Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Petualangan Pendekar Cinta

Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Feeling ane, apdetan-nya bakal lama nich ..
 
mohon maaf suhu-suhu baru bisa apdet lagi... biasa mahasiswa bentar lagi do... menyelamatkan diri dulu sebelum do...
kali ini diupdate 2 chapter...

PART 3: IT'S MORE LIKE HELL
Khayalanku akan kontrak itu bahwa aku akan mendapatkan kesempatan untuk berhubungan seksual dengan bu maya ternyata tidak seindah yang kupikirkan. Bu maya hanya memperlakukanku sebagai alat pemuas nafsu, alat hiburan penghilang stressnya di akhir pekan. Dan hakku untuk mendapatkan kepuasan benar-benar tidak ada. Itu sebenarnya tertulis dalam kontrak, hanya saja aku tidak menyadarinya sampai kejadian di hari pertama itu. Setelah tiga bulan berjalan, surga yang kuimpikan lebih terasa seperti neraka. Pertama, fisikku terus menerus dieksploitasi oleh bu maya, setelah berolahraga dengan porsi berat di gym tiga kali seminggu, di akhir pekan pun aku tidak bisa beristirahat karena itu adalah jadwalku melayaninya.
Permintaan bu maya selalu saja aneh-aneh, suatu waktu ia memintaku menjilati vaginanya sambil ia menikmati makan malamnya. Ia duduk menikmati makan malam sambil mengangkangkan kakinya, mempermudah diriku yang terduduk di kolong meja makan sambil melakukan tugasku. Yang lebih gilanya lagi, mbak Sum, pembantu bu maya, berada di ruangan itu, bolak-balik dari dapur ke ruang makan melayani berbagai permintaan bu maya. Aku tidak tahu apakah mba sum menyadari keberadaanku atau tidak.
Di lain waktu ia membungkus seluruh tubuhku dengan lakban tanpa menyisakan sejangkalpun tubuhku yang terbuka kecuali hidung, mulut, dan si emon tentunya. Ia membawaku ke suatu tempat dengan kendaraannya, entah kemana, dan aku terbungkus seperti itu hampir selama 12 jam. Selama itu tak henti-hentinya ia mempermainkan si emon, sampai ia orgasme berkali-kali, tapi tak sedikitpun membiarkanku orgasme. Ini adalah neraka yang lainnya.
Aku tidak pernah mencapai orgasme lewat hubungan kelamin bersama bu maya, orgasmeku hanya kudapat dari handjob atau oral seks, itu pun sangat jarang. Entah kenapa selama berhubungan kelamin, bu maya selalu berhasil orgasme lebih dulu dan kemudian dia menghentikan permainan, membuatku merasa tanggung, yang akhirnya harus kuselesaikan dengan mastrubasi di kosanku. Jujur saja, aku benar-benar frustasi, untung saja tangan dan bantalku masih bisa kuandalkan dalam masalah ini.
TRING!
Denpasar View jam delapan jangan lupa.
Sebuah pesan dari si jaka, teman kuliahku, mengingatkan janji yang kami buat seminggu lalu. Denpasar view adalah sebuah kolam renang umum yang terletak di perumahan elit di dekat kampus kami, sejak semester awal aku dan beberapa teman dekatku memang senang sekali berenang di sana, selain untuk menyegarkan tubuh dalam cuaca panas kota besar, di sana terdapat pemandangan indah para gadis belia dan mahasiswi yang menggunakan pakaian renang. Sungguh sebuah surga bagi para pemilik otak mesum. Aku segera bangkit dari kasur, memasukan barang ke tas dan meluncur ke tkp.
Jaka, indra, indah dan rere adalah teman-teman dekatku di kampus. Kami menjadi dekat, walau tidak satu jurusan, karena acara ospek ketika mahasiswa baru dulu. Biasalah... teman satu kelompok yang tetap menjalin hubungan. Jaka adalah anak keturunan sunda seperti diriku, tubuhnya tinggi kurus berkulit putih dan berambut gondrong. Hobinya adalah bermain musik, bandnya sudah beberapa kali ikut kompetisi tapi tidak pernah menang, cita-citanya menjadi seorang bintang rock. Indra adalah orang jawa, dia anak teknik komputer, dia sangat ahli dan jago dalam hal perkomputeran baik itu software maupun hardware, dengan bantuan indra lah aku dapat mendownload banyak video bokep menggunakan wifi kampus yang sebenarnya bukan untuk umum. Kurasa cita-citanya menjadi hacker. Indah adalah cewe tomboy berdada rata yang senang olahraga, dia adalah anggota tim basket kampus kami. Rambutnya pendek sebahu, kulitnya sawo matang, matanya agak sipit walau bukan cina dan tingkahnya tidak ada feminine sedikitpun. Tangannya kekar seperti layaknya cowo karena sangat senang berolahraga, bahasanya kasar dan jalannya pun seperti laki-laki. Kurasa aku, jaka dan indra tidak pernah menganggapnya sebagi perempuan. Kalau rere kebalikan dari indah 180 derajat, rambutnya panjang hitam mengkilap seperti model iklan sampo, tubuhnya sintal dengan dada yang cukup besar, cukup membuatku menelan ludah jika dia sedang berenang dengan tanktop hitamnya itu. Kulitnya putih bersih, bibirnya merah merona, matanya coklat indah. Sayang, kelebihan rere hanya ada di fisiknya saja, karena kurasa otaknya kosong, dia sering lola ketika diajak mengobrol hal berat dan nilai kuliahnya pun ancur-ancuran.
"wei dasar tukang tidur.. telat setengah jam lo..." jaka protes.
"sorry... semalem abis gawe..." aku tersenyum sambil terus memandangi dada si rere yang nampak menyembul dari kaos ketatnya.
"waduh.... semenjak bapak lo bangkrut, jadi super sibuk nih..." indra menimpali.
"iya nih..." rere ikut nimbrung.
"ya... gimana lagi, life must go on kan.... eh iya gua gak bisa lama-lama kayak biasa nih, jam sebelas mesti cabut ya"
"buset.... lo kerja apaan sih, susah banget buat ngumpul...." indah sewot.
"banyak dah... nah hari ini jadwal gua jaga di perpus...."
"halah.. gak asih nih.... ya udah nyok nyebur...." indra dan jaka yang sudah bertelanjang dada segera berlari ke kolam renang diikuti rere. Mereka terlihat bercanda sambil bermain air bersama.
"lo gak nyebur....?" tanyaku pada indah sambil melepas kaus.
"ntar aja barengan lo...." matanya melirik padaku.
"cie... maunya sama gua... sori ya gua bukan homo...." candaku.
"ih.. sialan lo.." indah meninju perutku pelan. "eh...." tangannya masih menempel di perutku, ia memandanginya dengan mimik terkejut.
"gak usah pegang-pegang deh...." aku memegang tangannya, dan menariknya agar berdiri, indah mengikutiku tanpa protes.
"sejak kapan lo punya sixpack?" indah bertanya malu.
"sejak...." aku memandangi perutku sendiri dengan rasa heran, aku tidak sadar bahwa tubuhku mulai terbentuk karena olahraga berat dari pak jaja. "sejak lo pegang barusan...." jawabku usil.
"dih... gak jelas lo...." indah nampak tersipu, kurasa dia senang dengan gombalanku. Sudah sejak lama ini, memang aku merasa bahwa indah ada perasaan berbeda terhadapku, sayang, dia bukan tipeku. Cewe berdada rata itu tidak menarik. "boleh pegang gak? Gua suka penasaran sama yang namanya sixpack" tanyanya malu-malu.
"nih pegang aja...." aku membusungkan perutku kepadanya, dia mulai mengelus perutku dan naik ke atas ke dadaku yang bidang, dia seperti seorang anak kecil yang baru saja menemukan mainan, wajahnya begitu senang, lalu tangannya mulai menyentuh putingku yang secara otomatis mengaktifkan si emon. Tak mau emon berdiri di tempat umum seperti ini, aku segera menarik tangan indah dan membopong badannya, nampak di wajahnya raut keterkejutan. "udah jangan lama-lama..." aku segera melemparkan indah ke kolam renang di mana yang lain sedang bercanda. "asu...... lo ren!" indah naik dengan baju yang basah kuyup, mengambil tas lalu pergi. Sepertinya dia pulang karena kesal. Aku dan teman-teman yang lain hanya terbengong.
***

Aku berdiri di depan cermin di kamar kosanku, mengagumi sendiri transformasi tubuhku yang kini telah berotot. Lekukan otot perut dan dada yang nyaris sempurna, seperti bentuk tubuh model di kemasan susu penambah massa otot yang terkenal itu. Lalu otot lengan, bisep dan trisep, bau dan pundak pun membentuk suatu keindahan tersendiri bagi tubuhku ini. Pernyataan indah tadi siang, membuatku sadar akan transformasi luar biasa ini. Ternyata latihan berat pak jaja, tidak sia-sia. Kini aku makin bersemangat untuk datang ke gym esok lusa, dengan tubuh seperti ini, kira-kira kesempatan apa yang bisa kudapat ya? Menjadi model? Hm.... wajahku cukup tampan kok. Aku tersenyum-senyum sendiri di depan cermin. Lebih baik kuputuskan nanti saja setelah kontrakku habis dengan bu maya yang tinggal tiga bulan ini.
"misi mas....." suara pintu terbuka, dan kepala mba sum melongok dari luar.
"iya mba.. masuk aja..." jawabku tanpa menoleh. Mba sum adalah pembantu bu maya yang bertugas mengurusi pekerjaan rumah tangga bu maya dan kebersihan kos-kosan miliknya ini, dan kebiasaannya di sore hari adalah membersihkan kamar para penghuni kos, dengan seijin penghuni tentunya. Mba sum sudah cukup lama bekerja dengan bu maya, umurnya sekitar 30 tahun, seorang janda dari desa yang ditinggal kawin lagi oleh si mantan suami. Menurut kabar sih si suami kesal karena mba sum tak kunjung hamil, tapi menurutku, cara suaminya meninggalkan mba sum sungguh tidak terpuji. Padahal kalau dilihat-lihat, mba sum itu cukup manis, tubuhnya sintal berisi, dadanya bulat besar dengan bokongnya juga besar. Mirip dengan bu maya, hanya saja tidak segendut bu maya. Mba sum lebih agak langsing, kalau bu maya masuk kategori gendut, mba sum itu termasuk semok, seksi dan montok.
"mas lagi ngapain ngaca-ngaca begitu?" mba sum berkomentar, melihat kelakuan anehku di depan cermin.
"ini mba... badanku bagus gak? Trus mukaku ganteng kan ya?" aku dengan pedenya berpose depan mba sum layaknya binaraga, bedanya aku memkai boxer bukan celana dalam.
"idih... si mas...." mba sum menutup mulutnya dengan tangan menahan senyum. "pede banget toh... tapi emang ko si mas ini ganteng, trus badannya sekarang bagusan, jadi kayak siapa itu yang main film transporter..."
"jason statam mba..."
"iya lah itu...."
"wah... jadi model bisa dong nih... hehe."
"bisa... bisa.. mas... model majalah trubus...."
"idih... si mba... ganteng gini masa jadi model majalah hewan dan tanaman..."
"hihihi... udah mas... aku mau nyapu nih..."
"iya.... monggo disapu...." aku mempersilahkan mba sum agar lebih leluasa, sebuah pesan dari hapeku menarik perhatianku. Ternyata itu dari nyonya besar bu maya, ya ampun, aku lupa malam ini jadwal tugasku. Dengan tergesa-gesa aku mengambil kaus dan berlari keluar kamar menuju rumah mba maya lewat pintu belakang, meninggalkan hape dan pesan mba maya yang belum ditutup. Sekilas kulihat mba sum nampak melirik hape itu ketika aku meninggalkan kamar.



PART 4: NEW SLUT
Aku terkapar di kasur dengan tubuh yang sangat lelah, setelah seharian penuh melayani semua perintah bu maya, dan tentunya tanpa mencapai orgasme. Si emon masih berdiri tegak, ingin rasanya menyelesaikan birahi ini dengan jurus tangan, tapi tubuh ini terlalu lelah. Aku hanya terbaring menatap langit langit kamar. Kali ini bu maya ingin dipijat sensual, aku pun memijatnya selama hampir tiga jam, membuat bu maya orgasme dua kali selama memijat. Tanganku sekarang pegal bukan main. Lebih jahatnya lagi, kali ini dia bahkan tidak menyentuh si emon, setelah berdiri selama hampir tiga jam, emon diabaikan begitu saja. Sungguh-sungguh penyiksaan seksual. Ah... aku harus bersabar menerima ini, di samping itu aku harus memikirkan cara mendapatkan uang untuk bayar kosan setelah kontrak ini berakhir, aku benar-benar tidak sudi melanjutkan kontrak seperti ini.
"mas...." kudengar suara seseorang dari pintu. Aku mencoba bangkit, melihat sumber suara, dalam kondisi kamarku yang temaram karena lampu tidak kunyalakan, aku masih dapat melihat jelas siluet tubuh itu adalah milik mba sum.
"mba...!" aku terkejut, karena mba sum, masuk ke kamarku di saat aku terkapar di kasur dalam keadaan telanjang bulat, dengan si emon masih berdiri tegak.
"Sssst..."mba sum meletakan jarinya di bibirku untuk menyuruhku diam, ia mendorong lembut tubuhku untuk kembali berbaring di kasur, aku sungguh tidak paham maksudnya. "mas gak usah kaget, mas tenang saja dulu ya.... sebentar." Ia kembali ke pintu, dan menguncinya dari dalam. kini dia kembali duduk di pinggir kasur di sampingku, ia memegang tangan kananku dan mengelus-elusnya. Ia amengenakan kaus ketat berlengan pendek dan berkerah v yang mencetak bentuk payudaranya yang besar serta bulatan lemak di perutnya, belahan dadanya nampak terlihat jelas. "mba tahu semuanya...." kata-katanya seperti seorang pacar yang akan melabrak pacarnya yang selingkuh.
"maksud mba?" aku bingung.
"mas dan bu maya.... bukan sekali dua kali mba memergoki apa yang mas lakukan dengan bu maya di rumah."
"oh..." aku tidak tahu harus berkata apa. "lalu?"
"mba juga sempat merekam beberapa dengan hape."
"apa?" aku sepertinya mulai menyadari kalau mba sum berniat sesuatu.
"mas pastinya gak mau kan ini tersebar...." mba sum, mencoba mengintimidasi.
"mba.... kalau mba menyebarkan itu, nama bu maya juga pasti tercoreng, nanti jika mba dipecat bagaimana?" aku balik mengintimidasi.
"eh...." dia nampak kaget. "itu... anu... mba sudah menyensor wajahnya bu maya kok!" dia jawab cepat. Hm... seorang mba sum yang gagap tekonologi bisa melakukan itu? Mustahil. Biar kuikuti saja permainannya.
"mau mba apa sekarang?"
"mas harus membantu mba melepaskan birahi...." tangannya membela dadaku yang bidang. Hm... pucuk dicinta ulam pun tiba, walau dalam kontrak aku tidak boleh berhubungan dengan wanita lain, jika bu maya tidak tahu tidak apa-apa kan. Kurasa mba sum, cocok juga jadi pemuas nafsuku yang tergantung ini. Aku memegang tangannya, lalu kutarik tubuhnya hingga dadanya menindihku. Sepasang payudara kenyal menghimpit dadaku. Wajahnya tepat di depan wajahku, hembusan nafas kami beradu.
"mba... gak perlu memerasku begitu, kalau mba minta saja aku mau kok melakukan itu dengan mba.." kutatap matanya.
"benarkah?" pupilnya mengembang.
"mba seksi... aku suka terangsang kalau mba pake kaus seperti ini." Aku mengelus dadanya dari luar kaus, kurasakan putingnya telah mengeras, rupanya dia tidak memakai bra. Aku langsung memutar-mutar jariku di sekitar putingnya.
"ah......" mba sum memejamkan mata, menikmati sentuhanku.
"mba nakal sekali.... gak pake bra..."
"ah.... mba juga gak pake cd..." matanya memandang genit. Dia menuntun tanganku masuk ke dalam roknya yang lebar, dan ternyata benar, rimbunnya bulu kemaluan mba sum langsung kurasakan tanpa penghalang. Aku mencari klitorisnya dan mulai memainkan jariku di situ. Mba sum merem melek menikmati sentuhan itu. Satu hal yang kupelajari sejak melayani bu maya tentang wanita, mereka perlu disentuh lembut di titik sensualnya, sebelum penetrasi untuk dapat mencapai orgasme. Umumnya puting dan klitoris adalah titik sensual wanita, walau mungkin ada tempat lain bergantung pribadi masing-masing.
Kini jariku mulai membelai bibir vaginanya yang mulai basah karena sentuhan-sentuhanku. Mba sum berdesah makin keras, maka kutarik dagunya dan mencium bibirnya untuk menutup suara desahan itu. Aku tidak ingin tetangga kosanku mendengar ini, bisa repot kalau sampai ada yang tahu. Kami berpagutan dan saling bersentuhan lidah. Mba sum sangat liar, kurasa sudah lama dia tidak merasakan ini sejak ditinggal suaminya.
"mas... mba udah gak tahan... masukin sekarang ya..."
"oke..." aku segera bangkit membaringkan mba sum, kuangkat kaus ketatnya sedada, sehingga memeprlihatkan dadanya yang bulat, bagian areolanya berwarna hitam besar, begitu pula putingnya. Lalu kusingkapkan roknya, sehingga terlihat kemaluannya yang ditutupi bulu yang cukup rimbun. Aku mulai memasukan si emon ke lubang vaginanya yang sudah basah. Hangat dan sempit, lebih sempit dari milik bu maya, mungkin karena mba sum tidak pernah melahirkan.
"sshhhhh.... aaghhh..." mba sum membuka mulutnya lebar-lebar sambil memejamkan mata ketika si emon mulai mendobrak masuk lubangnya. Aku pun mulai menggenjotnya secara perlahan, tangan mba sum meremas sprei kasurku menahan kenikmatan luar biasa. Sambil menggenjot, tak lupa kupermainkan buah dada besar di hadapanku itu.
"aghhh... terus mas...... aggghhhh....." mba sum kembali berdesah keras. "lebih cepat mas... mba pengen keluar...." tangannya kini meremas tanganku. Cepat sekali mba sum mencapai orgasme, apakah karena ini pertama kalinya? Aku langsung menggenjotnya lebih cepat, dan beberapa saat kemudian tubuhnya menegang, kakinya melingkari pahaku menekannya agar aku menusuk lebih dalam, dadanya membusung. Aku menghentikan genjotan, menunggu mba sum mengatur nafasnya yang tidak karuan. "mas.... hebat banget...." ia mengelus-elus dadaku. "sudah lama sekali mba enggak merasakan ini, mba biasanya melampiaskan dengan tangan sendiri, rasanya memang beda..." yah... dia malah curhat, si emon masih menancap keras di dalam lubangnya dan masih belum ingin muntah.
"mba... aku belum keluar loh... boleh lanjut?"
"ah... iya... nanti keluarin di dalam aja ya mas, jangan ditarik keluar."
"wah serius?"
"tenang, mba gak akan hamil kok..."
"oke...." aku kembali menggenjot si emon dengan perlahan, desahan nikmat kembali keluar dari mulut manis mba sum, setelah menunggu bertahun-tahun, akhirnya aku bisa merasakan orgasme di dalam lubang kenikmatan seorang wanita.
***
Suminten adalah nama panjang mba sum, dia dinikahi lelaki kampungnya di umur 17 tahun, di desa umur segitu memang sudah sepantasnya menikah. Tapi setelah lima tahun menikah, mereka tak kunjung dikaruniai seorang anak, setelah berkonsultasi ke dokter barulah suminten tahu bahwa dia tidak akan pernah bisa hamil. Ada yang salah dengan rahimnya. Semenjak itu, sang suami jarang pulang, dan setelah beberapa bulan tersiar kabar bahwa siang suami telah menikah lagi, meninggalkan suminten tanpa diceraikan terlebih dahulu. Betapa sakit hatinya, lelaki yang dicintainya memperlakukan dia seperti itu.
Suminten pun tidak pernah menuntut cerai darinya, karena perceraian itu sia-sia, tidak ada lelaki yang mau memperistri seorang wanita yang tidak bisa memberikan keturunan. Akhirnya dia memutuskan merantau ke kota menjadi pembantu rumah tangga. Adalah bu maya majikan baik hati yang memperkerjakan suminten, dia pun sangat betah bekerja dengan bu maya, hanya saja satu hal yang mengganjal hatinya. Bu maya senang melakukan aktifitas seks di tempat yang tidak biasa. Suminten sudah maklum jika mendapati bu maya dan sang suami berhubungan di dapur, di kamar mandi, di meja makan, di sofa, di garasi, bahkan di halaman belakang sekalipun, suminten akan pura-pura tidak melihat semua itu. Tapi pemandangan itu menyulut birahinya yang terpendam, ingatan hubungan seks dengan suaminya kembali menyeruak, birahinya hanya tersalurkan lewat tangan di kamar.
"mba jangan khawatir... setiap mba kepengen, mba tinggal datang kepadaku." Aku membelai paha mba sum yang kujadikan sebagai bantal kepalaku.
"serius mas? Kalau begitu mas juga kalau kepengen tinggal datang ke mba saja ya...."
"iya... tapi harus hati-hati mba... jangan ketahuan bu maya ya..."
"oke...." mba sum sudah hafal peraturan kosan bu maya yang sadis, tapi yang dia tidak tahu adalah kontrak tertulisku dengan bu maya yang menyatakan aku tidak boleh berhubungan dengan wanita lain. "mas... badan mas bagus banget, mba suka birahi kalau liat mas telanjang dada begitu... mas kelihatannya gagah gimana gitu..." mba sum membelai belai dadaku lagi, rupanya mba sum punya fetish badan berotot. "mba kepengen megangin terus... boleh kan mas?"
"boleh tapi ada syaratnya..."
"apa?"
"mba gak boleh pake bra sama cd kalau mau bersih-bersih kamarku, biar aku juga bisa megang-megang mba...."
"oke... sepakat."
"mba.. aku cape... mau tidur ya..."
"ya udah tidur aja di pangkuan mba.." tangannya terus membelai dadaku, membuat tubuhku rileks dan tanpa sadar aku tertidur.

to be continued.....
 
jadi pendekarnya waktu sama mbak Sum aja, tapi kalau sama bu Maya jadi slave....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd