Tinny, Pacar Sahabatku
Tempat tempat kostku yang lalu aku sempat akrab dengan Asri anak dari
ibu kost di situ. Hubungan akrab kita dianggap tidak layak oleh orang
tua Asri, dan mereka meminta aku untuk tidak menemui Asri dan juga
diminta untuk pindah tempat.
Ijinkan untuk memperkenalkan diriku, namaku Tamara, yang udah akrab
memanggilku Mara, atau mbak Mara. Usiaku 24, bekerja di pusat
kesehatan di Jakarta. Tinggiku 163 cm, dengan tubuh atletis, kulit
sawo matang, rambut hitam lurus sebahu panjang dikit lagi. Dadaku
berukuran 36B dan nggak terlalu besar. Hobbyku antara lain, membaca,
masak, dan ngobrol atau ketemu teman baru. Semua nama yang di sini
telah saya rubah untuk menutupi identitas orang yang bersangkutan.
Karena kesal disuruh pindah oleh ibu kostku yang menyangkut skandal
(he... he... he.........) Dengan anaknya, aku ceritakan ke bekas teman
kerjaku Anton, yang kebetulan ketemu di mall dan kita makan siang
barengan. Tapi aku nggak cerita ke dia tentang skandalku.
Lima bulan yang lalu aku berpisah kerja dengan Anton, aku pindah ke
klinik kesehatan dan dia masih di perusahaan Jepang tersebut. Dan dia
juga cerita bahwa dia ketemu/berkenalan dengan anak perempuan yang
sekarang jadi pacarnya ini dari internet dan setelah sekian lama hanya
ketemu di internet, mereka memutuskan untuk jumpa darat, yang kemudian
dilanjutkan dengan makan bersama atau ke cafe barengan, nonton dan
lain-lain. Dan ternyata mereka cocok satu dengan yang lain dalam
banyak hal juga. Dan waktu aku katakan bahwa aku sedang mencari tempat
tinggal, dia menyambung bahwa dia juga sedang mencari tempat karena
tempat dia yang sekarang akan dijual.
Kurang lebih dua minggu setelah aku ceritakan itu, aku, Anton, dan
Tinny selalu kelihatan bersama sama terus untuk mencari tempat untuk
disewakan. Sampai pada akhirnya kita setuju dengan tempat di Kelapa
Gading di belakang sporting club. Tiga kamar, dan dua tingkat.
Sekarang aku telah tinggal di tempat itu bertiga selama tujuh bulan.
Anton dan Tinny satu kamar, aku dapat kamar sendiri, dan satu kamar
lagi untuk tamu, kalau ada yang datang, dan kamar belajar untuk waktu
lainnya. Hubungan kita bertiga bisa dibilang cukup baik, sepulang dari
kerja biasanya menyiapkan makan malam, atau pekerjaan rumah yang lain
dan setelah makan malam biasanya, nonton TV/video/VCD, sambil ngobrol
atau bikin kue ringan dengan Tinny. Anton biasanya pulang kerja
sekitar jam 18:30, sedangkan aku dan Tinny biasanya pulang dengan beda
waktu yang nggak terlalu banyak. Tinny juga sering berbagi
rasa/masalah, baik mengenai hubungan mereka, atau kerjaan.
Suatu hari aku mengambil libur, karena sudah lama aku tidak ambil,
meskipun aku tidak ke mana-mana, tapi aku sedang kepingin santai di
rumah saja, aku sudah siapkan beberapa buku yang aku hendak baca, dan
juga film yang aku belum sempat nonton, dapat pinjaman VCD disk dari
teman kantor, dan sekalian dikasih pinjam film orang dewasa juga.
Hari pertama liburan aku bangun agak siang, jam 08:30 aku sudah
bangun, dan masih bermalas-malasan di atas ranjang, dan aku ingat akan
film orang dewasa, aku pasang di alat VCD kebetulan di kamarku, ada TV
juga, jadi aku bisa nonton acara yang lain dengan yang di ruang tamu.
Filmnya lumayan jelas gambarnya, dan waktu selesai dengan adegan
pertama, telah membuat nafsu birahiku keluar. Waktu adegan kedua akan
mulai aku sudah melepas daster tidurku (aku memang tidak mengenakan
pakaian dalam kalau tidur) tangan kananku sedang mengesek memekku
sedangkan tangan kiriku meremas-remas buah dadaku.
Di pertengahan adegan kedua itu napsuku sudah tak terkendali. Dan
pengen punya orgasme seperti yang di film itu. Aku buka laci meja
samping tempat tidurku, aku punya batangan yang bisa bergetar, dan
kalau aku masukkan ke memekku, atau digesekkan sambil bergetar di
sekitar memekku rasanya enak sekali. Waktu aku temukan, aku berbaring
lagi di ranjang sambil disangga beberapa bantal di punggungku supaya
aku bisa menonton film lebih enak, dan aku kangkangkan kakiku supaya
bisa lebih mudah untuk aku mengosok memekku. Suara di TV aku bikin
nggak terlalu keras karena aku nggak mau si Anton atau Tinny tahu apa
yang aku sedang lakukan. Sambil melihat adegan cowok yang sedang
jilatin memeknya si cewek, aku mulai menghidupkan alat itu dan
kuusap-usapkan di sekitar memekku, dan tangan satunya masih sibuk
meremas remas dan memilin-milin buah dadaku.
"Uuh.... Argh...... Ehn..... Ahh...." Itu yang keluar dari mulutku
tapi masih aku tahan karena takut kalau kedengaran sampai di luar.
Tiba tiba Tinny masuk dengan membawa tas dan beberapa majalah yang
dipinjamnya untuk presentasi di kantor nya.
"Eehh.........!" teriaknya kecil melihat keadaanku yang sedang di atas
ranjang. "Maaf Mara aku kira kamu sudah pergi kerja......" katanya
sambil melirik ke arah TV ku, ditaruhnya tas dan majalahku itu, lalu
cepat cepat keluar.
Aku segera mengenakan dasterku lagi dan keluar kamarku menyusul Tinny.
Kulihat dia sedang di belakang memasukkan pakaian kotornya ke dalam
mesin cuci, kudekati dia dari belakang.
"Sorry kalau tadi bikin kaget kamu, Tinn........ Tolong ya.... Jangan
cerita ama siapa-siapa atau ama Anton apa yang kamu lihat tadi, kalau
kamu mau nonton, kita bisa lihat sama-sama," kataku dari belakang dia.
"Nggak apa-apa kok akunya aja yang norak nggak pernah lihat film
seperti itu," jawab Tinny. "Kamunya nggak kerja hari ini.....?"
lanjutnya.
"Nggak aku sedang ambil libur...... Mau nyantai sebentar di rumah, aku
kirain kamunya udah pergi kerja," jawabku.
"Hari ini komputer di tempat kerja sedang diperbaharui, jadi percuma
juga kalau masuk nggak ada yang dikerjakan, dan nanti sore aku harus
telepon ke sono dulu untuk ngechek udah bisa masuk blon besoknya,"
jawab Tinny.
Setelah kejadian itu seharian aku di kamar terus segan untuk keluar,
aku cuma dengarkan musik dan membaca buku, dan pintuku setengah
terbuka, supaya nggak ada yang kaget lagi. Siangnya Tinny pergi ke
mall untuk membeli keperluan di rumah.
Besoknya Tinny sudah pergi kerja lagi, dan mumpung nggak ada orang di
rumah aku bebas untuk nonton film orang dewasa itu tanpa ada yang
ngganggu lagi.
Itu kejadian sudah 5 minggu yang lalu, hubunganku dengan Tinny masih
berlangsung biasa-biasa saja, dan kita masih berbagi rasa, dan
sekarang dia malah lebih berani untuk terbuka dan menanyakan tentang
masalah hubungan orang dewasa. Menurut dia, Anton sering ngajak dia
untuk gituan, tapi dianya yang menolak, karena menurut dia rasanya
nggak benar dan takut kalau ada rasa bersalah, belum lagi kalau sampai
kecelakaan. Dan aku salut juga ama Anton yang mau ngertiin keadan ini,
dan sama juga aku kaget jadi selama ini mereka tinggal satu kamar itu
ternyata nggak sampai gituan.
Suatu hari Anton bilang kalau dia sekarang kerjanya akan ngelembur dan
pulangnya akan sampai jam 23:30 tiap hari Senin sampai Jumat, selama 6
bulan yang akan datang, atau sampai projectnya selesai. Kasihan juga
ama Tinny nggak ada yang temanin ngobrol, jalan-jalan ke mal atau
pergi ke cafe. Untungnya Tinny dan aku punya kesenangan dan hobby yang
kurang lebih hampir sama, jadi kita bisa saling menemani.
Mugkin karena bosan keluar rumah terus minggu yang lalu, maka malam
ini kita di rumah saja sambil bikin makanan kecil, dan dengarkan
lagu-lagu santai saja. Setelah itu kita duduk nonton VCD sambil
menikmati masakan kita ditemanin dengan minuman beralkohol yang
kebetulan masih ada di lemari es dan ngobrol santai saja.
Tiba-tiba Tinny berkata, "Mara, kamu dulu punya film orang dewasa,
pinjam lihat dong........"
Aku sampai kaget dan terbatuk-batuk tersedak minuman yang salah masuk.
Aku ambil VCD itu dari tempat penyembunyiannya, dan aku pasang di alat
VCD yang ada di ruang tamu. Mungkin karena pengaruh alkohol yang
membuat kita masih santai saja ngobrol sambil nonton film gituan. Dan
tanpa sadar tangan kiri saya masih memegang gelas, dan tangan kanan
sudah turun ke selangkanganku dan mengeseknya pelan-pelan, dan kita
mulai ngobrol tentang olah raga, dan ngencengin badan, aku sudah nggak
konsentrasi ama yang diomongkan, karena mataku menuju ke TV dan tangan
kananku mengesek selangkanganku.
Tiba tiba si Tinny tanya ke aku, "Tangannya kok di bawah kenapa ??
Gatal ya........." katanya sambil tersenyum nakal.
Tersentak kaget, aku tarik tanganku cepat-cepat. Dan, "Nggak apa apa
kok, tangan apa ??" tanyaku balik, dan wajahku moga-moga masih
kelihatan polos.
Tinny nggak mau kalah dan sekarang duduk di sebelahku, ditegak habis
isi gelas yang ada di tangan nya.
"Iya nich......... Anuku kok jadi basah, waktu nonton adegan itu, dan
kalau digaruk enak juga," katanya sambil menaruh gelas yang sudah
kosong itu di meja dan menaikkan dasternya sedikit, dan tangannya
menggosok selangkangnya sendiri.
Aku langsung aja kaget setengah mati, nggak biasanya Tinny ngomong
seperti itu. Ini anak lagi teller kali aku pikir. Aku habiskan
sekalian isi gelas ku dan pikiran iseng mulai keluar lalu aku perdekat
dudukku ke dia, kuraba bagian belakang telinganya dan dengan tangan
satunya aku belai buah dadanya, ternyata nggak pakai bh di balik
dasternya.
"He........ Ehm....... Iya di situ, kalau diremas enak juga
kok......." katanya sambil tersenyum ke aku, buah dadanya lebih besar
dari yang kelihatan, dan setelah saya perhatikan, si Tinny rupanya
sudah naik berat badannya, dibandingkan dengan yang di foto, oleh
Anton makannya lebih bergizi mungkin.
Tangannya yang satu mengusap buah dadanya dan tangan satunya membelai
rambutku dan mengusap pundakku juga. Tanganku sudah tidak di buah
dadanya lagi, tapi sudah turun ke selangkangannya, mengusapnya
perlahan dan aku garuk-garuk memeknya dari luar CD nya, aku lihat
matanya sudah tertutup dan dari mulutnya terdengar suara, "Ehm.......
Eh....... Ehm........." Dan terlihat dia tersenyum kecil dan keluar
lesung pipinya, kelihatan manis sekali, tak heran jika Anton suka
dengan dia.
Karena aku juga ingin merasakan lebih dari itu, maka aku beranjak dari
sofa, dan berlutut di depan Tinny. Aku singkapkan dasternya, tanganku
masih mengelus-elus bukit kecil di selangkangannya yang mulai
kelihatan ada bercak basahnya dan aku kecup pusarnya, tak ada reaksi
baru, maka aku korek pusarnya dengan lidahku, dan Tinny pun mulai
menggeliat liat.
"Angkat pantatmu sedikit Tinn......" kataku sambil berusaha untuk
menurunkan CD nya.
Aku lihat di balik CD nya rambut kemaluannya tipis, tidak terlalu
lebat, bibir memeknya kelihatan kemerahan, di antara bibir memeknya
telah kelihatan ada lendir yang keluar, dan di atasnya aku lihat
itilnya menonjol keluar. Aku pegang itilnya dengan jari telunjukku dan
aku goyangkan perlahan, Tinny mulai mengerang, "Aarh.........
Eehmm...... Aaahh......." dengan suara tertahan, dan lendirnya pun
keluar makin banyak lagi, dan mulai meleleh turun ke lubang pantatnya.
Dengan tangan satunya aku olesi jariku dengan lendirnya, lalu aku
masukkan jariku yang sudah basah itu ke lubang memeknya yang sekarang
ini sudah banjir, dan keluar lagi lendir dari situ karena terdorong
keluar oleh jariku. Buru-buru aku jilat cairan yang keluar itu dan
jariku yang telah basah itu aku arahkan ke mulut Tinny, dia sudah
tidak canggung lagi, dihisapnya jariku seperti sedang menghisap penis
saja. Aku masukkan lagi jari itu ke memeknya dan aku suapkan ke dia
lagi, rupanya dia ketagihan, dan sekarang dengan jarinya sendiri
dimasukkan ke memeknya dan dijilatin sendiri. Dan lendir yang meleleh
keluar aku jilat sekalian, sayang kalau terbuang percuma. Pantatnya
mulai diangkat-angkat ketika aku masukkan lidahku ke memeknya, dan
goyangannya makin menjadi-jadi ketika aku hisap itilnya, sehingga aku
harus merangkul kedua pahanya dari depan, supaya hisapan itilnya tidak
lepas. Waktu aku masukkan lidahku lagi ke lubang memeknya baru reda
sedikit goyangannya.
"Eeeehmmm............ Tadi enak hisapannya Mara, coba sini berdiri
donk......" katanya sambil menuntun aku untuk berdiri. "Aku juga
pengen lihat kamu punya dong........... Mara........." kata dia dengan
bersamanya dasterku disingkapkan olehnya, tanpa minta persetujuanku.
"Lihat apa sih.........?" tanyaku pura pura nggak ngerti.
"Ini lho......... Punya kamu," jawabnya sambil tangannya mengusap
gundukan daging di selangkanganku, yang sudah basah dari tadi.
Aku hanya diam saja menunggu apa yang akan dilakukan selanjutnya. Dia
masih berdiri di hadapanku, tidak setinggi aku dan mulai jalan ke
belakangku dan dikecupnya tengkukku dari belakang, dan tangannya mulai
meraba buah dadaku, dan didekapnya kedua buah dadaku, bibirnya masih
menjilat dan mengecup belakang tengkukku. Aku hanya menutup mataku,
sambil menikmati apa yang dilakukannya. Tanpa memberi peringatan
disusupkan tangannya ke dalam dasterku, dan dibukanya BH ku dan satu
tangan mencari pentilku, dan tangan satunya mengesek memekku dari
luar.
Aku sudah nggak tahan lagi, maka aku lepas celana dalamku, dan duduk
lagi di sofa, sedangkan Tinny sekarang sudah berlutut di depanku,
diambilnya celana dalamku yang ada bercak lendir dari memekku, dan
diciumnya.
"Eeehhmmmmmm............ Baunya membuatku terangsang saja......."
katanya sambil mendekatkan mukanya ke memekku. Dijilatnya memekku dan
jarinya pun ikut masuk ke situ, dan waktu dikeluarkan jarinya basah
kuyup dengan lendirku, dan dijilatin jarinya, aku pun dapat bagian,
telunjuk nya yang lentik aku hisap, seperti menghisap penis yang
kecil.
"Tinn...... Langsung saja ke sumbernya......." kataku sambil
membetulkan posisi dudukku.
Dan lidah Tinny langsung memasukkan lidahnya ke lubang memekku,
dijilatinya dinding samping memekku dan dengan tangannya yang satu
dicarinya iti ku.
"Mana sih......... Itilnya.... Kok nggak ketemu ?" tanya Tinny dari
balik memekku, dan dengan satu tengan aku rekah rambut di memekku,
supaya kelihatan lubangnya, dan dengan tangan satunya aku singkapkan
bibir memekku.
"Tuh.... Di atas lubang ini kelihatan nggak ada seperti pentil kecil ?
Itulah itil ku."
"Oooooh.......... Itu........" jawab Tinny.
Sekarang bukan lubang memekku yang jadi perhatiannya, tapi itilku
dijilatnya perlahan, dan dihisapnya. Itu membuat aku kegelian, dan aku
goyangkan pantatku, dan oleh Tinny ditekannya supaya jangan goyang
terlalu banyak. Waktu Tinny sedang di bawah jilatin dan hisap itilku,
tanganku sedang asik meremas-remas kedua buah dadaku, dan putingnya
nggak ketinggalan aku pilin-pilin.
Karena nggak tahan lagi maka aku ajak Tinny untuk berdiri, dan aku
cium di bibirnya, ada rasa lendirku sedikit di situ, aku hisap bibir
bawahnya, dan gigitan kecil di bibirnya, membuatnya gregetan, lidahnya
masuk ke mulutku mencari lidahku, dan aku gunakan kesempatan ini untuk
menangkap lidahnya dan aku hisap dengan perlahan dan waktu lidahku
beradu dengan lidahnya seperti dua ular yang bertarung. Tangan Tinny
tidak tinggal diam, meremas-remas buah dadaku bergantian, dan memekku
juga digeseknya perlahan. Tanganku juga ikut meremas pantatnya yang
padat itu, dan aku juga mencari lubang pantatnya, supaya aku bisa
memainkannya juga.
Karena nggak berhasil menemukan lubang pantatnya, maka aku lepaskan
ciumanku dan aku ajak dia untuk ke sofa panjang. Aku turunkan
retsleting dasternya, dan aku lepaskan dasternya, yang kemudian jatuh
ke lantai, aku juga buru-buru membuka dasterku, kemudian berbaring
berbaring di sofa, dan aku suruh dia untuk telungkup di atasku, supaya
kita dapat melakukan 69.
Lidahku langsung menuju ke lubang memeknya menjilatin dan menghisap
lendirnya, kedua tanganku merangkul pantatnya, sekarang aku lebih
leluasa untuk meremasnya juga. Jilatanku tidak berhenti sampai di situ
saja, mulai aku kecup dan jilat kulit antara lubang pantat dan
memeknya, yang membuatnya kegelian dan mengoyangkan pantatnya,
memeknya pun disumpalkan ke mukaku, basahlah mukaku oleh lendir dari
memeknya.
Tinny juga tidak tinggal diam dalam waktu yang sama ditariknya bibir
memekku supaya terbuka, dan dijilatinya itilku, dan lidahnya masuk ke
dalam lubang memekku, dengan mulutku masih di memeknya Tinny aku hanya
bisa mengeluarkan erangan seperti, "Eehh......... Eehmm........" Dan
ketika dihisapnya itilku aku hanya bisa mengeliat kegelian dan
mengerang, "Aaaarrgh........" Keenakan. Lendir dari memeknya aku
oleskan ke lubang pantatnya, dan mulai aku masukkan jari telunjukku,
lubang pantatnya masih perawan, dan agak sempit.
"Tam, jangan donk........ Sakit ........... Ah........" katanya sambil
berusaha untuk menghindar.
Dari sela sela memeknya aku jawab, "Nggak apa apa......... Ntar kalau
udah terbiasa juga enak lho......... masukin aja jarinya kamu ke
lubang pantatku, pelan pelan ya.........." Dan aku berasa jari Tinny
mulai masuk, dan memekku masih dijilatinnya.
Setelah kurang lebih 10 minit kita saling menjilat dan menghisap.
"Tinn..... Stop berhenti sebentar aku ada ide........." kataku sambil
aku tepuk pantatnya, dan aku suruh dia untuk turun dari atas tubuhku.
"Sekalian tolong tuang minumnya, dan campurin ama itu Camparinya...."
kataku sambil berjalan ke dapur, aku ambil dua pisang yang aku beli
dari pasar kemarin. Dan waktu kembali, aku lihat Tinny sedang minum
dari gelasnya dan tangan satunya sedang merapikan rambutnya. Lalu aku
ambil satu pisang, nggak terlalu besar, tapi lurus nggak tahu itu
pisang apa namanya.
"Lapar ya....... Mara ??" tanyanya dari balik gelas.
"Nggak terlalu kok............ Cuma ini makannya rada lain........"
jawabku sambil mendekat ke dia.
Aku ambil gelas dari tangannya, untuk ditaruh di meja. Aku beri
kecupan di bibirnya, tapi tangan Tinny menahan kepalaku dan bibirnya
melumat bibirku, lidahnya kembali memangut lidahku, dan aku tangkap,
dan hisap pelan-pelan, sambil tanganku mengusap memeknya, Tinny hanya
bisa bersuara, "Uuh............ Aakh..........." saja. Dan aku suruh
dia untuk duduk di sofa lagi, lalu aku berjongkok di depannya, dan aku
buka bibir memeknya, dan aku jilatin perlahan memek bagian dalamnya,
kakinya sudah nggak bisa diam dan diangkatnya kedua kakinya dan
ditaruhnya di pundakku, satu tangan dia menahan kepalaku supaya
menekan ke memeknya lagi, sedangkan tangan satunya meremas buah
dadanya.
Setelah beberapa saat, "Aku nggak bisa napass........ Aah..... Jangan
ditekan terus gitu donk..........." kataku sambil menarik kepalaku.
"Sorry Mara......... Enak sih........ Dijilatin di situnya........"
kata Tinny sambil nyengir.
"Dengan ini akan lebih enak lagi..........." jawabku sambil menunjukan
pisang yang sudah aku kupas itu.
"Emangnya buat apaan........?" tanya Tinny dengan muka yang lugu
sekali.
"Udah senderan saja........" kataku sambil menaruhkan ujung pisang ke
memeknya.
Pertama-tama aku hanya menggesek-gesek ujung pisang itu saja, dan
lendir yang keluar sudah agak banyak, lalu dengan perlahan aku
masukkan pisang itu ke dalam memeknya, pertama hanya sedikit saja, 2
cm dan aku tarik lagi, aku keluar masukkan sepanjang 2 cm saja, lalu
setelah beberapa saat aku masukkan lagi lebih dalam sampai 5-7 cm, dan
aku kocok memeknya dengan pisang, aku lihat kalau dia keenakan dan
mulai mengerang-erang, "Eeerhhh........... Aakhhh............
Ehmmm..........." Dan tangannya masih meremas-remas buah dadanya
sendiri.
Pisangnya telahdi basahi dengan lendir yang keluar dari memeknya,
untung pisang nya nggak terlalu matang, jadi nggak terlalu blepotan.
Aku masih kocokin memeknya sambil aku hisap itilnya juga, lendir yang
keluar banyak juga dan akhirnya keseluruhan pisang dapat masuk, dan
dengan otot di memeknya Tinny bisa mendorongnya keluar lagi. Dengan
lidahku aku dorong masuk lagi, itilnya masih aku gesek perlahan, dan
dengan tangan satunya aku bantu dia untuk remas buah dadanya. Setelah
agak lama ternyata pisangnya mulai agak lembek, dari pada dibuang, aku
makan sedikit demi sedikit, sambil aku dorong keluar masuk juga,
pisangnya manis, dan ada asin-asinnya juga.
"Kok berhenti..........." tanya Tinny ketika pisangnya habis aku makan
dan tidak ada lagi yang keluar masuk memek nya.
"Habis ama aku, memek kamu makannya barengan ama aku tadi. Tapi ini
ada timun kita bisa pakai barengan lagi," kataku sambil aku berikan
ketimun nyake dia.
"Coba gantian kamunya yang makan timunnya," kata Tinny.
"Udah..... Kenyang makan kue tadi, dan juga pisang....." jawabku.
"Yang makan bukan yang di atas, aku mau suapin mulutmu yang di
bawah......." kata Tinny.
Dan timunnya digosok biar bersih katanya. Aku bantu dia dengan duduk
segera di sofa, dan aku buka selangkanganku, juga aku gosok memekku
perlahan.
Ketika Tinny sudah berjongkok di depanku, aku bungkukkan badanku dan
kucium dia di bibirnya, dan aku cubit pentilnya, dia hanya
bergelinjang kegelian, dan buah dadanya meloncat naik turun. Aku buka
bibir memekku, lidah Tinny langsung masuk ke memekku, membuatku
melonjak kaget, dan di gigit kecil pahaku bagian dalam, yang menambah
kegelianku, dan aku berasa ada lendir yang keluar dari memekku, tangan
satu saja yang memegang bibir memekku, sedangkan tangan satunya mulai
meremas buah dadaku sendiri atau mengarahkan kepala Tinny ke posisi
yang aku inginkan.
Setelah beberapa saat aku suruh dia untuk memasukkan.
"Aaahkkk............. Eehhmmm............. Pelan-pelan seperti aku
tadi donk........." kataku sambil meremas bantalan kursi yang ada di
samping ku....... Agak pegal juga karena sudah lama nggak aku masukin
apa-apa di memekku itu.
Sekarang memekku mulai dikocok dengan timun dan aku naikkan kakiku ke
pundak Tinny biar lebih santai.
"Tinn...... Jari kamu dibasahi dengan lendir yang dari memekku lalu
masukin ke lubang pantatku donk........" kataku dan tanganku masih
sibuk meremas-remas buah dadaku.
Waktu jari Tinny masuk ke lubang pantatku, berasa sakit sedikit, dan
masih ada rasa pegal dari memekku.
Setelah beberapa saat, "Tinn...... Aakhh........... Too.... long
di...... Ge... sek...... Itil....... Ku...... Aakhh....... Biar....
Enak........ Gitu...... Uuhmm........" kataku terbata-bata, dan tangan
Tinny yang tadinya mengocok memekku dengan timun itu aku ambil alih,
betul juga ketika tangan Tinny mulai mengosok itilku aku berasa
pegal........ Sekali di memekku dan rasanya seperti kepingin pipis
aja.
"Terus.... Mara..... Terus........ Banyak keluar cairannya......" kata
Tinny ketika orgasmeku telah tercapai. Dan rasanya capek juga.
Akhirnya aku terkulai lemas sambil berpelukan.
Aku kecup hidungnya, lalu turun ke bibirnya, dan lidah Tinny mulai
masuk ke mulutku, lidahku pun menjilat bibirnya seperti anak kecil
yang sedang menjilat ice cream, dan aku hisap bibir bawahnya dan bibir
atasku dihisapnya juga. Kita punya tangan pun tidak tinggal diam,
tangan Tinny ingin meremas buah dadaku tapi aku selalu menangkisnya,
hanya berlagak jual mahal saja, begitu juga tanganku meskipun
menangkis dia punya tapi, aku juga berusaha untuk meremas dia punya.
Dan beberapa saat kemudian. Birahi kita sudah mulai terasa lagi dan,
"Tinn..... Coba deh ambil timunnya tadi, eehh...... Yang itu saja
deh........ Kelihatanya lebih panjangan...." kataku sambil menunjuk
timun yang masih ada di tas plastik.
"Dibersihin dulu ya......... Mara......." katanya sambil mengosok
timun itu.
Ketika sudah siap, aku panggil dia untuk masuk ke kamarku, aku telah
pasang film orang dewasa lagi di VCD yang ada di kamarku. Lalu aku
ajak dia untuk naik ke ranjangku. Sewaktu aku berbaring aku bilang ke
Tinny untuk berbaring juga di ranjangku dan kaki kita saling mengapit,
dengan arah yang berlawanan, sehingga memekku bergesekan dengan
memeknya dia, dan dia lebih suka lagi ketika aku suruh dia untuk
memegang kedua pergelangan kakiku dan begitu juga aku.
Sekarang aku ada kontrol untuk kakinya dia dan bagaimana aku mau
mengarahkan memek dia, begitu juga dia. Setelah beberapa saat memek
kita saling bergesekan, dan punyaku mulai terasa basah, begitu juga
punya Tinny.
"Tadi ketimunnya mana ?? Mau di pakai nich......" tanyaku.
Waktu aku terima timun itu aku gosok ke memeknya dia, supaya dapat
lendirnya, dan juga yang ujung satunya aku gesek ke memekku. Setelah
itu aku masukkan timun itu ke memekku, dan ujung satunya perlahan aku
arahkan dan masukkan ke memek Tinny.
"Aaakhh.............. Mara, sa..... kit...........
Ahhhh.............." kata Tinny, ketika setengah dari timun itu masuk
ke memeknya. Dan sekarang ketika aku goyang pinggulku dengan perlahan,
aku berasa ketimunnya masih tertinggal dan kadang ikut juga, yang
berarti keluar masuk dari memek Tinny juga.
Tinny dan aku masih saling memegang pergelangan kaki kita, dan
timunnya masih dikocok di memek kita masing-masing. Dan dengan otot
yang ada di memek kita, aku dapat mendorong timunnya keluar dan
diterima di memek Tinny, lalu dia mendorong balik ke memekku,
sedangkan memek kita rapat menempel dan itil kita juga saling
bergosokan, setelah beberapa saat, ada rasa pegal di memekku, dan juga
seperti ingin kencing.
"Aaahh...... Tinn........ Pengen sampai ini klimaksnya..........."
kataku sambil terus mengosok memekku ke memek Tinny.
Dan tiba tiba, "Brrak.........." Suara pintu depan dibanting, aku
langsung menengok ke jam dinding di kamarku, nggak terasa jam telah
menunjukkan jam 23:14.
"Jam segini kok Anton sudah pulang," kataku ke Tinny. Saat itu Tinny
dan aku masih dalam keadaan shock, karena Anton pulang lebih awal, dan
yang lebih mengagetkan lagi adalah pintu kamarku masih terbuka lebar.
"Tinny......... Mara........." teriak Anton, dan ketika sampai di
depan pintuku, Anton menengok ke kamarku, Tinny dan aku belum sempat
untuk bersembunyi atau menutupi badan kita, memek kita masih saling
menempel, dan timunnya masih di dalam.
Dan ketika Anton melihat apa yang sedang kita lakukan. Mukanya menjadi
merah, dan tertengun sebentar, begitu juga kita yang di kamar, hanya
diam mematung. Kemudian, "Kok..... Nggak ngajak ajak aku
sih..........." katanya sambil tersenyum ke kita, dan pergi menuju
ruang tengah. Kita yang dari tadi mematung, aku cubit paha Tinny.
"Gimana....... Tuch ketahuan ama cowok loe........." tanyaku sambil
pelan-pelan melepaskan timun yang masih ada di memek kita.
"Kamu gimana ..........?? Mau nggak dia ikutan..........." tanya Tinny
balik.
"Malu ahh............. Ama dia, kan dia bekas teman kerjaku........"
jawabku sambil memakai kaos, seadanya, dan aku lemparkan sarungku ke
Tinny.
"Nggak apa-apalah.......... Kan sekarang udah nggak kerja bareng
ini......... Atau takut dilaporin ke Nady........??" jawab Tinny
sambil memakai sarungku di pinggangnya saja, dan dibiarkannya dadanya
bergelajutan dengan bebas.
"Sialan ini anak........ Diam-diam menghanyutkan juga........" pikirku
dalam hati.
Aku lihat Anton sedang membelakangiku, dan Tinny sedang berbicara
dengan dia.
"Kamu gila ya......... Ama Tamara gituan................ Kalau sama
aku nggak mau, kalau ama Mara mau......." kata Anton sambil menuangkan
air jeruk ke gelasnya, aku menguping pembicaraan mereka.
"Nggak........... Tadi habis bikin makanan kecil dan ngobrol sambil
minum dari botolnya kamu, dan aku rasanya dekat ama Tamara, dan aku
sedang napsu juga, udah lama nggak marturbasi, dan kamunya sibuk ama
kerjaan, yang di rumah temanin aku cuma Tamara," sahut Tinny.
"Kita juga udah lama nggak maen dengan aku..........." lanjut Tinny
dengan manja, dan dirangkulnya Anton dari belakang, aku bisa melihat
tangan Tinny mengusap dada Anton, dan tangan satunya lagi mulai turun
ke bagian bawah, mencari retsleting celananya.
"Gila....... Tinny ngajakin Anton maen bareng nggak minta
pertimbanganku dulu maen ngajak aja............ rupanya air tenang
menghanyutkan juga......... Ini anak," pikirku.
Aku lihat baju kerja Anton udah terlepas di lantai, mereka masih
ciuman, dan sekali kali kedengaran Tinny ketawa kecil. Karena lama
mereka sibuk sendiri, aku pikir nggak jadi, lalu aku yang udah keburu
basah tapi nggak di teruskan, ya..... Udahlah...... Maen sendiri juga
bisa, pikirku. Lalu aku masuk ke kamarku, kututup pintunya dan
keluarkan mainanku yang berbentuk seperti peluru, dan bisa bergetar
itu. Aku nyalakan dan aku goreskan perlahan ke memek, dan sekitar
itilku. Aku ambil bantal dan aku cepit di pahaku, tanganku yang satu
sibuk meremas, dan memilin putingku, sedang asik-asiknya maenan
sendiri, tiba-tiba aku dikagetkan dengan, "Tok..tok..tok..!!" Cukup
keras.
"Mara...... Mara...... Kamu belum tidur..... Kan," suara Tinny dari
luar.
Sebelum sempat aku berdiri untuk membukakan pintu, dia udah nyelonong
masuk, aku lupa kunci pintunya.
"Tadi timunnya belum dibuang kan ??" tanya Tinny sambil jalan menuju
sisi ranjang sebelah satunya mencari timun yang kita pakai tadi, aku
taruh di atas tas plastik.
"Si Anton gimana.......?? Kok nggak ama dia ??" tanyaku sambil
melepaskan bantal yang aku kepit.
"Tuh..... Dia di situ mau ikutan ......... Katanya........" jawab
Tinny sambil menunjuk ke pintu, aku kaget sekali, dan berusaha mencari
apa saja untuk menutupi tubuhku yang bugil itu. Ketika aku lihat
Anton, berdiri di pintu telanjang bulat dengan penisnya setengah
berdiri.
"Eh........... Eloe gila mau bertigaan......?" tanyaku.
"Aku hisap dia punya dan kita pakai timunnya itu lagi........." jawab
Tinny.
"Kenapa pakai timun segala......? Kan udah ada Anton punya......."
tanyaku kembali sembari menengok ke arah pintu, dan melihat Anton
masih senyum-senyum saja.
"Kita kan.... Belum nikah...... Jadi aku yang nggak mau
gituan........" jawab Tinny sambil mendekat, dan berusaha untuk
mencium aku, dan tangannya menarik selimut yang aku pakai untuk
menutupi tubuhku.
"Aah............ Udahlah....... Aku juga lagi kepengen gituan,"
pikirku jadi menyerahlah aku dengan rencana Tinny.
"Udah........... Masuk sini Ton, nanti nyamuknya yang masuk," kataku
ke Anton sambil bergeser memberi tempat ke Tinny.
Kita kembali ke posisi sebelumnya, cuman bedanya aku yang di tempat
tidur bagian kepala, dan Tinny di bagian kakinya, dan aku baru
mengerti ketika Anton berdiri di bagian kaki ranjang dan Tinny mulai
menghisap penis Anton. Sedangkan aku dan Tinny, masih saling menggesek
kita punya memek dan kemudian dimasukin dengan ketimun yang tadi lagi.
Karena tangan Tinny sedang sibuk dengan penis Anton, maka cuman aku
yang pegang pergelangan kaki Tinny, sehingga aku bisa atur gesekan
memek kita.
Setelah beberapa lama karena bosan dengan posisi yang ini lagi maka
aku lepaskan timun di memekku, dan aku kocokin memek Tinny dengan
timun itu, Lalu aku juga ambil mainanku yang seperti peluru itu, dan
aku masukan ke memek Tinny sebagai ganti timun itu.
Ketika aku nyalakan, dan mulai bergetar, "Aakhh............
Aakhhh.......... Uhmmmm............ Apaan itu sih Mara??" tanya Tinny
masih memegangi penis Anton.
"Enak nggak........?" jawab aku.
Sebelum Tinny sempat jawab tangan Anton sudah memalingkan kepala Tinny
untuk mengihisap penisnya lagi. Aku lihat memek Tinny keluar lendirnya
lagi, sayang kalau kebuang maka aku jilatin juga lendir yang keluar.
Sewaktu aku tarik mainanku itu keluar aku bisa lihat sudah berlumuran
lendir dari memek Tinny. Dua jariku sekarang masuk ke memeknya dan
meraup lendir yang ada di sana, lalu aku oleskan ke lubang pantat
Tinny, sekalian aku masukkan satu jari ke lubang pantatnya. Mainanku
kembali aku masukkan lagi ke memeknya Tinny.
"Marr....... ra...... Jangan donk........ Sakit aahhhh..........."
kata Tinny dengan mulutnya masih ada kepala penis Anton.
Anton rupanya suka melihat ceweknya dibegitukan dia sahutin, "Sakit
atau sakit............ Hhhemm.........?"
"Nggak apa apa Tinn........ Ntar kan jadi enak juga......." kataku
lagi, sambil terus kocokin lubang pantat Tinny dengan jariku,
pertama-tama cuman satu jari yang aku masukkan, setelah agak lama, aku
berasa lubang pantatnya sudah agak melebar, lalu aku masukkan satu
jari lagi.
Selagi aku kocokin lubang pantat, dan goyang-goyangin mainanku di
memek Tinny, "Mara......... Sinian donk........ Memeknya kamu jadi aku
bisa jilatin....." kata Anton, dan aku lihat mata Tinny melotot ke
Anton, tanda cemburu.
"Aaaakkhhh.............. Aduh...... Aduh......... Ya........... Sudah,
ya........... Sudah kalau nggak boleh......... Aduh..... Sakit
kan......" teriak Anton, sambil berusaha untuk melepaskan biji
pelirnya dari mulut Tinny, rupanya waktu dengar permintaan Anton, biji
pelirnya dikunyah habis oleh Tinny.
Setelah agak lama aku kocokin lubang pantat Tinny, sekarang sudah agak
melebar ototnya, lalu aku masukan mainanku yang seperti peluru itu di
lubang pantatnya dan aku nyalakan supaya bergetar, dan aku masukkan
timun tadi ke memeknya, dengan perlahan aku masukan juga ujung timun
satunya ke memekku dan kaki kita saling menyilang seperti tadi lagi,
tapi kali ini dengan mainanku yang bergetar ada di lubang pantat
Tinny.
Aku pegang ke dua pergelangan kaki Tinny, sehingga aku bisa atur
gerakan dan gesekan memekku, waktu aku tusukan timun itu ke arah
belakang Tinny aku merasakan getaran mainanku dari pantat Tinny
membuat aku geli juga. Dan ketika aku dorong lagi, "Aakhh..........
Mara di situ enak tuh........ Lagi donk....... Dorongnya....." kata
Tinny sambil menjilatin kepala penis Anton.
Aku tarik pergelangan kaki Tinny agak ke belakang sedikit, supaya aku
menekan timunnya bisa lebih mantap. Dan kali ini aku dorong masuk,
sampai timunnya ketelan habis antara memekku dan Tinny, aku rasakan
juga itilku bergesekan di paha Tinny begitu juga itil Tinny di pahaku.
"Tinn....... Goyangnya jangan maju mundur, biar itilku bergesekan
dengan kamu ............ Aakhh............ Iya begitu
aahh............. Aku mau sampai nich...... Orgasmenya..........."
kataku ke Tinny ketika dia merubah goyangannya.
"Aaahh............... Aku juga.......... Mara............" kata Tinny.
"Tinn........... Pelirnya diremas pelan-pelan nanti kita bisa
keluarnya bareng-bareng..........." kata Anton nggak mau kalah.
Tangan Anton meraih buah dada Tinny dan meremasnya, juga aku lihat
putingnya juga nggak ketinggalan dipilinnya juga. Setelah itu aku
nggak kelihatan apa-apa lagi, yang aku dengar hanya teriakan Tinny,
"Aakhh............. Aahhh............... Uukhhh..............
Aduh......... Aakhh............" Dan menggesek memekku dengan keras,
kakinya juga meronta ronta berusaha untuk melepaskan genggamanku, dan
itu membuat aku mencapai klimaksku juga, timun yang berada di memekku,
juga ikut bergetar karena mainanku yang bergetar di lubang pantat
Tinny, getarannya merambat ke timun, dan ketika Tinny mendorongnya ke
memekku ternyata menyentuh daerah sensitive yang ada di memekku, yang
orang-orang sering bilang G-spot. Memekku juga aku gesekkan Tinny juga
untuk mengimbanginya. Karena G-spotku di senggol dengan timun itu
terus terasa pegalnya, dan jadi pengen pipis juga. Dan aku berasa
seperti ada yang keluar dari memekku, yang ternyata lendirku.
Setelah itu tak lama kemudian, teriakan Anton mulai terdengar,
"Aakhh........... Aaakhh.......... Tinn.......... I... ya......... Di
situ......... Tinn........... Aakhh............."
Setelah beberapa saat nggak ada yang bersuara, dan yang terdengar
hanyalah........ napas kita yang terengah engah.
Ketika aku buka mataku, terlihat sperma Anton tersebar ke muka, dan
buah dada Tinny, Anton tergeletak di sisi ranjangku menindih satu
tangan Tinny, yang masih meremas dan menarik seprei ranjangku. Tinny
masih mengenggam penis Anton, dan kepala penis Anton masih di muka
Tinny. Dan aku sendiri masih di posisi terlentang dengan memekku dan
Tinny menempel dengan timun masih di dalamnya. Dan di bawah memekku
terlihat ada bercak lendirku dan Tinny di serpraiku.
Setelah semua selesai dengan klimaksnya, dan berusaha untuk bangun,
perlahan aku lepaskan timun yang berada di memekku dan beringsut untuk
berdiri dari ranjangku, dan Anton malah bukannya berdiri tapi
mendekati memek Tinny untuk kemudian menjilatin lendir yang keluar
dari situ.
Aku pergi ke kamar mandi dan mandi sekalian biar bersih, dan segar,
waktu aku lihat jam dinding ternyata sudah jam 01:17, waduh.......
Pikirku udah malam juga ini........ Dan ketika aku masuk ke kamar, aku
lihat si Anton masih jilatin memek Tinny, dan Tinny rupanya keenakan,
mulai meremas remas buah dadanya.
"Eehh........... Udah malam...... Ya...... Sana pada pulang ke kamar
...... Masa aku disuruh nonton aja......" kataku menyuruh mereka
berhenti, kalau tidak bisa sampai pagi nich......
"Sini kalau mau ikutan aku jilatin sekalian juga boleh," kata Anton,
dan diikutin dengan "Aduh.......... Ya..... Ya.... Nggak lagi
deh....... Ampun....." teriak Anton, karena tangan Tinny mencubit dada
Anton.
Aku buka lemariku untuk mengambil seprei baru.
"Tinn...... Tolong bantuin dong pasang sepreinya........" mintaku
sebelum Tinny keluar kamarku.
"Tuh....... Kamu mau juga gituan ama si Anton...." kataku sembari
memasukkan sisi seprei ke bawah ranjang.
"Kan...... Nggak sampai gituan........ Kan cuma kocokin anunya, dan
bikin keluar saja.......... Kalau itu sih sering............ Kita juga
kadang gantian........ yang kepingin tinggal minta aja....." jawab
Tinny sambil membetulkan sisi ranjang ke arah aku.
"Kalau gitu boleh donk aku pinjam sebentar kalau lagi kepengen......."
kataku sambil tersenyum. Lalu dicengkramnya perutku sehingga handuk
yang melilit badan lepas.
"Eh............. Itu punyaku ya........ Nggak ada yang namanya
pinjam-pinjaman......... Awas lho........ Kalau sampai aku
tahu......." jawab Tinny sambil tersenyum juga. Tapi apa maksudnya di
balik senyuman itu ??
Sebagai teman yang tinggal bareng aku nggak akan menghianati si Tinny,
apa lagi kita sama-sama wanitanya, dan aku juga nggak mau jika punya
pacar ada yang minjam. Sekarang kita lebih bebas tinggalnya karena aku
kalau kepingin gituan, aku bisa masturbasi di luar tanpa takut
ketahuan, dan begitu juga Tinny dan Anton, karena kita tahu bahwa kita
sudah dewasa, dan dapat mengerti/memaklumi hal-hal seperti itu.
Kadang-kadang ketika sampai di rumah, dan mereka sedang sibuk sendiri
tanpa mengenakan pakaian, atau hanya seorang saja, aku hanya senyum ke
mereka, atau aku berbisik, "Eh....... Ada tamu tuch...... Yang benar
dong.....!!"
Dan kontan aja mereka pada kabur ke kamar, dan setelah beberapa saat
ada yang marah-marah dari kamar, "Sialan............ Si Tamara sedang
keluar isengnya........ Tuch...... Kita kerjain aja yuk........"
Dan kalau aku lupa kunci pintu kamarku, mereka udah masuk dan akunya
yang gantian dipaksain untuk menuruti kehendak mereka.