Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Petualangan Maryanah, Sang Istri Sholehah

Chapter 30

Yanah menggeliat tubuhnya, matanya samar menangkap suasana kamarnya dan terpaku pada sosok Ayahnya yang mendengkur di sampingnya telanjang bulat. Yanah menatap tajam kontol sang Ayah yang beberapa saat lalu untuk pertama kalinya berhasil mengaduk-ngaduk rahim dan menyiraminya dengan benih-benih cinta. Yanah perlahan bangkit dari tempat tidur mengenakan bajunya kemudian berjalan tertatih keluar kamar.

“Bi…..Bi…..” Yanah berteriak memanggil asisten rumah tangganya. Tergopoh-gopoh Bi Yati menghampiri Yanah. “Iyaaa Non….mohon maaf Bibi lagi setrika” ucap Bi Yati. “Ohhh ya sudah lanjutkan saja Bi….saya Cuma mau minta tolong makan malam nanti masak yang enak ya Bi…Ayah saya baru datang””eehhh..siaapp Non…” Bi Yati kemudian berlalu meninggalkan Yanah yang masih berdiri di ruang tengah rumahnya.

Yanah kembali ke kamarnya menghampiri Ayah tercinta, “Yahhh…Ayah…bangun Yah…sebentar lagi Mas Abas pulang..” lirih Yanah berbisik di telinga Ayahnya. Pak Ali seketika bangun dari tidurnya dan buru-buru merapihkan pakaian nya kemudian keluar kamar menuju kamar tamu yang khusus disiapkan untuk dirinya jika berkunjung ke rumah anak dan menantunya itu. Sepeninggal Pak Ali, Yanah perlahan namun pasti merapihkan tempat tidur yang berantakan akibat ulah suaminya Bi Yati dan Ayah nya.

Pukul 17.30 kurang lebih Abas memasuki rumahnya, cukup kaget ketika melihat mertuanya sedang asyik menikmati secangkir kopi panas di ruang tamu. “Lho…Ayah kapan datang?? Kenapa gak ngabari kami supaya bisa kami jemput”Abas mencium tangan mertuanya dan duduk disamping Pak Ali. “Baru saja Nak….ahhhh gak perlu Ayah tahu kalian sibuk, Ayah masih bisa kok datang kesini dengan sendirinya…gimana kabar mu Nak??” sejurus kemudian menantu dan mertua itu terlibat percakapan yang hangat, sesekali diselingi derai tawa dan candaan-candaan khas laki-laki di sore hari.

“Mas….ini tehnya..” tiba-tiba Yanah hadir menginterupsi percakapan kedua lelaki itu. Dengan perut yang sudah membuncit Yanah menghampiri Abas dan meletakan secangkir the manis hangat di depan suaminya. Abas memeluk dan mencium Yanah, diusapnya perut Yanah yang membesar, “Sehat-sehat ya Nak….sebentar lagi kamu keluar dari perutnya Bunda..” Abas berbicara sambil mengelus perut istrinya. Yanah hany abisa tersenyum melihat kelakuan suaminya, sementara Pak Ali terkekeh kemudian meminta Yanah untuk mendekat. “Sini Nduk…Ayah juga pengen mengelus cucu Ayah” Abas menggeser duduknya agar Yanah bisa duduk diantara mereka berdua.

Pak Ali dengan sigap kemudian mengelusi perut anaknya sambil membacakan beberapa do’a untuk keselamatan jabang bayi dan ibunya kelak saat melahirkan. Keasyikan mereka harus di jeda ketika adzan maghrib bergema dilangit angkasa. Semuanya bergegas untuk menunaikan kewajiban mereka selaku umat beragama, yang dilanjutkan kemudian dengan makan malam bersama layaknya sebuah keluarga yang lama tidak bertemu, kini berkumpul mereka saling bercengkerama menceritakan apa saja yang sudha mereka alami selama ini.

