Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA QUEEN BEE - Puput New Story's

Bimabet
mood nya thor lagi balik, cerita bakal diketik lagi
pokoknya awas aja kalo mood2an lo thor, gw pites entar pelipis elo...

eh, sampe lupa sapa
halo kalian2, kangen gak sih sama aku :hati: :hati:

eh!!! maksudnya gw! kangen gak sama gw!!??
enak aja ngomong aku kamu sama kalian2 pada, emangnya kalian Arma-... ADUH MAKSUDNYA EMANGNYA KALIAN RANGGA APA!!??
pokoknya cerita gw nanti bakal dibikin lagi sama si thor yang mood2an itu
awas aja lo thor ampe kebablasan nonton bola nanti, terus cerita gw enggak dilanjutin lagi!!! huhh!!

~
Puput si cantik yang baik hati tidak sombong cinta lingkungan lalala huhuhu ~
 
Waduh
Mumpung lagi musim bola, sekalian begadang standby sama update dari suhu yang baik hati
Hahhahaaaaaaa
:Peace: :semangat:
 
Bagian sepuluh





Bunyi dering panggilan masuk dari ponsel Puput tak henti2nya berbunyi. Siang hari ni di ruangannya ia sendang mengecek lamaran kerja dari para calon karyawan yang melamar. Beberapa diantaranya ada yang lolos seleksi, dan juga tidak sedikit yang tidak memehuni kriteria. Nantinya para karyawan yang lolos akan diwawancarai bersama dirinya dan tiap ‘user’ divisi yang bersangkutan.

Suara ketikan keyboard warna paduan hijau toska dan merah nya berbunyi renyah disertai gerakan tangan kanannya yang sesekali menggeser mouse merah muda. Disamping itu nada dering juga tidak henti2nya berbunyi disela kesibukan Puput.

“Ck… apa sih, udah tau lagi sibuk…” gumam nya sambil menyeritkan alisnya menatap layar ponselnya.

Akhirnya karena tidak tahan diganggu, Puput pun mengangkat panggilan tersebut.

“Kenapa Rangga?”

“Halo Put?” sapa Rangga dibalik sana.

“Haloo? Iya kenapa??”

“Kamu hari ni lembur gak?”

Puput sekilas melihat kalender duduk disamping monitor untuk memastikan jadwal hari ini.

“Enggak tau. Kenapa emangnya?”

“Hmm gitu. Jadi gak pasti ya lembur apa gak?” tanya Rangga masih berharap jawaban pasti.

“Ya gak tau, gak bisa mastiin aku nya.” Puput sedikit menaikan nada bicaranya.

“Yaudah deh, nanti kalo semisal lembur apa gak kabarin aja ya.”

“Ya.”

Setelah Puput menaruh ponselnya, ia kembali fokus dengan layar monitor di hadapannya. Sesekali Puput juga memijat pelipisnya guna menghilangkan rasa tegang di kepalanya. Sudah beberapa hari belakangan ini pekerjaanya kian menumpuk. Hari2 dimana ia seharusnya tidak lembur pun akhirnya harus lembur. Hal itu pun membuatnya jadi semakin lelah dan terkesan ‘cranky’ di beberapa situasi.

“Duhhh, pusing pala hamba… kerjaan mana padet banget sih… heran.”

Jam dinding di ruangannya menunjukan pukul 6 sore, waktu dimana beberapa karyawan sudah menyelesaikan pekerjaannya lalu pulang. Namun tidak dengan Puput yang kini sedang bersandar di kursinya untuk merenggangkan tubuhnya yang kaku dan pegal.

Setelah itu ia mengambil sebungkus cemilan dan melahapnya perlahan. Puput juga membuka aplikasi ‘tic toc’ untuk melihat beberapa video bayi hewan dan beberapa artis drama Korea yang malang melintang di linimasa nya.

‘Tok tok tok’

Suara ketukan di pintu terdengar dari luar ruangannya.

“Masuk aja, Los.”

“Kok kak Put tau kalo aku yang ngetok?” tanya Los tidak habis pikir sambil membuka pintu perlahan.

“Tau dong, kan kamu sama si Resti yang paling sering masuk ruangan aku. Udah gitu jem2 segini kan kadang kamu nyapa buat pamitan pulang.” Puput menebak semua perilaku Los tanpa memalingkan tatapannya dari layar ponsel.

Los menghampiri Puput perlahan setelah menaruh ransel kecil nya di sofa. Ia memperhatikan sekilas Puput yang masih asyik melihat video demi video.

“Los?”

“Napa kak?”

“Sini bentar deh” panggil Puput sambil mengayunkan jari2nya “tolong pijitin pala aku boleh gak?”

“Boleh kok.” Los mendekat manis lalu berdiri di belakang Puput.

“Makasih ya dek…”


_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________



“Kakak kok kayaknya sibuk banget belakangan ini?” tanya Los sembari kedua tangannya memijit pelipis serta pundak Puput secara bergantian.

“Gitu lah dek, calon2 karyawan lagi banyak2nya. Udah mana resesi, semua pada dipecat2in gitu. Ujung2nya mereka ngelamar disini.” ucap Puput memejamkan mata menikmati setiap pijatan yang diberikan Los.

“Hemm, berat banget ya kak kayaknya. Kalo aku jadi kakak sih aku juga bakalan pusing banget sih.” Los mulai mengucapkan rasa empatinya.

“Iya. Btw ini cara nanggepinnya udah bener kok, nanti tinggal dikembangin lagi ya.”

“Maksud?” tanya Los bingung.

“Kamu nanggepin keluh kesah aku pake rasa empati kan? Itu udah bener Los. Kemaren2 kan kamu masih bingung2 gitu atau cuman bilang ‘sabar ya’. Ternyata ilmu ku sampe di dirimu Los.”

“Hemm jadi aku udah bisa jadi ha er de gitu maksudnya kak?” tanya Los iseng.

“Kuliah dulu gih tiga setengah taon. Nanti pas kelar kamu bisa bareng2 sama aku disini. Hihihi…”

“Ihh lama banget! Keburu kak Puput udah jadi istri nya kak Rangga!”

Puput tidak langsung menjawab, membuat Los jadi sedikit canggung. Kelihatannya Puput saat ini tidak ingin membahas mengenai Rangga dilihat dari tanggapan kosongnya.

“Kok jadi pelan dek?” Puput menyadari jika tekanan tangan Los kian lembek.

“Eh! Iya2 ini aku kerasin lagi kak…”

“Shhhh ahh jangan keras2 banget! Makin sakit palaku dek nanti!”



_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________



Singkat cerita setelah mengobrol beberapa menit, Los pun akhirnya pamit untuk pulang. Tinggalah Puput kembali sendiri dengan pekerjaannya yang sempat tertunda. Namun karena sudah merasa tidak kuat akhirnya setengah jam kemudian Puput memutuskan untuk melanjutkannya esok hari. Ia pun membereskan barangnya lalu pulang ke indekos.

Sesampainya ia di lobi ketika ingin memesan ojol, Puput dihampiri oleh Rangga yang sudah menunggu di pintu luar. Ia tersenyum menyapa Puput sambil mendekat. Puput yang tidak biasanya melihat Rangga yang menjemputnya hanya terdiam sedikit terbelalak tidak bisa memberikan tanggapan apa2.

“Kenapa? Kaget ya?”

“Tumben pake banget! Biasanya mah pe ha pe!” sindir Puput pedas menatap Rangga nanar.

“Kan lagi bisa. Yuk pulang.” ucap Rangga ramah sambil membantu membawakan bawaan di tangan kanan Puput.

“Hmmm…”

Puput masih menunjukan ekspresi dingin nan ketusnya. Namun di dalam hatinya ia merasa senang dan lega Rangga menepati janjinya walaupun Puput tidak meminta jemputan atau Rangga tidak menawari dirinya.

“Giliran gak diminta malah dateng…” gumam Puput pelan sedikit memanyunkan bibirnya.

“Sama2, Puput ku sayang.” balas Rangga menepuk lembut kepala Puput.

“Gak usah elus2!”

“Yaudah2, tunggu disini ya. Aku ambil mobil dulu.”

“Iyee..”

Setelah Rangga pergi ke parkiran, Puput memegang kepalanya tempat Rangga mengelus tadi. Wajahnya sedikit merona karena menahan gengsi nya serta mulutnya yang masih memanyun. Biarkan laki2 tukang pemberi harapan itu mendapat ganjarannya. Namun karena Puput juga tidak bisa menutupi rasa senangnya, alhasil ekspresi merona ini lah yang ditunjukan dari wajah cantiknya.



_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________



“Kamu udah makan belom?” tanya Rangga sambil mengemudikan mobilnya di jalan malam yang padat merayap.

“Belom…”

“Nah kebetulan nih, aku ada nemu tempat makan yang bagus.”

“Dimana? Hmm… aku enggak mau yang terlalu ‘fancy’ ahh… angkringan2 gitu juga gapapa kok…” Puput menunjukan rasa enggan nya.

“Masa aku ajak kamu ke angkringan?”

“Aku kan mau makan, bukan mau nongkrong.”

“Udah ikut dulu aja, dijamin juga kamu kenyang kok.”

“Ck, terserah deh…” ucap Puput mulai bete. Dengan keadaannya yang sedang lelah seperti ini, ia sangat malas sekali berdebat dengan Rangga termasuk masalah sepele seperti ini.

Singkat cerita sampailah mereka di sebuah rumah makan di bilangan Selatan yang menyediakan santapan lokal. Walaupun begitu, suasana yang disuguhkan terlihat romantis dengan interior ala taman dan etnis kebudayaan Jawa. Rangga lalu menuntun Puput menuju sebuah meja makan yang berbeda dari meja2 makan yang tersedia disana. Sebuah meja makan yang menggantung diantara kolam ikan dengan kursi panjang dengan bantalan warna merah serta bagian atas meja makan yang terlihat seperti kubah dengan ornamen rumput dan bunga imitasi yang begitu indah.

Ketika duduk disana, seorang pelayan langsung memberikan sebuah buku menu kepada Rangga. Sementara Puput terlihat melirik suasana di meja makan mereka yang terlihat begitu cantik diterangi oleh lilin dan bohlan lampu berwarna kuning. Ada sedikit senyuman tipis tersungging dari bibir Puput ketika Rangga mengintip dari buku menu yang sedang ia lihat.

“Gimana? Bagus kan?”

“Emmm… gak tuh, biasa aja!” Puput kembali memanyunkan bibirnya namun terlihat bersusah payah karena tertutup oleh senyumannya.

“Hehehehe… aku tau kamu suka sama taman2 bunga gitu, makanya aku bawa kamu kesini.”

“Hm gitu…”

“Jadi bagus gak?”

“Gak tuh…” ucap Puput memutar bola matanya sambil menunjukan ekspresi menyebalkan namun manis secara bersamaan “kalo gini2 doang mah aku juga bisa kali ke taman bunga. Dimana tuh yang diluar Jakarta itu lhooo…??”

“Lupa aku, escape2 apa gitu namanya…”

“Iyaaa, itu bagus banget tau Raaang.”

“Ohhh, kamu pernah kesono?”

“Belom sih…” Puput menggeleng cepat.

Ia berusaha untuk tidak kelepasan berbicara mengenai tempat tersebut karena Puput sudah pernah pergi bersama dengan Arman beberapa waktu lalu.

Berbicara soal Arman, sehari setelah mereka melakukan segs brutal di sebuah penginapan yang berada di luar Jakarta Arman tidak memberikan kabar apapun kepada Puput sampai saat ini. Sehari dua hari Puput terlihat biasa saja dan tetap melanjutkan aktivitasnya seperti biasa, namun setelah lebih dari dua hari Puput merasa Arman tidak memberikan kabar sama sekali bahkan lewat chat sekalipun. Puput pun diam2 mulai sedikit khawatir namun juga merasa bahwa Arman mungkin sudah melupakannya dan menganggapnya hanya perempuan dalam daftar ‘beli putus’.

Namun bukan Puput jika ia larut dalam perasaan tersebut. Puput tidak mau bodoh dalam hal berhubungan dengan seorang laki2, setidaknya ia masih berusaha keras sampai saat ini meskipun merasa lelah berkali2 terjatuh dalam pesona Arman ataupun Rangga. Dan saat ini Rangga sedang duduk di depannya, diantara suasana meja makan yang begitu indah di malam hari diiringi suara gemuruh pengunjung serta alunan musik lembut dari pengeras suara yang tergantung di sudut ruangan. Untuk apa lagi ia memikirkan Arman saat ini? Rangga toh sudah kembali.








“Nih Put, pilih aja duluan.” Rangga memberikan buku menu kepada Puput.

“Kamu udah milih?”

“Belom. Coba kamu dulu aja deh.”

Puput sibuk membolak balik halamam demi halaman buku menu tersebut. Menu2 yang disajikan terlihat menggunakan istilah bahasa yang sulit dimengerti. Akhirnya Puput pun memanggil salah satu pelayan untuk bertanya seputar menu di buku tersebut.

“Kalo ayam setan itu apa ya, mas?”

“………”

“Jadi ayamnya dipakein sambel kayak ayem geprek gitu?”

“………”

“Gondol wewe itu pake bumbu apa aja ya mas?”

“………”

“Tapi setau saya ayam di sambel demit itu pake sambel ijo…”

“………”

“Ohhh jadi blablablablabla….???”

“………”

“Ohhh gitu mas? Hmmm kalo yang blablablablabla…. itu apa ya mas?”

Begitu banya pertanyaan diberikan oleh Puput kepada pelayan tersebut. Bagi dia ada banyak sekali makanan yang sederhana namun begitu kompleks sampai2 ia harus berdiskusi agar tidak sembarangan memesan. Rangga yang merasa kasihan melihat pelayan yang terus menerus dibantai oleh pertanyaan pun akhirnya melerai mereka berdua.

“Yaudah mas saya pesen ini aja ya satu sama nasi putih satu.” Rangga menunjuk salah satu gambar hidangan favorit di tempat makan tersebut.

“Oh iya, ayam bumbu Bali satu, nasi putih satu…”

“Sama es teh tawar satu.”

“Es teh tawar satu….”

Pelayan tersebut sibuk mencatat makanan yang dipesan. Puput terlihat masih belum puas dengan penjelasan dari si pelayana tersebut dilihat dari ekspresi wajahnya.

“Mas… mas?”

“Iya kak?”

“Saya ayam setan satu, mendoan satu, sama sambel demit satu.”

“Oke kak….”

“Sama ini mas, saya mau ta-…”

“Yaudah mas itu aja, gak perlu diulang. Makasih banyak ya masss…” Rangga dengan cepat memotong pertanyaan lanjutan Puput.

“Ahaha, gapapa kok kak.” ucap pelayan tersebut ramah.

Setelah kembali menjelaskan beberapa makanan, akhirnya pelayan itu pun pergi untuk memberikan pesanan mereka. Rangga sudah menggelengkan kepalanya sambil tersenyum pahit melihat kelakuan kekasihnya yang cerewet malam hari ini.

“Kenapa sih??? Orang nanya malah dicegah2?? Entar kalo aku salah pesen gimana???? Emang kamu mau ngabisin???”

“Ya tapi kan gak gitu juga, Put.”

“Lho, yaudah terus kenapa? Orang aku nanya doang kok…. huhh…” Puput kembali dengan sikap ketusnya.

Sikap pedasnya seperti biasa menghantam dengan kuat batin serta pendengaran Rangga. Namun ia sedikit dapat bernapas lega karena biasanya Puput menunjukan sifat yang dingin ketika bertemu dengan dirinya beberapa waktu belakangan ini. Jadi judesnya perilaku Puput adalah sebuah lampu hijau meskipun terasa menyakitkan dan pedas sama seperti hidangan yang mereka pesan.

Tidak berselang lama, makanan mereka pun datang. Sebuah hidangan serba sambal yang dipesan Puput serta hidangan yang aman jika berada di pencernaan pesanan Rangga. Ketika sedang bersiap untuk makan, Rangga terlihat menahan Puput sejenak.

“Put, makannya boleh entaran lagi gak?”

“Hah, kenapa emangnya?”

“Ya bentar2.”

Lalu Rangga mengeluarkan sebuah kantong kecil dari kantong berukuran sedang yang ia bawa tadi. Di kantong tersebut terdapat sebuah kotan berisikan benda yang membuat Puput terdiam sambil bergantian menatap Rangga dan kotak tersebut.

“Rangga…”

“Aduh, aku kurang romantis ya kayaknya…”

“Enh, Rangga…?”

“Kita udah jalan cukup lama, Put. Dan saat ini aku mau minta ijin ke kamu buat kita nerusin ke jalan yang lebih serius bareng2.”

“Ehmm…” Puput mengigit bibirnya mendengar perkataan romantis nan deklaratif dari Rangga.

“Put..??”

“Iya….??”

“Mau gak kita berdua jalan ke jalan itu bareng2?”

“Ra… Ranggaa…”

Puput mengibas wajahnya yang memerah padam dengan kedua tangannya. Sesekali ia juga menutup mulutnya untuk menutupi ekspresi terharunya.

“Raaang…?”

“Aku nunggu jawaban kamu lho…”

“Aaaaa apa sihhhhh!” kelopak mata Puput mulai terasa lembab akibat rasa haru yang menderu.

“Hihihihi… jadi gimana?”

Puput perlahan memberikan tangan kirinya untuk dikenakan cincin berlian di jari manisnya. Lalu Rangga perlahan memasangkan cincin tersebut. Semakin lama cincin itu masuk menyentuh jari, Pupu merasakan perasaan yang begitu kacau. Ia merasa terharu, hangat, namun juga bingung. Akhirnya setelah penantian lama Rangga menunjukan keseriusannya dalam hubungan percintaan yang sudah matang ini. Di satu sisi ia juga khawatir jika suatu saat Rangga akan kembali menjadi Rangga yang selalu menghilang seperti ‘Avatar’, dan di sisi yang lain terlintas sosok Arman di pikirannya entah mengapa.

Namun ia mau berfokus kepada perasaan bahagiannya. Puput mau bersikap naif untuk saat ini saja. Ia ingin merasakan kebahagiaan yang akhirnya ia dapatkan dari kekasih sungguhannya meskipun ada satu orang yang masuk kedalam kehidupannya mengisi kekosongan yang sering hilang tersebut.

“Foto boleh gak?”

“He em….” Puput mengangguk pelan.

Rangga pun mengambil foto Puput dengan pose tangannya yang sudah terpasang cincin diraih olehnya.

“Kalo aku jelek ulang….”

“Kamu mana pernah jelek sih, Puuut? Hihihihi…”

“Iiiihhh, aku abis mewek!” ujar Puput gemas.




つづく
 
Terakhir diubah:
Wah mantap huu, lebih asik dilemanya disini ternyata hoho.
Diriku masih ship Arman ama puput tapi kalo udah maen booking gini rangganya kan jadi ribet, kudu disiapkan jurus terbaek si Arman nih, jangan kayak liverpool awal musim ini kecolongan mulu hahaha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd