PHRASERING
Chapter 1
Cerita ini murni hanya untuk share pengalaman pribadi yang tidak mungkin ku ceritakan kepada keluargaku ataupun orang-orang yang dekat denganku. Jadi aku putuskan untuk menceritakan cerita ini kepada para suhu sekalian. Tapi mohon maaf tidak bisa menampilkan foto riil sebagai mulustrasi karena semua file sudah dihapus dihadapan istri tersayang sebagai tanda tobat dan mau meneruskan kebahagiaan keluarga kecil kami.
Nikmati saja ya suhu sekalian, alurnya mengikuti kemana ingatan ini melayang.
Lomba Paduan Suara Ibu-ibu DWP tingkat kabupaten
Lomba ini rutin dilombakan di tiap kabupaten di Indonesia, peserta lombanya adalah ibu-ibu yang suaminya bekerja sebagai ASN di berbagai instansi. Sudah kebayang kan bagaimana bakalan cerita ini berlangsung. Jadi ceritanya waktu itu aku ditelpon oleh beberapa nomor tidak dikenal meminta untuk melatih lomba di instansinya. Karena berbagai kesibukan akhirnya aku menerima 3 instansi saja, sebut saja instansi x, y dan z. Ya inilah pekerjaan sampinganku, melatih semua yang terkait dengan seni musik, mulai urusan vocal, latihan instrument, paduan suara, vocal grup dll. Serabutanlah intinya. Hanya diberi waktu 2 bulan aku harus memoles 3 kelompok tadi menjadi paduan suara yang padu dan bisa menjadi pemenang di kabupaten ku. Akhirnya jadwal terbentuk dan aku mulai melatih ibu-ibu di 3 instansi itu. Semua minta minimal latihan seminggu 2 kali.
Kesan Pertama
Masuk ke 3 instansi tadi, kesan pertama yang kudapat ibu-ibu ini belum mendapat pelatihan paduan suara yang baik, jadi tidak bisa baca not, bahkan ada yang ‘sakit’, tidak bisa membidik nada (intonasi) dengan tepat. Itu soal kemampuan teknisnya. Kalau untuk usia, rata-rata Ibu-ibu STW, duh tapi mata ini tak bisa beralih dari beberapa ibu-ibu muda yang ternyata ikut. Skip aja ya latihannya, biasalah pemanasan dengan vokalisi, melatih phrasering yang benar, lalu melatih materi lagu dan terakhir koreografi/gerakan.
Gejolak Ibu Muda
Setiap instansi itu mempunyai leader yang juga kupilih sebagai dirigen. Leader ini menjadi penghubungku dengan anggota padusku, jadi memang aku minta secara khusus untuk tidak dimasukkan ke grup WA mereka. Ini untuk menjaga perasaan istri dan juga untuk menjaga image kesannya baik saja. Jadi metode latihan memang sengaja aku rekam dan kirim ke grup-grup WA itu melalui leader-leader ini. Karena itu tidak banyak yang tau kontakku secara pribadi. Sampai suatu ketika, kami foto-foto dan biasanya yang mengirim foto itu ke aku ya para leader ini. Tapi suatu waktu kok ada yang aneh ada foto-foto lain yang dikirim oleh nomor tak di kenal, dan foto profilnya hanya gambar animasi wanita berhijab.
No xxx : Pak, ini foto yang tadi ya. Kebetulan tadi pakai hp saya.
Aku: Iya Bu. Brarti ibu salah satu anggota di instansi y ya Bu?
No xxx : Iya Pak.
Aku: tapi mohon maaf Bu, Ibu yang mana ya orangnya? Nuwun sewu gag ada foto profilnya.
No xxx: Oh iya Pak. Perkenalkan saya Retha, malah lupa belum kenalan.
Aku: Ow iya Bu, salam kenal, kok ibu tau nomor saya. Dari Bu Endang ya?
(Bu Endang ini leader di instansi Y. Lalu aku lihat lagi foto profilnya dan sudah diganti. Ternyata namanya Retha, salah satu ibu muda di instansi Y. ini salah satu anggota yang membuatku menjaga mata biar tidak terkesan jelalatan. Ibu muda berhijab, dengan kulit putih, tinggi hampir sama denganku yang 172 cm, mungkin dia 160an keatas. Agak chubby tapi gag endut, dan tipe-tipe jilboobs yang modis, klo yang lain latihan ada yang pakai gamis, celana kain, Retha ini selalu tampil modis dengan celana jeans, dan tentu saja make up yang cetar lah, tapi dia pernah bawa anak waktu latihan, anaknya sudah usia TK. Sedangkan anakku masih 2th, jadi kupikir mungkin usianya lebih tua dariku)
Retha: tidak Pak, saya sudah save nomor bapak dari dulu. Saya tetangganya Bu Ambar di Perumahan BPK. Jadi dulu, waktu instansi saya cari pelatih, saya Tanya ke Bu Endang yang orang gereja, sering latihan koor dan diberilah nomor bapak.
Aku: Ohhh begitu. Jadi ibu ya yang merekomendasikan saya. Wah makasi banyak lho Bu.
Retha: Oh iya Pak sama-sama.
Lalu tidak kulanjutkan chat itu karena sudah malam dan gag enak dengan istri di rumah yang selalu ngecek HP dan semua akun media sosialku. Istriku tipikal posesif, karena mungkin latar belakangnya dia pernah disakiti cowonya, orang tuanya juga pernah punya masalah dengan orang ketiga. Dan ketika awal mulai kenalan denganku dulu, aku masih punya pacar yang akhirnya kuputuskan dan memulai pacaran dengan istriku ini kala itu.
Istri: Pah, chat sama siapa?
Aku: Ini Ma, anggota padusku ternyata tetangganya Bu Endang dan tadi ngirim foto waktu latihan tadi.
Istri: Ihhh cantik ya Pah..Awas lho gag macem-macem.
(Waduh feeling istriku kuat sekali ini, padahal aku gag ada niat macam-macam, Cuma memang seger dipandang sihh)
Aku: Ahhh Mama lho, sukanya gitu. Lha wong papah gag macem-macem aja dicurigai. Kan mama selalu cek hp, fb, ig, path papah. Klo macem-macem ya pasti ketahuan lah. Lagian gag ada yang lebih cantik dari kamu kok Ma.
(Istriku memang mempesona, aku rela ninggalin pacarku dulu demi istriku ini yang karena pesonanya. Cantiknya dia ini, cantik wanita desa. Pesonanya lebih dari inner beautynya. Kulitnya kuning, gag putih tapi juga gag gelap. Untuk body, istriku termasuk tocil, namun selama menikah memang aku gag mempermasalahkan itu walaupun istriku tau klo aku itu penggemar berat film-film porno dengan genre toket gede. Yang menjadi ganjalan buatku dalam kehidupan seks dengan istriku, istriku ini sangat tidak suka film porno, bahkan susah basah, foreplay haruslah lama bener, lalu yang menjadi tanda Tanya buatku, kok istriku gag tau rasa orgasme seperti apa, gag pernah klo aku Tanya mama orgasme atau tidak dia jawab iya. Aku jadi bingung apakah ini kesalahanku sebagai pria yang tidak bisa memuaskan wanita atau memang ini kelainan di istriku. Rasa penasaran ini malah menjerumuskanku, karena dulu sewaktu pacaran, pacar-pacarku pernah kubuat orgasme pakai jilmek, pake jari juga, digenjot dan orgasme bisa berkali-kali, dan akupun bukanlah pria yang cepat ejakulasi.)
Istri: Iya lho Pah, inget dah punya gendis.
Aku: Iya Ma iya. Yuk gendis dibikinin adek.
Lalu aku sosor aja istriku, kebetulan sekali anakku sudah tidur. Aku ingat pedomannya, harus foreplay yang lama, baru istriku ini basah. Aku cium keningnya, lalu turun ke pipinya..tak lupa aku cium kedua telinganya sampai dia mendesah-desah, lalu aku turun ke lehernya. Posisi di sofa depan tv di ruang keluarga. Lalu aku serang titik sensitifnya di bagian pundak belakang, buka dulu bajunya dan kami sama-sama telanjang. Lalu ku serang lagi pantatnya, dan kuemut jari-jari kakinya. Ketika kuraba memeknya ternyata sudah lumayan basah, lalu aku mulai jilmek, curi-curi ku jilat juga boolnya. Sambil kujilat, kumasukkan jariku dan ku kobel istriku, desahannya makin lama makin liar. Dia minta dimasukkan, tapi tunggu Ma, aku belum puas bikin kamu merem melek. Sudah demikian liar, Istri juga belum sampai ke puncaknya, lalu aku minta disepong. Uhhh.. ini yang luar biasa dari istriku, gag mau kalah dia. Diserangnya dua putingku. Gila…walaupun sudah sering tapi tetap saja rasanya melayang-layang..sambil dikocoknya kontolku yang sudah menengang. Dia tahu kalo untukku titik sensitifnya ya kontol. Dihisapnya kontolku, dihisapnya juga buah peler. Gila istriku tau, klo boolku juga bikin aku mendesah-desah. Di rimnya aku..aduhh melayang..lalu mulai ku genjot dia. Pelan lalu masuk tempo sedang. Ganti posisi ke posisi favoritnya doggy style. Ku genjot sekencang-kencangnya sampai istri gag tahan untuk mulai teriak (tenang saja rumahku di desa, agak jauh posisi satu dengan lainnya, tidak seperti di perumahan). Lalu aku minta dia diatas, dan mulai istriku menggoyang dengan liar, tapi tetap saja dia tidak ada tanda-tanda orgasme. Lalu kembali ke posisi misionaris. Cukup lama kami bermain, dan istri gag mau aku keluar di dalam, ya aku minta disepong sampai keluar. Istri tau keinginanku, kembali tanpa jijik dia menjilat-jilat kontolku, luar biasa, akhirnya keluar juga.
Aku: Ma.***gal deh bikin adek
Istri: Ahhh papah lho, besok aja klo gendis dah 4 atau 5 th. Jangan sekarang.
Istriku memang tidak ber KB jadi ya kami harus hati-hati klo ML. Tapi rasa penasaranku karena istri tidak pernah orgasmelah yang akan menjadi drama.
Drama-drama itu penghias hidupku dan menjadi kenangan yang tidak mungkin kutulis di buku harianku, juga tidak mungkin kuceritakan kepada teman, sahabat dan terlebih keluargaku. Jadi, cerita ini sekaligus sebagai diary buat aku.
.
.
Makasi ya suhu sudah mampir, belum panas ceritanya, Mudah-mudahan sajiannya enak untuk dibaca.
Next pasti di update. Belum buat juga cerita berikutnya. Matur sembah nuwun
Chapter 1
Cerita ini murni hanya untuk share pengalaman pribadi yang tidak mungkin ku ceritakan kepada keluargaku ataupun orang-orang yang dekat denganku. Jadi aku putuskan untuk menceritakan cerita ini kepada para suhu sekalian. Tapi mohon maaf tidak bisa menampilkan foto riil sebagai mulustrasi karena semua file sudah dihapus dihadapan istri tersayang sebagai tanda tobat dan mau meneruskan kebahagiaan keluarga kecil kami.
Nikmati saja ya suhu sekalian, alurnya mengikuti kemana ingatan ini melayang.
Lomba Paduan Suara Ibu-ibu DWP tingkat kabupaten
Lomba ini rutin dilombakan di tiap kabupaten di Indonesia, peserta lombanya adalah ibu-ibu yang suaminya bekerja sebagai ASN di berbagai instansi. Sudah kebayang kan bagaimana bakalan cerita ini berlangsung. Jadi ceritanya waktu itu aku ditelpon oleh beberapa nomor tidak dikenal meminta untuk melatih lomba di instansinya. Karena berbagai kesibukan akhirnya aku menerima 3 instansi saja, sebut saja instansi x, y dan z. Ya inilah pekerjaan sampinganku, melatih semua yang terkait dengan seni musik, mulai urusan vocal, latihan instrument, paduan suara, vocal grup dll. Serabutanlah intinya. Hanya diberi waktu 2 bulan aku harus memoles 3 kelompok tadi menjadi paduan suara yang padu dan bisa menjadi pemenang di kabupaten ku. Akhirnya jadwal terbentuk dan aku mulai melatih ibu-ibu di 3 instansi itu. Semua minta minimal latihan seminggu 2 kali.
Kesan Pertama
Masuk ke 3 instansi tadi, kesan pertama yang kudapat ibu-ibu ini belum mendapat pelatihan paduan suara yang baik, jadi tidak bisa baca not, bahkan ada yang ‘sakit’, tidak bisa membidik nada (intonasi) dengan tepat. Itu soal kemampuan teknisnya. Kalau untuk usia, rata-rata Ibu-ibu STW, duh tapi mata ini tak bisa beralih dari beberapa ibu-ibu muda yang ternyata ikut. Skip aja ya latihannya, biasalah pemanasan dengan vokalisi, melatih phrasering yang benar, lalu melatih materi lagu dan terakhir koreografi/gerakan.
Gejolak Ibu Muda
Setiap instansi itu mempunyai leader yang juga kupilih sebagai dirigen. Leader ini menjadi penghubungku dengan anggota padusku, jadi memang aku minta secara khusus untuk tidak dimasukkan ke grup WA mereka. Ini untuk menjaga perasaan istri dan juga untuk menjaga image kesannya baik saja. Jadi metode latihan memang sengaja aku rekam dan kirim ke grup-grup WA itu melalui leader-leader ini. Karena itu tidak banyak yang tau kontakku secara pribadi. Sampai suatu ketika, kami foto-foto dan biasanya yang mengirim foto itu ke aku ya para leader ini. Tapi suatu waktu kok ada yang aneh ada foto-foto lain yang dikirim oleh nomor tak di kenal, dan foto profilnya hanya gambar animasi wanita berhijab.
No xxx : Pak, ini foto yang tadi ya. Kebetulan tadi pakai hp saya.
Aku: Iya Bu. Brarti ibu salah satu anggota di instansi y ya Bu?
No xxx : Iya Pak.
Aku: tapi mohon maaf Bu, Ibu yang mana ya orangnya? Nuwun sewu gag ada foto profilnya.
No xxx: Oh iya Pak. Perkenalkan saya Retha, malah lupa belum kenalan.
Aku: Ow iya Bu, salam kenal, kok ibu tau nomor saya. Dari Bu Endang ya?
(Bu Endang ini leader di instansi Y. Lalu aku lihat lagi foto profilnya dan sudah diganti. Ternyata namanya Retha, salah satu ibu muda di instansi Y. ini salah satu anggota yang membuatku menjaga mata biar tidak terkesan jelalatan. Ibu muda berhijab, dengan kulit putih, tinggi hampir sama denganku yang 172 cm, mungkin dia 160an keatas. Agak chubby tapi gag endut, dan tipe-tipe jilboobs yang modis, klo yang lain latihan ada yang pakai gamis, celana kain, Retha ini selalu tampil modis dengan celana jeans, dan tentu saja make up yang cetar lah, tapi dia pernah bawa anak waktu latihan, anaknya sudah usia TK. Sedangkan anakku masih 2th, jadi kupikir mungkin usianya lebih tua dariku)
Retha: tidak Pak, saya sudah save nomor bapak dari dulu. Saya tetangganya Bu Ambar di Perumahan BPK. Jadi dulu, waktu instansi saya cari pelatih, saya Tanya ke Bu Endang yang orang gereja, sering latihan koor dan diberilah nomor bapak.
Aku: Ohhh begitu. Jadi ibu ya yang merekomendasikan saya. Wah makasi banyak lho Bu.
Retha: Oh iya Pak sama-sama.
Lalu tidak kulanjutkan chat itu karena sudah malam dan gag enak dengan istri di rumah yang selalu ngecek HP dan semua akun media sosialku. Istriku tipikal posesif, karena mungkin latar belakangnya dia pernah disakiti cowonya, orang tuanya juga pernah punya masalah dengan orang ketiga. Dan ketika awal mulai kenalan denganku dulu, aku masih punya pacar yang akhirnya kuputuskan dan memulai pacaran dengan istriku ini kala itu.
Istri: Pah, chat sama siapa?
Aku: Ini Ma, anggota padusku ternyata tetangganya Bu Endang dan tadi ngirim foto waktu latihan tadi.
Istri: Ihhh cantik ya Pah..Awas lho gag macem-macem.
(Waduh feeling istriku kuat sekali ini, padahal aku gag ada niat macam-macam, Cuma memang seger dipandang sihh)
Aku: Ahhh Mama lho, sukanya gitu. Lha wong papah gag macem-macem aja dicurigai. Kan mama selalu cek hp, fb, ig, path papah. Klo macem-macem ya pasti ketahuan lah. Lagian gag ada yang lebih cantik dari kamu kok Ma.
(Istriku memang mempesona, aku rela ninggalin pacarku dulu demi istriku ini yang karena pesonanya. Cantiknya dia ini, cantik wanita desa. Pesonanya lebih dari inner beautynya. Kulitnya kuning, gag putih tapi juga gag gelap. Untuk body, istriku termasuk tocil, namun selama menikah memang aku gag mempermasalahkan itu walaupun istriku tau klo aku itu penggemar berat film-film porno dengan genre toket gede. Yang menjadi ganjalan buatku dalam kehidupan seks dengan istriku, istriku ini sangat tidak suka film porno, bahkan susah basah, foreplay haruslah lama bener, lalu yang menjadi tanda Tanya buatku, kok istriku gag tau rasa orgasme seperti apa, gag pernah klo aku Tanya mama orgasme atau tidak dia jawab iya. Aku jadi bingung apakah ini kesalahanku sebagai pria yang tidak bisa memuaskan wanita atau memang ini kelainan di istriku. Rasa penasaran ini malah menjerumuskanku, karena dulu sewaktu pacaran, pacar-pacarku pernah kubuat orgasme pakai jilmek, pake jari juga, digenjot dan orgasme bisa berkali-kali, dan akupun bukanlah pria yang cepat ejakulasi.)
Istri: Iya lho Pah, inget dah punya gendis.
Aku: Iya Ma iya. Yuk gendis dibikinin adek.
Lalu aku sosor aja istriku, kebetulan sekali anakku sudah tidur. Aku ingat pedomannya, harus foreplay yang lama, baru istriku ini basah. Aku cium keningnya, lalu turun ke pipinya..tak lupa aku cium kedua telinganya sampai dia mendesah-desah, lalu aku turun ke lehernya. Posisi di sofa depan tv di ruang keluarga. Lalu aku serang titik sensitifnya di bagian pundak belakang, buka dulu bajunya dan kami sama-sama telanjang. Lalu ku serang lagi pantatnya, dan kuemut jari-jari kakinya. Ketika kuraba memeknya ternyata sudah lumayan basah, lalu aku mulai jilmek, curi-curi ku jilat juga boolnya. Sambil kujilat, kumasukkan jariku dan ku kobel istriku, desahannya makin lama makin liar. Dia minta dimasukkan, tapi tunggu Ma, aku belum puas bikin kamu merem melek. Sudah demikian liar, Istri juga belum sampai ke puncaknya, lalu aku minta disepong. Uhhh.. ini yang luar biasa dari istriku, gag mau kalah dia. Diserangnya dua putingku. Gila…walaupun sudah sering tapi tetap saja rasanya melayang-layang..sambil dikocoknya kontolku yang sudah menengang. Dia tahu kalo untukku titik sensitifnya ya kontol. Dihisapnya kontolku, dihisapnya juga buah peler. Gila istriku tau, klo boolku juga bikin aku mendesah-desah. Di rimnya aku..aduhh melayang..lalu mulai ku genjot dia. Pelan lalu masuk tempo sedang. Ganti posisi ke posisi favoritnya doggy style. Ku genjot sekencang-kencangnya sampai istri gag tahan untuk mulai teriak (tenang saja rumahku di desa, agak jauh posisi satu dengan lainnya, tidak seperti di perumahan). Lalu aku minta dia diatas, dan mulai istriku menggoyang dengan liar, tapi tetap saja dia tidak ada tanda-tanda orgasme. Lalu kembali ke posisi misionaris. Cukup lama kami bermain, dan istri gag mau aku keluar di dalam, ya aku minta disepong sampai keluar. Istri tau keinginanku, kembali tanpa jijik dia menjilat-jilat kontolku, luar biasa, akhirnya keluar juga.
Aku: Ma.***gal deh bikin adek
Istri: Ahhh papah lho, besok aja klo gendis dah 4 atau 5 th. Jangan sekarang.
Istriku memang tidak ber KB jadi ya kami harus hati-hati klo ML. Tapi rasa penasaranku karena istri tidak pernah orgasmelah yang akan menjadi drama.
Drama-drama itu penghias hidupku dan menjadi kenangan yang tidak mungkin kutulis di buku harianku, juga tidak mungkin kuceritakan kepada teman, sahabat dan terlebih keluargaku. Jadi, cerita ini sekaligus sebagai diary buat aku.
.
.
Makasi ya suhu sudah mampir, belum panas ceritanya, Mudah-mudahan sajiannya enak untuk dibaca.
Next pasti di update. Belum buat juga cerita berikutnya. Matur sembah nuwun