Abas sangat antusias menceritakan kehamilan Yanah dengan usaha yang luar biasa dan dirinya sungguh sudah tidak sabar ingin menggendong sang anak kelak. Pak Ali manggut-manggut mendengarkan penuturan Abas, sementara Yanah hanya diam mendengarkan kedua laki-laki yang istimewa dalam hidupnya bercerita. Selesai acara makan malam Yanah pamit beristirahat dikamar, meninggalkan Pak Ali dan Abas yang masih terlibat percakapan sambil menonton TV siaran olahraga kesukaan mereka berdua.

“Ayah..klo bisa tinggal disini agak lama, saya mau nitip Yanah…kebetulan besok sore saya harus keluar kota seminggu Yah…dan perkiraan pekan ini Yanah melahirkan” Abas menuturkan rencana tugas kantornya, Pak Ali tersenyum girang, “Tenang Nak..biar sementara ini Ayah yang jaga Yanah, kamu selesaikan saja urusan kantornya” Abas tersenyum lega mendengar kesediaan mertuanya untuk menjaga Yanah. Sebelumnya Abas sudah berencana akan menitipkan Yanah ke rumah orang tuanya selama dia dinas, Abas begitu khawatir karena perkiraan dokter masa persalinan Yanah sudah sangat dekat. “Terima kasih Ayah…..ehhmmm saya mohon ijin istirahat duluan” Abas kemudian meninggalkan Pak Ali.

Yanah belum terlelap ketika Abas memeluknya dari belakang dan mempermaikan memeknya. Yanah hanya menggeliat membiarkan suaminya berbuat semaunya malam itu setelah sekian lama dirinya tidak pernah di jamah oleh suaminya. Abas makin agresif mencopoti baju tidur Yanah hingga Yanah benar-benar bugil. Abas menelan ludah melihat tubuh molek istrinya dengan kondisi perut yang membuncit justru semakin menambah aura sensualitas Yanah sebagai perempuan. Abas melebarkan kedua paha Yanah dan memposisikan kontolnya di bibir memek istrinya. “Blessssshhhh….ahhhhh….shhhh…..nikmatnya memek kamu Sayaanggg…ahhhh” Abas memejamkan matanya merasakan jepitan memek istrinya yang sudah lama tidak di setubuhinya.

Yanah mendesah menerima hujaman kontol suaminya, meski sebenarnya Yanah inginkan pemasana terlebih dahulu, namun Yanah cukup maklum jika suaminya sudha tidak tahan dan main langsung hajar saja. Beruntung memek Yanah sudah mengeluarkan pelumas hingga proses senggama itu tidak terlalu menyakitkan bagi Yanah. Abas berbacu di atas tubuh istrinya, Tangan nya menopang tubuhnya agar tidak terlalu menghimpit perut istrinya yang buncit. “Plokkk…Plokkk….Clokkk…..Clooppp…..plokk…” bunyi benturan kelamin mereka berdua, hujaman demi hujaman di lancarkan oleh Abas untuk menggempur memek istrinya.

Memek yang selalu membuat Abas mabuk kepayang karena kelegitannya, Yanah bergoyang mengimbangi gerakan kontol suaminya. Keduanya berpacu dalam birahi menuntaskan segala rindu dan dendam yang selama ini mereka pendam. “aahhhh….ahhhh,…..ahhhh…..Maaassss….ahhhhh….shhhh” Yanah mendesah manja disela-sela tusukan kontol suaminya. Abas semakin bersemangat menghujamkan kontolnya memborbardir kelamin istrinya…hingga akhirnya “Ahhhh…ssshhh…akuuuuhhh keluar Saaayyyaangg…ahhhhh…” “Crrooottttt…ccroott….crrrooott…” Semburan demi semburan sperma nya di tumpahkan kedalam rahim Yanah.

Yanah sedikit melenguh, ada rasa kecewa dihatinya karena belum mencapai klimaksnya namun sang suami sudah klimaks terlebih dahulu. Abas menggeser tubuhnya ke samping Yanah, “Plop” bunyi terlepasnya kelamin mereka. Abas kemudian terlelap sambil memeluk Yanah, sementara Yanah menitikan air mata karean belum puas atas persetubuhan ini. Namun Yanah memilih diam dan memaklumi keadaan suaminya yang akhir-akhir ini sibuk dengan urusan pekerjaannya hingga abai akan kebutuhan seksual Yanah.

Dalam dekapan suaminya dan di iringi derai air mata Yanah akhirnya ikut terlelap dalam mimpi. Sepasang suami istri itu pun mendengkur saling dekap, keduanya lelah hingga akhirnya tertidur. Yanah bangun terlebih dahulu dari Abas suaminya, meski perut sudah membesar namun Yanah tidak melupakan kewajiban nya sebagai istri yang harus menyiapkan sarapan pagi untuk suami tercinta. Ditambah lagi saat ini ada Pak Ali Ayahnya yang menginap, tentu pekerjaan di pagi hari sebagai Ibu Rumah Tangga harus Yanah jalankan dengan penuh kesungguhan.

Setelah sarapan, Yanah kemudian membantu Abas untuk menyiapkan perlengkapan baju dan peralatan lainya yang akan di bawa oleh Abas dinas nanti. Satu persatu dimasukannya ke dalam koper dan di tata sedemikian rupa agar rapih dan muat tidak berantakan. Setelah beres packing Yanah kembali kedapur untuk tugas yang lainnya. Bi Yati sudah hadir, wanita itu sedang sibuk memotong-motong sayuran dan lauk yang akan di masak untuk makan siang hari ini. Yanah sedikit memberikan instruksi pada Bi Yati sambil sesekali membantu Bi Yati menyiapkan menu makan siang kali ini.

Waktu cepat sekali berlalu menjelang sore hari Abas berpamitan kepada Istrinya dan mertuanya. Yanah melepas suaminya dengan sepenuh do’a agar segala urusan sang suami di mudahkan Allah SWT, dijauhkan dari segala mara bahaya dan memperoelh rezeki yang berlimpah lagi halal untuk anak dan istrinya. Pak Ali ikut melepaskan kepergian Abas dari teras rumah mereka berdua melambaikan tangan mengiringi kendaraan yang di naiki Abas berlalu kemudian menghilang di pengkolan.

Yanah kembali masuk kedalam rumah kemudian menuju dapur, Yanah berbincang-bincang sejenak dengan Bi Yati tentang keperluan esok hari apa saja yang harus disiapkan dan menu apa yang akan di masak esok hari. Menjelang Maghrib Bi Yati pamit meninggalkan rumah Yanah, dan suasana pu kembali hening seperti tanpa penghuni. Yanah menunaikan kewajibannya Sholat Maghrib tak lupa berdzikir, agak lama Yanah berdzikir setelah sholat kali ini, entahlah tiba-tiba saja Yanah merasa perlu banyak-banyak berdzikir, hatinya tiba-tiba gundah gulana, gelisah tiada tara.

Pak Ali masih santai di ruang tamu sambil menonton televise menunggu kehadiran Yanah keluar dari dalam kamarnya. Diraihnya remote control dan jemarinya memencet tombol-tombol remote control mencari-cari siaran yang disukainya untuk membunuh waktu sementara ini. Hampir satu jam lebih Pak Ali menunggu Yanah keluar dari kamarnya, hingga kemudian Pak Ali menangkap langkah-langkah berat Yanah menghampirinya dengan senyum dan perutnya yang membuncit. “Ayah…kita makan yukkkk” ajaknya. Pak Ali mengikuti Yanah dari belakang, bokong montok anaknya begitu menggoda malam ini.

Bokong itu seperti mengundang tangan Pak Ali untuk menjamah dan meremasnya, namun segala pikiran kotor di tepis oleh Pak Ali, karena saat ini fokus mereka berdua adalah menghabiskan makan malam. Keheningan menghinggapi meja makan itu, Yanah dan Pak Ali asyik dengan pikiran masing-masing hingga tak tahu apa yang perlu di bicarakan lagi. Keduanya serius mengunyah, sesekali keduanya meneguk air minum untuk melancarkan pergerakan nasi dan lauknya di lorong tenggorokan mereka masing-masing.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd