Chapter 14 - Whisper
Rachel menemukan hadiah dari ibunya berupa anting-anting yang berfungsi sebagai alat komunikasi. Ia langsung memakainya, berharap bisa menghubungi ibunya.
Rachel "Ibu.. Ibu.. Ini Rachel. Apa ibu bisa mendengarkanku?"
Rachel "Tidak ada jawaban.. Apa caraku menggunakannya salah?"
Rachel mencoba berbagai cara untuk menghubungi ibunya, ia mencoba memanggil nama ibunya, mencoba membayangkan sosok ibunya, tapi semuanya tidak berhasil.
Rachel "Hmm.. Bagaimana aku bisa mengetahui kalau ini berfungsi? Ah! Coba aku kenakan cicin ayah, kemudian menghubunginya." <berpikir>
Rachel mengenakan cincin ayahnya, ia mencoba menghubungi ayahnya melalui anting-anting pemberian ibunya.
Rachel "Ayah.. Ini Rachel."
Tiba-tiba muncul suara dipikiran Rachel. Suara itu adalah suaranya Rachel sendiri, persis seperti yang Rachel ucapkan barusan.
Rachel "I-ini berhasil! Aku hanya perlu memikirkan ayah, kemudian berbicara seperti biasa. Tapi mengapa ibu tidak menjawabku? Apa ibu baik-baik saja? Apa mungkin cincinya rusak saat bertempur melawan musuh? Aku harap ibu baik-baik saja." <sedih>
Rachel berusaha menenangkan dirinya, ia mencoba untuk berfikir positif.
Rachel "Sekarang, aku sudah memiliki anting-anting ini. Untuk cincin ayah.. Sebaiknya aku memberikannya kepada Ari. Dengan ini, aku tidak perlu khawatir saat dia berpetualang sendirian, seperti waktu dia pergi ke Morroc kemarin. Hihi~" <senang>
Rachel "T-tunggu.. Apa aku harus memanggil Ari AYAH jika ingin menghubunginya?!" <malu, salah tingkah>
Rachel "Sebaiknya aku bertanya kepada Bapa Mareusis tentang alat komunikasi ini. Bapa menyebutkan tentang telepati dengan paman tadi, mungkin bapa melakukan telepati menggunakan alat komunikasi seperti ini."
Karena Rachel merasa sudah cukup lama membuat yang lain menunggu. Ia memutuskan hanya untuk mengambil seragam acolyte ibunya, cincin ayahnya, dan anting-antingnya.
Mengingat Rachel hanya menggunakan mantel novice Ari, Rachel langsung mengenakan pakaian acolyte milik ibunya.
Rachel "Mm~ selain kualitasnya bagus, ukurannya pas, seragam ini juga memiliki wangi khas ibu. Seragam ini benar-benar nyaman~" <senang>
Setelah mengenakan seragam ibunya, Rachel memutuskan untuk pergi menemui yang lainnya. Rachel juga tidak lupa untuk meminta izin dan mengucapkan terimakasih kepada orangtuanya.
Rachel "Ayah, ibu, Rachel izin untuk mengambil barang-barang ini. Rachel berharap, ayah akan selalu melindungiku dalam petualanganku nanti. Rachel akan mencoba yang terbaik untuk dapat bertemu dengan ibu kembali. Terimakasih banyak ayah, ibu, Rachel izin pamit."
Rachel pergi menemui Sister Kliff yang telah menunggunya di luar ruangan. Kemudian, mereka kembali ke ruangan Father Mareusis.
Rachel "Ari, maaf membuatmu menunggu lama. Ini mantel novice milikmu, terimakasih sudah meminjamkannya kepadaku. Setelah kita pulang nanti, aku pastikan untuk mencucinya sampai bersih. Jadi, tolong simpan ini di tasmu untuk sementara waktu ya Ri." <senyum>
Gue "Ahh.. Y-ya, sama-sama Rachel." <terpesona>
Sister Kliff "Oh ya~ Ari, Rachel cantik bukan? Hehe~" <menggoda>
Gue "sangat cantik.. Pakaiannya sangat cocok untukmu Rachel.." <terpesona>
Rachel "T-terimakasih.." <malu>
Gue "gue ga nyangka, pakaian ibunya sangat pas dipakai oleh Rachel. Ternyata memang benar, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Bunda Margaretha pasti sangat cantik dan seksi seperti Rachel saat ia masih muda dulu." <takjub dalam hati>
Rachel "oh! A-aku harus menemui bapa Mareusis. Ari tolong tunggu sebentar lagi ya." <malu, sadar>
Ari "Mm. Ok, aku akan menunggumu Rachel." <senyum>
Rachel pergi menemui Father Mareusis, meninggalkanku bersama Sister Kliff.
Sister Kliff "Oh ya! Ari, kemarilah. Aku ingin memberimu buku keterampilan, buku ini akan mengajarkanmu bagaimana cara menggunakan kekuatan seorang Acolyte. Maafkan aku, kemarin aku lupa untuk memberikannya padamu. Tolong bawa milik Rachel juga, aku takut kelupaan lagi. Hehe~" <mencari buku di rak buku yang berada di belakang meja resepsionis, mengambil buku, menyerahkan pada Ari>
Gue "Ah, baiklah. Terimakasih Sister." <menerima buku>
Sister Kliff "Baca-bacalah dulu Ri, aku pergi dulu yah~ titip salamku untuk Rachel!" <pergi, melambaikan tangan>
Gue "eh? O-ok. Akan kusampaikan sister!" <melambaikan tangan>
Gue penasaran dengan buku keterampilan ini, mungkinkah ini buku tentang skill Acolyte? Gue memutuskan untuk membacanya sembari menunggu Rachel.
Meanwhile, Rachel menemui Father Mareusis untuk menanyakan tentang alat komunikasi.
Rachel "Bapa, maaf mengganggu waktumu. Saya mau menanyakan tentang alat komunikasi." <salam bungkuk>
Father Mareusis "Tidak apa-apa sayang, apa yang ingin kamu tanyakan tentang alat komunikasi?" <elus rambut Rachel>
Rachel "Saya mengambil cincin peninggalan ayah, saya ingin menggunakannya untuk mempermudah perjalanan saya dalam menyebarkan kebaikan. Apakah bapa tau cara untuk memindah alihkan status kepemilikan alat komunikasi?" <menunjukkan cincin>
Father Mareusis "Tujuanmu sungguh mulia sayang, ayahmu pasti akan sangat bangga kepadamu. Alat komunikasi dapat digunakan apabila kamu memakainya, dan kamu harus mengalirkan manamu untuk menggunakannya. Apabila alat komunikasi tidak dialiri mana selama 3 bulan berturut-turut, maka alat ini akan hibernasi. Cara untuk menghidupkannya kembali adalah cukup dengan mengalirinya mana. Tetapi tidak sembarang mana bisa digunakkan, hanya mana pemilik dan keturunannyalah yang bisa menggunakannya. Untuk memindah alihkan status kepemilikan, kamu hanya perlu mengalirinya mana tanpa mengenakannya. Dengan begitu, kepemilikan alat komunikasi akan terhapus secara otomatis, dan kamu bisa menjual atau memberikannya kepada orang lain. Alat komunikasi dirancang sedemikan rupa agar tidak terjadi penyalahgunaan komunikasi." <elus rambut Rachel, menerangkan>
Rachel "Terimakasih atas ilmunya bapa, Rachel sudah paham, Rachel izin undur diri." <salam bungkuk>
Father Mareusis "Sama-sama sayang."
Rachel kembali ke arah meja resepsionis, ia tidak melihat Sister Kliff, hanya mendapati Ari yang sedang sibuk membaca buku di bangku tamu.
Rachel "Ari, kamu lagi baca apa? Ngomong-ngomong dimana Sister Kliff?" <menghampiri Ari, clingak-clinguk>
Gue "Hmm.. Ah, kenapa Rachel? Apa urusanmu udah selesai? Aku lagi baca buku keterampilan Acolyte. Aku mendapatkannya dari Sister Kliff, dia juga menitipkan buku serupa untukmu. Entahlah, dia pergi gitu aja, sepertinya dia lagi sibuk? Dia juga titip salam untukmu padaku. Apa kamu perlu menemuinya Rachel?" <berkemas, memasukkan buku ke tas>
Rachel "begitu ya.. Ga kok, urusanku udah selesai Ri. Ayo kita pulang." <senyum, mengulurkan tangan>
Gue "Mm. Okey~" <senyum, menggandeng tangan Rachel>
Kami pulang ke rumah Rachel, Rachel membukakan pintunya, kami masuk untuk beristirahat setelah perjalanan panjang yang cukup melelahkan.
Gue "Huaaaahhh~ lelahnya~" <duduk di shofa seperti mau mati>
Rachel "Pfft.. Haha.. Kamu terlihat seperti kakek-kakek yang lagi menggerutu Ri." <ketawa, ngeledek, bersiap untuk memasak>
Gue "Heh~ kalau begitu, kamu adalah neneknya! Sayang, jangan lupa janjimu untuk mijitin aku yah~" <menggoda>
Rachel "Eh? S-siapa juga yang janji?! A-aku tadi cuma bercanda! Lagipula, siapa yang kamu panggil sayang?! Sini daging lunaticnya! Aku akan memasaknya untuk makan siang." <malu, salah tingkah>
Gue "Eeehhhh....." <sedih>
Gue ambil daging lunatic dari tas, menyerahkannya pada Rachel untuk dimasak. Rachel mulai memasak, gue lanjut istirahat di shofa.
Gue "Rachel, ngomong-ngomong apa yang kamu lakukan di kamar orangtuamu tadi? Apa kamu menemukan clue tentang keberadaan ibumu?" <santai di shofa>
Rachel "Hmm.. Sayangnya, aku ga menemukannya sama sekali. Tapi aku sempat melihat hal yang cukup menarik di lemari pakaian ibu. Pakaian ibu sangat aneh, menurutku itu sedikit vulgar. Ah! Aku juga melihat lilin merah, tali-talian, cambuk, dan stik kayu. Apa kamu tau pelatihan apa yang kira-kira ibu lakukan Ri?" <polos, sedikit malu>
Gubrakkk! Uhukkk uhukkk uhukkk!!
Gue "Njiirrrrr! Apa ibu mertua penikmat BDSM?! Jangan-jangan jiwa BDSMnya juga menurun ke Rachel?! Masa depan gue terancam cuooookss!! Sebaiknya gue lebih berhati-hati kepada Rachel kedepannya, gue ga mau jhonny gue jadi peyekkk!!" <kaget, terjatuh dari shofa, batuk-batuk tersedak air liurnya sendiri>
Rachel "eh?! Apa kamu ga apa-apa Ri?" <kaget, khawatir, menghampiri Ari>
Gue "Ahh.. Ga, aku ga apa-apa Rachel. Aku cuma tersedak aja barusan." <bangkit ke shofa dibantu oleh Rachel>
Rachel "Tunggu sebentar, aku ambilin minum dulu Ri." <khawatir>
Rachel bergegas mengambil air minum untukku, gue meminumnya sembari menenangkan diri gue.
Rachel "gimana? Apa tenggorokanmu udah enakan Ri?" <khawatir>
Gue "terimakasih Rachel, aku baik-baik aja. Maaf, tapi aku tidak tau latihan apa yang ibumu lakukan." <elus rambut Rachel, senyum khawatir>
Rachel "Yah~ padahal aku ingin menjadi kuat seperti ibu. Hufh.." <kecewa, sedih, sigh>
Gue "T-tolong kamu sembunyiin aja Rachel, m-mungkin itu latihan rahasia ibumu, jangan kamu ceritain ke orang lain." <panik, khawatir>
Rachel "Mm. Aku akan lebih berhati-hati. Kuharap, suatu hari nanti, aku juga bisa menguasainya. Ah! Masakanku! Aku tinggal sebentar ya Ri. " <senyum, panik>
Gue "Oh Shit..." <pasrah dalam hati>
Rachel selesai masak, kami bersiap-bersiap untuk makan siang bersama. Menu hari ini adalah steak lunatic, masakan Rachel bener-bener T.O.P.
Seperti biasa, selesai makan, gue membantu Rachel untuk mencuci piring.
Waktu sudah menandakan sore hari, saat gue mencuci, Rachel hendak pergi mandi. Gue terkejut ngeliat Rachel mengenakan anting-anting yang sangat cantik. Apa itu dari kekasihnya? Damn.
Gue "Eh, kamu pake anting-anting Rachel? Dari siapa? Pacar kamu?" <kepo, curiga>
Rachel "Hmm.. Pacar ya? Kalau iya memangnya kenapa? Hihi~ Ah, aku jadi inget sesuatu. Aku mandi duluan yah, dah Ari~" <ngeledek, sok rahasia-rahasiaan>
Gue "Ughhh.." <sakit hati ini>
Setelah selesai mencuci piring, gue duduk murung di shofa Rachel. Gue sedih memikirkan perkataan Rachel tentang pacar barusan.
Rachel selesai mandi, ia mendapatiku murung, bersedih di shofa.
Rachel "Heeh~ kok murung gitu, kenapa Ri?" <ngeledek>
Gue "Ga apa-apa." <ngambek>
Rachel "ihhh.. Apaan sih, pake ngambek segala." <kesel>
Gue "Lah, kok malah kamu yang kesel? Seharusnya akulah! Aku ga tau kalau kamu udah punya pacar!" <nge-gas>
Rachel "Pffttt.. haha~ aku cuma bercanda Ri. Anting-anting ini hadiah dari ibuku, ini berfungsi sebagai alat komunikasi. Aku juga ingin memberikan ini padamu." <ketawa nangis, mengusap air matanya, menunjukkan cincin ke Ari>
Gue "Eh?! Apa kamu ingin melamarku Rachel?!" <kegirangan>
Rachel "Ga. Ini cincin peninggalan ayahku. Cincin ini berfungsi sebagai alat komunikasi. Aku ingin memberikannya padamu untuk mempermudah petualangan kita nanti." <flat>
Rachel menerangkan cara menggunakan alat komunikasi ini, ia mempraktekkannya langsung bersamaku. Gue mengenakkan cincin ayah mertua di kamar mandi, sekalian mandi sore.
Rachel "Ari.. Apa kamu mendengarku?" <test alat komunikasi>
Gue "Oh! Aku bisa mendengarmu. Apa kamu bisa mendengarkanku Rachel?" <mandi>
Rachel "Mm. Sepertinya ini masih berfungsi dengan baik."
Gue menyimpulkan bahwa alat komunikasi ini memiliki fungsi yang sama persis dengan fitur whisper. Dengan ini, gue bisa menanyakan info kepada Sherly terkait teman-teman SMA gue. Mungkin gue bisa mencoba fitur whisper langsung kepada mereka?
Gue selesai mandi, Rachel sedang membaca buku keterampilan Acolyte di kasur.
Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak, sembari mempelajari buku keterampilan Acolyte.