Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
sangat menanjikan.. semoga gak macet
 
CHAPTER 2
Tiga hari berlalu semenjak aku pertama kali datang ke asrama ini. Sejauh ini semua berjalan lancar. Terlalu lancar. Seakan hidupku tak ada rintangan.

Sesuai dengan perkataan Ummi Nayla, aku mendaftar ulang ke Universitas P bersama Rara. Karena dia BEM, jadi dalam waktu singkat urusan administrasiku selesai. Rara bahkan dengan senang hati mengajakku berkeliling kampus dan menjelaskan setiap bagian dari kampus. Rara juga mengajakku berkenalan dengan banyak teman-teman dari berbagai UKM dan memberiku banyak kiat untuk berkuliah di Universitas P.

Kehidupanku di asrama juga berjalan dengan sangat tenang. Senior-seniorku mulai dari Kak Rara, Kak Iffah, Kak Nurul, Kak Kamila, dan Kak Lita. Mereka sama sekali tidak menunjukkan gejala senioritas. Mereka dengan senang hati membantuku untuk beradaptasi di lingkungan baru mulai dari bagaimana cara memasak, cara mencuci cepat, sampai dimana aku bisa membeli barang-barang kebutuhanku.

Perkuliahanku baru dimulai hari Senin. Yang itu berarti masih dua hari lagi. Di hari sabtu biasanya penghuni asrama keluar entah untuk kerja kelompok, ikut seminar, ikut organisasi, atau kegiatan produktif lainnya. Dari penuturan Kak Rara, penghuni di sini memang tidak terlalu suka untuk nongkrong ke kafe.

Di hari sabtu ini, aku hanya melihat Kak Kamila yang sedang mengaji di atas sofa. Suaranya yang merdu mampu membuatku betah berlama-lama mendengarnya. Tapi baru 5 menit, Kamila menghentikan bacaannya dan berbalik ke arahku.

“Apa berdiri di situ, Ta. Ayo sini duduk.”

“Eh iya kak.”

“Bagaimana perasaanmu sekarang? Sudah betah di sini.”

“A***** kak. Sudah betah di sini.”

“Hati-hati loh, nanti kehidupan kampus gak akan semudah ini.”

“Memang berat ya kak?”

“Kalau Universitas P mah begitu. Dari semester satu itu kebanyakan teorinya. Nanti disuruh baca mnimal 10 buku untuk satu mata kuliah. Semester 3 nanti mulai banyak studi kasusnya. Semester 5 nanti sudah disuruh banyak praktik sama magang. Baru deh semester 7 sudah skripsian.”

“Wah berat juga ya kak.”

“Makanya gak banyak yang bisa masuk Universitas P. Meski swasta, masuknya lebih susah daripada negeri.”

“Banyak gak yang gagal ?”

“Gak usah ditanya. Kamu gak lulus di 2 matkul saja sudah langsung di DO.”

“Kejam banget ya.”

“Universitas P mah begitu. Makanya semua mahasiswanya pada kutu buku. Mana ada yang santai-santai.”

“Waduh, gak bisa main-main ini.”

“Santai saja, Ta. Kita bakalan bantuin tugas-tugasmu kok.”

“Makasih kak.”ucapku penuh rasa syukur.”Oh iya kak. Memang gak ada kegiatan lagi ya kalau akhir pekan gini.”

“Hmm, ada sih kalau malam minggu. Oh iya, kamu belum tahu soal kegiatan rutin mingguan kita.”

“Kegiatan rutin? Memang apaan?”

“Ya semacam acara makan-makan sama malam keakraban.”

“Oh ada ya acara begitu. Kukira isinya anak-anak sini Cuma belajar saja.”

“Ya adalah. Bisa stress nanti kalau belajar terus.”

“Yaudah kak. Nanti aku ikut deh.”



Malam itu aku menyiapkan diri sebaik mungkin untuk acara keakraban yang akan diselenggarakan malam itu. Aku memakai gamis berwarna ungu dan jilbab senada. Tak lupa aku mengoleskan sedikit lipstik dan bedak untuk menambah pesona dari wajahku. Meskipun yang kutemui perempuan, aku tetap harus berjilbab lengkap di luar kamar karena ada non mu*** yang melihat.

Toktotok! Bunyi pintu kamarku terdengar agak nyaring

“Nita, sudah selesai belum?”tanya suara Kak Rara di belakang pintu.

“Iya kak bentar lagi.”

Aku segera menyelesaikan dandananku dan segera membuka pintu.

Begitu aku melihat Rara, aku langsung mematung.

“Lama banget sih. Ini Cuma acar ngobrol-ngobrol biasa kok.”

“Kak Ra....”kataku tergagap.

“Ayo cepat sudah ditunggu ini.”

Rara tanpa sempat memberikanku kesempatan untuk menyelesaikan kalimatku langsung menarik tanganku ke ruangan tengah atua tempat berkumpul.

Aku semakin terpana melihat pemandangan did depanku seakan mataku hendka loncat dari kelopak mataku. Jantungku berdegup kenang seakan dilanda gmpa. Darahku berdesir panas sekana bukan cairan lagi melainkan api.

Bagaimana aku tidak terkejut melihat pemandangan di depanku. Sebuah penampakan yang jauh bertolak belakang dengan penampakan yang biasa orang-orang ini tunjukkan.

Kak Rara dan Kak Lita yang biasanya berpenampilan sopan meskipun di dalam rumah kini memakai linggire berwarna putih open crotch yang menampakkan kedua toked mulus mereka dengan jelas. Mereka tidak memakai bawahan sehingga memeknya yang gundul bisa terlihat dengan begitu jelasnya. Rambut Kak Rara yang panjang sebahu dan rambut Kak Lita yang pendek juga dihiasi dengan jepitan bunga yang menambah kesan anggun dari mereka berdua.

Tapi keterkejutanku tak berhenti sampai di situ. Aku melihat Kak Iffah, Kak Kamila, dan Kak Nurul yang semuanya sepenuhnya bugil kecuali bagian kepala mereka yang terbungkus dengan jilbab putih yang diliit rapat. Memek mereka juga sepenuhnya dicukur. Kak Nurul yang mmakai jilbab juga kini melepasnya sehingga wajah peranakna arabnya dapat terlihat sempurna.

“Kok bengong saja sih, Ta. Ayo sini duduk,”ajak Kak Lita melihatku hanya mematung.

“Tahu ini, kayak patung saja,”timpal Kak Iffah.

“Apa-apaan ini,”ujarku dengan suara lirih masih tak mampu mencerna pemandangan yang ada di depanku.

“Kenapa apanya. Biasa saja kali.”

“Eh Ra lu belum cerita ya soal rahasia kita.”

“Oh iya lupa. Kirain sudah diceritain sama yang lain.”

“Lu bagaimana sih. Kan lu yang ngajak.”

“Sori-sori.”

“Ini apa-apaan kak!”bentakku dengan suara keras hingga mereka semua mengalihkan pandangannya padaku.

“Kenapa apanya sih,”

“Kenapa kakak pada pakai baju begini.”Aku yang dikuasai amarah kini berani menatap mereka tajam. Aku merasa dikhianati. Kupikir tempat ini memiliki lingkungan yang sangat baik dan menjunjung norma. Tapi kenapa mereka malah berpakaian lebih terbuka dari lonte.

“Justru lu yang kenapa make baju tertutup begitu. Kan dresscode untuk muslimah Cuma boleh pakai jilbab nutupin kepala.”

“Kalian gila!”Aku berseru semakin kencang.”Cepet pakai baju kalian!”

“Kenapa berisik banget ini.”

Dari tangga, keluarlah Ummi Nayla yang hanya memakai jilbab saja yang membungkus kepalanya. Kedua tokednya yang besar menggantung dan bergoyang mengikuti langkah kakinya.

Namun satu hal yang kuperhatikan sangat berbeda adalah tatapan matanya yang menusuk tajam. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan tatapan yang senantiasa dia berikan selama ini.

“Ummi....”kataku tak percaya melihat Ummi Nayla yang selama ini kukagumi justru berpakaian seperti mereka.

Tapi yang membuatku lebih terkejut lagi adalah sikap dari kelima seniorku. Mereka langsung menjatuhkan diri dan meletakkan wajahnya di atas karpet layaknya bersujud.

“Salam Nyonya Nayla. Kami hambamu siap melayani.”Ucap mereka serempak.

Ummi Nayla duduk di salah satu sofa dan memandangku dengan tatapan tajam.

“Anita! Kenapa masih berdiri. Terus itu bajumu kenapa gak dilepas. Kamu gak tahu dresscode di sini!”

“Maafkan Nyonya. Anita belum diberitahu mengenai tradisi kita,”jawab Lita dengan suara pelan dengan tetap menempelkan wajahnya ke atas karpet.

“Hah! Kok bisa belum tahu! Siapa yang tanggung jawab buat ngajarin Anita!”

“S..ss..saya...Nyonya,”jawab Kak Rara dengan suara terbata-bata.

“Dasar gak guna!”Ummi Nayla langsung beranjak ke tempat Rara dan menendang hingga terpental.”Bimbing doang gak becus!”

“Mafkan saya Nyonya,”ucap Rara cepat-cepat bersujud.

“Ummi, ini apa-apaan?”tanyaku yang baru pulih dari rasa terkejutku begitu melihat perubahan yang terjadi pada Ummi Nayla.

“Ini tradisi asrama ini. Dan sebagai penghuni di sini, kamu juga harus mematuhinya.”

“Gak....”aku perlahan mundur. Aura dingin nan kejam yang dipancar Ummi Nayla memadamkan semua amarah dan keberanian yang sebelumnya sempat terpantik.

“Gak usah kaget begitu, Anita. Kamu pikir kenapa aku mau menerima cewek kampung kayak kamu. Ya buat jadi budakku lah.”Ummi Nayla terkekeh pelan layaknya penjahat di film-film.

“Aku gak mau!”Aku cepat-cepat berbalik menuju kamarku.

“Lita! Tangkap budak itu!”

Bagaikan harimau, Kak Lita yang sebelumnya berada dalam posisi bersujud langsung bangkit dan menerkamku. Aku yang hanya selangkah lagi sebelum membuka pintu kamarku langsung tersungkur jatuh.

“Lepasin!!!”Kataku memberontak.

Tapi Kak Lita yang sudah masuk seagames cabang karate jelas bukan tandinganku. Dia seketika langsung melilit leherku dengan lengannya dan menjepit tubuhku dengan kedua kakinya hingga aku kesulitan bernafas.

“Langsung ikat dia Lita.”

“Siap Nyonya.”

Aku yang sudah tidak berdaya karena serangan yang dilancarkan Kak Lita membiarkan diriku diikat oleh Kak Lita. Entah darimana dia mengeluarkan borgol dan langsung mengunci tanganku di belakang. Dia meraih satu borgol lainnya dan mengunci kedua kakiku dalam posisi rapat. Terakhir Kak Lita menutup mulutku dengan lakban hitam

Setelah dalam kondisi tak berdaya, aku langsung di dudukkan di salah satu kursi. Aku memejamkan mataku berusaha untuk tidak melihat kebejatan yang terjadi di tempat ini.

PLAK!!! Sebuah tamparan keras mendarat di pipiku membuatku tersentak.

“Jangan berani-beraninya tutup mata.”bisik Kak Lita dengan suara mengancam.”Kalau gak gua bakalan gebukin lu. Paham?”

HMMPPPPP!!!! Aku balas berteriak tapi tertahan oleh lakban yang menutup mulutku

Bukkk!!!! Tanpa ampun Kak Lita meninju perutku membuatku dijalari oleh rasa sakit yang teramat sangat hingga tanpa sadar mataku mulai menitikkan air mata.

“Masih mau ngelawan?”

Aku menggeleng lemah. Sepertinya untuk sekarang aku tidak punya pilihan selain mematuhi Kak Lita.

“Sudah cukup Lita. Kasian masih baru. Nanti dia sendiri yang akan belajar patuh.”

“Baik Nyonya Nayla.”Kak Lita langsung menjatuhkan dirinya dalam posisi bersujud.

“Yang harusnya sekarang dihukum itu Rara.”Ummi Nayla mengalihkan pandangannya pada Rara.”Bangun Rara.”

Rara langsung mengangkat kepalanya dengan perlahan. Namun belum sepenuhnya kepala Rara terangkat, Ummi Nayla langsung menendang kepala Rara hingga ia terpental.

“Cium.”perintah Ummi Nayla menjulurkan kakinya yang sebelumnya dipakai untuk menendang kepala Rara.

“Baik Nyonya.”Kak Rara langsung menjulurkan lidah dan menjilati kaki Ummi Nayla. Bahkan sampai di telapak kaki dan sela-sela jari. Tak terlihat sama sekali rasa jijik di wajah Kak Rara seakan dia menikmati setiap inci kaki Ummi Nayla.

“Rara. Hak mu sebagai manusia dicabut selama seminggu. Kamu tahu kan artinya.”

“Iya Nyonya.”Rara langsung bersujud kembali di dpean kaki Ummi Nayla.

“Apa artinya ?”

“Saya dilarang untuk mengenakan pakaian apapun selama di asrama. Saya dilarang untuk menggunakan kaki saya untuk berjalan dan hanya boleh merangkak kecuali diperintahkan sebaliknya oleh Nyonya Nayla. Saya dilarang untuk tidur di kasur dan harus tinggal kandang anjing. Saya akan kencing dan berak di halaman. Saya hanya boleh menggonggong dan tidak boleh bicara dengan manusia kecuali di luar asrama.”

“Mulai detik ini hukumanmu berlaku.”

“Guk guk guk.”Kak Rara tiba-tiba saja membalas dengan gonggongan.

“Bagus. Ada hukuman tambahan juga. Kamu harus melakukan aksi relawan selama lima hari. Dalam lima hari kamu harus membantu 10 orang kesusahan. Mengerti.”

“Guk guk.”Kak Rara kembali menggonggong seakan dia memang bukan manusia.

“Oh ya karena kamu masih harus jadi pendamping Anita, kamu bakal diurus sama Anita. Kamu juga boleh ngomong dengan bahasa manusia kalau sama Anita. Mengerti ?”

“Guk guk.”

“Anjing pinter.”Ummi Nayla langsung menginjak kepala Kak Rara sampai wajahnya menyentuh karpet.”Inget jangan sampai ngebantah.”

“Guk...gu...gukkk....”Kak Rara mencoba menggonggong meski mulutnya terhalang lantai.

“Baik sekarang mari kita mulai inisiasinya.”
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd