Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA RAHASIA YENI 2

Pollux Troy

Guru Semprot
UG-FR
Daftar
2 Jul 2016
Post
603
Like diterima
616
Bimabet
Rahasia Yeni 2 :
Auditor External


Prolog :
Yeni keluar dari bilik periksa Bu Irma sendirian, karena bidan desa itu lanjut memeriksa pasien lainnya yang mau inspeksi kehamilan. Diruang tunggu Mas Igun menatapnya cemas.

“Gimana, kenak apa kata Bu bidan…”

“Gak apa loh mas…” Sambil beranjak meninggalkan ruang tunggu klinik, Yeni berkata pelan.

“Kata bu bidan mungkin karena lebat banget, kan kerjaanku dirumah banyak, jadi sering lembab makanya lama-lama gatel-gatel gitu…”

Mas Igun terkekeh, Yeni cemberut.

“Howalaaaahhh…tak pikir kenapa napa…ya udah nanti kamu potong, rapiin. Lebat banget emang, nyeemaak”

Dicubitnya mesra lengan suaminya, cemberutnya masih belum pupus.

“Kata bu bidan digundulin aja dulu sekalian, baru dioles salep tipis-tipis…”

Tawa Mas Igun pecah, cemberut Yeni makin menjadi, sambil bersungut-sungut dia naek keboncengan.



Chapter 1
Lelah menata barang-barang disteling barunya, Yeni memutuskan duduk diteras sambil minum teh es. 2 steling kaca yang kini berada diruang tamunya penuh dengan perabotan yang akan dikreditkannya kembali.

Sebulan lalu, ia berhasil membujuk Mas Igun untuk mengajukan kredit dibank dengan agunan sepetak tanah warisan mertuanya. Mas Igun teryakinkan setelah ia menunjukkan pengghasilannya dengan membantu Elis, yang tentu saja lebih dari cukup buat menutupi kreditan baru dari bank ini. Sebenernya kredit bank itu ngga perlu-perlu amat, Yeni punya cukup tabungan yang tidak diketahui Mas Igun untuk memulai bisnis kecil-kecilannya, cuman seperti kata Elis, jangan sembrono, rahasia mereka harus rapi serapi-rapinya.

“Kamu harus punya usaha, Yen..” Kata Elis saat itu. Sebelum dia membujuk Mas Igun untuk minjam ke bank.

“Biar suamimu ngga curiga, kamu ngga kerja kok uangmu ada terus…”

“Iya Lis…aku kepikiran itu juga sih…”

“Lha iya. Terus itu, gundulin aja napa, kayak aku…”

Yeni tersenyum geli.

“Pak Sis ama Amar bilang gitu amaku…risih lho Yen. Coba gundulin, kamunya juga pasti makin enak…”

Yeni melengak kaget.

“Mosok Pak Sis ama Amar bilang gitu…kok ngga langsung ngomong ke orangnya “

“Takut kamunya tersinggung loh….tapi orang tu dua puas banget kok amamu…”

Yeni termangu. Pengen sih dia seperti yang dibilang Elis. Kayaknya lebih nikmat deh kalau gundul licin begitu. Cuman tiba-tiba bayangan wajah Mas Igun suaminya berkelebat dibenaknya.

“Aku takut Mas Igun curiga lho Lis….soalnya dari dulu emang kayagini”

“Jangankan digundulin, tak potong aja ngga pernah kok….”

“Ya bilang aja kamu kegatelan kek, alergi kek kan ada aja alasan see….”

“Aku dulu ya mikirnya gitu, terus aku pura-pura gatel, sampek dibawa Nanang periksa ke Bidan Irma. Sama Bu Irma disuruh potong rapiin. Tak gundulin sekalian…”

Yeni meneguk habis teh esnya. Sebentar lagi waktunya menjemput Aini dan Arif, bersenandung kecil ia beranjak kedalam, gerah sekali, Yeni pengen mandi sepuas-puasnya.

Pak Sis dan Amar, dari cerita Elis sebenarnya sedang menjalankan tugas Audit Eksternal di Pabrik Kelapa Sawit. Mereka hanya 2 minggu disini. Nginepnya di Mess Perusahaan. Entah bagaimana Elis bisa terhubung dengan mereka. Tahu-tahu Elis bilang kalau dia udah dipakek keroyokan ama 2 staff auditor senior perusahaan sawit itu empat hari yang lalu.

Seperti biasa mereka ngobrolnya di Fruity Frozen. Yeni hanya mengangguk saat Elis bertanya apa dia mau ngambil paket keroyokan juga. Siang itu semua detailnya diceritakan Elis. Dan seperti biasa juga, Yeni hanya harus mengikuti instruksi temannya. Dia harus benar-benar mengingat dan melakukan persis sama seperti yang dikatakan Elis.

Dalam hati Yeni kagum dengan kecerdikan Elis mengatur kencan-kencan rahasia mereka. Selama 3 bulan ini dah ga kehitung berapa kali dia disetubuhi teman-teman Facebook Elis, yang semua berasal dari luar kota dan berumur pula. Tapi biarpun berumur rata-rata punya perabotan dan stamina yang jauh lebih baik dari Mas Igun suaminya, beberapa malah cenderung ganas dan buas. Yeni bergidik begitu ingat semua yang udah jalaninya, kadang sendirian satu lawan satu, kadang dia dan Elis berdua keroyokan memuaskan satu laki-laki. Kalau keroyokan dua laki-laki sekaligus baru kali inilah ada kesempatan buat Yeni, kalau Elis sih, dah sering banget.

Yeni tak ingat lagi nama mereka satu persatu, dan memang diapun tak ingin mengingatnya, kecuali pengalaman pertama kali nyeleweng dengan Pak Edi yang amat membekas disanubarinya, si Saddam Hussein yang memerawani lubang buridnya, laki-laki pertama yang membuatnya menelan air mani. Yeni termenung mengingat pengalaman brutalnya dengan laki-laki yang dingin dan ngga pernah senyum itu. Kemana dia ya?, Kenapa ngga pernah ada kabar sedikitpun soal dia dari Elis.

Malamnya Elis nelfon, katanya ada reseller yang udah transfer bonus 3 juta. Elis bilang coba di cek rekeningmu, sudah masuk apa belum.
Yeni sudah tahu apa maksudnya, bulu kuduknya meremang.



Chapter 2
Kamis Pagi Pukul. 10.09 WIB
Nuansa Hotel & Convention Hall
Lantai III VVIP ROOM 322

Yeni duduk menyandar disofa empuk panjang, tangan kirinya menggenggam dan mengocok lembut kemaluan laki-laki kurus tinggi yang duduk disisi kirinya. Namanya Pak Siswanto, Cina keturunan. Ganteng, Umurnya sekitaran 40-an, rambutnya disisir rapi hitam mengkilat, sekilas Yeni dapat mengendus aroma maskulin pomade. Hal sama juga ia lakukan pada kemaluan laki-laki tegap dengan potongan rambut cepak disisi kanannya. Laki-laki inilah yang membukakan pintu untuknya tadi, namanya Amar. Umurnya kayak sebaya dengan Mas Igun. Sekitar 37-an tahun gitu. Senyumnya manis dan tutur katanya sopan sekali. Kulitnya sawo matang tapi cenderung terang dan bersih. Kontolnya lebih pendek sedikit dari milik Pak Sis yang panjang tapi kurus, seperti orangnya. Tapi diameternya itu lho, guemukkk banget, jemari Yeni bahkan ngga sanggup melingkari keseluruhan batang gemuk milik Amar.

Walau senyumnya manis dan tutur katanya santun, tapi tetap saja si Amar ini yang langsung meminta Yeni melepas jeans berikut celana dalamnya. Yeni sudah biasa dengan permintaan permintaan aneh teman-teman Facebook Elis. Maka santai saja dia lepas jeans sekaligus celana dalamnya lalu menggantungnya ke kapstok. Saat ia mau melepas blousenya, si Amar mencegah. Di meja sudut kamar, si kurus tinggi Pak Siswanto mengalihkan pandangannya dari laptop yang menyala, kacamatanya dilepas dan memandang tersenyum melihat Yeni yang berdiri dihadapan Amar dengan blouse lengkap tapi bagian bawah perut telanjang bulat. Jembut Yeni yang merangas lebat sampai nyaris ke pusar nampak membuatnya agak terkejut.

“Hallo mba Yeni, saya Siswanto, ini asisten saya Amar…gimana tadi…ngga susah kan kemari…?”

Yeni hanya tersenyum kecut. Siswanto berdiri. Meletakkan kacamatanya di meja.

“Ayuk kita ngobrol-ngobrolnya disofa aja bertiga biar santai….”

Ngobrol santai bertiganya itu ya begini ini, kedua pria itu duduk disofa telanjang bulat, mengapit Yeni ditengah. Yeni masih memakai lengkap blousenya tanpa bawahan. Saat tangan Siswanto dan Amar meraih dan membimbing tangannya satu-satu, Yeni sudah tahu apa yang harus dilakukannya.

“Mbak Yeni….ini sebutannya apa ya kalok disini…” Suara Siswanto memecah keheningan. Ia menunjuk kemaluannya yang kurus panjang dan mulai mengeras. Yeni menarik napas, ini sama sekali ngga ada diceritakan Elis.

Ia menatap wajah Siswanto, lalu melirik batang panjang kurus milik laki-laki yang sedang dikocoknya pelan-pelan itu.

“Apa ya pak, sama aja deh kayaknya sebutannya dimana mana juga…”

“Iya apa sebutannya mbak….saya pengen dengar dari mbak…”

Dasar Cina sarap.

’Hemmm Titit nyebutnya….”

Ia melirik Amar, laki-laki itu juga sedang menatapnya sambil tersenyum mesum.

“Bukan….Bukan itu..” Siswanto meraih tangannya, mengarahkannya lebih ke bawah. Yeni beringsut, kini ia belai kantung peler itu.

“Hemmm Burung…”

“Salah mbak….bukan itu…”

Yeni jadi mangkel. Dia tahu apa yang ingin didengar laki-laki ini, tapi entah kenapa kok ya rasanya saru banget nyebutnya. Baru kali ini dia dapat situasi kayak gini.

“Ayukk mbak…apa namanya…”

“Hemmm ini kalok disini namanya kooonthol…” saking geramnya, sambil menjawab dia remas gemas kantung pelir Siswanto, membuat laki-laki itu mengaduh.

“Nahh itu baru bener….”

Siswanto terkekeh.

Yeni merasakan tangan Amar mulai menjalar dipahanya, lantas meluncur keselangkangan. Yeni merinding saat memeknya dirogoh.


Kamis Pagi Pukul. 10.58 WIB
Nuansa Hotel & Convention Hall
Lantai III VVIP ROOM 322

Blouse Yeni udah tergeletak dilantai. Dipreteli Pak Sis. Sekarang dia duduk ditepian sofa, menegakkan punggungnya, Pak Sis dan Amar berdiri berjejer didepannya. Kontol mereka yang ngaceng berat bergantian dijebloskan kedalam mulut Yeni. Payudaranya habis diraba dan diremas tangan-tangan Pak Sis dan Amar, payudara besar putih dan mulus itu kini berkilat akibat ludah yang berlelehan. Putingnya mencuat keras, untuk kesekian kalinya birahi Yeni terpantik. Benar kata Elis, dengan 2 laki-laki sensasinya emang beda. Hanya suara televisi yang ada diruangan ini sekarang, dan suara kecipak ketika kontol-kontol itu keluar masuk mulut Yeni. Pak Sis yang merupakan atasan Amar tampak lebih brutal ketimbang Amar yang lebih banyak diam saja menikmati mulut Yeni.

Mascara Yeni mulai luntur akibat lendir dan ludah yang belepotan diwajah. Rahangnya juga mulai pegal. Belum lagi ukuran diameter kontol Amar yang super besar membuat bibirnya kebas.


Kamis Pagi Pukul. 11.20 WIB
Nuansa Hotel & Convention Hall
Lantai III VVIP ROOM 322

Diganjal bantal tipis dilututnya, Yeni merangkak dihadapan Pak Sis yang duduk mengangkang disofa. Kedua lengan Yeni lalu bertelekan dipaha laki-laki itu, kontol panjang kurus yang sekeras kayu itu kini terjepit erat disela payudaranya. Yeni rebah didada Pak Sis yang langsung merangkul kepalanya, membelai lembut rambutnya, kecupan kecupan lembut nan romantis berulangkali mendarat dikening, mata dan bibir Yeni, kecupannya kecil-kecil, membuat Yeni merinding nikmat.

Dibawah sana, lidah si Amar dengan buas bergerilya di lubang tainya, dari lubang tai lidah itu melata liar membelah bibir memeknya yang lagi-lagi langsung menebal bengkak. Desahan Yeni makin nikmat. Jembutnya yang lebat merangas kini lepek bergumpal-gumpal bercampur ludah Amar. Dari balik gumpalan jembut itu, itilnya yang sebesar kacang segera saja menjadi sasaran ujung lidah Amar dan tanpa bisa dapat ditahan lagi meliuklah pantat Yeni keenakan.

Saat Pak Sis mengarahkan bibir Yeni ke dadanya, ia langsung paham apa mau laki-laki Cina ini. Ia jilat puting laki-laki itu, ia monyongkan bibirnya yang seksi untuk mencucup, dan dalam jepitan payudaranya yang licin ia rasakan batang kontol panas itu menggeliat.

Seperti yang sudah sudah Elis selalu cerita tentang laki-laki yang akan kencan dengan Yeni. Bagaimanapun, laki-laki yang akan Yeni layani faktanya memang sudah menggauli Elis semua, ada yang berkali-kali malah. Bagi Yeni pengetahuan tentang kebiasaan ngeseks lelaki yang akan dilayaninya itu sangat penting, paling tidak ia gak mau Elis kecewa karena sudah merekomendasikan namanya.


“Pokoknya kamu ikuti aja deh Yen apa mau mereka…”
“Iya. Jujur sebenernya aku penasaran juga sih…”
“Penasaran apa…”


Yeni tahu, Elis menggodanya. Kelihatan dari mata Elis yang berbinar menatapnya. Yeni jadi salah tingkah.


“Hemmm…kayaknya seru aja…”


Elis terkekeh..


“Ciyeeeee ada yang lagi pengen maruk ni yeee…”


“Apaan see Liss….halaaahhh kayak kamu nya enggak doyan aja deh….”


Kamis Pagi Pukul. 11.48 WIB
Nuansa Hotel & Convention Hall
Lantai III VVIP ROOM 322

“Ugghh….”

“Uggggghhhh..”

“ Ugghh…”

“Uggggghhhhh….”

“UuGGh”

“UUggghhhhhh..”

Bertumpu pada tubuh Pak Sis, Yeni berusaha menahan badannya yang terguncang-guncang kedepan. Dalam posisi berdiri, si Amar mulai memompa kontol besarnya ke dalam memek Yeni yang nungging dilantai menghadap sofa.

Tubuh kekarnya terlihat basah berkeringat, lengan-lengan ototnya bersembulan saat mencengkram pinggul pejal Yeni sebagai pegangan. Warna kulitnya yang sawo matang, tampak serasi dengan kulit putih mulus Yeni yang juga mengkilat oleh peluh. Amar mengauli Yeni dengan tempo kadang cepat kadang lambat, membuat lenguhan Yeni jadi panjang pendek.

Pak Sis meraih wajah berkeringat Yeni, merapikan rambutnya yang acak-acakan menutupi wajah, ia tarik dagu Yeni, membuat perempuan itu menengadah bersitatap dengannya meski dalam posisi terguncang-guncang dientot dari belakang, mata Yeni yang awalnya terpejam nikmat pelan-pelan membuka sayu, dan Pak Sis menatap langsung ke dalam bola mata bulat Yeni.

“Dimana kontol si Amar mbakkk….” Bisik Pak Sis parau ditelinga Yeni.

”hhhhh….hhhh…hhhhh dih….didalemmm pehpek ku phaakk…hhhh”

“Berarti kamu lagi diapain ama si Amar ini mbak…”

“hhh…hhh..hhh..lagghii…hhh…hhh..hhe dienttthoot pakh…hhhh”

“ Enak…?”

Yeni mengangguk.

‘Mana lebih enak dientot Amar atau suamimu?…”

“hhh…hhh…enakan hhh inihh….”

“Kamu suka dientot pelan-pelan atau kasar mbak…”

Napas Yeni makin memburu….entotan Amar terasa makin cepat temponya, pelan-pelan dirasakan kedutan samar di otot-otot panggulnya, menjalar ke memek.

“Mbak Yeni….enakan pelan atau kasar….?”

“uggggggghhh”

“ugggggggghhhh

“hhhhh enak…hhhha uugggh enakann kashhhar uggghhh…hhh”

“Aaakkkhhhhh”

Baru saja Yeni selesai menjawab, dengan brutal dan bertenaga Amar mempercepat kocokan kontolnya. Bonggol besar itu kini berulang kali dijebloskan sampai pangkalnya mentok…menbuat Yeni menjerit tertahan. Pak Sis kini berdiri, kontol kurus panjangnya itu sekarang dijebloskannya kedalam mulut Yeni yang terbuka. Sekarang Yeni dientot dimemek dan dimulut, dengan kasar dan brutal.

Suara jeritannya hilang, berganti dengan riuh suara kecipak, dengus napas pejantan-pejantannya yang memburu dan erang keenakan Yeni. Dan sebentar kemudian kedutan dahsyat itupun melanda panggul dan memek Yeni. Terkejat kejat Yeni mendapatkan kenikmatan orgasme terliar dalam hidupnya.


Kamis Tengah Hari Pukul. 12.25 WIB
Nuansa Hotel & Convention Hall
Lantai III VVIP ROOM 322

Berpegangan dipinggiran meja rias, Yeni berdiri menungging menghadap cermin. Dibelakangnya kontol Pak Sis dengan gerakan pelan namun mantap memompa lubang tainya. Saat itulah telepon selular Yeni bunyi berkali-kali. Yeni yang terkejut mau bergerak, tapi cengkeraman Pak Sis di pinggul membuatnya terdiam.

Amar mengambil hape dari dalam tas tangan, Yeni yang ketakutan kalau itu Mas Igun suaminya jadi panik, namun kepanikannya reda saat Amar memberi isyarat kalau dia tidak akan memjawab panggilan itu.

Pompaan Pak Sis berhenti. Tapi kontol itu masih terbenam mantap dianusnya. Yeni mengatur napasnya yang memburu, mengusap peluh diwajah dan merapikan rambutnya yang berantakan. Tangan kiri Pak Sis melingkar diperut, sedang tangan kanan mengusap-usap putingnya yang masih saja mencuat kaku.

Yeni menoleh pada Amar yang memeriksa layar hape.

”Mas Igun…” ujar Amar, membaca nama yang muncul dilayar saat hape itu kembali berbunyi.

“Itu suamiku…” ujar Yeni pias, tangan dan kakinya mendadak dingin dan melemas. Untunglah saat ini dia dirangkul dari belakang, plus dongkrak yang terbenam kandas dianusnya

“Jawab ajalah…gpp kok…” Bisik Pak Sis.

“Kita diem kok mba….jangan sampai suamimu marah kamu ngga jawab telepon karena lagi ngentot ama kita…”

Amar mengangsurkan hape. Dengan gemetar Yeni meraihnya.

Tap.

” Ya…Hallo mas…”

“Kamu ngapain see, kok lama kali ngangkat tilpon…” Suara Mas Igun yang kesal terdengar dari seberang.

“Ehmmm …iya “ Yeni melirik Amar yang masih berdiri disisinya. Kontolnya sekarang mengkilat, mendongak ke atas. ya ampuunnn ngaceng lagi ni anak batin Yeni.

“ini aku lagi ditoilet lho mas. Di Suzuya….kan tadi udah bilang sama mas kalau nemani Elis..”

Hape pindah ke tangan kiri, mata Yeni melotot saat Amar meraih telapak tangan kanannya, digenggamkannya tangan Yeni kekontolnya.

“Ohh iya udahhh “ Suara Mas Igun diseberang…

“Gini lho dek…” sambung Mas Igun lagi. Sepertinya ngga ada masalah pikir Yeni, tanpa sadar ia remas dan mulai mengocok pelan kontol ngaceng Amar, sementara dibelakangnya, Pak Sis ikut-ikutan mulai memompa pelan-pelan melihat Yeni bertelefon sambil mengocok kontol Amar.

“Kita ada stok termos ngga ya…?.”

“Yang dari plastik, buat nyimpen nasi….ini Bulek Soman kayaknya mau kredit…”

“hhhhh eshhs ada Mas…udah deh mas…nanti tak telfon balek ya…aku mules lho…”

“Ohh iya iya…oke! “

Tuuuttt tuttt tuuuutt..

“ UGggghhh ….”

“Uggggghhhhh “

“ Aakkkkhhh..."

Begitu telepon terputus, bagai kesetanan Pak Sis mengocok burid Yeni, membuat kepala perempuan itu tertunduk kedepan. Lenguhan Yeni terdengar lagi panjang pendek.

”Apa tadi istilahnya…” Tanya Yeni penasaran.

“Di sandwich..”

“Kayak nama makanan?!…”

“Iya emang….” Elis cekikikan. Kemudian Elis cerita bagaimana selama 1 jam sebelum pulang ia disandwich dalam berbagai posisi oleh Pak Sis dan Amar. Yeni sampai tercengang mendengarnya.

“Aku biasanya ngga pernah kalah loh Yen…tapi kemaren itu aku emang ampun ampun lah. Pas Amar mau ngentotin aku sekali lagi dikamar mandi, aku udah ngga kuat lagi…”

Kayak mana see ngeseksnya Pak Sis ama laki-laki yang namanya Amar itu, pikir Yeni hingga perempuan dengan nafsu biadap kayak Elis aja sampai minta ampun.


Kamis Tengah Hari Pukul. 13.20 WIB
Nuansa Hotel & Convention Hall
Lantai III VVIP ROOM 322

Duduk membelakangi Amar yang telentang ditengah tempat tidur, Yeni terus menaikturunkan pinggulnya. Kedua tangannya bertumpu dipaha Amar. Sesekali ia menunduk, melihat bagaimana lubang memeknya melahap kontol gemuk itu keluar masuk. Ngga diperdulikannya lagi Pak Sis yang duduk bersandar disofa, menonton bagaimana liarnya ia naik turun diatas tubuh Amar mengejar orgasmenya lagi. Tadi Yeni sudah membuat Pak Sis ejakulasi sambil berdiri.

Kesetanan dia hajar kontol panjang kurus itu dengan mendorong dan memutar-mutar pantatnya kebelakang. Ia raih tubuh kurus itu dengan sepasang tangannya, lalu ia goyang pantatnya kebelakang. Lolong tertahan pria Cina itu yang gantian terkejat-kejat tak mampu menahan ejakulasi benar-benar membuat Yeni puas.

Ingat cerita Elis yang mengaku kalah dikerjai mereka berdua membuat nafsu Yeni membuncah kembali. Yeni berbalik, dirangkulnya leher laki-laki itu, sekali beringsut kontol besar Amar seketika terbenam dimemeknya. Dengan histeris yeni pompa kontol gemuk itu, berharap ia dapat mengulangi kemenangan seperti yang dibuatnya pada Pak Sis.

Namun sekali ini Yeni salah perhitungan. Batang itu begitu gemuk. Terasa sesak sekali menjejali memeknya. Bahkan kepala bajanya begitu bulat dan enak. Gerakan pompaan yang awalnya lancar dan bertenaga itu pelan-pelan jadi patah-patah dan melambat. Dan saat Amar kemudian balas memeluk erat pungungnya, kemudian melancarkan serangan balik dengan balik menceplos-ceploskan batangannya ke atas mengocok memek Yeni, maka desahan Yeni pun berubah jadi rengekan, dan pada puncaknya untuk yang kesekiankalinya, ia kembali terkejat-kejat.


Kamis Jelang Sore Pukul. 14.00 WIB
Nuansa Hotel & Convention Hall
Lantai III VVIP ROOM 322

Yeni ngga tahu berapa lama ia berbaring telanjang diatas tempat tidur itu. Mungkin dia sempat tertidur sebentar, suara Amar yang sedang menelfon seseorang membuat dia terjaga sepenuhnya kembali. Pak Sis dilihatnya merokok sambil menyeruput kopi.

Yeni menggeliat, tubuhnya masih lemas.

Pak Sis melihatnya bangun. Amar mematikan telfonnya, memandang Pak Sis lalu menoleh kearahnya.

Yeni tersenyum kecut melihat kedua pejantannya itu berjalan pelan mendekat. Nanar matanya terpaku pada kontol-kontol mereka yang tampak mengacung mengkilat, aduh makkk udah ngaceng maksimal lagi ituhhhhhh

Inilah saatnya aku di sandwich pikir Yeni lemas.


Elis terbahak mendengar cerita Yeni. Air matanya sampai keluar. Yeni cemberut.

“Gilakk emang si Amar tuh. Kan udah kubilang, aku aja muntah nampung spermanya…”

“ Iya Lis….aku juga..” Desis Yeni bergidik “ Udah banyak, kental banget lagi…”

“Jadi dikamar mandi, kamu didatengin Amar lagi…”

“Ya ampuuunn Iya Lis…udah kayak diperkosa aja aku ama dia…” Yeni menyibakkan rambutnya.

“Kalau ngga masuk Pak Sis, mungkin aku terus di entotnya sampai dia nembak lagi….”

Elis menarik napas panjang. Sesaat hening menggantung..keduanya saling pandang.


“Terus….kamu kapok nih ceritanya…Yen”

Yeni membuang pandangnya. Saat kembali, Elis masih menatapnya.
Samar senyum terukir diwajah cantik Yeni.

“Ngggaakkk…”

Mata Elis membesar…

“Seriuss,,,”

“Ya serius belum kapok….. “ Tukas Yeni

“Ya udah kamu atur aja Lis, kapan si Amar bisa lagi…”

Elis ternganga. Kemudian mereka terbahak.



Epilog :
Malam makin larut. Anak-anak udah pada tidur. Suara desahan dan rintihan orang bersetubuh itu terdengar samar-samar. Yeni duduk didepan meja rias membersihkan wajahnya dengan susu pembersih wajah. Diliriknya Mas Igun suaminya, yang hanya pake kaos oblong dan bercelana kolor bola, lagi serius amat melototi layar smartphone baru hadiah ulang tahun darinya.

Yeni tahu apa yang ditonton suaminya, tonjolan dicelana kolor bolanya itu mengkonfirmasi dugaannya.

“Pelankan suaranya to mas…nanti denger anak-anak “ ujar Yeni.

“Hemmmm”

“Edyaaannnn…” Yeni terkejut, melirik Mas Igun yang heboh bersungut-sungut.

“Opo toh mas…” Ia penasaran

“Iki lho…wadon gendheng, wes dicoblos silite ndilalah malah cengengesan….. “

“Wes wong lanange loro, ngragas tenan. Asuuu.”

Yeni tercekat. Dari sudut mata diliriknya suaminya itu. Yang walaupun bersungut-sungut, tapi tetep aja mantengin layar smartphone itu, malah tangan kanannya sekarang mengusap-ngusap tonjolan celana kolor bolanya yang kian membesar.
 
Terakhir diubah:
Walah masih panjang ini Yeni
Dan Irma sdh jadi bidan...........
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kapan2 Yani di booking fotografer gan. Trus ada tawaran utk Yeni pemotretan n casting film esex2 gan. Seru juga tuh. Hehehe..
 
Kapan2 Yani di booking fotografer gan. Trus ada tawaran utk Yeni pemotretan n casting film esex2 gan. Seru juga tuh. Hehehe..
Ide nya liar juga iya. Ayok kita tantang khusus buat bro untuk buat cerita sequel nya Yeni dengan ide cerita yang seperti bro bilang hehehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd