Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Rahnia Tiara Syakila Andini - Panggil aku Titi

Bimabet
Nama ku Rahnia Tiara Syakila Andini mirip nama artis ya, sehari – hari aku dipanggil Titi. Seorang istri yang berusia 25 tahun. Suami adalah seorang pegawai BUMN di kota P, sedangkan aku bekerja sebagai seorang guru dengan status PNS. Aku menikah pada usia 23 Tahun, karena selesai kuliah aku mengikuti tes CPNS dan lulus menjadi seorang guru. Awalnya aku mengikuti suami ku di Kota P dan bekerja disana, namun aku oleh pusat aku dipindahkan untuk mengajar di Desa yang tidak asing bagi ku. Desa tersebut adalah kampung halaman ku sendiri.

Aku terlahir dari keluarga yang cukup terpandang, begitu juga suami ku yang sama – sama berada satu desa dengan ku. Secara ekonomi, kami cukup mapan karena masing – masing memiliki beberapa hektar perkebunan sawit. Secara agama, baik aku dan suami ku cukup kuat karena latar belakang keluarga menjadi faktornya. Aku sendiri adalah anak pertama dari 2 bersaudara, dimana adik aku sekarang sudah menempuh pendidikan Sarjana di kota P besama denga adik Ipar ku yaitu adik dari suami ku yang berada di kampus yang sama. Sehingga disaat aku pindah ke Desa, aku masih merasa tenang karena suami ku masih dipantau oleh adik – adiknya. Aku dan suami ku saling percaya. Hingga akhirnya, aku mulai tergoda dengan rayuan – rayuan setan didalam kehidupan ku.

Aku sudah pindah ke desa selama satu semester, kebetulan minggu ini sekolah dalam keadaan libur. Sebenarnya aku sudah berencana untuk kembali ke kota P, karena selama liburan pengen dekat dengan suami ku. Namun aku berencana berangkat di hari minggu bersama orang tua ku. Hari ini adalah hari sabtu, orang tua ku pun masih masuk bekerja. Karena bapak dan ibu ku bekerja di pemerintahan sehingga masih masuk dihari sabtu, sedangkan aku sudah mulai libur karena bekerja di sekolah.

Pagi ini aku berencana mencuci semua pakaian yang kotor, biasanya aku mencuci dihari minggu. Lantaran besok aku dan orang tua ku akan berangkat ke kota P. Keadaan desa tempat tinggal ku belum lah sepadat kota, rumah – rumah pun masih dikelilingi oleh pohon rindang dan batang – batang sawit yang besar. Pagi ini suasana cukup dingin karena malam nya hujan cukup lebat. Karena mesin cuci dirumah rusak dan hanya pengering yang berfungsi, lalu aku pun berniat mencuci di dekat sumur karena rumah – rumah didesa kami masih menggunakan sumur tidak seperti dikota yang sudah menggunakan sumbur bor dan air PAM. Karena cuaca yang dingin, aku menjadi semangat untuk mencuci karena tempat mencuci berada di belakang rumah dan terbuka serta langsung berhadapan dengan kebun – kebun sawit milik tetangga.

Waktu menunjukkan pukul 7.30 WIB suasana dingin pun masih terasa, disaat aku sedang sibuknya mencuci lewatlah 2 orang dihadapan ku. Kedua orang tersebut adalah tetangga ku yang rumahnya tepat dibelakang rumah ku. Namanya adalah pak Bejo, tetangga ku yang paling dekat dengan rumah berusia 48 tahun seorang duda yang tinggal bersama anaknya yang masih sekolah dan satunya lagi bekerja. Pak Bejo berperawakan agak sedikit buncit karena berprofesi sebagai supir mobil truk. Sedangkan satu lagi adalah pak Maman atau pak Man yang pekerjaannya sama dengan pak Bejo. Pak Maman sendiri masih memiliki istri dan 3 orang anak yang masih sekolah.

“Ehhh ada Titi “sapa pak Bejo saat melewati ku… ”kok nyuci diluar ??” balasnya lagi kepada ku.. “Eh pak Jo (panggilan akrab pak Bejo), iya pak mesin cucinya rusak, jadi Cuma bisa ngeringin baju aja” balas ku. “ohh begitu.. bapak sama ibu mana ?? kok sendirian” tanya pak Jo kembali kepada ku.

“Masuk kerja pak, kan sabtu gak pernah libur” jawab ku.

“oh iyaa yaaa.. yaa udah bapak numpang lewat yaaa, permisi titi” balas pak Jo kembali kepada ku..

Aku pun hanya menembarkan senyum, pak Jo dan pak Maman pun lewat sedangkan aku melanjutkan kegiatan mencuci baju ku kembali.

Tak terasa pakaian yang aku cuci hampir selesai, dan waktu pun masih pukul 08.15 namun cuaca masih cukup mendukung. Benar benar suasana yang aku rindukan, dingin dan tenang serta masih alami yang berbeda saat aku tinggal dikota. Aku pun rehat sejenak, sambil memainkan ponsel ku membalas pesan suami dan mengatakan kalau besok akan ke Kota P, tentunya hal ini membuat suami ku menjadi senang dan tidak sabar menunggu kedatangan ku. Pada dasarnya jarak Desa ku dan kota P tidak terlalu jauh, kira – kira 3,5 Jam. Sebenarnya suami ku setiap sabtu dan minggu libur, dia bisanya akan pulang ke desa. Namun sebulan belakangan ini pekerjaannya cukup banyak, sehingga sabtu pun masih masuk untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Sedang santai – santainya, kembali pak Jo dan pak Man lewat dihadapan ku. “Belum selesai juga Ti mencuci bajunya” tanya pak Man yang kali ini memulai percakapan… “Belum nih pak, masih sedikit lagi… oh iya bapak – bapak mau kemana nih kayak sibuk banget” balas ku kembali..

“Biasanya Ti, mau narik lagi.. ada yang mau diantar” jawab pak Jo… “Ohh gituu…. Banyak duit lah ni ehehehehhe” sahut ku lagi dengan sedikit bercanda.. “ahhh mana ada ti, lagi banyak keperluan ni.. bayar uang sekolah anak” jawab pak Jo lagi..

“Mau bapak bantuin gak Ti, mumpung belum berangkat” kata pak Man lagi.

“Gak usah pak, Titi masih bisa kok… tinggal diperas aja” balas ku

“Atau bapak bantu peras kan Ti biar enak” sahut pak Jo

“Kok enak pak, orang peras baju kok” jawab ku lagi.. Bercanda – canda mesum sebenarnya bukan lagi hal yang asing bagi ku. Karena di tempat ku mengajar pun bercandaan mesum juga sering terlontar untuk menghangatkan suasana. Begitu juga yang terjadi antara aku, pak Jo dan pak Man pagi ini.

“ahhhh kau ni Jo, makanya kawin.. jangan pikiran mu itu loh jorok terus” sahut pak Man yang merasa segan dengan candaan temannya.

“Mumpung dek Titi gak marah Man, yaa kan Ti” kata pak Jo kepada ku yang kubalas dengan senyuman “Gak papa pak, maklum lah pak Jo kan jomblo” balas ku yang membuat kami bertiga tertawa. Kehidupan di Desa sangat berbeda dengan kota, karena di Desa kehidupan sosialnya masih tinggi sehingga tidak ada kecanggungan sangat berjumpa dan mengobrol. Begitulah enaknya tinggal didesa dimana keakraban antar tetangga masih terjaga sampai sekarang. Aku sebenarnya sudah kenal dekat dengan pak Jo dan pak Man karena anak – anak mereka adalah teman sebaya ku. Jadi sedari kecil aku sudah terbiasa dengan kehadiran mereka.

“Jadi gimana Ti, mau bapak bantuin peras gak” tawar pak Jo lagi

“Ya udah pak, kalau gak keberatan” balas ku

Dengan cepat pak Jo pun membantu ku memeras beberapa kain yang berat hingga semua nya selesai lebih cepat sehingga kegiatan mencuci ku pun selesai.

“Makasih ya pak, bantuannya akhirnya cucian Titi selesai juga” ucap ku..

“Masih ada yang mau diperas gak Ti,, hehehehe” balas pak Jo kembali..

“Udah selesai semua kok pak” jawab ku kembali

“Yaaaahhh kiraen ada lagi yang mau diperas, mumpung masih kuat ni Ti” balas pak Jo dengan nada sedikit kecewa.
 
enak nih ml dikebun sawit beralaskan baju dan daun ....sensasinya bro takut ketahuan tapi nikmat
 
“Yaaaahhh kiraen ada lagi yang mau diperas, mumpung masih kuat ni Ti” balas pak Jo dengan nada sedikit kecewa.

“Kan udah selesai semua pak, gak ada lagi.. makasih ya pak Jo udah bantuin Titi” Jawab ku kembali

“Nahh… kalau gitu, gantian dong Ti.. sekarang bantuin bapak” ucap pak Jo kepada ku, yang aku tidak tau apa maksudnya..

“Memangnya bapak mau Titi bantuin apa ???” Tanya ku kembali disela kebingungan yang aku rasakan.

“Bantuin meresin punya bapak mau gak Ti, udah lama bapak gak diperes.. hehehehe” jawab pak Jo secara frontal, sedangkan pak Man dari tadi sedang sibuk menelepon dengan jarak yang agak jauh dari aku dan pak Jo.

“Iiihhh bapak sudah gila yaa,, kan Titi temennya Ratih loh anak bapak.. masak bapak ngomong gitu sama Titi” tegas ku, padahal dalam hati aku sebenarnya penasaran dengan bapak nya temen ku ini.

“Itung – itung bantuin bapak Ti, masak bapak minta tolong Ratih.. kan ada suaminya dirumah” Jawab pak Jo kembali dengan sedikit merayu ku.

“Tapi pak, ada pak Man… kalau bapak sendiri mungkin Titi masih mau” tanpa sengaja aku mengeluarkan kalimat ajakan yang langsung membuat pak Jo tersenyum lebar.

“Ya udah, kalau gitu bapak antar pak Man dulu ya” balas pak Jo yang langsung pergi mengajak pak Man.

Kepergian pak Jo dan pak Man membuat ku dapat melanjutkan kegiatan mencuci ku yang hanya tinggal mengeringkan menggunakan mesin pengering. Beruntungnya hari ini, karena ada pak Jo sehingga sedikit banyak membantu menyelesaikan pekerjaan mencuci ku pagi ini.

Padahal sudah jam 08.30 tetapi suasana dingin pun kini semakin dingin dikarenakan hujan mulai turun kembali, lagi – lagi didalam hati aku sangat berterima kasih dengan pak Jo yang membantu ku tadi dan sekarang hanya tinggal mengeringkan dengan mesin. Walaupun cuaca mulai hujan, pakaian pun masih bisa kering. Hampir 30 menit berlalu, akhirnya semua pekerjaan ku selesai. Sambil menikmati roti dan teh hangat, hujan pun semakin deras diluar sana.

Tiba – Tiba aku dikejutkan dengan ketukan pintu sambil memanggil nama ku “Tiii…. Tiikkkk” suara yang terdengar dibawah derasnya hujan. Aku pun langsung bergerak dari meja makan menuju pintu yang langsung ku buka dan terlihat seseorang lelaki tua yang sudah basah kuyup berada didepan pintu sambil menatap ku, yang aku tau lelaki itu adalah “Pak Bejo” bapak dari teman ku Ratih.

“Pak Jo kenapa kesini hujan – hujan” ucap ku melihat kedatangan pak Jo

“Kan tadi Titi yang bilang, kalau gak ada pak Man mau bantun bapak toh” jawab pak Jo kembali dengan wajah yang menggigil karena kedinginan dan basah.

“Kiraen Titi, bapak tadi bercanda” gumam ku..

“Masak bercanda Ti,, jadi Titi gak mau nih bantuin bapak” balas pak Jo kembali dengan wajah sedikit kecewa. Aku yang merasa kasian dengan bapak teman ku ini pun berusaha berpikir cepat.

“Ya udah pak, masuk dulu sini” ajak ku yang langsung dituruti pak Jo yang langsung dengan cepat masuk. Aku pun menutup pintu. “Bapak kekamar mandi aja sana dulu, Titi ambil kan handuk untuk bapak” pinta ku yang langsung dilakukan oleh pak Jo yang masuk kekamar mandi dan membuka seluruh pakaiannya yang basah. Sementara aku menuju kamar ku dan mengambil handuk cadangan dan celana pendek serta kaos suami ku yang sudah tidak dipakai lagi.

Setelah memilih kaos yang pas dan celana pendek longgar, aku pun kembali ke dapur dan memberikan handuk serta pakaian kepada pak Jo yang sudah menggigil karena kedinginan dengan mulut yang pucat.

“Ganti baju dulu pak, Titi bikinkan air hangat” ucap ku, pak Jo pun langsung menuju kamar mandi dan mengganti pakaiannya. Kemudian pak Jo pun medekati ku yang sedang duduk dimeja makan.

“Pakaian basahnya mana pak, biar Titi keringkan” Tanya ku kepada pak Jo sembil berdiri beranjak dari kursi.

“dikamar mandi Ti, bapak tarok” Jawabnya…

“Ya udah, bapak minum dulu tehnya.. Titi keringkan dulu bajunya” jawab ku sembari berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil pakaian pak Jo yang basah, kemudian aku masukan kedalam mesin pengering. Setelah selesai mengeringkan pakaian pak Jo, aku pun kembali menuju ke meja makan menemati pak Jo yang sedang menikmati teh hangat dan roti yang telah aku sediakan sebelumnya. 15 Menit kami berbincang, pak Jo pun mulai mengalihkan pembicaraan tentang keinginannya.

“Gimana Ti, jadi mau bantuin bapak ??” Ucapnya kepada ku tanpa rasa sungkan dan malu, karena seharusnya pak Jo menjaga ku selayak anaknya karena aku merupakan teman anaknya. Tapi malah meminta ku untuk memuaskan hasratnya.

“Memangnya apa yang bisa Titi bantu pak ??” tanya ku kembali.

“Kalau kita ngentot gimana Ti hehehehehe” Jawabnya dengan lugas..

“Ihhhhh gak mau lah, masak Titi ngentot sama bapak.. Ntar Ratih bisa marah sama Titi” jawab ku

“Kan Ratih gak tau Ti, mau yaaa… sekali aja kok.. mumpung lagi hujan Ti.. lagian kan dirumah gak orang” pak Jo mulai mengeluarkan rayuannya kepada ku, jujur saja semenjak aku pindah ke desa aku sudah sangat jarang disentuh oleh suami ku karena kami memang sama sama sibuk sehingga sudah hampir 4 bulan suami ku tidak mengunjungi ku. Pak Jo yang terus merayu ku membuat ku semakin bimbang, selain karena aku juga sudah mulai tergoda tetapi aku juga tidak mau mengatakan iya begitu saja yang nantinya terkesan murahan di mata pak Jo. Tarik ulur pun antara aku dan pak Jo pun akhirnya menemukan titik terang, dimana aku pun bersedia untuk melayani nafsunya hari ini.

“Ya udah pak, kita pindah ke kamar aja” aku pun mengajak pak Jo menuju kamar ku. Sesampai dikamar aku dan pak Jo duduk ditepian ranjang sambil saling bertatapan mata.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd