu dari tangan kiri Liani.
Namun tindakan itu sudah terlambat dan sungguh tak ada gunanya. Karena seluruh data foto dan video ada di dalam memory card itu! Ia sungguh marah dan kesal dengan kejadian itu. Tak disangkanya Liani yang kelihatannya penurut dan kooperatif ini ternyata diam-diam melakukan sesuatu yang merugikannya dibalik punggungnya tanpa diketahuinya. Apalagi ia menunjukkan perbuatannya itu sambil tersenyum manis kepadanya! Karena sebenarnya ia tak berniat memberikan handphone itu kepada cewek itu saat itu. Ia ingin menundanya sampai cewek itu betul-betul mau melayaninya dua kali atau mungkin tambah sekali lagi. Rohim bukannya ingin memeras Liani seperti Dharsono, namun hal itu dilakukan purely karena perasaan mupengnya kepada cewek itu. Berbeda dengan Dharsono, ia juga tidak akan memaksa Liani untuk melayaninya apabila cewek itu benar-benar tak mau. Akan tetapi selama handphone itu ada di tangannya, sedikit banyak Liani mau tak mau akan menurut kepadanya. Namun kini, ia tak bisa mengontrol Liani lagi kecuali saat sekarang itu aja. Sementara Liani sendiri bukan gadis bodoh tentu ia tak suka hidupnya dikendalikan orang lain. Selama handphone itu masih di tangan orang lain, seberapa baiknya orang itu, tetap saja ia masih tergantung olehnya. Ia tahu kalau Rohim tidak akan menyerahkan handphone itu dengan segampang itu. Sementara juga ia tidak bisa lari dari tempat itu. Oleh karena itu ia berusaha mencari jalan lain untuk menghancurkan bukti itu. Oleh karena itu tadi ia pura-pura pasrah dan menyerah supaya Rohim tidak curiga. Dan ternyata betul, Rohim sama sekali tak curiga sehingga ia tak terpikir untuk menyimpan handphone itu. Apalagi ia sudah kadung mupeng abis terhadap dirinya! Saat Rohim mulai menciuminya tadi, posisi duduknya agak jauh sehingga ia tak bisa meraih handphone itu. Oleh karena itu ia menunggu beberapa saat.

Saat pertama kali badannya maju, ia lupa kalau satu tangan Rohim berada di pangkal pahanya. Akibatnya gerakannya tertahan oleh tangan Rohim itu. Namun justru itu
membuat Rohim makin mupeng dan lupa diri. Sehingga pikiran Rohim betul-betul tercurah penuh terhadap dirinya dan sama sekali melupakan handphone di meja itu. Setelah itu ia sengaja duduk di lantai supaya tangannya bisa meraih handphone itu dengan leluasa, lalu melepas memory card-nya dan menghancurkannya di balik punggung Rohim. Sungguh suatu akal bulus yang bagus sekali. Kini terkabullah harapannya. Sekarang ia merasa bebas dari perasaan was-was yang mengganggunya selama ini. Namun sekarang ia masih harus menghadapi Rohim yang marah. Seorang yang kasar dan jujur seperti Rohim, apabila marah kadang bisa menakutkan. Demikian pula yang terjadi sekarang. Apalagi Rohim kini sadar kalau ia hanya punya kesempatan sekali ini saja untuk menikmati dirinya. Oleh karena itu tentu Rohim bertekad untuk menikmatinya sepuas mungkin. Kini Rohim bagaikan singa jantan kelaparan yang siap menerkam kijang muda yang tak bisa lari kemana-mana lagi. Dan kijang muda itu adalah dirinya! Sungguh suatu pertempuran yang tak seimbang, kalau tak boleh disebut sebagai pembantaian!
“You’re bitch!” seru Rohim. Sungguh aneh, seorang pesuruh sekolah memaki seperti itu kepada siswi favorit satu sekolah. Padahal semua teman-teman cowoknya bahkan para guru di sekolah itu pada menghormatinya. Namun itu belum seberapa. Apa yang bakal dilakukan pesuruh sekolah itu setelah ini akan membuat mereka semua jadi iri hati, sakit hati, bahkan patah hati. Seandainya saja mereka tahu, sudah pasti pesuruh sekolah kurang ajar itu akan dihajarnya ramai-ramai. Tapi apa mau dikata, ceweknya sendiri mau kok.
“Gua ngaku salah deh. Tapi gimana lagi, kalo lu nggak mau nyerahin ke gua, trus kalo nanti jatuh ke tangan Dharsono lagi gimana coba? Apa lu nggak kasihan dengan gua,” kata Liani.

Sekali lagi, sungguh aneh, cewek favorit se-sekolahan ngaku salah ke pesuruh sekolah?!
Dalam hati Rohim membenarkan juga argumen cewek itu. Ada kemungkinan untuk itu memang. Namun ia tak mau mengalah begitu saja di depan cewek ini.
“Tapi ingat janji lu. Lu masih punya “hutang” sama gua.”
“Oh, kalo itu sih, tergantung dengan hasil hari ini gimana. Kalo memuaskan, kenapa nggak? Bahkan sepuluh kali sekalipun juga siapa yang bisa menolak?”
Sungguh sulit dipercaya, omongan seperti itu bisa keluar dari mulut cewek sepolos ini.
“Hmm, kalo itu sih nggak usah kuatir,” kata Rohim,”Tapi lu jangan pura-pura bersikap manis terus berusaha menipu gua lagi ya!”
“Memang gua mau menipu apa lagi?” Memang ia berkata jujur, setelah menghancurkan bukti dirinya itu, kini tidak ada lagi yang ingin didapat dari Rohim dengan cara menipu.
“Boro-boro menipu, sekarang aja gua mau lari kemana pun juga nggak bisa,” tambahnya lagi. Memang betul sekali perkataannya itu, saat ini ia tidak bisa lari kemana pun. Namun seandainya bisa pun, mungkin juga ia tidak akan lari.
“Memang betul, lu nggak bisa lari kemana-mana. Karena sekarang ini lu harus menerima hukuman atas perbuatan lu sebelumnya!”
“Asal jangan terlalu berat aja hukumannya.”
“Mengenai itu gua nggak bisa janji deh….”
“AAAhhhhhhh,” teriak Liani karena Rohim langsung menerkamnya sampai tubuhnya terkapar di atas sofa.
Kembali diciuminya gadis itu. Kali ini diciuminya dengan nafsu menggebu-gebu. Karena sebelumnya ia setengah tertipu olehnya, kini ia membalasnya dengan menciuminya penuh nafsu. Diciuminya seluruh bagian wajahnya. Sehingga kini wajah putih Liani yang cakep itu kini habis diciuminya.
“AAhhhhhhhhhhhh,” teriak Liani sambil memukul-mukul tubuh Rohim. Namun apa daya. Tenaganya sungguh tak berarti untuk memukul tubuh kekar itu.
“AHhhhhhh……Ehhmmmmmm,” kini suaranya berubah karena bibirnya dikunci oleh Rohim. Bibir Rohim yang hitam melumat habis bibir Liani yang kemerahan itu. Sampai-sampai terdengar suara kecapan-kecapannya.

Setelah itu bibirnya beralih mengecupi lehernya yang putih mulus. Kali ini ia melakukannya dengan penuh nafsu dan menghisap kuat-kuat. Sehingga disana sini membekas kemerahan akibat kecupan-kecupan Rohim itu.
“Ahhhh….Ahhhhhhh…..AHhhhhhh”, Liani mendesah-desah merasakan nikmatnya kulit lehernya yang sensitif itu dikecup-kecup dan di sedot-sedot oleh Rohim. Sementara itu, kedua tangan Rohim masuk ke dalam baju atas Liani yang bergaris-garis itu. Kini ia mulai merasakan halusnya kulit tubuhnya. Diraba-rabanya perutnya, iganya, makin lama makin ke atas, sampai menyentuh branya. Dipegangnya dan diremas-remasnya dengan lembut. Dirasakan kekenyalannya.
“Ohhhhh, ohhhhhhhhh.”
Namun tak lama, karena tujuannya setelah itu didudukkan Liani dengan menggunakan tangannya yang berada di dalam bajunya. Lalu digerakkannya tangannya keatas. Otomatis bajunya itu ikut terangkat naik. Sampai akhirnya mentok sampai di pundaknya. Lalu diloloskannya baju atasan itu melewati pundak, leher, kepala, dan kedua tangannya sampai terlepas dari tubuhnya. Nampak bra berwarna biru tua yang menutup payudara Liani. Lalu dibukanya retsleting roknya, kemudian dipelorotkannya rok itu sampai terlepas dari tubuh Liani. Setelah itu dilepaskan kedua kaus kaki merah muda Liani. Sehingga kini ia duduk di sofa itu hanya memakai pakaian dalam saja.. Bra biru tua yang dipakainya itu begitu kontras dengan kulitnya yang putih. Nampak bagian atas belahan payudaranya yang tak tertutup oleh bra itu. Belahan itu nampak begitu sempurna membentuk celah lekukan yang sungguh menggairahkan. Celana dalamnya juga berwarna biru tua.

Pahanya yang putih mulus sungguh menggelorakan hati. Sehingga kini Rohim meraba-raba dengan kedua tangannya. Sungguh halus dan mulus sekali! Dan warnanya nampak Kontras sekali. Tangannya yang hitam meraba-raba paha cewek berkulit putih mulus itu. Diciuminya bibirnya yang indah itu. Bibir yang tersenyum dengan manis saat ia menunjukkan akibat perbuatannya yang mematahkan memory card handphone itu, kini kembali dilumat habis oleh bibir Rohim yang hitam. Seakan ia hendak memberi pelajaran kepada cewek itu. Bahwa sebelumnya ia telah berbuat kesalahan. Oleh karena itu sekarang saatnya untuk dihukum! Setelah puas dengan itu, Rohim menghentikan ciumannya. Kini tangannya meraih tali pengait bra-nya yang ada di punggung. Rupanya ia sudah tidak sabar lagi untuk segera melihat sendiri keranuman dan keindahan payudara siswi favorit itu yang telah tumbuh dengan sempurna. Tentu bukan hal yang sulit baginya melakukan ini karena ia telah cukup berpengalaman dalam hal itu. Dengan kedua tangan bergerak bersamaan, lepaslah pengait bra itu. Segera diloloskannya bra itu dari bahunya. Dan, WOW! Begitu indah payudara yang menggantung dengan bebasnya itu. Sampai Rohim pun dibuat terkesima melihatnya. Belum pernah ia menyaksikan payudara seindah payudara Liani ini. Begitu segar dan ranum. Serta padat berisi. Ukurannya sungguh pas dengan tubuhnya. Tidak terlalu besar juga tak terlalu kecil. Ukuran bra nya adalah 34C. Belahannya sungguh sempurna. Warna kulitnya yang putih membuat semakin indah. Begitu bersih. Begitu putih. Begitu mulus. Begitu menggairahkan. Namun yang
paling indah adalah kedua putingnya. Kedua putingnya mencuat di tengah-tengah gundukan gunung kembar putih itu. Warnanya kemerahan sungguh nampak segar menggairahkan. Apalagi bagi Rohim, belum pernah sebelumnya ia melihat langsung sepasang gunung kembar putih dengan putingnya yang kemerahan. Sejenak ia memandangi pemandangan indah di hadapannya itu tanpa melakukan apa-apa.. Membuat Liani, yang payudaranya terbuka dan diliatin terus begitu, menjadi tersipu malu.

Hal itu membuat Rohim semakin gemas. Namun ia tetap tak akan lupa untuk menghukum cewek ini! Namun sebelum itu, karena tanggung, segera tangannya beralih turun ke bawah, menuju ke celana dalam biru itu. Sementara Liani hanya pasrah saja, meski ia tahu sebentar lagi ia akan ditelanjangi bulat-bulat oleh pesuruh sekolah itu. Sementara mata Rohim masih jelalatan memandang ke dada Liani. Sungguh indah sekali, batinnya. Ia tak sabar ingin segera menikmatinya. Oleh karena itu ia buru-buru memelorotkan celana dalam biru itu ke bawah. Yang pertama kali terlihat tentu bulu vaginanya yang ternyata cukup lebat. Gila! Cewek ini betul-betul hebat body-nya, pikir Rohim. Ia memang paling suka cewek dengan bulu vagina lebat. Apalagi Liani yang tampangnya polos gini ternyata memiliki bulu yang lebat. Sungguh kontradiktif dan merangsang! Kemudian diloloskannya celana dalam biru tua itu. Sehingga kini Liani betul-betul tak menggunakan selembar kain pun untuk menutupi tubuhnya yang mulus dan sexy. Saat itu Rohim ingin membuka kedua kaki Liani lebar-lebar. Ia ingin melihat liang vaginanya dengan jelas sebelum menggarapnya. Namun sepertinya Liani masih malu-malu. Ia menolak membuka kakinya lebar-lebar. Malah kini ia menutup kedua kakinya dengan rapat. Membuat bulu vaginanya terkumpul di tengah-tengah. Ia tak ingin memaksa gadis itu, untuk saat ini. Kemudian ia melepas pakaiannya sendiri, baju kaus dan celana jins nya. Namun setelah itu ia meraih tangan Liani dan mendekatkannya ke celana dalamnya yang terlihat adanya tonjolan besar. Liani segera mengelus-elus tonjolan di celana dalam itu dengan kedua tangannya yang putih halus. Kemudian Rohim memberi isyarat untuk berdiri yang dipatuhinya. Kemudian kedua tangannya yang halus meraih celana dalam Rohim dan memelorotkannya ke bawah. Sehingga nampaklah penis Rohim warna hitam yang besar berdiri dengan tegak. kepala penisnya yang disunat nampak mencuat keatas.

Saat Liani melakukan itu, ia membungkukkan badannya, sehingga payudaranya mendekat ke arah Rohim. Rohim tak kuasa menahan dirinya lagi. Segera direngkuhnya sepasang gunung kembar yang menggairahkan itu dengan kedua tangannya. Di saat tangan halus Liani mengelus-elus penis Rohim yang berdiri tegak dengan perkasanya, kedua tangan hitam itu menempel di kedua gunung kembar putih yang menggairahkan itu. Kini, setelah payudara putih Liani berada dalam genggaman tangannya, Rohim merasakan sendiri kekenyalan dan kehalusannya. Sungguh padat berisi. Ia menciumi leher Liani, menghisap-hisap kulitnya yang putih. Tangannya meremas sepasang gunung kembar yang indah itu. Dirasakannya kedua putingnya yang menonjol menyentuh telapak tangannya. Sementara kedua tangan Liani juga tak kalah sibuknya. Tangan kirinya mengelus-elus buah zakar Rohim dan tangan kanannya mengocok-ngocok batang penis yang hitam besar dan mengusap-usap kepalanya yang disunat dengan jari-jarinya. Penis hitam Rohim yang menegang dengan keras dan perkasa sepenuhnya berada dalam genggaman kedua tangan Liani yang putih dan lembut. Setelah itu mereka berpelukan sambil berdiri. Kedua tangan Rohim memeluk erat punggung Liani. Membuat tubuh gadis itu menempel erat ke tubuhnya. Kulit putih menempel dengan Kulit hitam. Payudara Liani yang putih dan montok menempel di dada Rohim yang hitam dan bidang. Perut menempel dengan perut. Paha menempel dengan paha. Penis Rohim yang mengaceng ke atas menempel di bulu vagina dan perut Liani. Bulu-bulu kemaluan keduanya saling bertemu. Dan kedua tangan Liani memeluk erat pinggang Rohim. Keduanya saling berciuman bibir dengan penuh nafsu. Terutama Rohim yang menciumi cewek itu dengan buas seolah ingin melampiaskan rasa marahnya sebelumnya dengan menghisap seluruh kenikmatan yang ada pada diri cewek itu semaksimal mungkin.

Lidah bertemu dengan lidah. Perbedaan warna kulit keduanya nampak kontras sekali. Kedua tangan hitam Rohim menempel di punggung Liani yang putih mulus. Dan kedua tangan Liani yang putih halus menempel di punggung Rohim yang hitam. Setelah itu kedua tangan hitam Rohim memegang pinggul putih Liani yang menonjol itu dan meremas-remasnya. Inilah perpaduan sempurna antara yin dan yang, feminin dan maskulin, beauty and the beast, siswi teladan dan pesuruh sekolah! Kemudian Rohim melepaskan dekapannya. Penisnya menegang dengan keras. Lalu ia memegang kepala Liani dan mendorongnya ke bawah sampai Liani berlutut di depannya dan kepalanya sejajar dengan penisnya. Liani dengan wajah polosnya memandang ke Rohim. Tapi Rohim mendekatkan wajah Liani ke penisnya…Sehingga kini siswi teladan itu mau tak mau jadi menyepong penis Rohim. Dipegangnya pangkal penis itu dengan tangan kanannya. Sementara mulutnya dimaju-mundurkan mengemut penis Rohim. Rohim sungguh menikmati sepongan Liani pada batang kejantanannya itu. Hatinya puas sekali. Inilah salah satu hukumannya terhadap gadis yang telah berani menipunya itu! Apalagi sepongan Liani betul-betul nikmat rasanya. Bahkan Liani menggunakan ujung lidahnya untuk menyapu kepala penis itu yang berada di dalam mulutnya. Oleh karena terangsang, kini penis Rohim mengeluarkan lendir pre-cum-nya. Tentu saja mau tidak mau Liani harus merasakannya dan menelannya. Karena lidahnya telanjur menempel di ujung kepala penis Rohim. Sementara Rohim tak membiarkan cewek itu untuk berhenti menyepongnya sebelum dirinya betul-betul puas. Guru menghukum murid adalah hal yang biasa. Itupun, bentuk hukumannya biasanya adalah dengan menyuruhnya berdiri di depan kelas. Namun seorang pesuruh sekolah menghukum siswi favorit sekolah adalah hal yang luar biasa. Apalagi hukumannya dengan menyuruh siswi itu telanjang bulat dan berlutut untuk menyepong penisnya!

Setelah puas “menghukum” Liani dengan cara itu, kini ia meneruskan dengan hukumannya yang lain. Setelah Liani berdiri kembali, didorongnya cewek itu ke belakang sehingga tertidur di atas sofa. Bagaikan binatang buas menerkam mangsa, ia menerkam cewek itu dan menindihnya.
“AAHhhhhhhhhhh,” Liani berteriak.
Kemudian terjadilah adegan pembantaian berikutnya. Ditindihnya Liani di atas sofa itu. Diciuminya bibir Liani dengan buas dan penuh nafsu. Diciumi leher yang putih mulus itu. Dikecup-kecupnya seluruh bagian leher dan bahu putih itu. Dirasakan bau harum semerbak aroma tubuh gadis yang telanjang bulat itu. Ciuman Rohim turun ke bawah lagi, kali ini yang menjadi sasaran apa lagi kalo bukan dada Liani yang putih montok menggairahkan itu. Diciuminya dada putih yang padat menggairahkan itu. Diciumi seluruh bagian dadanya. Lidahnya bergerak menjilat-jilat lembah diantara kedua gundukan daging itu. Lalu lidahnya bergerak mengelilingi lereng gunung sebelah kanan. Lalu bergerak melingkar naik makin ke atas dan makin ke tengah. Tangan kanannya meraih dada yang satunya lagi, meraba-rabanya, mengusap-usapnya, meremas-remasnya… Liani hanya merintih-rintih perlahan tanpa perlawanan sedikitpun. Karena memang ingin melawan pun juga ia tak akan mampu karena Rohim saat itu bagaikan orang kelaparan menikmati hidangan yang amat lezat. Tapi mungkin memang ia juga tidak ingin melawan.Akhirnya sampailah lidahnya di puncak gunung putih itu. Dijilatinya puting kemerahan yang segar dan sangat menggairahkannya itu. Ujung lidahnya melingkar-lingkar mengelilingi puting kemerahan yang mencuat menonjol itu.
“Ahhhh, ahhhhhh,” Liani tak kuasa menahan dirinya karena itu memang adalah titik sensitif baginya apalagi saat lidah Rohim menerabas putingnya berkali-kali baik horizontal maupun vertikal dan menyentuh-nyentuhkan ujung lidahnya di bagian atas dari putingnya. Inilah titik paling sensitif dari payudaranya!

“Ahhh, ahhhh, ahhhhh, ahhhh, ahhhh, ahhhhh…………”
Sementara itu jari-jari tangannya yang memegang dada kiri juga tak tinggal diam untuk dimainkannya di putingnya. Jarinya menggerak-gerakkan puting yang sensitif itu. Sambil sesekali menempel-nempelkan ujung kelingkingnya di bagian atas putingnya.
Liani mulai “naik” dibuatnya. Kini ia bersikap semakin pasrah saja membiarkan Rohim melakukan semaunya terhadap dirinya. Dan sekarang mulutnya mengemut dan menghisap-hisap puting kemerahan itu.
“Ahhhhh, ahhhhh, ahhhhhh, ………”
Liani tak tahan untuk tidak mendesah-desah saat putingnya yang sangat sensitif itu diemut oleh Rohim. Dirasakan kehangatannya saat payudaranya disedot-sedot di dalam mulut Rohim. Ditambah rasa geli-geli enak saat lidah Rohim dimainkan di putingnya. Apalagi saat putingnya digigit-gigit kecil!
“Oohhhh, ohhhhhhh, ohhhhhh, ohhhhhh, ohhhhhhhhh…….”
Rohim sendiri juga menikmati saat melakukan itu. Baru kali ini ia bisa memainkan payudara sedemikian indah dan putih apalagi putingnya yang kemerahan sungguh menggairahkan. Oleh karena itu mulut dan lidahnya bermain-main agak lama di sana, lidahnya dengan buas menjilat-jilat dan menggerak-gerakkan puting yang sungguh menggelorakan hatinya itu. Apalagi saat mendengar Liani mulai mendesah-desah dan merasakan reaksi tubuh cewek itu yang menegang pertanda cewek itu juga terangsang oleh perbuatannya. Sungguh puas hatinya saat itu ia bisa menikmati payudara sedemikian indah milik gadis muda yang menjadi siswi favorit di sekolah itu dimana ia bekerja sebagai pesuruh sekolah..Setelah itu, diulangi lagi semua itu dengan berganti posisi. Kali ini mulut dan lidahnya mempermainkan dada sebelah kiri dan tangan serta jarinya menggarap dada kanan cewek itu.

Setelah puas memainkan dan menikmati payudara, kini mulut Rohim bergeser ke bawah. Diciumi dan dikecupi bagian perut, pinggang, samping tubuh, paha, dan selangkangan cewek itu. Lalu tangannya digunakannya untuk meraba-raba dan mengusap-usap bulu-bulu vaginanya yang lebat. Jari-jarinya meraba-raba dan dibenam-benamkan di tengah-tengah bulu vaginanya yang empuk. Sungguh membanggakan hati bisa melihat langsung bulu-bulu vagina cewek cakep yang ternyata sungguh lebat itu. Apalagi kalau bisa meraba-rabanya! Lalu tangannya turun ke bawah mengelilingi bagian pribadinya itu. Digesek-gesekkan jarinya di pangkal paha Liani dan juga di liang vaginanya. Setelah itu dibentangkannya kedua kaki Liani lebar-lebar supaya ia bisa melihat dengan jelas bentuk vaginanya. Dan kali ini cewek itu tidak menolak sama sekali. Mula-mula dijilat-jilatnya bagian pangkal paha dan daerah sekeliling vaginanya. Ini saja sudah cukup membuat Liani mulai menggeliat kegelian. Lalu Rohim mulai menjilat-jilati mengelilingi vaginanya sambil sesekali menerabasnya kiri kanan dan menjilati secara bertikal mengikuti lipatan liang vaginanya.
“Oohhhh, ohhhhhhh, ohhhhhh, o0hhhhhh, oohhhhhhhhh…….”
Kini Rohim mulai merasakan adanya lendir pada lidahnya. Tak puas dengan itu, dibukanya lipatan liang vagina Liani dengan jari-jarinya. Bagian dalam vaginanya berwarna kemerahan. Lalu dimasukkan lidahnya disitu dan dijilat-jilatnya bagian yang super sensitif itu.
“Ooohhhh, ooohhhhhhh, oohhhhhh, o0hhhhhh, oohhhhhhhhh…….”
Tak lama kemudian vaginanya menjadi basah berlendir.

Dibentangkannya lipatan vagina bagian atasnya, sampai kelihatan klitorisnya yang seperti biji kacang berwarna merah. Dan dijilat-jilatnya…Tanpa dicegah lagi Liani langsung mendesah-desah sambil tubuhnya menggeliat-geliat.
“Oooh!” “Oooh!” “Oooh!” “Oooh!” “Oooh!”
Tangannya memegang rambut Rohim, sementara kedua pahanya menjepit kepalanya.. Seolah tak ingin cowok itu menghentikan kegiatannya itu. Akibatnya sekarang jadi makin basah saja…***panya ia menyukai juga kebuasan Rohim menikmati dirinya. Mungkinkah ia tadi sengaja membuat Rohim marah supaya membuat cowok liar itu jadi semakin buas menggarap dirinya? Setelah merasa cukup merangsang cewek itu, dihentikannya aksinya itu. Kini giliran penisnya yang minta bagian, pingin memakan korban cewek putih cakep itu. Didekatkan penis hitamnya yang menegang keras itu di depan liang vagina cewek putih itu. Lalu dengan gerakan mendorong ke depan,
“Shleeb” “Ahhhh!”
“Shleeb” “Ahhhh!”
Masuklah penis itu seluruhnya ke dalam vagina Liani. Lalu,
“Shleeb” “Shleeb” “Shleeb” “Shleeb” “Shleeb” “Shleeb”
Dimaju-mundurkan penisnya di dalam vagina Liani. Dirasakannya vaginanya yang sempit menjepit penisnya membuatnya merasakan kenikmatan yang luar biasa. Apalagi mengingat cewek yang disetubuhinya ini bukanlah cewek sembarangan.
“Ahhhh!” “Ahhhh!” “Ahhhh!” “Ahhhh!” “Ahhhh!” “Ahhhh!” “Ahhhh!”
Wajah cakep Liani langsung mengeluarkan suara mendesah-desah begitu penis Rohim menghunjam-hunjam di dalam vaginanya. Seluruh tubuhnya bergoyang-goyang dibuatnya. Terutama payudaranya yang terguncang-guncang dan berputar-putar.

Mendengar desahan Liani itu, Rohim makin bersemangat mengocok penisnya di dalam vagina cewek itu. Ia sungguh puas menyaksikan cewek yang tadi secara diam-diam berani menipunya itu kini tak berkutik dibuatnya. Malah kini jadi mendesah-desah tak karuan. Itulah akibat dari perbuatannya yang menipunya tadi. Kini ia harus menjalani hukuman dengan cara disetubuhi! Melihat payudara ranum yang bergerak-gerak itu seolah menantang dirinya, Rohim tak tahan untuk tidak merengkuh keduanya dengan tangannya. Begitu berada dalam genggamannya, payudara yang penuh dan hangat itu segera diremas-remasnya.
“Ahhhh!” “Ahhhh!” “Ahhhh!” “Ahhhh!” “Ahhhh!” “Ahhhh!” “Ahhhh!”
Setelah itu dikeluarkannya penisnya. Posisi Liani sedikit diubahnya dengan dibentangkannya kaki kirinya dan dinaikkan di atas sandaran sofa, dan kemudian…kembali disodok-sodoknya vagina cewek itu dengan penisnya yang masih perkasa. Setelah itu dimiringkannya tubuh Liani yang tidur di atas sofa. Lalu ia tidur di sebelahnya menempel ke tubuh gadis itu. Diciuminya punggung yang putih mulus itu. Mulai dari leher, yang karena rambutnya digulung dan diikat ke atas, jadi nampak jelas kulitnya yang putih, lalu turun ke bahu, punggung, pinggang, dan pinggulnya. Dijelajahinya seluruh jengkal tubuh gadis itu seolah tak ada yang terlewat. Ditempelkannya penisnya yang hitam di antara kedua pinggul Liani yang putih. Lalu disusupkan tangannya yang hitam di tengah-tengah kedua paha Liani yang putih mulus. Kini tangannya kembali memainkan vagina Liani dan meraba-raba bulu-bulu vaginanya. Setelah itu, diangkatnya satu kakinya ke atas. Sehingga kini ada celah untuk masuk ke vaginanya. Kemudian disusupkan penisnya di antara kedua kakinya, dan…..
“Ahhhh!” “Ahhhh!” “Ahhhh!” “Ahhhh!” “Ahhhh!” “Ahhhh!” “Ahhhh!”
Lagi-lagi disetubuhinya Liani dalam posisi miring begitu. Sementara satu tangannya memegang bagian depan tubuh Liani. Tentu bagian yang paling banyak diusapnya adalah payudaranya. Dimainkan dan diremas-remasnya payudara putih ranum milik gadis itu. Diciuminya dan dijilatinya tengkuk putih gadis itu dan bagian belakang telinganya! Dan diciumnya harum tubuh Liani yang aromanya semakin kuat itu. Rohim sungguh nggak mau rugi dalam menikmati diri Liani saat itu.
Betul-betul dinikmatinya seluruh bagian tubuh gadis itu semaksimal mungkin.

Liani sendiri nampak begitu menikmati disetubuhi dalam posisi begitu. Apalagi miring begitu, sensasinya sungguh berbeda. Sementara tangan hitam Rohim yang terus menerus merangsang payudaranya. Dan ciuman lidah Rohim yang menggelitik tengkuk dan bagian belakang telinganya! Apalagi tubuhnya menempel di tubuhnya sendiri mendekap dirinya. Membuat dirinya bisa mencium aroma kejantanan yang keluar dari tubuh Rohim. Apalagi dari tadi penisnya tak henti-hentinya menghantam-hantam di dalam tubuhnya. Betul-betul jantan dan perkasa! Kini, seiring dengan bersatunya kedua tubuh yang berlainan jenis itu, bercampur pula aroma tubuh maskulin Rohim dengan aroma tubuh feminin Liani. Pada saat itulah,
“Ooooohhhhhhhhhhhhhhhhhh” “Oooooooooohhhhhhhhhhhh” “Oooooooooohhhhhhhhhhhhhh”
Sementara Rohim sibuk menghunjam-hunjam penisnya di dalam tubuh Liani untuk melampiaskan seluruh nafsunya terhadap cewek ini, saat itulah Liani mengalami orgasme. Akhirnya, setelah dihunjam-hunjam begini terus menerus, sampailah titik dimana ia tidak dapat menahan lagi. Dan pada saat itu, bagaikan air bah yang dahsyat menerjang, langsung bobollah tanggul itu dan airnya meluap hebat.
“Aaaaahhhhhhhhhhhhh aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh”
Sungguh saat itu Liani merasakan kenikmatan yang luar biasa! Kali ini keperkasaan Rohim betul-betul membuatnya bertekuk lutut! Namun Rohim terus meneruskan aksinya karena ia masih jauh dari selesai. Ia masih belum puas menikmati gadis itu, yang sungguh menggairahkan dan merangsang sekaligus menggemaskan dirinya itu. Sengaja ia tidak cepat-cepat mengubah posisi, untuk membiarkan Liani menikmati orgasmenya dan menenangkan dirinya. (Memang seperti dikatakan diatas, kadang ia bisa bersikap sebagai gentleman sejati di tengah aksi bajingannya)..

Setelah Liani mulai tenang, ia kembali melanjutkan aksinya. Mereka berganti posisi lagi. Kini Liani dalam posisi menungging. Dan Rohim menyodok vagina gadis itu dengan penisnya dari belakang. Posisi doggy style! Dalam posisi ini Rohim kembali menghunjam-hunjam penisnya di dalam tubuh Liani, menghentak-hentak tubuhnya dengan kuat. Posisi inilah yang paling kuat hentakannya terhadap tubuh Liani. Seluruh tubuhnya bergetar-getar. Payudaranya mengguncang-guncang dibuatnya. Sampai-sampai sofa itu juga ikut bergetar-getar. Kedua tangan Rohim dengan sigap menyangga payudara itu, menggoyang-goyang, meremas-remas, dan menepuk-nepuknya. Dan pada posisi inilah Rohim merasakan kebanggaan paling besar dimana kejantanannya mengoyak-ngoyak tubuh ramping Liani. Kini keduanya dalam posisi berdiri. Tubuh Rohim menempel di belakang tubuh Liani. Sementara ia menciumi tengkuk Liani, kedua tangannya meraba-raba payudara dan vagina Liani. Di tengah-tengah aksinya itu, Rohim membuka pengikat yang mengikat rambut Liani ke atas. Sehingga, tersibaklah rambut Liani terurai bebas ke bawah. Sehingga kini kepala Rohim berada di tengah-tengah rambut Liani yang terurai bebas. Hmm, betapa harum rambutnya. Segera diciuminya rambutnya. Kemudian ia membalik tubuh Liani. Kini nampak Liani dengan rambut panjangnya yang terurai bebas. Sebagian menutupi dadanya terutama bagian atasnya. Wajahnya sedikit berbeda dengan rambutnya yang terurai begini. Namun tak kalah cantik dan menggairahkan. Apalagi ia dalam keadaan telanjang bulat! Segera Rohim ingin mencicipi bagaiman rasa Liani yang berambut panjang ini. Untuk itu didekatkan penisnya di depan tubuh Liani. Dibentangkan sedikit salah satu kaki Liani. Dan, ooohhhh!, dimasukkannya penisnya ke dalam liang vagina Liani dalam keadaan berdiri begitu! Dan disodok-sodoknya!
“Ooohhhh, oooohhhh, oooohhhhhhh.”
Sungguh nikmat sekali rasanya baik bagi Rohim maupun Liani.

Kembali mereka beraksi di sofa. Kali ini Rohim tiduran telentang di sofa itu. Sementara Liani duduk diatas tubuh Rohim. Tentu tak hanya sekedar duduk, namun dengan memasukkan penis Rohim yang menegang ke atas ke dalam vaginanya. Kini giliran Liani yang “berolahraga”. Cowgirl position! Kali ini Liani dengan aktif menaik turunkan tubuhnya. Seluruh tubuhnya bergerak-gerak. Rambutnya juga. Apalagi payudara yang tergantung bebas itu, juga bergerak naik turun seiring dengan irama gerakan tubuhnya.
“Ooohhh, ohhhhhh, ohhhhhh, ohhhhhh.”
Kini ia mulai “menanjak” lagi, sehabis orgasme tadi. Sementara itu Rohim juga menikmati gerakan-gerakan tubuh Liani itu yang membuat penisnya terjepit di dalam vagina Liani dan dikocok-kocok. Sambil sesekali ia meremas-remas payudara ranum di depannya itu. Setelah itu ganti posisi lagi, Reverse Cowgirl! Kembali Liani menggoyang-goyang tubuhnya dalam posisi ini. Sungguh nikmat sekali baginya karena ia bisa mengatur irama goyangannya sesuai dengan yang diinginkannya. Sementara sensasinya berbeda dengan posisi sebelumnya. Kali ini giliran Liani kembali telentang di sofa itu. Kedua kakinya ditekuk ke atas. Lalu, penis hitam besar itu kembali masuk menembus vaginanya yang terbuka bebas.

“Shleeeb, shleeeb, shleeeb.”
Kali ini Rohim menyodok-nyodok penisnya sambil memegangi kedua kaki Liani. Ia mengubah-ubah irama gerakan penisnya, kadang cepat, kadang lambat. Namun setelah itu ia melakukannya dengan irama konstan, sambil menjilati payudara Liani terutama bagian putingnya. Jadilah Rohim dari tadi sibuk “membolak balik” tubuh gadis ini dan menikmatinya dari berbagai sudut. Memang ia seolah ingin menghisap seluruh saripati kenikmatan yang ada pada diri gadis itu.

Karena disodok-sodok terus begini dalam waktu cukup lama apalagi payudaranya juga ikut dirangsang oleh cowok itu, lama-lama Liani jadi nggak tahan juga. Akibatnya kini tubuh Liani jadi menggelinjang-gelinjang akibat penis Rohim yang terus mengocok-ngocok vaginanya. Sampai akhirnya ia mendapatkan orgasmenya yang kedua. Tak lama setelah Liani mengalami orgasme kedua, Rohim juga sudah ingin segera melampiaskan seluruh nafsunya yang tertahan kepada gadis ini. Untuk itu, ia akan memberikan hukuman yang terakhir kepada Liani hari itu. Kini Rohim mencabut penisnya. Lalu ia berdiri. Sementara Liani yang telanjang bulat duduk di depannya. Kemudian Liani segera mengulum penis Rohim yang basah mengkilap itu. Disepongnya penis itu di dalam mulut cewek bertampang innocent itu. Kepalanya mengangguk-angguk saat menyepong penis hitam di dalam mulutnya itu. Sementara kedua tangan Rohim memegang di kiri kanan kepala Liani. Dan di dalam mulutnya, Liani menggunakan lidahnya untuk menjelajahi seluruh bagian kepala dan leher penis yang disunat itu. Bagian-bagian yang sangat peka rangsangan. Kemudian Rohim mengeluarkan penisnya dari mulut Liani dan kini tangan Liani yang mungil mengocok-ngocoknya di depan wajahnya! Sampai akhirnya, croot, croot, croottt! Muncratlah sperma dari penis Rohim dengan kuat ke wajah Liani. Sampai-sampai ada pula yang mendarat di rambutnya. Sehingga wajah yang cakep innocent itu jadi belepotan karena sperma. Sementara Liani malah mengulum penis Rohim, sepertinya ia sungsung-sungguh ingin menghisap seluruh cairan dari penisnya sampai tetesan terakhir. Setelah penis itu mengecil dan melemas, baru ia melepaskan dari mulutnya. Sperma yang sebelumnya mendarat di wajah dan rambutnya itu, kini mengalir turun ke dagu, leher, dan dada. Ada yang turun bagaikan sungai mengalir, ada pula yang langsung “loncat” dari dagu ke payudaranya. Ada pula yang masih “menggantung” di dagunya. Sehingga kini wajah, bagian atas tubuh, dan jari-jari tangan kanannya jadi belepotan oleh sperma Rohim. Rohim sungguh puas akhirnya bisa menikmati Liani secara total hari itu. Dan itulah hukuman dari seorang pesuruh sekolah terhadap siswi favorit.
Bagi Liani, itulah tebusan yang harus dibayar untuk membebaskan dirinya. Sambil mendapatkan kenikmatan yang luar biasa.

—@@@@@@@—–

“Lu kalo mau membersihkan badan, bisa pake kamar mandi itu. Ada handuk juga disana,” kata Rohim.
“OK,” kata Liani. Ya, memang saat itu ia perlu membersihkan diri. Wajahnya belepotan penuh sperma Rohim. Rambutnya pun juga tak luput dari semprotan sperma Rohim. Leher, dada, serta perutnya juga basah karena sperma di wajahnya sebagian mengalir ke bawah. Selain itu ia juga harus membersihkan bagian pribadinya. Saat itu ia berjalan ingin mengambil seluruh pakaiannya yang berserakan di lantai. Namun Rohim berkata,”Lu kesana nggak usah bawa pakaian.”
“Nggak apa-apa, gua bawa aja sekalian.”
“Nggak usah.”
“Memang kenapa sih nggak boleh?”
“Soalnya tempatnya nggak cukup. Ntar pakaian lu jadi basah semua. Lagian, gua juga masih pengin lihat lu telanjang abis ini.”
“Dasar lu.”
Tak lama kemudian keluarlah Liani dengan badan bersih dan segar dengan handuk melilit di tubuhnya. Pakaiannya yang tadi berserakan telah dikumpulkan dan ditaruh di meja kecil.
“Nah kalo gini khan asyik pemandangannya,” kata Rohim yang sedang tiduran santai di sofa matanya memandang ke arah Liani yang melepas handuk di tubuhnya itu.
“Iih, sialan lu,” kata Liani mukanya memerah melihat cowok itu memandangi dengan serius tubuhnya yang telanjang bulat. Buru-buru ia memakai pakaiannya satu persatu. Tak lama kemudian gantian Rohim yang ke kamar mandi.

Setelah keduanya berpakaian rapi kembali,
“Gimana, meski gua pesuruh sekolah, not bad juga khan buat siswi favorit,” kata Rohim.
“Ah, sialan lu,” Liani mukanya memerah.
“Omong-omong,” kata Rohim,” Gua masih nggak habis pikir. Gua susah payah nyari lu nggak bisa ketemu, eh malah akhirnya lu yang nyamperin gua.”
“Iya ya. Padahal buku gua itu nggak ketinggalan di kelas seperti yang gua kira. Jadi seharusnya gua nggak perlu ketemu lu waktu itu.”
“Mungkin karena motivasi gua lebih gede untuk menemukan handphone itu dibanding motivasi lu untuk menemukan gua,” kata Liani mengajukan pendapatnya.
“Bukan gitu,” kata Rohim,” Tapi karena motivasi lu lebih gede untuk bercinta dengan gua.”
“Iiih,” kata Liani sambil mencubit Rohim.
“Jadi ini gua bawa ya,” kata Liani mengambil potongan-potongan memory card dan handphone itu. Ia tak mau mengambil resiko. Ia berniat membakar semuanya itu.
“OK, nggak masalah,” kata Rohim. Handphone itu kini sama sekali tak berguna baginya. Bahkan seandainya memory-nya tidak rusak pun.
“Jangan lupa janji lu ya. Lu masih ada utang satu sama gua.”
“Kalo gua nggak ingat gimana,” kata Liani menggodanya.
“Jadilah gua kena tipu cewek cakep. Tapi gua nggak takut soalnya nanti cewek cakepnya itu yang bakal nyari gua.”
“Ih, enak aja. Siapa bilang.”
Namun akhirnya Liani memberikan juga nomor handphone-nya kepada cowok itu, disamping menyerahkan 5 juta sebagai bagian dari transaksi mereka.

Setelah itu Liani keluar dari sekolah yang sunyi senyap itu. Sesampainya di rumah, dibakarnya handphone itu di pekarangan belakang rumah. Sejak saat itu, legalah hatinya karena terlepas dari beban pikiran yang sebulan terakhir ini terus menghantuinya. Kejadian dengan Dharsono waktu itu adalah lembaran hitam di dalam hidupnya. Dengan dibakarnya handphone itu, maka ikut terbakarlah lembaran hitam itu. Sehingga kini ia benar-benar kembali menjadi Liani yang sebelumnya…plus pengalaman dan jam terbang yang bertambah tentunya. Sementara itu Liani dan Rohim masih melanjutkan pertemuannya. Rohim yang sebelumnya meminta cuma sekali, lalu diralatnya menjadi dua kali, pada akhirnya meminta berkali-kali. Sebagian besar permintaan itu diluluskan oleh Liani, kecuali kalau ia memang berhalangan atau betul-betul tidak mood. Sebenarnya saat itu Rohim sedang menjalin hubungan cukup serius dengan cewek sekelasnya yang bernama Ratih. Pada mulanya ia tidak ingin mengkhianati kekasihnya itu. Tapi godaan untuk menikmati diri Liani sungguh besar. Apalagi saat itu adalah kesempatan bagus untuk bisa bercinta dengan cewek sekelas Liani. Kapan lagi ia mendapat kesempatan sebagus ini. Memang janji setia cowok susah dipegang kalau udah berhubungan dengan nafsu birahi terhadap cewek lain. Setelah satu kali, ia tak dapat menahan diri untuk tidak melakukannya lagi, lagi, dan lagi. Sehingga kini meski ia tetap menjalin hubungan cintanya dengan Ratih namun sesekali ia juga melakukan hubungan “pertemanan plus plus plus” dengan Liani. Hal itu berlangsung terus sampai Liani lulus SMU. Karena setelah itu Liani melanjutkan kuliahnya di kota lain. Setelah itu pun kadang keduanya masih berhubungan lewat email melanjutkan pertemanannya (tentu tanpa plus plus plus). Setelah lulus SMU, Rohim melanjutkan sekolahnya dengan masuk ke akademi kepolisian. Setelah lulus, ia menjalin profesi sebagai detektif polisi khusus bagian penyelidikan masalah-masalah kriminal. Beberapa tahun kemudian, Rohim melangsungkan pernikahannya dengan Ratih.

Lalu bagaimana dengan jalan kehidupan Liani selanjutnya?
 
EPS 4

Pada suatu hari di salah satu SMU swasta terkenal di kota S….

Pukul 14.10…

Saat itu kegiatan belajar mengajar murid siang sedang berlangsung. Sementara murid pagi telah pada meninggalkan sekolah.

Namun ternyata ada seorang siswi pagi yang masih berada di lingkungan sekolah. Ia berjalan menuju ke bagian belakang sekolah. Ia sebenarnya mengenakan seragam putih abu-abu biasa. Namun apabila diperhatikan dengan jeli, baju seragam yang sekarang dipakainya nampak baru; tidak sama dengan yang dipakainya pagi tadi. Bahkan bra yang dikenakan dibalik baju seragamnya pun juga beda. Selain modelnya, warnanya pun juga beda. Pagi tadi ia mengenakan bra warna coklat, sekarang biru tua. Wajahnya segar seperti baru mandi kurang dari sejam yang lalu dan ujung rambutnya pun sebagian masih rada basah. Tak jelas apa keperluan cewek ini datang balik ke sekolah siang-siang gini. Padahal sebelumnya ia telah meninggalkan sekolah seusai pelajaran terakhir selesai pukul 12.30.

Siswi itu berjalan menuju ke arah belakang sekolah. Bisa jadi ia balik ke sekolah dari rumahnya karena ada barangnya yang cukup berharga yang ketinggalan (handphone, misalnya). Dan sepertinya barangnya itu ketinggalan di kantin karena kini ia berjalan menuju kesana.

Saat siswi itu berjalan tak jauh dari kantin, muncullah seorang siswa yang juga memakai seragam SMU dari dalam kantin. Namun dari emblem di baju seragamnya serta penampilannya, ia bukanlah murid SMU itu. Cowok itu berambut keriting dan gondrong. Tampangnya liar. Dua kancing atas bajunya terbuka. Bajunya diluar celana panjangnya. Umurnya nampak terlalu dewasa untuk anak SMU, yang kelas 3 sekalipun. Seandainya tidak memakai seragam SMU, penampilannya lebih mirip anak berandalan atau preman. Kulitnya coklat kehitaman seperti terlalu sering berjemur di matahari.

Saat melihatnya, cowok itu menatap lekat-lekat siswi itu dengan pandangan kurang ajar dari ujung rambut sampai ujung kaki seperti seolah ingin menelanjanginya. Lalu ia bersuit-suit dengan matanya masih jelalatan ke arah siswi itu.
“Suitt….Suiiitttt”

Siswi itu menoleh ke arah cowok itu. Mungkin ia heran dengan tingkah laku cowok itu. Sepertinya ia tak sadar kalau ia mempunyai daya tarik seksual yang tinggi yang selalu menarik perhatian cowok. Karena memang cewek ini luar biasa cakep. Walau saat itu ia tidak memakai make-up. Dan cakepnya tipe innocent yang menunjukkan kalau ia adalah cewek baik-baik. Rambutnya panjangnya kira-kira di pertengahan antara bahu dan sikunya. Rambutnya agak berombak dan dicat agak kecoklatan. Kulitnya putih. Wajahnya oriental dan tak kalah menarik dibanding bintang film Korea atau Mandarin.

Gayanya pun elegan. Kelihatan kalau ia berasal dari keluarga yang cukup berada. Memang ia mengendarai mobil sendiri ke sekolah.

Bodi tubuhnya proporsional. Bentuk tubuhnya juga oke. Meski wajahnya innocent, namun sepertinya ia tahu bagaimana cara berdandan dan berpakaian untuk membuat mupeng cowok tua maupun muda. Bahkan disaat memakai seragam pun, ia mampu menampilkan daya tarik kewanitaannya. Baju seragam yang dipakainya sungguh pas dengan bentuk tubuhnya. Pinggangnya kelihatan ramping. Rok abu-abunya panjangnya beberapa senti di atas lutut. Roknya tak terlalu ketat namun cukup untuk memperlihatkan bentuk pantatnya yang cukup berisi. Baju seragam putihnya berada di dalam roknya dan tertata dengan rapi. Bahannya terbuat dari kain halus yang mengikuti bentuk tubuhnya sehingga bagian dadanya nampak menonjol. Baju seragam putihnya tak terlalu tipis, tapi cukup untuk membuat bra di baliknya terlihat terutama karena warnanya yang biru tua. Memang kadang ia suka memakai bra warna gelap yang begitu kontras dengan baju seragam dan kulitnya yang putih. Dan saat ini pun ia memakai model bra yang tanpa tali di bahunya sehingga membuatnya nampak semakin sexy.

Tak heran kalau cowok liar itu menjadi nafsu melihat cewek ini. Apalagi ia sedang berjalan sendirian dan suasana sekolah saat itu sepi banget. Karena memang cewek ini adalah cewek favorit di sekolah itu. Nama cewek ini adalah Liani, seorang siswi kelas 3 IPA. Di usianya yang 18 tahun lewat beberapa bulan, ia telah menjadi gadis muda yang cakep dengan daya tarik yang tinggi buat kaum cowok. Tanpa disadarinya, ia sering membuat banyak murid cowok (dan juga para guru) jadi mupeng dibuatnya. Meski begitu, ia adalah cewek baik-baik dengan reputasi yang bersih. Tak pernah terdengar isyu-isyu yang negatif akan dirinya. Bahkan ia termasuk salah satu murid pandai yang selalu menduduki ranking 3 besar di kelasnya. Oleh karena itu ia dijuluki “The Sweet Young and Innocent Girl”.

Namun Liani sama sekali tak menanggapi cowok itu. Ia segera berjalan terus dan ternyata ia tidak masuk ke dalam kantin. Sementara cowok itu memandangi bagian belakang tubuh indah Liani yang berjalan menjauhinya.

Siapakah sebenarnya cowok itu? Apakah ia betul-betul anak SMU ataukah orang yang menyusup ke dalam sekolah?

Cowok itu adalah Rohim. Ia adalah keponakan Pak Sarip, pesuruh sekolah yang telah lama mengabdi di sekolah itu. Pekerjaan utamanya adalah membersihkan ruang kelas setelah proses belajar mengajar selesai. Karena telah puluhan tahun mengabdi disana, yayasan sekolah menyediakan rumah tinggal kecil buat dia dan istrinya di dalam kompleks sekolahan, tepatnya di ujung belakang. Saat itu ia dan istrinya lagi cuti pulang kampung beberapa minggu mengunjungi anak perempuannya. Sementara pulang kampung, Pak Sarip menyuruh Rohim menggantikan pekerjaannya yang telah digaji oleh pihak sekolah, sehabis ia pulang sekolah. Selama itu, pihak sekolah membolehkan Rohim untuk tinggal di tempat Pak Sarip.

Rohim sendiri sebenarnya bukan murid sekolah itu. Dulunya memang iya karena yayasan sekolah memberi fasilitas khusus buatnya sebagai keponakan Pak Sarip. Namun dasar otaknya tidak mencukupi dan tidak ada kemauan untuk belajar, akhirnya ia tidak naik kelas dua kali sampai terpaksa harus keluar dari sekolah itu.

Sekarang ia duduk di kelas 3 di SMU yang kualitasnya tidak jelas. Disana ia jadi pentolan gerombolan anak-anak nakal yang disegani. Memang ia adalah anak jalanan yang liar dan jago berkelahi. Ditambah lagi usianya yang termasuk senior untuk ukuran murid kelas 3 SMU, yaitu 21 tahun. Ia dua kali tidak naik kelas waktu SMU dan satu kali sewaktu SD. Meski orangnya dan juga tampangnya amburadul, namun ia cukup sering gonta ganti cewek dan sudah sering melakukan hubungan intim dengan beberapa teman ceweknya. Namun tentu cewek-cewek yang pernah dikencaninya berbeda jauh kelasnya dan bukan tipe seperti Liani ini. Jadi tak heran kalau ia jadi penasaran dan mupeng dengan Liani.

Pukul 14.20…

Beberapa saat setelah pertemuan singkat itu, suasana sekolah kini benar-benar sepi lengang. Selain kegiatan di dalam kelas, sepertinya sama sekali tidak ada aktifitas berarti lainnya di luar kelas.

Benarkah sama sekali tidak ada aktivitas di luar kelas?
Ternyata tidak benar!

Karena di ujung belakang sekolah, tepatnya di dalam rumah Pak Sarip pesuruh sekolah, terdapat sepasang cowok dan cewek yang sedang asyik berciuman. Dua-duanya masih memakai seragam sekolah. Cowok itu berambut gondrong dan tampangnya liar. Kulitnya hitam. Ternyata ia adalah Rohim yang tadi. Rupanya ia memanfaatkan situasi dimana Pak Sarip dan istrinya lagi mudik, untuk membawa ceweknya masuk ke dalam rumah untuk bisa bebas berbuat apa saja.

Namun yang aneh adalah, ternyata cewek yang bersamanya itu bukanlah pacarnya. Diah, ceweknya yang sekarang, berambut pendek dan berkulit sawo matang. Sementara cewek ini berambut panjang dan berkulit terang.

Dan ternyata…cewek itu adalah Liani! Liani yang tadi juga, yang barusan berpapasan!!!

Sungguh ini betul-betul kejutan yang tak disangka-sangka. Liani dan Rohim berduaan??! Sungguh setan pun tidak akan menduga. Karena mereka bagaikan Beauty and the Beast, dalam arti yang sebenar-benarnya!! Selain penampilan keduanya bagai bumi dan langit, juga kontras sekali perbedaan diantara mereka. Yang cewek berasal dari kelas elit orangnya kalem dan pandai, sementara yang cowok orangnya liar, berandalan dan hanyalah pesuruh sekolah.

Bagi Rohim, tentu adalah hal yang lumrah kalau ia tertarik dengan Liani. Cowok mana yang nggak tertarik dengannya. Namun yang sulit dipercaya adalah kok bisa-bisanya Liani mau berduaan gini dengan Rohim. Malah kelakuan mereka seperti layaknya orang yang berpacaran saja. Padahal Liani biasanya tidak sembarangan bergaul terutama dengan cowok yang kelasnya jauh dibawahnya. Ditambah lagi reputasinya selama ini sebagai cewek baik-baik. Namun kenyataannya, sekarang mereka asyik berduaan dan kini lagi berciuman bibir dengan Rohim!

Tak berapa lama kemudian, suasananya jadi makin heboh lagi. Kondisi pakaian mereka kini telah amburadul, yang membuat kejadian ciuman tadi (yang sebenarnya sudah cukup menghebohkan) jadi seperti hal kecil yang tak berarti.

Saat itu keduanya sedang berdiri. Baju seragam putih Liani yang sebelumnya tertata rapih di dalam rok abu-abunya, sekarang telah berada di luar rok abu-abunya. Dan seluruh kancingnya telah terbuka! Bra biru tua yang tadi dikenakannya kini entah kemana, sudah tak melekat di badannya lagi!! Baju seragam putihnya terbuka lebar, tersibak dan tertahan di samping kiri dan kanan payudaranya. Sehingga payudaranya yang indah dan sering menjadi obyek fantasi banyak cowok itu kini telah terbuka dengan bebasnya. Tentu orang paling beruntung saat itu adalah Rohim yang dengan bebas merdeka bisa memandanginya dalam jarak dekat. Payudara Liani ternyata cukup berisi juga. Keduanya berdiri dengan tegak dan kencang dan tidak sagging ke bawah. Sementara kedua putingnya juga berdiri dengan kencang tegak lurus dengan payudaranya dan tidak turun ke bawah. Kedua payudaranya betul-betul simetri, bagai pinang dibelah dua. Ukuran bra-nya ditaksirnya 34C. Sementara kedua putingnya berwarna kemerahan nampak menonjol di tengah payudaranya yang putih. Keduanya nampak segar dan menggairahkan dan sepertinya adalah titik sensitif bagi cewek ini. Sementara itu rok abu-abunya masih melekat di tubuhnya namun celana dalamnya telah melorot sampai ke bawah kaki menyentuh sepatu dan kaus kakinya!

Betul-betul gila! Liani, cewek yang innocent itu nurut aja ditelanjangin kayak gitu oleh Rohim??

Sementara kondisi pakaian Rohim juga tak kalah amburadul. Celana seragam berikut celana dalamnya telah melorot ke bawah. Dua kancing baju atasnya terbuka (memang ia tidak pernah mengancingkan dua kancing baju atasnya). Nampak penisnya yang besar dan hitam berdiri dengan tegaknya menembus di antara potongan baju seragamnya.

Setelah itu adegannya berlanjut dengan lebih gawat lagi. Karena Rohim tak menyia-nyiakan kesempatan emas di depan mata itu untuk memulai aksinya. Ia mengulum payudara telanjang cewek murid kelas 3 SMU yang cakep itu dibarengi dengan satu tangannya meraba-raba payudara yang satunya lagi, sementara tangannya yang lain berada di dalam rok Liani. Sementara Liani nampak dengan sukarela menikmatinya. Tidak hanya itu, malah kemudian ia “membalas budi” Rohim dengan tangannya yang putih dan halus memegang-megang dan mengocok penis Rohim.

Demikianlah kenyataan yang sulit dipercaya. Liani, The Sweet Young and Innocent Girl dengan tak disangka-sangka ternyata bisa berbuat seperti ini. Dan melakukannya dengan Rohim pula. Dan ia sama sekali tak canggung melakukan itu. Sepertinya ini bukan kali pertama ia melakukan itu.

Pagi harinya pukul 10.07…

Tiba-tiba ada sms masuk ke HP Liani yang pesannya berikut, “Say, jam 1 nanti gue balik ke sekolah.” Ternyata pengirimnya adalah Rohim.
Lalu ia membalasnya,” Lalu???”.
“Loe datang ke tempat biasa donk. Gue pengin melakukan itu lagi dengan loe.”
“Lihat nanti deh. Tapi gue nggak janji.”
“Wah jangan gitu donk. Gue selalu terbayang-bayang sama loe yang sexy putih mulus dan menggairahkan itu.”
Tak ada balasan dari Liani.
“Ayo donk say, dijamin loe pasti bakalan puas deh.”
Akhirnya Liani membalas, “Ya udah lihat nanti deh. Sudah jangan sms terus. Gue jadi nggak bisa konsen nih.”
“OK ini terakhir. Tapi nanti siang gue tunggu ya.”
Tak ada balasan dari Liani.

Pukul 12.40…

Ternyata setelah selesai jam belajar mengajar pukul 12.30, Liani malah pulang balik ke rumahnya. Namun setelah makan siang dan mandi, rupanya ia berubah pikiran. Ia balik lagi ke sekolah dengan mengenakan baju seragam yang baru.

Pukul 14.05-14.16…

Liani sampai di sekolah dan berjalan ke belakang sekolah menuju ke arah kantin yang juga searah dengan rumah Pak Sarip. Saat itu Rohim sedang di dalam kantin dan melihatnya datang. Segera ia keluar dan dengan iseng bersiul ke arah dirinya. Penis Rohim seketika menegang begitu ia melihat Liani. Ia langsung membayangkan diri Liani yang cakep dan sexy itu yang tak lama kemudian akan bisa segera dinikmatinya.

Namun rupanya Liani tidak mau menanggapi keisengan Rohim apalagi di tempat terbuka seperti ini. Karena ia ingin jaga image dirinya dan tidak ingin ada orang yang mengetahui hubungan tak semestinya itu. Karena itu ia pura-pura tidak kenal dengan Rohim dan meninggalkannya begitu saja.

Akan tetapi ia ternyata berjalan memutar sebelum akhirnya menuju ke arah tempat Pak Sarip / Rohim. Saat itu Rohim telah sampai duluan disana. Karena saat itu begitu sepi dan sama sekali tidak ada orang, maka buru-buru Liani segera masuk ke tempat Rohim.

Pukul 14.17 dan seterusnya…

Begitu Liani masuk, segera pintu depan dikunci. Tanpa menunda-nunda lagi, Rohim segera menciumi Liani dengan liar yang dibalas dengan tak kalah liarnya. Bibir bertemu bibir, membuat mereka saling berpagutan bagaikan dua ular cobra yang sedang marah. Rohim menciumi seluruh wajah cakep Liani, sementara Liani juga tak mau kalah. Segera ia menciumi wajah Rohim yang hitam itu. Sehingga wajah keduanya jadi basah karena alir liur di beberapa tempat.

Lalu Rohim mengunci bibir Liani dengan bibirnya. Sejenak mereka berciuman bibir, merasakan kehangatan bibir pasangan masing-masing. Yang segera dilanjutkan Liani dengan melakukan frenching ke dalam mulut Rohim yang juga dibalas hal serupa. Aksi keduanya begitu liar. Terutama Liani yang mengingatkan akan aksi Zhang Zhiyi dalam film Crouching Tiger, Hidden Dragon yang langsung menjadi liar saat bertemu dengan pacar gelapnya. Rupanya tanpa sepengetahuan siapa pun, Liani diam-diam menjalin hubungan terlarang yang tanpa batas dengan Rohim. Tentu saja Rohim sama sekali tidak berkeberatan dengan rejeki nomplok ini.

Setelah puas berciuman, Rohim melanjutkan inisiatif dengan melepaskan diri dari Liani. Lalu kedua tangannya mulai membukai kancing baju seragam Liani. Nampak terlihat dua gundukan dadanya yang terbalut bra warna biru tua. Nampak kontras sekali dengan kulit tubuhnya yang putih. Nampak terlihat belahan dada bagian atasnya yang putih dan sexy serta bahunya yang putih mulus terbuka bebas karena bra-nya tanpa tali di bahu. Rohim melanjutkan aksinya dengan mengeluarkan baju seragam putih Liani dari dalam rok abu-abunya. Dalam hati ia gembira dengan pilihan bra yang dikenakan cewek ini karena dapat segera dibukanya dengan mudah. Segera kedua tangannya menggapai pengait bra di punggung Liani. Ooops. Ternyata tak ada disana. Segera kedua tangannya merengkuh bagian tengah depan branya. Dan dengan sekali goyang, terbukalah pengait bra biru tua itu. Diloloskannya cup sebelah kanan payudara Liani dan didorongnya ke belakang. Sementara tangan satunya menariknya dari sisi yang lain. Dengan mudah segera terlepaslah bra biru tua itu dari tubuh Liani. Segera dilemparnya bra itu ke lantai. Lalu ia sengaja menyibakkan baju seragam putih Liani lebar-lebar sehingga tertahan di sisi kanan kiri payudaranya. Sehingga kini kedua payudara Liani terbuka lebar-lebar dan ia bisa melihatnya dengan bebasnya.

Memang payudara Liani betul-betul berkualitas tinggi dan indah menggoda. Keduanya begitu menantang untuk diraba-raba dan diremas-remas. Sementara kedua putingnya berwarna kemerahan nampak segar menantang untuk dikulum. Sejenak ia memandangi diri Liani, wajah cantiknya yang innocent namun dengan dadanya yang terbuka bebas, sungguh suatu pemandangan yang kontradiktif! Dan cewek ini bukan sembarangan cewek, tapi adalah siswi SMU kelas 3 IPA yang jadi idaman seluruh cowok di sekolah itu dan anak orang kaya pula! Sementara ia hanyalah dari golongan rendahan yang menjadi pengganti pesuruh sekolah disitu. Dan tampangnya sendiri jauh dari cakep, sementara cewek ini luar biasa cakepnya. Hatinya sungguh bergelora memikirkan ini semua.

Namun rupanya Liani tak mau membiarkan dirinya dipandangi begitu saja. Karena ia segera mengambil inisiatif. Kembali diciuminya bibir Rohim dan mereka berdua melakukan frenching, lidah bertemu lidah dan saling bertautan. Keduanya saling merasakan hangatnya lidah pasangannya.

Setelah puas, Rohim kembali mengambil inisiatif dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam rok abu-abu Liani dan meraba-raba dalamnya. Tentu paha Liani yang putih mulus itu habis diraba-rabainya. Serta jari-jemarinya menggesek-gesekkan vagina cewek putih itu yang masih tertutup oleh cd-nya.

Lalu ia segera menyingkap rok Liani, sehingga terbukalah paha Liani yang putih mulus dan sexy itu. Namun fokusnya tidak ke pahanya, tapi ke cd biru tua itu. Segera kedua tangannya merengkuh cd itu dan dengan bersamaan kedua tangannya menariknya ke bawah. Sehingga kini terlepaslah cd itu sampai kaki bawah Liani yang tertahan oleh sepatu yang ada di kakinya.

“Gila. Brutal banget sih loe”, kata Liani, namun ia sama sekali tak protes.

Malah aksi liar Rohim itu dibalas dengan aksi yang tak kalah liarnya. Yang sungguh tak cocok dengan citranya sebagai cewek innocent selama ini. Karena ia sekarang melucuti celana Rohim. Pertama dilepaskannya sabuk di pinggang Rohim. Lalu tanpa canggung-canggung lagi, dibukanya retsleting celana panjangnya, kemudian diturunkan celana panjangnya berikut celana dalamnya sekalian.

Sehingga kini kelihatan penis Rohim yang besar telah berdiri tegak menembus diantara belahan baju seragamnya. Kulit tubuhnya coklat kehitaman. Namun penisnya lebih hitam lagi dibanding bagian tubuh lainnya.

Sementara Liani menelanjangi tubuh bagian bawah Rohim, baju seragamnya yang tadi tersingkap ke samping jadi kembali ke posisi normal dan sebagian rambutnya kini ada di depan dadanya. Sehingga ini menutupi pandangan Rohim ke payudaranya. Segera Rohim menyibakkan seluruh rambut Liani ke belakang dan “membetulkan” posisi baju itu dengan menyingkapkannya lagi ke samping.
“Nah, gini baru lebih pas. Pas susunya,” katanya cengengesan.
“Sialan loe. Nggak mau rugi banget,” komentar Liani namun ia membiarkan Rohim melakukan itu. Karena ia segera sibuk memegang-megang penis itu dengan tangannya yang putih dan halus. Ia sama sekali tidak canggung ataupun jijik dengan penis hitam dan besar milik Rohim. Malah dengan cekatan tangannya yang putih halus memijit-mijit dan mengocok penis Rohim. Dan inilah rupanya kegiatan ‘ekstrakurikuler’ dari siswi cakep yang ‘innocent’ itu.

Sementara kedua tangan Rohim kini mulai meraba-raba kedua payudara Liani. Payudara Liani yang kencang dan lumayan besar itu kini keduanya berada dalam genggaman kedua tangan Rohim. Diremas-remasnya keduanya dengan tangannya yang hitam itu. Dirasanya kulit gadis itu begitu halus namun payudaranya cukup kenyal. Dipencet-pencet dan digoyang-goyangnya kedua puting berwarna kemerahan itu dengan jari-jarinya. Dan ternyata terbukti benar bahwa payudaranya terutama putingnya adalah titik-titik sensitif Liani. Karena kini ia mulai mengeluarkan desahan-desahan erotis dari mulutnya.
“Ohhh, ooohhhh, ooohhhhh.”

Rohim melanjutkan aksinya memainkan payudara milik gadis idaman sekolah itu dengan mulutnya. Mula-mula dijilatinya seluruh bagian payudaranya, dari bagian luar melingkar makin ke tengah. Sampai akhirnya dijilati salah satu puting Liani dengan lidahnya, sementara tangannya meremas-remas payudara yang satunya lagi dan menggoyang-goyangkan putingnya dengan jari-jarinya. Tangannya yang satu lagi mulai bergerilya ke bawah, masuk ke dalam rok seragam abu-abu Liani. Tangannya itu meraba-rabai rambut kemaluan Liani dan dilanjutkan dengan jarinya menggesek-gesekkan vagina Liani.

Sementara Liani makin mengeluarkan desahan-desahan nikmat. Namun tangannya juga terus bekerja dengan mengocok-ngocok batang penis Rohim. Terutama bagian kepalanya yang besar dan disunat itu diraba-rabainya dengan jari-jari tangannya yang halus.
“Wah, gede banget sih, Him, punya loe. Dan item banget lagi.”
“Justru itu yang enak, Lian. Loe sukanya sama yang gede dan item gini khan. Kalo gua sukanya yang putih mulus dan kemerah-merahan gini,” kata Rohim menatap wajah Liani sambil tangannya meremas payudara Liani serta memainkan putingnya yang kemerahan,”Dan juga yang dibawah ini,” katanya sambil tangannya menggesek-gesekkan dinding vagina Liani,” “Trus juga yang ini enak diisep-isep juga,” katanya sambil menghisap puting Liani yang satunya lagi. Kali ini dihisap dan dikenyot-kenyotnya lalu mulutnya berpindah ke payudara yang satunya. Diemut-emutnya. Lidahnya bergerak melingkari puting yang sensitif akan rangsangan itu.
“Oooh. Oohhhh. Gila Loe, Him. Aduuuh. Enaaakk.”
“Lebih enak lagi kalo ntar barang gue yang kata loe gede dan item ini masuk ke tubuh loe yang putih mulus.”
“Oooh. OOOOhhhhh. AAHhhhhh.”
Liani tak menjawab perkataan Rohim karena ia sibuk mendesah-desah merasakan nikmatnya Rohim menyentuh ketiga titik paling sensitifnya.
Sementara Liani makin mendesah-desah kenikmatan. Vaginanya telah mulai basah tak tahan oleh rangsangan Rohim. Sementara tangannya sendiri masih terus memainkan penis Rohim.

Namun rupanya Rohim tak mau membiarkan cewek itu memainkan penisnya terlalu lama. Mungkin karena ia tak mau “habis” duluan. Rugi kalo ia “habis” duluan dan nggak sempat menggoyang tubuh cewek putih mulus ini, yang cakepnya nggak kalah dengan bintang film Mandarin.

Segera ia melepaskan dirinya dari Liani. Kini gilirannya memainkan vagina Liani, bukan dengan tangannya tapi dengan lidahnya! Untuk itu dicopotnya kedua sepatu putih Liani berikut kaus kaki warna putih dan pink itu. Kemudian dikeluarkannya cd-nya yang terkait di kaki bawahnya.
“Nah, gini nih biar bebas gerakan loe.”

Lalu ia berlutut di depan Liani, kepalanya dimasukkan ke dalam rok cewek ini, kemudian dijulurkan lidahnya untuk menjilati memek cewek “innocent” ini dengan lidahnya.
“Ooooh. OOHHHHH. Aduuhh. Enaak gilaa!”
Liani, anak kelas 3 SMU yang cakep dan innocent itu yang jadi idaman seluruh cowok di sekolah itu, kini dibuat jadi tak berkutik dan mendesah-desah makin tak keruan oleh cowok pesuruh sekolahan itu.
Apalagi sekarang kedua tangan Rohim meraih keatas menggenggam dan meremas-remas masing-masing satu payudara Liani.
“Oooh. AAAHHHHHH. AAAAHHHHHHHH. AAAAAHHHHHHHHH.”

Jilatan Rohim itu benar-benar ampuh. Sampai-sampai membuat Liani, cewek dengan reputasi tanpa cela itu, sekarang jadi basah kuyup vaginanya dibuatnya. Wajah Rohim pun jadi ikutan basah pula kena tetesan cairan dari vaginanya. Namun dengan liar ia terus menjilati vagina basah Liani sehingga jadi makin kuyup aja.

Demikianlah permainan antara Rohim dan Liani. Awalnya keduanya sama-sama agresif dan saling mengimbangi. Namun makin lama Rohim semakin memegang kendali permainan sampai akhirnya kini Liani benar-benar pasrah dan mengikuti saja seluruh permainan Rohim. Hal ini menunjukkan bahwa Rohim jauh lebih berpengalaman dibanding Liani.

Kini Rohim mengeluarkan kepalanya dari dalam rok SMU Liani. Dilepaskannya baju seragam putih SMU Liani dari tubuhnya. Kini ia menyaksikan Liani dengan tubuh bagian atas yang sama sekali bugil namun masih mengenakan rok abu-abu meski tanpa cd di dalamnya. Wajahnya yang cakep dan innocent dengan payudaranya terbuka bebas, sungguh kontradiktif dan menggairahkan. Ditambah lagi ia tahu betul cewek ini adalah cewek elit dan cewek idaman se-sekolahan.

“Ayuk, sekarang loe duduk ya,” kata Rohim sambil menyuruh Liani duduk setengah tiduran di kursi sofa. Sementara ia melepaskan seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya. Hingga sekarang Rohim telanjang bulat.
Lalu disingkapnya rak abu-abu Liani ke atas dan kedua pahanya dibentangkan lebar-lebar. Sehingga kini Liani dalam kondisi duduk setengah tiduran dengan dadanya yang telanjang. Sementara rok abu-abunya tersingkap ke atas dan kedua kakinya terbuka lebar sehingga nampak jelas rambut kemaluannya dan liang vaginanya. Rambut kemaluannya ternyata cukup lebat juga diantara kedua pahanya yang halus dan putih mulus itu. Rohim segera meraba-raba paha putih mulus itu. Ia merasakan halusnya kulit tubuh Liani yang putih bersih itu.

Lalu ia kembali menjilati vagina Liani dalam posisi terduduk setengah tiduran begitu. Sehingga kini Liani merasakan sensasi yang berbeda.
“AAAHHHHHHHH. Aduuuhhhh. Ahhhhhhhh. Enakkkk. Ehhhmmmmm.

“Nah sekarang tiba saatnya barang hitam gue menembus ke dalam tubuh loe yang putih mulus.”

Bersamaan dengan itu didekatkan ujung penisnya ke liang vagina Liani yang kemerahan. Kepala penisnya nampak begitu besar sementara liang vagina itu begitu sempit. Namun sekali sodok, cleeep, kepalanya berhasil masuk sebagian ke vagina Liani. Lalu didorongnya sekali lagi dengan lebih kuat
“Oooooooooooh,” desah panjang Liani.
Dan blesss, hampir seluruh penis Rohim masuk ke dalam memek Liani. Dan sekali lagi, sleeeep, masuklah seluruh penis hitamnya ke dalam tubuh Liani.

Begitu di dalam vagina Liani, segera dikocoknya penisnya yang hitam besar itu.
“Aaaahhh. Aahhhhhh. Aaaahhhhh.”
“Oooohhh. Ohhhhhh. Ohhhhhhhh.”
Seluruh tubuh Liani jadi berguncang-guncang dibuatnya. Kedua payudaranya jadi berputar-putar mengikuti gerakan sodokan Rohim.
Liani yang sebelumnya telah basah kuyup, rupanya tak bertahan lama. Hanya kurang dari satu menit disetubuhi oleh Rohim, ia akhirnya mengalami orgasme dengan teriakan-teriakan panjangnya yang erotis. Membuat Rohim semakin bersemangat untuk terus mengocoknya.
“OHHHHHHHH. EHHHHHHHHH. EHHHHHHHHHH. OHHHHHH. YEEESSSS. AHHHHHHHH.”

Dan Rohim memang masih jauh dari selesai. Karena memang ia ingin menikmati tubuh gadis dengan wajah oriental ini semaksimal mungkin. Untuk itu ia terus memompa penisnya di dalam tubuh Liani, membuat tubuh cewek cakep itu jadi berguncang-guncang.

Akhirnya dilepaskannya rok abu-abu seragam Liani. Kini keduanya betul-betul telanjang bulat. Lalu di bangku sofa itu kembali kontolnya merasakan nikmatnya jepitan vagina Liani yang sempit. Kali ini dalam posisi doggy style. Kedua tangannya memegang pinggang Liani supaya ia bisa dengan leluasa mengenjot-enjot tubuh cewek ini. Payudara Liani yang menggantung ke bawah jadi berguncang-guncang dibuatnya.

Kini mereka berubah posisi. Sekarang giliran Rohim yang duduk di atas kursi sofa itu. Penisnya mengacung ke atas dengan tegaknya. Lalu ia membimbing Liani untuk memangkunya di atas kedua kakinya dengan menghadap ke arahnya. Setelah mengatur posisi, akhirnya penis Rohim masuk ke dalam tubuh Liani. Kini gantian Liani yang menggoyang tubuhnya naik turun. Mengocok penis Rohim di dalam vaginanya. Kedua tangan Rohim meraba-raba payudara Liani.

Sungguh hebat sekali pemandangan itu. Betul-betul kontras sekali perbedaannya. Yang satu cewek cakep dengan kulit putih dan tampang innocent, sementara yang cowok tampangnya jelek, kulitnya hitam, dan tampangnya liar kayak preman. Namun cewek innocent itulah yang justu aktif menggerakkan tubuhnya naik turun, membiarkan vaginanya ditembusi oleh penis besar cowok liar itu.
“Ooohhhh, ooohhhhhh, ooohhhhhhhhh.”

Setelah berganti posisi, kini Rohim membuat Liani telentang. Kakinya dibentangkan lebar-lebar, dengan salah satu kakinya ditaruh diatas sandaran sofa itu. Sehingga vaginanya kini terbuka bebas. Dalam posisi satu kaki terangkat begitu, Rohim memasukkan penisnya ke dalam vagina Liani dan kembali mengocoknya. Liani dengan pasrah menikmati kocokan penis Rohim di dalam vaginanya yang mengguncang-guncang seluruh tubuhnya. Tubuhnya jadi ikut menggelinjang-gelinjang dibuatnya, seirama dengan rintihan-rintihan dan desahan-desahannya yang terdengar sangat erotis. Ternyata cewek cakep yang tampangnya innocent ini diam-diam doyan juga dengan penis cowok. Padahal bisa dipastikan hampir seluruh orang mengira cewek ini masih polos dan perawan.

Rohim terus mengocok penisnya di dalam tubuh Liani. Jepitan vagina Liani sungguh nikmat rasanya. Sambil menikmati pemandangan indah tubuh Liani yang putih mulus berguncang-guncang serta payudara Liani yang bouncing gara-gara ulahnya itu. Sungguh puas rasanya menyetubuhi cewek yang cakepnya seperti Liani gini. Membuatnya serasa melayang di awang-awang. Sungguh puas hatinya menyaksikan ekspresi wajah cantik Liani saat itu. Ditambah lagi wajahnya yang innocent kini mengeluarkan “musik” desahan-desahan erotis yang menggelorakan hati itu. Apalagi kalau mengingat bahwa cewek yang sekarang sedang dinikmati itu adalah cewek yang kelasnya jauh diatasnya dan menjadi incaran para cowok. Namun sekarang justru dialah cowok beruntung yang sedang menikmati cewek idaman ini secara mutlak.

Tak lama kemudian Liani mendapatkan orgasme yang keduanya, dalam posisi satu kaki terangkat begitu. Setelah itu Rohim menghentikan kocokannya di dalam vagina Liani. Kini ia pun juga sudah mau keluar. Setelah puas menikmati tubuh Liani dan membuatnya orgasme dua kali, kini giliran ia melampiaskan seluruhnya. Namun ia tidak akan mengeluarkannya di dalam vagina Liani. Kini giliran ia menagih “imbalan” dari cewek itu.

Penisnya yang hitam besar kini mengkilap karena cairan pre-cum nya bercampur dengan cairan vagina Liani. Didekatkannya penisnya ke wajah Liani yang masih tiduran di bangku sofa itu dengan napas terengah-engah. Liani menjilati kedua pelirnya dan batang kontolnya sampai ke kepala penisnya juga. Kemudian dikulumnya kepala penis yang besar itu. Dan didalam mulutnya lidahnya saling beradu kontak dengan kepala penis Rohim itu. Seluruh bagian kepala penis Rohim habis dijilatinya, termasuk lehernya yang sangat sensitif itu.

Sampai akhirnya membuat Rohim tak tahan lagi. Sesaat sebelum ejakulasi, dikeluarkannya penisnya dari dalam mulut Liani. Dan akhirnya ia mengalami ejakulasi dengan memuntahkan sperma yang cukup banyak, yang mendarat di beberapa tempat di wajah Liani. Ada pula yang sampai ke rambutnya. Setelah itu spermanya mengalir ke bawah membasahi leher dan dadanya. Kedua tangan Rohim mengusap-usap seluruh payudara Liani, sehingga spermanya kini tersebar di seluruh bagian payudara Liani. Tubuh Liani terutama dadanya jadi basah dan mengkilap karena sperma Rohim yang bercampur dengan keringatnya sendiri.

“Wah, gila. Benar-benar mantap deh loe. Memang beda deh. Rasanya kayak menikmati bintang film Mandarin. Betul-betul gua cowok beruntung bisa ngerasain cewek secakep loe. Pokoknya loe the best dah.”
“Awas, loe jangan bilang-bilang ke siapa-siapa ya.”
“Berees. Asal jangan lupa ‘iurannya’ aja. Lagian, loe juga suka khan meskipun gua cuman pesuruh sekolah.”
“Aah, sialan loe.”
Dan selesailah sudah “pertempuran” antara Rohim, cowok liar pesuruh sekolah dengan Liani, cewek top yang jadi favorit seluruh cowok di sekolah itu.

Pukul 16.08…

Liani dengan baju seragamnya yang tampak rapi di tubuhnya berjalan keluar menuju pintu depan sekolah. Saat itu para murid siang baru selesai istirahat dan mereka telah kembali ke kelas masing-masing. Sehingga suasana sekolah menjadi sepi.

Tak lama kemudian ia masuk ke mobilnya dan men-staternya. Dan meluncurlah mobil itu meninggalkan sekolah menuju ke rumahnya.

Demikianlah cerita tentang Liani, siswi kelas 3 IPA dengan reputasi yang bersih, gadis berumur 18 tahun yang cantik dan innocent, anak pengusaha kaya yang pandai.
Liani, “The Sweet Young and Innocent Girl” yang ternyata “not so innocent” itu.
 
EPS 5

Sore itu Liani sedang duduk ngobrol dengan tiga teman ceweknya di dalam sebuah mal. Mereka sedang asyik-asyiknya ngobrol dan saling bercanda sambil memesan minuman dan makanan ringan. Saat itu mereka semua masih memakai pakaian seragam tapi bukan seragam putih abu-abu biasa, namun seragam dengan corak seperti batik untuk bajunya.
Memang sekolahnya ini punya dua jenis seragam, seragam biasa dan seragam ini.Di hari-hari tertentu seragam inilah yang digunakan. Saat mereka sedang seru-serunya bercandaan, ada seorang cowok yang sedang memandangi empat anak cewek yang cakep-cakep itu dengan tampang mupeng. Cowok ini adalah anak smu juga tapi beda sekolah dengan Liani. Cowok ini memang sering datang ke mal itu, kadang sendirian kadang bareng teman-temannya. Mereka adalah cowok-cowok berandalan yang datang ke mal dengan dua tujuan. Kalau nggak cuci mata dan godain cewek-cewek terutama cewek-cewek smu yang putih dan cakep-cakep itu, ya memalak anak-anak sd atau smp yang main game di dekat bioskop. Hari ini kebetulan ia lagi sendirian. Saat itu empat cewek itu tetap asyik ngobrol tanpa sadar ada cowok yang menatap mupeng ke arah mereka. Semuanya cakep-cakep dan putih-putih. Namun diantara keempatnya, cowok itu paling sering memandangi Liani. Karena memang Liani yang paling cakep diantara mereka berempat. Apalagi posisi Liani saat itu sungguh pas menghadap ke arahnya. Namun yang bikin cowok itu makin mupeng dengan Liani, saat itu posisi duduk cewek itu agak serampangan. Kedua kakinya agak terbuka dan roknya sedikit tertarik ke atas sehingga cowok itu bisa melihat paha putih Liani yang terbuka, apalagi posisi cowok itu sungguh strategis.

Liani seperti tak menyadari sedari tadi ada cowok yang memperhatikan pahanya. Ia tetap tidak mengubah posisi duduknya itu. Sehingga cowok itu sungguh beruntung bisa memandangi paha Liani yang sungguh putih mulus itu selama beberapa saat lamanya. Matanya berpindah-pindah antara wajah yang polos tapi cantik itu dan pahanya yang terbuka. Namun itu masih belum apa-apa. Setelah itu, Liani becanda agak kelewatan dengan salah satu temannya. Sampai temannya itu ingin mencubit dirinya. Tentu ia tak ingin dicubit begitu saja dan berusaha menghindar. Saat ia berusaha menghindari cubitan itu, tanpa sadar ia membuka kakinya terlalu lebar sampai celana dalamnya kelihatan dari sudut pandang cowok itu. Apalagi cd yang dipakainya saat itu warna hitam, yang mana sungguh kontras dengan kulitnya yang putih. Tentu cowok itu jadi melongo dibuatnya saat mendapat rejeki nomplok itu. Mimpi apa semalam bisa ngeliat celana dalam cewek smu yang cakep dan putih itu. Dan itu terjadi nggak hanya sekali tapi ada tiga atau empat kali. Akibatnya cowok itu kini jadi mupeng abis dengan Liani! Beberapa saat kemudian, bubarlah mereka berempat dari kumpul-kumpul itu. Namun saat itu Liani tidak langsung pulang. Ia ingin melihat-lihat pakaian dulu. Saat itulah ia berjalan melewati cowok itu yang berdiri di dekatnya. Langsung saja mata cowok itu jelalatan menatap diri Liani dari atas ke bawah. Terutama dada cewek itu yang menonjol di balik baju seragam batiknya. Baju seragam itu tak termasuk tipis jadi tak ada yang kelihatan tembus pandang. Namun tetap menarik untuk dilihat karena kelihatan menonjol, pertanda payudara cewek ini tentu lumayan padat berisi. Saat itu Liani lagi dalam keadaan rasa isengnya muncul, sehingga dilabraknya cowok itu. Memang Liani adalah cewek yang agak aneh. Disaat cewek lain takut, ia malah berani.
“Hey! Ngapain lu liat-liat gua terus? Lagi mupeng ya?”
Namun kini ia kena batunya, karena cowok itu malah menantang balik,
“Kalo memang iya kenapa?”
“Enak aja mupengin orang sembarangan. Terus sekarang maunya apa?”
“Maunya apa? ML yuk!”
Rupanya saat itu Liani lagi kambuh penyakit isengnya, sehingga omongan usil orang itu malah ditanggapi dengan tak kalah badungnya.
“Sekarang berani nggak? Di toilet,” katanya.
“Boleh. Ayo sekarang! Kebetulan gua udah mupeng abis sama elo.”
“Ayo ikut gua kalo berani. Jangan cuman ngomong doang,” kata Liani meninggalkan cowok itu dan berjalan menuju ke toilet cewek.
Dan cowok itu, entah karena sama gilanya atau sudah kadung mupeng abis dengan Liani, omongan cewek itu ditanggapi beneran. Ia berjalan mengikutinya. Sesampai di depan toilet cewek, Liani menoleh ke cowok itu dan berkata,” Ayo masuk.” Dan cowok itu nggak mikir panjang, ikutan masuk ke toilet cewek! Kebetulan toilet itu lagi kosong sehingga tak ada orang yang melihat cowok itu masuk ke toilet cewek. Dan saat Liani masuk ke salah satu kamar, cowok itu pun ikut masuk ke dalam kamar dan menguncinya. Sehingga di dalam kamar toilet yang sempit itu, kini Liani dan cowok itu berduaan didalam! Begitu di dalam, segera cowok itu tak menyia-nyiakan kesempatan langka itu. Tanpa berkata apa-apa lagi, cowok itu langsung menubruk tubuh Liani dan menciuminya. Kapan lagi ia bisa dapat kesempatan ML sama cewek smu yang cakep kayak gini. Apalagi dari seragam yang dikenakan, cewek ini dari sekolah favorit yang bagus di kota itu. Kapan lagi bisa beginian sama cewek kayak gini. Langsung diciuminya bibir Liani dan bagian lagi wajahnya. Liani bukannya protes malah mendiamkan saja. Mungkin ia tak mengira cowok ini bakal senekat itu, atau mungkin ia juga jadi ikutan pengin apalagi belum pernah ia berbuat segila ini di tempat umum. Cowok itu jadi tambah nafsu melihat Liani membiarkan saja. Kembali ia menciumi bibir Liani. Sementara Liani kini malah menanggapi aksi cowok itu. Bibirnya juga ikutan aktif mencium bibir cowok itu. Akhirnya keduanya saling berpagutan di dalam kamar toilet itu. Kedua lidah mereka saling bertemu dan “bersilat lidah”.

Merasa diberi angin, cowok itu jadi makin liar aksinya. Kini dibukanya kancing baju seragam Liani satu persatu. Sudah sejak tadi ia penasaran ingin “mengecek” dada cewek itu. Sehingga terbukalah baju seragam Liani dan tampaklah kulit tubuhnya yang putih mulus. Dadanya terbungkus oleh bra warna hitam.. Dengan penuh nafsu dilepasnya bra itu. Tangan cowok itu merogoh ke punggung Liani mencari pengait branya untuk dibukanya. Setelah dibukanya, diangkatnya bra itu, sehingga nampaklah payudara yang putih mulus serta padat berisi itu. Seketika cowok itu jadi nafsu melihat dada yang putih menggiurkan itu. Segera dipegangnya kedua dada Liani dengan kedua tangannya. Diraba-rabanya dada yang berada dalam genggamannya itu, digoyang-goyangnya, dan diremas-remasnya. Kedua jari-jarinya memilin-milin puting payudara Liani yang segar kemerahan itu. Sementara toilet yang tadinya sepi tak ada orang sama sekali itu, tiba-tiba jadi banyak orang. Malah telah terjadi antrian sampai 5 orang yang menunggu. Apalagi barusan kedatangan serombongan ibu-ibu ke toilet itu, yang baru saja selesai makan dan ngobrol di food court (entah mereka disana lagi arisan atau sekedar kumpul-kumpul). Saat itu ada seorang ibu yang mengeluh ke temannya,
“Aduuh, lama bener ya. Sudah nggak tahan nih.”
“Iya nih, lama bener. Apalagi yang ini nih,” kata seorang ibu yang berdiri paling depan menunjuk ke kamar yang dipakai Liani,” Dari tadi nggak keluar-
keluar.”

Baca JUga Cerita Sex Lain nya di CeritasexTerbaru.Net

“Iya. Kamar yang lain sudah ganti dua tiga orang, ini orang satu masih belum keluar juga,” kata ibu lainnya.
“Mbak, mbak,” kata seorang ibu yang lain sambil mengetuk-ngetuk kamar Liani,” masih lama nggak ya? Kita semua sudah pada kebelet nih.”
“Iya dari tadi lama bener, ngapain aja sih?”
“Iya, iya, sebentar, sabar kenapa sih,” kata Liani dari dalam sementara saat itu payudaranya lagi diremas-remas cowok itu.
“Soalnya situ di dalam sudah lama bener. Yang mau pake toilet bukan cuman situ doang.”
“Pake kamar yang lain napa sih?” seru Liani sebelum bibirnya dikunci oleh cowok itu yang sambil terus meremas-remas dadanya.
“Yaelah ini orang. Kamar yang lain juga penuh Bu. Pengertian sedikit kenapa sih.”
“Situ lagi ngapain sih di dalam?”
“Lagi beranak kali ya di dalam. Lama bener.”
Namun ibu-ibu itu hanya bisa ngedumel saja sambil ngantri. Tak lama kemudian toilet jadi sepi kembali. Tiga kamar yang lain telah dipake banyak orang, tapi yang satu itu masih terus tertutup.

Sementara di dalam, mereka lagi seru-serunya. Liani tak mau kalah dengan cowok itu, ia juga ikutan aktif. Dibukanya retsleting celana panjang cowok itu dan diturunkannya. Nampak tonjolan besar di celana dalamnya. Langsung dibukanya celana dalam itu dan diturunkannya. Nampak penis hitam yang disunat kepalanya. Ukurannya biasa saja namun telah menegak dengan keras. Segera penis cowok itu dipegang dan dipijit-pijit oleh tangannya yang halus. Sementara cowok itu makin bernafsu. Ia mendekat ke samping Liani, kedua tangannya terus meremas-remas payudara putih itu dan kini mulutnya mulai mengemut-ngemut puting payudara yang kemerahan itu. Dengan rakus diemut-emutnya puting merah yang segar itu. Sementara tangan halus Liani kini mengelus-ngelus kepala penis yang disunat itu. Namun tiba-tiba, Crooot, croott, crooottt, keluarlah sperma cukup banyak dari penis cowok itu. Semprotan yang pertama meloncat cukup jauh sampai mendarat di tempat duduk kloset. Setelah itu makin lama makin berkurang tekanannya. Rupanya ia nggak bisa nahan lagi saat kepala penisnya dielus-elus oleh Liani. Apalagi ia terlalu bernafsu dengan payudara Liani yang putih dan montok apalagi dengan putingnya yang segar kemerahan.
“Yah, cuman kayak gini doang.”
Tangannya kini belepotan penuh dengan sperma cowok itu.
“Badan gede, ngomongnya galak, tapi loyo,” ejek gadis itu sambil mengelap tangannya yang penuh dengan sperma ke baju cowok itu.
Roknya bahkan masih sangat rapi belum tersentuh sama sekali!
Sementara cowok itu kini menghentikan aksinya dan melepas pegangannya dari dada Liani. Mukanya merah padam.
Liani segera mengaitkan bra-nya lagi dan mengancingkan bajunya.
“Udah ah, gua pulang dulu,” katanya sambil membuka pintu kamar toilet itu dan setelah tidak ada orang segera meninggalkan toilet itu.

Sementara cowok itu segera memakai celana dalam dan celana panjangnya. Setelah itu segera keluar dari toilet itu. Namun,
“AAAHHHHHHHHHHHH! Toloooong. Ada cowok disini!” teriak seorang ibu setengah baya dengan histeris.
Saat itu akan masuk seorang tante gendut dengan temannya.
“Jangan masuk Bu, ada cowok di dalam!” teriak ibu tadi.
“Kurang ajar kamu ya! Ngapain kamu kesini,” maki tante gendut tadi sambil memukul-mukulkankan tasnya ke kepala cowok itu.
“Satpaaam! Mana satpam. Panggil satpam kemari! Satpaaam!!”
Dan akhirnya, dengan baju masih basah dengan spermanya sendiri, digiringlah cowok itu oleh satpam mal yang berkumis sangar.
Sungguh malu dua kali ia hari itu. Pertama karena dicokok satpam dan ditonton orang banyak. Kedua, malu dengan cewek cakep tadi.
Dan oleh satpam, cowok itu dianggap bersalah karena masuk ke toilet cewek dan melakukan onani di dalam.
Sementara Liani melihat itu dari kejauhan dengan tertawa-tawa terpingkal-pingkal.

—@@@@@@@—–
Cerpen Sex Liani

Liani

Bagian 2 – Sex in the Movie Theatre

Liani baru saja memarkir mobilnya dan masuk ke dalam mal itu. Saat itu datang sms di handphone-nya. Bunyinya,”Sorry, tadi gua salah ketik. Ketemuannya bukan jam 2 tapi jam 4.” Sms itu datang dari Herlina teman sekolahnya. Mereka janjian untuk ngumpul dan makan bareng dengan beberapa temannya. Ah, sialan, gerutu Liani. Kenapa nggak bilang dari tadi-tadi? Tahu gitu gua pulang dulu ke rumah. Padahal saat itu pun masih kepagian untuk jam 2. Karena ia langsung jalan dari sekolah. Sekarang malah ternyata janjiannya dimundurin ke jam 4. Tapi kalo mau pulang rumah dulu, tanggung. Sedangkan kalo nunggu bengong sendirian 2 jam lebih juga bosan. Malah-malah nanti bisa digangguin cowok iseng kayak waktu itu. Akhirnya diputuskan mending nonton aja.. Meski sendirian tapi masih mendingan daripada bengong aja. Lalu ia naik ke tempat bioskop. Saat itu lagi sepi, karena memang bukan jam umum untuk nonton. Sementara ia melihat-lihat film yang ada dan yang pas jamnya, ada seorang cowok yang ngeliatin dia terus. Cowok ini adalah anak smu juga yang biasanya datang ke mal itu untuk dua tujuan. Kalau nggak cuci mata dan godain cewek-cewek terutama cewek-cewek smu yang cakep-cakep dan putih-putih itu, ya memalak anak-anak sd atau smp yang main game di dekat bioskop. Kebetulan cowok itu habis memalak anak SMP “gemuk” yaitu anak orang kaya yang dikasih duit jajan banyak. Setelah merasa penghasilannya hari itu cukup, kini ia ingin menikmati sisa hari itu dengan nonton. Dan saat itulah ia melihat Liani yang juga datang sendirian.

Saat melihat cewek cakep apalagi sendirian, ia tak bisa menahan mulut usilnya itu.
“Suitt, suitt,” siulnya dengan usil sambil matanya menggerayangi seluruh tubuh Liani,” Muluss.”
Saat itu Liani memakai baju seragam batiknya. Sehingga ia bisa lolos dari satpam yang kadang tidak memperbolehkan anak-anak SMU berseragam putih abu-abu masuk. Ia jadi mupeng dengan Liani karena selain cakep dan kulitnya putih banget, body-nya pun ok. Pandangannya seketika mengarah ke dada Liani yang nampak menonjol di balik baju seragam batiknya. Baju seragam itu tak termasuk tipis jadi tak ada yang kelihatan tembus pandang. Namun tetap menarik untuk dipelototi karena kelihatan menonjol, pertanda payudara cewek ini tentu lumayan padat berisi.
“Sendirian ya? Mau ditemenin ga?” tanya cowok itu cengengesan.
Liani tidak menghiraukan cowok itu. Ia tidak merasa perlu menanggapi cowok-cowok semacam itu, yang kerjaannya cuman nggodain cewek kayak dirinya. Lagian, ditanggapi pun juga percuma. Kayak waktu itu. Ngomongnya aja kayak jagoan tapi belum apa-apa langsung keok. Setelah itu Liani mendatangi loket dan membeli satu tiket. Setelah cewek itu pergi, cowok itu juga mendatangi loket itu dan berkata ke penjual karcisnya,”Sebelahnya cewek tadi, Mbak.”
Tak lama kemudian masuklah Liani ke dalam gedung bioskop. Ia membeli tiket tempat duduk di baris paling belakang di tengah-tengah. Gedung bioskop saat itu sangat sepi penonton. Tak lama kemudian masuklah cowok tadi dan nomor kursinya memang betul di sebelah Liani.

Kunjungi JUga CeritaSexHot.Org

“Hi,” sapa cowok itu.
“Hi,” kata Liani.
“Nonton sendirian ya?”
“Iya.”
“Sama dong. Gua juga sendirian. Aneh ya, kok kebetulan duduknya bisa sebelahan?”
“Khan lu yang minta tadi sama Mbak-nya.”
“Hah! Masa sih? Kok gua nggak inget?”
“Udahlah lu ga usah pura-pura. Dikira gua nggak tahu.”
“Hehehe, iya sih,” katanya cengengesan. “Oh ya, nama lu siapa? Nama gua Boy..”
“Rika,” kata Liani asal-asalan.

Baca Juga Cerita Awalnya Di Liani 1 The Innocent Girl

Dan cowok itu selanjutnya berusaha melakukan pendekatan ke arah kemupengan. Sementara Liani kini jadi timbul semangat badungnya. Sebelum cowok tadi masuk dan duduk di sebelahnya pun, ia telah membayangkan, situasi sepi-sepi gini, kayaknya jadi asyik deh kalo gituan. Gituan di dalam gedung bioskop! Oleh karena itu kini ia bersikap wait and see aja terhadap cowok yang ngaku namanya “Boy” ini. Ia sendiri ragu cowok kayak gini bisa punya nama sebagus itu. Tapi, masa bodolah. Yang penting bukan namanya keren apa nggak nya. Karena Liani tidak menolak, cowok itu jadi makin lama makin berani. Kini dipegangnya tangan Liani. Dan cewek itu diam saja. Lalu diraba-rabanya tangan yang halus itu. Kemudian ia memegang rambut Liani. Cewek itu diam saja. Kini dipeluknya cewek itu dan diciumnya pipi cewek itu. Masih diam saja. Kini cowok itu jadi tambah berani. Diciumnya bibir cewek itu. Liani awalnya mendiamkan saja. Namun kini dirasakan, ciuman cowok itu not bad juga. Jadi ia mulai menanggapinya. Ia mulai ikut mencium cowok itu. Tak lama kemudian mereka berdua berciuman saling berpagutan di dalam bioskop. Lidah mereka saling beradu di dalam mulut yang saling melekat itu. Tak jelas siapa mendominasi siapa. Karena keduanya sama-sama aktif.

Lalu cowok itu mulai menggerayangi tubuh Liani. Diraba-rabanya dada cewek itu. Dirasakannya payudaranya yang lumayan berisi juga. Begitu dapat kesempatan memegang payudara, seketika nafsunya langsung naik. Kemudian cowok itu menciumi leher putih Liani. Dikecup-kecupnya leher yang putih halus itu. Dan dibukanya kancing baju seragam Liani satu satu. Samar-samar nampak kulit tubuhnya yang putih mulus. Hmmm, sungguh indah. Ia sudah lama sering membayangkan cewek yang putih kayak Liani gini. Tapi baru kali ini ia merasakannya. Samar-samar kelihatan gundukan dada bagian atas yang tak tertutup oleh bra cewek ini. Lalu dibukanya bra itu. Diulurkan tangannya ke punggung cewek itu. Namun ternyata kaitannya tak disitu. Sehingga tangannya berpindah ke depan. Dengan sekali tarik, dilepasnya kaitan di bagian depan branya itu. Kemudian dibukanya bra itu. Dan, ia sungguh terpana menyaksikan dada yang putih dan indah milik Liani. Meski samar-samar, namun sungguh menggairahkan! Segera direngkuhnya dada itu. Diraba-rabanya. Dan diusap-usapnya kedua putingnya yang menonjol dan sensitif itu dengan ibu jarinya. “Ooh” keluh Liani saat kedua putingnya diusap-usap cowok itu. Kemudian cowok itu meremas-remas dengan lembut payudara yang padat berisi dan kenyal itu. Oh, sungguh puas rasanya bisa memegang dan meremas-remas payudara telanjang cewek yang cakep dan putih kayak gini! Cewek ini betul-betul sexy sekali. Apalagi dengan dada yang telanjang gini. Apalagi dengan dadanya yang ada dalam genggaman tangannya gini! Cowok itu makin merapatkan dirinya ke cewek itu. Kini kepalanya turun ke dada cewek itu. Mulutnya segera mencium payudara cewek itu. Lalu menjilati. Dan menyedot-nyedot kedua putingnya kiri kanan bergantian. Oooh! Liani mulai “naik” dengan aksi cowok itu. Apalagi ia cukup jago dalam merangsang payudaranya. Termasuk saat menjilati dan menghisap putingnya. Ditambah lagi, tubuhnya yang sejak tadi agak kedinginan karena ac bioskop itu, kini “dihangatkan” oleh kecupan-kecupan cowok itu terutama di payudaranya. Dadanya terasa hangat saat cowok itu menghisap-hisap dan mengenyot-ngenyot putingnya.

Liani juga ikutan beraksi. Tangannya menggerayangi tubuh cowok itu. Memegang dadanya yang bidang. Lalu tangannya turun ke bawah. Ke perut. Dan turun lebih bawah lagi. Tangannya merasakan ada benda keras di dalam celana cowok itu. Kini ia ingin menguji ketahanan cowok itu. Kalo nggak mampu, mending diketahui sekarang daripada tahunya belakangan. Ditaruhnya tangannya di selangkangan cowok itu. Ia memegang-megang bagian pangkal paha cowok itu. Sampai akhirnya disentuhnya batang yang mengeras di dalam celana itu. Sementara cowok itu jadi kaget dengan reaksi Liani ini. Tak disangka-sangkanya cewek yang cakep dan tampangnya sedemikian polos bisa melakukan ini. Tak disangkanya cewek ini rupanya sudah punya cukup pengalaman juga. Ia jadi makin senang. Dibiarkan cewek ini berbuat semaunya. Termasuk setelah itu dilepasnya sabuk celananya. Dibukanya retsleting celana panjangnya. Dan…tangan yang putih mungil itu menyusup masuk ke celana dalamnya. Memegang batangnya yang telah mengeras sejak tadi-tadi. Tak hanya sekedar memegang saja, tapi tangan mungil itu mengocok-ngocok batangnya dan jari-jarinya mengusap-usap kepala dan leher penisnya. Oooh! Hampir meloncat ia rasanya karena nikmatnya tak terbayangkan saat penisnya dikocok-kocok dan diusap-usap oleh cewek cakep di sebelahnya ini. Oleh karena itu, tentu ia tak mau kalah dengan cewek ini. Tindakan cewek itu dibalasnya dengan setimpal. Dibukanya rok seragam cewek itu. Samar-samar terlihat pahanya yang sungguh putih itu. Diraba-rabanya paha mulus itu terutama pangkalnya. Lalu tangannya dimainkan di atas celana dalam cewek itu. Jari-jemarinya menggelitik daerah sekitar vaginanya. Oooh, oohhhh. Cewek itu mulai mendesah-desah. Apalagi saat jarinya kini dimainkan di liang vaginanya. Bahkan jarinya itu ditekan-tekan ke dalam liang itu, sampai akhirnya masuk sedikit. OOHhhhhh! Liani secara spontan mendesah. Lalu tangannya ikut-ikutan dengan yang dilakukan cewek itu tadi, yaitu… disusupkannya di dalam celana dalam cewek itu.Cerpen Sex

Ouw! Dirasakannya tangannya mengenai bulu-bulu di daerah tersembunyi itu. Sungguh lebat sekali bulu-bulunya! Lalu tangannya turun ke bawah dikit. Kini tangannya mencapai daerah terlarang dari cewek ini. Namun cewek ini diam saja saat tangannya mencapai daerah terlarangnya. Malah ia menikmatinya! Segera tangannya dimainkan di daerah vagina cewek itu. Cewek itu makin mendesah-desah. Apalagi saat tangannya menemukan dan merangsang klitoris cewek itu. Dilihatnya cewek itu merintih-rintih dan mendesah-desah serta tubuhnya menggelinjang-gelinjang. Hanya suara desahannya saja yang ditahannya. Sehingga ia mendengar desahan-desahan pelan cewek itu. Apalagi setelah mulutnya kini kembali mengenyot-ngenyot dada cewek itu. Dirasakannya vagina cewek itu basah berair. Demikianlah Liani yang tadinya agak memandang rendah cowok ini dan bermaksud “mengetest”nya kini ternyata tidak hanya cowok itu lulus ujian tapi juga mampu membuatnya lupa diri. Ia lupa dengan niatnya ingin mengetestnya karena sekarang malah ia jadi menggelinjang-gelinjang kenikmatan sudah lupa akan segalanya. Namun ternyata cowok itu tidak berhenti sampai disitu saja dalam hal “memanaskan” dirinya. Karena cowok itu kini berjongkok di depan Liani, membuka kedua kakinya lebar-lebar. Dan….mulutnya menjilati vaginanya. Oooohhhh! Liani jadi makin tak tahan lagi untuk tidak menggeliat-geliatkan tubuhnya. Apalagi teknik jilatan cowok itu lumayan juga. Paling tidak cukup untuk membuatnya jadi basah kuyup. Oleh karena di dalam gedung bioskop yang ruang geraknya terbatas, mereka tak mau berlama-lama. Begitu tahu Liani telah siap, segera dilepaskannya celana dalam cewek itu. Ia harus melepas sepatu cewek itu dan meloloskan celana dalam itu dari tubuh cewek itu. cerpensex.com Supaya lingkup geraknya lebih bebas. Kemudian ia menurunkan celananya berikut celana dalamnya. Dan, dengan menunggingkan tubuh Liani, bleesss! dimasukkannya penisnya ke dalam vagina cewek itu dalam posisi doggy style. Disodok-sodoknya vagina itu yang dirasakannya amat sempit itu. Kedua tangannya memegang payudara cewek itu. Ditepuk-tepuk dan diremas-remasnya. Akhirnya cewek itu berhasil disetubuhinya juga. Cewek yang di luar tadi mengacuhkan dia dan memandang rendah dirinya. Namun sekarang keadaannya sungguh berbeda. Kini dirinya berada di dalam tubuh cewek itu, dan menikmati cewek itu!

Sementara Liani sungguh menikmati genjotan penis cowok itu di dalam tubuhnya. Ia dengan lirih mendesah-desah saat penis cowok itu menyodok-nyodok di dalam dirinya. Apalagi ditambah ketegangan bahwa kegiatan itu berlangsung di tempat umum, di dalam bioskop! Sementara cowok ini ternyata sungguh perkasa mengocok-ngocok vaginanya. Setelah itu mereka berganti posisi. Kini cowok itu duduk dibangku bioskop itu. Sementara Liani duduk di pangkuannya. Tapi sebelum itu, rupanya Liani ingin menelanjangi bagian bawah cowok itu, sama seperti cowok itu yang sebelumnya melepas celana dalamnya. Dilepasnya celana panjang dan celana dalam cowok itu dari tubuhnya sehingga kini bagian bawah cowok itu telanjang. Sementara, cowok itu menyingkap rok seragamnya yang dikenakannya itu, sehingga kini pantat dan bulu kemaluannya terbuka bebas. Seandainya gedung itu tidak gelap dan ada orang yang menoleh ke belakang, tentu orang itu bisa melihat kedua paha dan bulu kemaluannya dengan jelas! Kini Liani duduk dengan manis di pangkuan cowok itu. Namun tentu bukan sekedar pangkuan biasa. Tapi penis cowok itu masuk menembus ke dalam vaginanya. Setelah itu, giliran Liani yang menggoyang tubuhnya sendiri naik turun. Sementara kedua tangan cowok itu memainkan payudaranya.
“Oooh….ohhhhh……ohhhhhh…….ohhhhhhh”
Ia terus mendesah-desah. Dan ia terus menggoyang tubuhnya naik turun. Beberapa saat lamanya. Sampai akhirnya,
“Uuuuuhhhhhhhhhhhhh…..uuuuuhhhhhhhhhhhhhhhhhh….uuuuuuuhhhhhhhhhhhhh”
ia melenguh-lenguh panjang, saat ia mengalami orgasme. Orgasme di dalam gedung bioskop karena disetubuhi oleh cowok tak dikenal! Oleh cowok yang awalnya dipandang rendah!

Setelah Liani orgasme, ia melepaskan tubuhnya dari penis cowok yang masih mengeras itu. Kemudian cowok itu menyuruh Liani untuk mengulum penisnya.
“Sekarang giliran lu yang isep dong say.”
“OK, tapi jangan dikeluarin ya. Kalo mau keluar, bilang ya.”
“Beres dah,” kata cowok itu.
Segera Liani dengan patuh mengemut buah zakar cowok itu. Lidahnya menjilat-jilat buah zakar cowok itu. Lalu mulutnya mengulum dan menghisap-hisap batang penis itu.
“Shleeb..shleeeb…shleeeb…”
Seperti mengemut ice lolipop saja Liani saat itu. Cuman bedanya ini lebih besar.
Lalu ujung lidahnya digunakan untuk menjilat batang penis itu dari pangkal dekat buah zakar, terus naik ke atas sampai ke ujung kepala penis yang disunat itu. Lidahnya menjilati leher penis itu, dan mengitarinya, sampai tiga kali. Lalu seluruh bagian kepala penis itu disapunya dengan ujung lidahnya.
Setelah itu, balik lagi disepong-sepongnya batang penis itu. Seperti ice lolipop tadi.
“Shleeb..shleeeb…shleeeb…”
Kemudian Liani mengeluarkannya dari mulutnya. Ia takut kalau-kalau isinya akan segera keluar.
Tapi saat itu tiba-tiba cowok itu mengocok penisnya, saat penis itu tepat berada di depan mukanya. Dan….
tiba-tiba, Crooot, croott, crooottt.Cerpen Sex
Penis itu memuncratkan seluruh isinya, membasahi muka Liani! Membuat mukanya kini jadi belepotan penuh sperma cowok itu!
Karena cowok itu menahan kepalanya dan tak memberinya kesempatan untuk menghindar. Ia memang sengaja ingin memuntahkan isi penisnya itu ke muka cewek ini!

Yah, sudah dibilang, jangan dikeluarin kayak gini, batin Liani, sekarang jadi belepotan dah muka gua. Di dalam gedung bioskop lagi. Mana abis ini gua mau ketemu sama teman gua lagi.
Sialan betul nih cowok, sudah dikasih enak malah ngerjain orang.
Sementara cowok itu nampak puas menumpahkan isi penisnya ke wajah cakep Liani. Ia tersenyum cengengesan melihat wajah cewek itu sekarang jadi belepotan karena spermanya.
Karena Liani tidak ingin sperma yang membasahi wajahnya itu turun ke bawah ke tubuhnya, segera ia mengambil apa yang ada di dekatnya untuk mengelap mukanya itu. Dan akhirnya digunakannya celana panjang cowok itu untuk mengelap mukanya.
Sialan, dua kali main di dalam mal, momen “crott” nya nggak ada yang bener, gerutunya dalam hati.
Cowok itu sebenarnya tidak ingin Liani menggunakan celana panjangnya untuk mengelap mukanya itu. Namun dalam hal ini ia kalah cepat dengan cewek itu. Karena saat itu ia terlena karena puas menyaksikan wajah cewek itu belepotan. Tak lama kemudian, Liani mengaitkan kembali branya dan mengancingkan baju seragamnya.
“Gua ke toilet dulu ya,” kata Liani, karena ia ingin cuci muka. Saat ia ingin membawa celana dalamnya, cowok itu tidak memberikannya.
“Lu pakenya disini aja. Nanti sehabis lu balik dari toilet,” kata cowok itu.. Karena setelah ini ia masih ingin menggrepe-grepe cewek ini.
“Lu bawa ini aja. Ke toilet sekalian tolong bersihin ini,” kata cowok itu sambil menyodorkan celana panjangnya yang basah kena spermanya sendiri itu,” Tolong lu bilas dengan air supaya nggak bau.”
Sialan cowok ini, pikir Liani. Habis mainin orang, sekarang malah main nyuruh aja. Emang pikirnya gua pembantunya. Enak aja suruh orang nyuci celananya. Namun Liani tidak membantah. Dibawanya celana panjang milik cowok itu ke dalam toilet.

Cowok itu lagi duduk dengan santai menonton film bioskop itu. Baru saat inilah ia menonton film di layar depan itu. Ia agak kecapean juga setelah barusan maen dengan cewek itu. Gila bener hari ini. Mimpi apa gua bisa maen sama cewek kayak dia itu. Cakepnya dan putihnya kayak gitu. Apalagi ternyata dia cukup jago juga maennya. Hatinya benar-benar puas! Tapi lama kelamaan kakinya terasa kedinginan juga. Makin lama ac bioskop itu rasanya makin dingin. Apalagi orang di dalam gedung itu hanya segelintir. Lama bener sih cewek itu nggak balik-balik, pikirnya. Lho! Saat itu ia baru sadar ternyata celana dalamnya nggak ada disitu. Rupanya terbawa waktu cewek itu membawa celana panjangnya. Ingin rasanya ia memburu cewek itu ke toilet memintanya untuk cepat-cepat kembali. Namun itu tidaklah mungkin karena saat ini ia tak bercelana. Biarlah gua tunggu cewek itu datang aja. Namun ternyata cewek itu nggak datang-datang juga. Sampai akhirnya filmnya berakhir dan lampu gedung dinyalakan.

Sesaat kemudian…
“Eh, lu tahu nggak,” kata Herlina kepada Liani,” Barusan ada cowok yang digiring satpam. Gara-garanya ia keluar dari gedung bioskop nggak pake baju. Bajunya digunakan untuk menutupi selangkangannya. Soalnya cowok itu nggak pake celana. Dan, tahu nggak, hihihi, ternyata cowok itu pake celana dalam cewek, warnanya merah muda lagi.”
“Lu baru dateng sih, jadi nggak ngeliat. Orang-orang pada heboh. Cewek-cewek yang di deketnya pada teriak-teriak. Tapi abis itu pada ketawa semua. Kayaknya orang gila deh itu.”
Liani hanya tersenyum geli membayangkan itu. Biar tahu rasa, cowok nggak tahu diri. Sudah dikasih enak malah ngelunjak. Saat cowok itu menyuruhnya membersihkan celana panjangnya, sekaligus diam-diam dicomotnya juga celana dalam cowok itu. Setelah ia membersihkan mukanya, ia langsung keluar kompleks bioskop itu. Tentunya dengan menyembunyikan celana itu di dalam tasnya. Supaya nggak ketahuan orang. Setelah itu ia beli celana dalam yang langsung dipakainya di dalam toilet. Dan celana cowok itu dibuangnya di tempat pembuangan sampah yang sepi dan agak
jauh dari mal itu. Setelah itu, baru ia balik lagi ke mal itu
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd