Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Real Story] Hijaber Penuh Nafsu

lanjuuutttt... ...karena sepanjang perjalanan kami tak banyak melakukan percakapan.

Akhirnya motor yang kami kendarai pun sampai di rumahku. Aku pun lalu mempersilahkan Ana masuk sebelum terlebih dahulu kuperkenalkan pada Ibuku. Setelah perkenalan itu, Ibuku pun meninggalkan kami di rumah utama. Akupun mulai berbincang-bincang dengan Ana. Hingga pada satu moment kami saling bertatapan dan diam seribu bahasa, kuberanikan untuk menggenggam tangannya. Dia pun mengizinkannya, akupun semakin tertantang untuk berbuat lebih jauh lagi. Wajah kami saling berdekatan, Ana terpejam seakan menanti-nanti apa yang selanjutnya akan kulakukan. Sesaat kemudian kukecup keningnya, turun ke kedua matanya, pipinya yang merona, hidung yang mancung, hingga pada akhirnya kecupanku berhenti tepat dibibirnya.

Kecupan dibibir yang awalnya berupa kecipan sayang telah berubah menjadi sebuah ciuman yang penuh nafsu. Nafas kami terdengar saling memburu. Dengusan penuh nafsu terdengar mengisi ruang tengah yang kami tempati. Semakin panas, ciuman penub hasrat yang hanya mengikuti naluri oleh dua insan yang sedang dimabuk birahi. "I love you Ana" kata itupun terlontar diantara ciuman kami yang memanas. "hmmppffhhh, I love you too Atmo", jawab Ana disaat bibirku kembali melumat bibirnya.

Tanganku reflek seperti dituntun untuk menggapai sesuatu yang sedari pagi membuatku penasaran. Ya, tanganku dengan sendirinya mulai meraba dan perlahan-lahan meremas bukit kembar Ana. Ana hanya melenguh tertahan menghadapi kelakuanku. "aaahhhssss....sayank....hmmmppfff...geli yank...." desah Ana tanpa melepaskan bibir kami yang masih tetap berpagutan dengan penuh nafsu. Jemariku mulai bekerja melepas kancing seragam yang mulai acak-acakan. Perlahan tapi pasti tiga buah kancing yang tertutup penutup kepala lebar mulai terbuka. Kusibakkan penutup kepala lebar yang sedari tadi menutupi keindahan bukit kembar Ana. Kini tanganku leluasa menyusupi bagian tubuh Ana yang seharusnya hanya ia persembahkan pada suaminya kelak. Tanganku terus menyeruak masuk melalui celah seragam yang telah terbuka lebar. Akhirnya kurasakan bongkahan kenyal yang hangat. Jemariku dengan nakal mencoba mencari celah untuk bisa masuk melalui celah bra yang Ana pakai.

"ssshhh...yank..." hanya kata itu yang mampu dilontarkan oleh Ana ditengah gelora birahi yang sedang melandanya. Akhirnya jariku menemukan yang kucari. Sepasang daging kecil diujung bukit kembar Ana yang telah mengeras. Kupilin-pilin dengan lembut, tubuh Ana bergetar. Ini pertama kali bagi kami. Hingga tanpa sadar tangan Ana juga reflek mengelus-elus batang kejantananku yang sudah tegang dari tadi, bahkan mulai mengeluarkan cairan pelumas diujungnya.

Ciuman kami yang penuh gairah pun kami hentikan. Kutatap wajahnya yang sayu, akupun mengajaknya untuk pindah ke dalam kamarku yang memang siapapun tidak boleh masuk tanpa seizinku. Bahkan orang tuaku sekalipun. Hanya sebuah anggukan kecil yang kudapat. Kamipun membenahi pakaian kami dan keluar menuju kamarku yang terletak di luar bangunan utama.

Setelah berada di kamarku, Ana berdiri terpaku. Bingung akan apa yang sedang dia lakukan. Seakan terbius oleh nafsu birahi yang sedang melanda kami. Penasaran dengan apa yang akan terjadi lagi diantara kami. Akupun tak menyia-nyiakan waktu. Langsung kudekap Ana dan kamipun berpagutan dengan lebih panas lagi. Lidah kami saling memilin satu sama lain, saling menghisap. Tanganku yang memeluk pinggangnya mulai turun ke arah pantatnya yang padat berisi. Ana mendesah "aaaahhhhh..." saat tanganku meremas pantatnya dan menariknya ke atas. Kutekankan batang kejantananku ketubuhnya. Tangan Ana tidak tinggal diam, tangannya menggapai batang kejantannku dan mulai mengelus-elusnya dengan lembut. Tanganku pun kini telah pindah ke depan. Meremasi dadanya yang kencang dan menggantung seperti pepaya mengkal. Tak mau berlama-lama kulepas lagi satu persatu kancing baju seragam yang baru saja dirapihkan. Setelah terlepas semua aku pun menurunkan ciumanku langsung kearah dada, bersembunyi di balik penutup kepala lebar yang ia kenakan. Perlahan namun pasti seragam sekolah yang Ana kenakan kulepas. hanya tersisa kaos dalam yang yang masih menutupi bra yang ia kenakan.

Tanganku mulai dengan lembut membelai pundaknya dengan tanpa melepas cumbuanku di daerah dada Ana. Perlahan-lahan kupelorotkan kaos dalam yang ia kenakan melalui kedua tangannya. Hingga akhirnya tampaklah gunung kembar Ana yang putih bersih kenyal menggantung dengan masih terbungkus bra motif army. Tangan Ana mulai meremasi rambutku seiring menikmati sensasi cumbuan yang kuberikan. Ana terus mendesah saat bibirku menyapu permukaan bukit kembarnya. "ssshhhhh....geli...yank...", suaranya terdengar bergetar. Tak tahan dengan terus berdiri, tubuh Ana pun kubimbing menuju tempat tidurku. Di pembaringan dengan tanganku memeluk dan mengelus-elus punggungnya dengan tetap mencumbu bukit kembarnya dan meninggalkan beberapa bekas merah didadanya. Kami semakin larut dalam permainan ini. Semua akal sehat sudah hilang, hanya nafsu birahi yang menuntun kami. Kuberanikan diriku untuk berbuat lebih jauh. Kucoba membuka kaitan bra dipunggungnya. Tangan Ana mencoba menahan sambil matanya menatapku dengan sayu. Saat itu hanya ada satu kata ajaib yang membuatku mendapatkan all access. "I love you forever sayank", pegangan tangannya pun melemah dan Ana kembali terpejam menikmati rasa yang ada. Kulepas kancing pengait bra yang Ana kenakan, dan tersembullah bukit kembar Ana yang tak begitu besar namun putih mulus padat dengan puncak berwarna pink. Tak perlu menunggu lama langsung kukulum puncak tersebut dan kumainkan lidahku di sana. Menari-nari dengan lidahku dan sesekali kuhisap dan kugigiti dengan gemas. Ana yang menikmati cumbuanku meremas-remas rambutku dan terus menggelinjang. "Enak sayank...terusssshhhh...", racau Ana yang sedang menikmati hal ini untuk pertama kalinya.

Tanganku yang sedari tadi mengelusi punggung Ana mulai berpindah menuju bukit kembarnya kuremasi dengan lembut dan kumainkan putingnya dengan jari telunjuk dan jempolku sementara bibirku terua mengulum puting yang satunya. Seakan tak puas sampai disini, aku pun mulai melucuti pakaianku sendiri satu persatu hingga hanya menyisakan sebuah segitiga pengaman yang sudah tak mampu lagi menampung batang kejantananku yang telah menyembulkan kepalanya seakan hendak melompat keluar.

Setelah itu tanganku mulai bergerak turun meremasi bongkahan pantatnya yang masih tertutup rok panjangnya. Akupun mulai membuka kancing roknya dan menurunkan resleting roknya. Ketika tanganku mencoba menirunkan roknya, tiba-tiba Ana menggenggam pergelangan tanganku. Kali ini aku tak berbicara sepatah katapun, hanya menatapnya dan mengulum lembut bibirnya yang kuimbangi dengan meremas-remas kembali bukit kembarnya. Saat kurasa waktunya telah tepat, kucoba kembali untuk menurunkan roknya. Kali ini tak ada penolakan dari Ana, ia malah membantuku dengan sedikit mengangkat pantatnya untuk memudahkanku. Setelah berhasil turun selutut, kakiku kugunakan untuk meloloskannya turun.

Tanganku mulai meraba-raba dengan halus kemulusan pantat dan pahanya, hingga akhirnya tanganku berhenti tepat di gundukan kewanitaannya. Ana tersentak saat jari telunjukku mulai menyusuri belahan kewanitaannya dari luar celana dalamnya yang mulai basah. "aaaaakkkkhhhh....saaaayyyaaaaannnkkkk" ujarnya bergetar. Perlahan tanganku mulai menyusupi celana dalamnya. Kurasakan ada rambut-rambut halus yang cukup lebat di kemaluannya. Masuk lebih dalam lagi dan kutemukan gundukan daging yang hangat dan berair dengan satu titik yang terasa keras. Ya, jari tengahku berhasil menemukan bagian yang paling sensitif didirinya.

Terus kumainkan benjolan kecil tersebut hingga badan Ana terus tersentak-sentak entah karena kegelian atau merasakan nikmat tiada tara. Semakin lama kumainkan, semaki banyak cairan yang keluar dari organ kewanitaannya. Aku pun tak tahan lagi, batang kejantananku yang sudah menyembul hampir setengahnya dari ujung celana dalamku meminta untuk segera dibebaskan. Celana dalamku pun kulepaskan. Lega rasanya. Tak mau sendirian telanjang, celana dalam Ana pun akhirnya kupelorotkan seklian.

Kembali kami berciuman dengan penuh nafsu, dan hanya berdasarkan naluri akupun kini telah berada diatas tubuh Ana. Kugesek-gesekkan batang kemaluanku di permukaan bibir kewanitaanya. "hhhmmpppffhhh.....hhhsssshhh....aaaaa...", entah apa yang coba dikatakannya. Hingga akhirnya Ana mencengkram erat punggungku dan kedua kakinya dilingkarkan dipinggangku. Sebuah teriakan kecil terdengar dari mulutnya. "ooouuuugggggghhhhh...aaaakkkhhhh....ayank jahat!". Ternyata Ana orgasme untuk pertama kali dalam hidupnya.

Kubiarkan ia sejenak mengatur nafasnya yang memburu setelah orgasme. Setelah nafasnya mulai normal, dengan masih menindihnya dan mengecupi seluruh area wajahnya, Ana berkata "aku takut yank, aku takut hamil!". Karena pada saat itu yang Ana tahu adalah apabila sel telurku ber ampur dengan sel induknya, maka akan terjadi pembuahan dan kehamilan. Dengan gentle aku pun berkata "aku siap untuk bertanggung jawab. apapun yang akan terjadi, aku siap yank!" jawabku. Ana pun langsung memelukku dan berkata "love you sayank, aku yakin kamu gak akan ngecewain aku". Kamipun melanjutkan aktivitas kami. Aku mulai memainkan kembali kedua bukit kembarnya dengan satu tanganku dan bibirku kembali mencumbui bukit kembarnya. Sementara tangan kiriku memainkan kembali daerah kewanitannya hingga membuatnya basah kembali.

Ana hanya menatapku dengan sesekali ketika kutatap balik ia melemparkan senyum manisnya. Nafsuku yang sudah diubun-ubun tak mampu lagi kubendung. "aku masukin ya sayank?" tanyaku meminta peraetujuan darinya. Iapun membalasnya dengan sebuah anggukan kecil dan berkata "iya sayank, buat ayank apapun akan kuberikan, termasuk hartaku yang paling berharga" dengan dihiasi senyum manis diwajahnya.

Akupun mengecup keningnya sebagai tanda terima kasih dan sayangku padanya. Aku pun mulai memposisikan diriku, Ana membantuku dengan menggenggam batang kejantananku dan mengarahkannya tepat dimulut kwanitaannya. Setelah terasa pas, tangan Ana yang satunya menekan pantatku seolah menginginkanku untuk segera memasukkan batang kejantananku sedalam mungkin. Beberapa kali mencoba namun selalu gagal, hingga pada percobaan yang ke lima, aku mencoba menekan perlahan tapi dengan menambahkan sedikit tenaga hingga masuklah kepala kejantananku ke dalam liang senggamanya. "ssshhhhh....ooouuuccchhh....perih yank..." Ana berkata sambil menggigit bibir bawahnya. "Tahan sebentar ya sayank" jawabku. Ana mengangguk sambil memejamkan mata dan menahan perih yang dia rasakan. Aku pun lalu melumat bibirnya dan tanganku mengelus rambutnya sambil belum merubah posisi agar liang senggamanya bisa lebih rileks. Setelah kurasa Ana lebih tenang dan liang senggamanya mulai terbiasa. Masih dengan melakukan french kiss, akupun dengan tiba-tiba menghentakkan batang kejantananku ke dalam liang senggamanya. Ana terbeliak dan spontan menggigit bibirku. "aaaaaaacccchhhhhhh......" teriaknya tertahan karena saat itu masih berciuman denganku. Kuhentikan aktivitasku di bawah aana sejenak agar Ana terbiasa dan menghilangkan efek shock pada dirinya.

Air mata menetes membasahi pipinya, aku pun menyekanya dengan punggung tanganku. "I love you honey..." kubisikkan kata tersebut dengan mesra ditelinganya. Ia pun menjawab "love you too", sambil melingkarkan tangannya dileherku dan kedua tungkai kakinya menjepit pantatku. "masih sakit yank?" tanyaku. Ana hanya menggeleng dan tersenyum. Aku pun mencoba untuk menggerakkan pinggulku maju dan mundur. "ssshhhh.....enak sayank...iya.hhh...di situ sayankhhh..." desah Ana saat mulai kugerakkan batang kejantananku. Kamipun berciuman kembali dan saling mengelus satu sama lainnya. Aku kaget saat tiba-tiba Ana berubah menjadi beringas, binal, lidahku disedot-sedot dan kamipun saling bertukar liur. Sepuluh menit berlalu, Ana semakin bergerak liar. Kalau aku mengangkat pantatku naik, Ana menurunkan pantatnya turun dan sebaliknya, hingga batang kejantananku bisa masuk lebih dalam lagi. Gerakanku semakin kupercepat dan pelukan Ana terhadapku semakin erat. "aaaarrrggghhhhhh.....sayank.....aku pipis yank...." Ana belum tahu apa itu orgasme. Ana mengalami orgasme yang hebat.

Aku tetap tidak merubah gaya bercinta kami. Karena memang kami belum mengetahui gaya-gaya lain. Setelah kurasa Ana mulai teratur nafasnya aku pun mulai menggerakkan kembali pinggangku maju mundur. Tangan Ana memainkan dan meremasi bongkahan pantatku. Akupun tak kalah diam turut meremasi bukit kembar Ana. "sshhhhh....ahhhkkk....ayo sayang..." desah Ana. "Iya sayang....aaahhh....rrrggghhh....enak sayang....", ujarku. Tak berapa lama akupun merasakan ada sesuatu yang akan keluar dari dalam batang kejantananku. "rrrgghhhh....aaahhhhh....sayang aku mau keluar yank..." ujarku. "iya sayankkk...keluarin aja sayankkkhhh....jangann dittahan..." jawab Ana dengan suara bergetar dan terputus-putus. Yang kutahu Ana juga akan segera mendapatkan orgasmenya yang ke tiga. Akupun menggerakkan pinggulku dengan lebih cepat, sementara Ana mengimbanginya dengan memutar-mutarkan pinggulnya. Sesaat kemudian aku pun menggeram "aaarrgghhhh....aku keluar sayankkkk...aaaakkhhhh....crrrootttt...crootttt...crotttt....crot...crot...". "akkkkhhuuu....juu..***a....piphhiisss...lhhaaghiii....yaaaankkkk....aaaaakkkkkhhhh....." ujar Ana. Kamipun mengalami orgasme bersamaan.

Kudiamkan batang kejantananku beberapa saat di dalam liang kewanitaannya yang masih berdenyut-denyut. Hingga akhirnya lututku dan sikuku lemas tak mampu menopang tubuhku yang akhirnya ambruk di sisinya. Sambil berbaring, kupalingkan wajahnya dan kukecup bibirnya sambil berkata "love you sayank". "Love you too sayankku" jawab Ana diiringi dengan senyum manis diwajahnya.

Kamipun bergegas membersihkan diri di kamar mandi kamarku. Setelah siap dan rapi, kamipun keluar kamar menemui Ibuku untuk mengantar Ana berpamitan. Setelah itu aku pun bergegas mengantar Ana pulang menuju rumahnya. Tak lupa di jalan aku mampir membeli buah tangan untuk Bapak dan Ibunya Ana, dengan tujuan nyogok sih :). Dan setibanya di rumah Ana langsung kutemui Ibunya sambil memberikan buah tangan yang kami beli di jalan tadi dan menyampaikan permintaan maafku karena mengajak Ana pergi main sampai sore hari.

Hubunganku dengan Ana terus berjalan dengan baik hingga kami menginjak jenjang Universitas. Kurang lebih selama 3,5 tahun kami berhubungan dan melakukan seks hampir setiap saat, di rumahku, di kamar kostku, di hotel, dimanapun kami mau.

Hingga pada akhirnya hubungan kami harus berakhir karena kebodohanku sendiri yang terlalu sibuk dengan duniaku hingga Ana memilih untuk berhubungan dengan orang lain. Sejak saat itu aku berjanji akan ada Ana-Ana lain yang bisa kuajak berhubungan seks sekedar memuaskan nafsuku. Bukan atas nama cinta.


The End.

Maturnuwun...
mohon masukan dan kritikannya suhu...
 
jadi inget mantan nih suhu. Tapi ga sampe ML sih wekekek ane masih nubitol hina
 
mantep benget critanya. Lanjutkan dengan Ana yg lain juga dong gan. :D
 
Bimabet
Anjay ane juga punya kenangan di klaten hu..
Akbid...hahahaha mantepeeeew
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd