“Put, eh mau kemana?” Tanya Linto menghampiri Puput yang berjalan pelan di lorong sehabis melaksanakan rapat.
“Kemana apanya?”
“Kemaren gw chat enggak dibales. Pas balik juga enggak nge chat2 gw. Lo lagi kenapa?”
“Lho, kan bukannya waktu itu gw bilang gw lagi belajar ya?” Puput mengingat2.
“Belajar? Seharian?”
Puput mengangguk menatap Linto yang heran.
“Belajar seharian?”
“Kenapa siihh… kok agak panik gitu elo nya?”
“Kan UAS masih lama, Put….”
“Ish, kayak baru kenal gw aja lo….” Puput berlalu dengan Jenny dan yang lainnya setelah sebelumnya mereka mengobrol.
“Put…!!” Linto menahan lengan Puput kuat2.
“Aduh! Apa sihhhhh?? Sakit To!”
“Lo lagi kenapa sumpah? Dari kemaren aneh banget sikap elo…”
“Bisa jangan dibahas disini enggak? Enggak enak diliat2 panitia yang laen, gila ya udah tau ketua himpunan juga….”
“Ah enggak peduli gw. Gw mau tau dulu elo kenapa!!” Linto semakin menegas.
“Kagak To! Astaga! Kagak kenapa2!!” Puput masih bersikeras.
Suasana lorong tempat ruangan para pengurus himpunan dan dosen pun berubah menjadi tegang karena cekcok mulut Linto dan Puput. Beberapa dari mahasiswa yang disana mulai menengok asal keributan.
“To, udaahh! Aduh elo kenapa sih!? Lagi abis ya obatnya!!??” Puput semakin merasa kesal.
“Jawab dulu elo kenapa kagak bales chat gw kemaren…!!”
“Ya ampun! To, masalah ginian doaaangg!! Lo ngapain sih ngomong2 disini!!”
“Yaudah jawab dulu kenapa!!”
Puput masih menarik lengannya melepaskan jeratan tangan Linto. Suasana semakin memanas.
“Jen… Jen… lo cabut duluan! Gw mau ngomong sama Puput bentar!!” pinta Linto ke Jenny yang terlihat tegang dari kejauhan.
“Gak! Apasih!! Lo gila ya ngusir2!! Gw sama Jenny mau ke perpus!! Lepasin To!!”
Puput semakin menarik lengannya Linto masih tetap bersikeras menahan sekuat mungkin, membuat Puput semakin kesakitan.
“Tooo!! Lepasin!! Lengan gw sakit dicengkram begini!!!!”
Linto pun melepaskan cengkramannya sambil mengangkat kedua tangannya. Puput menatap tajam Linto sambil mengelus lengannya yang memerah.
“Lo enggak jelas ya!! Ngapain sih begini2, hah!! Urusan ginian jangan diumbar2 di tempat umum begini!! Lo masih kagak percaya gw ngomong gw kagak kenapa2, hah!!??”
Giliran Puput yang mengeluarkan amarahnya sambil mendorong pundak Linto. Linto hanya terdiam menerima setiap dorongan kasar Puput.
“Nih ya gw bilangin lagi ke elo, gw kagak kenapa2!! Mau jelasin apaan lagi!!??”
Linto terdiam tidak menanggapi. Tatapannya kosong melihat ekspresi tajam Puput.
“Udah gw mau cabut!! Entar gw bales chat elo, puas!!??” Puput berlalu cepat menghampiri Jenny yang tegang setengah mati.
“Kak… kamu enggak kenapa2…??”
“Enggak2… udah yuk cabut ke perpus. Entar keburu tutup…”
Sambil berlalu dari sana, perlahan mata bulat Puput mulai berkaca2. Ia meneteskan air matanya perlahan.
“Kakkkk… kamu kenapaaaa???” Jenny semakin panik.
“Enggak, Jen. Udah hayuukkk… jangan disini…” Puput menarik Jenny keluar dari ruangan tersebut.
Di ujung ruangan, Linto terdiam lalu duduk di kursi panjang dekat sana. Tarikan napas berat terdengar darinya sambil mengusap wajahnya berkali2.
“ANJIIIING BENER ANJIIIING!!!!!
Linto mengeluarkan ponselnya dari saku celana panjangnya lalu mengecek aplikasi chat.
Timbang ngomong soal kemaren apa susahnya sih, anjing!! Gw tau dari lagat elo kalo kagak puas soal gw ngeue sama elo!!! Pinter banget bangsat nutupinnya…!!
------------------
“Yoda dah, mending kenalan2 dulu aja pada kali ya. Belom pada kenal kan satu sama lain lo2 pada?” Farhan membuka percakapan dengan perkenalan satu sama lain.
“Gw ama elo udah kenal, ege. Ngapain lagi sebut2?” sahut Dewi polos.
“Kan ama yang laen belom. Gw kan cuman atu kelompok sama elo doang pas pe es em be waktu awal semester.”
“O iya. Yaudah, gw Dewi.” Sahut Dewi menyibakan rambutnya.
“Hai Dewi…” Yosep dan Banu bergumam pelan.
“Marina.” Marina melambaikan tangannya.
“Hai Marina…”
“Gw Jessica. Gw belom ada yang ‘taken’….” Celetuk Jessica setelah menghembuskan lembut asap rokoknya.
“HAI JESSICAAAA…!!” Yosep dan Banu bertambah hebohnya.
“Sianjing pada, langsung girang!” sahut Farhan melempar gumpalan tisu kearah Banu. “Mohon maaf nih, temen2 gw begini semua. Tapi masih ada yang mendingan kok, Riki contohnya.”
“Eh elo2 pada dong gantian, masa kita doang…” ucap Marina antusias.
“IHHHHH PARAH!! Gwe belom ngenalin diriiii!!”
Tiba2 munculah Cecil dengan ceria dari arah masuk lalu memeluk Marina dan Jessica dengan erat.
“Aaaa… Ceciiill!!” pekik Marina kaget.
“Gw Cecil. Salkeeeen semuaaa!!” Cecil mengedipkan mata kirinya sambil menunjukan tanda ‘peace’ di menutup wajahnya.
“HAI CECIIIIILLLL!!!!” Yosep dan Banu kembali heboh, membuat Farhan menggeleng masih dengan lagak sok cool nya.
Anyiinnggg… yang baru dateng ini manis banget!!
Riki mulai ikutan goyah melihat tingkah laku manis Cecil setelah merasa cukup biasa saja dengan Dewi dan yang lainnya yang baru memperkenalkan dirinya. Baginya, melihat Dewi dan yang lainnya yang walaupun cantik, masih terasa biasa saja untuk sekelas mahasiswi pergaulan tingkat menengah. Sampai datanglah Cecil dengan pesonanya, Riki pun perlahan goyah dan mulai membuka diri dengan perempuan mungil ini.
“Hai Cecil?”
“Lho, nyaut juga lau? Daritadi diem2 aja gw kirain sariawan.” Celetuk Farhan mengangguk pelan sambil senyam senyum.
“Dih kenapa emang..?”
“Gw duduk yaaa!! Misi! Misi…” Cecil menepuk pundak Dewi pelan “Misieeehhh!!”
“Enggak!!”
“Jahat ih!!”
“Lagian elo enggak meluk gw sichh..”
“Nihhhhh!!” Cecil memeluk erat sampai2 mencekik erat leher Dewi dengan lengannya.
“Geblek!! Agh!! Ceciiiiilll!!”
“Sini aja sini!! Woi geser lo pada!!” Pinta Farhan galak ke Yosep dan Banu.
Sementara Arman dan Riki hanya cengar cengir melihat tingkah laku orang2 ini. Yang satu berusaha tebar pesona, yang lainnya tebar kecantikan.
-----------------
Selang beberapa lama, datanglah Puput ke kedai tersebut menyusul Dewi dan yang lainnya. Tentu saja setelah pertengkarannya dengan Linto di lorong barusan membuat ekspresinya sedikit terlihat tidak ramah ketika datang menyapa.
“Eh kenalin2, yang ini namanya Puput.” Ucap Dewi setelah memberikan Puput tempat duduk.
Puput tidak menanggapi dan hanya memberikan senyuman singkat dan menggeser asbak di depannya.
“Enggg… tadi kita abis ngenalin diri gitu masing2. Belom mulai ngebahas kok…” lanjut Dewi.
“Oh… yaudah, udah pada lengkap kan ya? Dimulai aja pembahasannya.” Ucap Puput datar.
Lalu keadaan menjadi canggung seketika. Aura mood Puput yang jelek membuat Dewi jadi kebingungan disitu, begitu juga Jessica dan yang lainnya. Namun Farhan langsung menunjukan laptop yang telah ia nyalakan beberapa menit sebelum Puput datang. Tampilan catatan dari Microsoft word ditunjukan disana mula dari rincian fasilitas, harga, estimasi keberangkatan, sampai peralatan apa saja yang akan dibawa nanti.
“Ihhh baguuus. Liat lagi dong liat lagi!!” seru Cecil memperhatikan tampilan foto ilustrasi villa.
“Entar dulu, Cil… si Farhan belom kelar ngejelasin…” cegah Jessica ke Cecil, membuat ia langsung cembetut seketika.
Farhan tidak henti2nya menjelaskan deskripsi buatannya sambil menggeser scroll mouse nya perlahan. Sementara Yosep dan Banu terlihat tidak fokus melihat penjelasan Farhan dan malah melirik berkali2 para perempuan cantik di depan mereka. Terlebih ketika Puput yang baru saja datang membuat mereka semakin sengit meliriknya yang walalupun sedang memasang ekspresi dingin dan galau.
“Psttt… yang ini sih oke punya, Ban.” Banu berbisik sambil menyenggol Yosep melirik Puput yang sedang menopang pipinya.
Yosep mengangguk setuju. Begitu juga dengan Riki yang ikutan latah dengan sikap genit Banu dan Yosep setelah melihat Cecil yang mengangguk2 menggemaskan memperhatikan setiap penjelasan Farhan.
Arman disatu sisi terlihat juga bosan dengan lagat dari Farhan yang tidak henti2nya menunjukan sisi tampannya meskipun terlihat dipaksa tampan. Namun tetap namanya seorang teman, Arman membantu menambahkan penjelasan sebisanya ketika Farhan sedang ‘blank.’
“Entar lo pada yang bantu2 masak kita aja. Palingan masaknya sosis atau jagung gitu2 lah, enggak usah yang ribet2.”
“Gw mau bawa kangkung.” Potong Dewi mengangkat telapaknya.
“Gw bawa jagung dah.” Tambah Banu.
“Aku bawa nugget.” Cecil mengikut.
“Aku bawa panggangan.” Banu juga tidak mau kalah.
“Gw bawa cowo gw boleh enggak?” Tanya Marina.
Seketika semuanya terdiam dan menengok kearah Marina. “Enggak boleh ya?”
“Ah… boleh kok boleh. Anak mana cowo lo?” Tanya Farhan.
“Bian, anak arsitektur.”
“Ohhh si itu…”
“Sape?” Tanya Arman dengan nada mengejek.
“Ya itu, Bian kan, anak arsi… tau gw.”
“Anying! Sok asik nih gini emang!” Arman menoel keras belakang kepala Farhan dengan jari telunjuknya.
Lalu suasana kembali cair dengan tawa dari para gadis. Tetapi tidak dengan Puput yang masih dingin dan hanya menunjukan senyuman tipis.
Melihat ekspresinya yang berbeda sendiri, Arman pun langsung menoleh kearah Puput dan memperhatikan secara diam2 dari lirikan matanya. Perempuan cantik berkuncir kuda ini nampaknya membuat Arman mulai pangling.
Merasa bahwa Arman melirik dirinya, Puput langsung membalas dengan lirikan mautnya dengan singkat. Sontak Arman jadi sedikit salah tingkah dan kembali ke sesi professor Farhan.
--------------------
“Udah kan kagak ada yang perlu nanya lagi? Nanti kalo mau ngobrol2 di grup yang udah gw buat aja.” jelas Farhan sambil menutup laptopnya setelah kurang lebih presentasi liburan anyer tadi.
Semuanya mengangguk jelas.
“Eh gw pada duluan cabut ya, thank you lho udah ngajak ngobrol. Entar kabarin aja ya kita2 pada kudu ngapain.” Jessica beranjak dari tempat duduknay disusul dengan teman2nya yang lain.
“Oh yodah2, mau cabut lo pada…?” Tanya Farhan.
“Iya nih, ada urusan lagi kita. Bye..” pamit Dewi diikuti yang lainnya.
“Bye Dewiii…”
Selang beberapa menit setelah Jessica dan yang lainnya pergi, Farhan pun langsung mendapatkan pukulan2 iri hati dari kawan2nya.
“Sok ganteng, anying!”
“Giliran presentasi depan kelas aja bilangnya kagak becus! Ginian aja gercep bener lo!”
“Tau! Emang ‘si paling ngerasa keren’, ngehe…!!”
Farhan melindungi kepalanya dari serangan2 maut Banu, Yosep, dan Riki.
“Lagian lo2 pada ngapa diem2 bae sih!? Kan jadi porsinya gw yang dapet perhatian melulu. Jadi enak…”
Mendengar pernyataan songong Farhan, mereka pun semakin gregetan.
“Nanti pas di anyer iket aja ege di pohon kelapa. Abis itu templokin pasir ke komuknya…” saran Riki pedas.
“Jangan… mending nih orang lemparin aja ke laut buat umpan ubur2…” Banu tidak mau kalah pedas.
“Jan gitu! Mending doi kita jadiin cameramen aja buat nanti disono, jangan dikasih kesempatan gantian…” celetuk Arman yang membuatnya mendapat tatapan sengit. “Lho, ngapa dah lo pada? Tujuan kesono kan salah satunay mau ngews kan?”
“Ah ngentod… jangan terang2an napa bacodnya….!!??” Farhan berbisik keras lalu menoyol kepala Arman.
“Iye, bacodnya kagak kejaga emang si bangsat!”
“Yehh, udah dah mending terus teras ae kan… lo2 pada kesemsem ngeliat si Dewi dia pada.”
Bersambung