Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA RINDIANI The Series - Pelangi untukku

Part 2



Rindiani


Layaknya wanita dewasa pada umumnya yang selalu memiliki hasrat untuk dipuaskan, aku pun merasakan hal yang sama. Entah bagaimana cara mereka menuntaskan hasrat tersebut, atau bagaimana mereka memuaskan birahinya, aku pun tak tahu.

Dalam duniaku, aku cukup beruntung karena dipertemukan dengan lelakiku, Pram. Ia membuatku tergila-gila pada kemampuan dan kepintarannya dalam memuaskan birahiku. Ia mampu mengeluarkan sisi liarku, sisi nakal yang selama ini tak pernah terjamah, bahkan oleh suamiku sendiri.

Disisi lain, ia pun mampu mengendalikanku, mencegahku, membimbingku untuk tidak jatuh dan tenggelam dalam kubangan nafsu seks belaka.

===

Setelah puas melahap leherku dan meninggalkan jejak kemerhan disana, perlahan ia menunduk, menghisap kedua putingku dengan sedikit keras hingga tubuhku kembali menggelinjang hebat.

Perbuatannya itu membuatku semakin tenggelam dalam dunia kenikmatan, apalagi dibagian pangkal pahaku, kedua jarinya masih setia mengocok liang kenikmatanku.

Suara kecipak benturan antara telapak tangannya dengan permukaan kemaluanku yang basah mengalun konsisten, seirama dengan kecepatan tusukannya yang semakin lama semakin cepat.

Sekuat tenaga, aku berusaha untuk menahan beban tubuhku sendiri karena lututku mulai goyah. Pram tidak memperdulikannya, ia sama sekali mengacuhkan kondisiku yang mulai kehilangan daya untuk mengimbangi permainannya.

Akhirnya, ia bersimpuh dihadapanku dan perlahan menarik keluar tangannya dari liang vaginaku.

“Jilatin..” pintaku, karena kurasakan gelombang birahiku tengah menanjak, aku hampir meraih orgasmeku yang pertama.

Pram segera mendekatkan wajahnya ke arah pangkal pahaku setelah sebelumnya menuntun kedua kakiku untuk terbuka sedikit lebih lebar.

Dengan satu sapuan lidah, ditelusurinya kemaluanku, mulai dari bagian terbawah hingga kebagian atas, clirorisku.

Sekali lagi, sekujur tubuhku merinding melihat kepiawaiannya dalam mempermainkan vaginaku. Kerongkongannya bergerak-gerak, seperti sedang menelan sesuatu. Aku sangat yakin, lelakiku sedang melahap, menelan cairan yang keluar dari dalam tubuhku!

Hal itu membuatku semakin terbakar birahi dan dengan segera, aku kembali menjambak rambutnya lalu memaksakan wajahnya ke arah pangkal pahaku, sementara pinggulku bergerak maju, mengejar bibir dan lidahnya.

Pemandangan yang benar-benar panas dan sangat menggetarkanku saat melihat wajah lelakiku menempel erat diantara pangkal pahaku, nyaris tenggelam diantara kemaluanku.

Berkali-kali pinggulku bergerak tak beraturan, menggesekkan belahan vaginaku dengan mulutnya.

Tak sampai dua menit kemudian, aku telah benar-benar kehilangan tenaga, namun aku merasakan bahwa puncak orgasmeku semakin dekat karena otot-otot disekitar selangkanganku semakin mengencang. Cengkraman tanganku dikepalanya pun melemah sehingga Pram dapat dengan mudah melepaskan diri dan menjauhkan wajah dari kemaluanku.

Dengan tatapan sayu aku memandanginya, menatap wajahnya yang terlihat basah akibat bersentuhan dengan kemaluanku.

Pram, lelakiku tersenyum, sembari mengeluarkan jari dari liang vaginaku. Namun hanya sesaat saja, karena tak sampai satu detik kemudian, ia kembali mempermainkan vaginaku, mengocoknya kembali dengan tiga jari sekaligus!

Sontak saja perlakuannya itu membuat tubuhku tersentak, bahkan sekujur tubuhku kembali merinding karena hantaman gelombang kenikmatan yang besar.

Hanya beberapa saat setelah kocokan tiga jarinya, ledakan orgasme hebat pun terjadi, disertai keluarnya air seniku. Ia bahkan terus mengocoknya hingga air seni itu berhenti mengalir.


Sekali lagi, lantai kamarku basah oleh ulah kami.

Perlahan aku beringsut ke tepian ranjang dan langsung merebahkan tubuhku disana. Tulang-tulang terasa seperti menghilang dari tubuhku. Aku benar-benar kehabisan tenaga setelah merasakan orgasme yang Pram berikan.

Pram segera menyusul, dan ikut berbaring disampingku. Sambil mengusap pipinya, kumiringkan tubuh untuk menghadap ke arahnya. Lelakiku, tersenyum dan balas mengusap pipiku dengan lembut.

“Belum kena ini, udah lemes banget, sampe pipis lagi.” gumanku sambil menggengam batang penisnya.

Pram kembali menuntun tubuhku untuk naik keatasnya, menindih tubuhnya.

Kami kembali berciuman, saling melumat bibir dengan lembut dan penuh rasa. Kedua tangannya membelai rambutku, dan terus bergerak menelusuri punggung, hingga pantatku.

“Emang masih kuat?” tanyanya sambil meremas kedua belah pantatku.

Aku mengangguk pelan, lalu mengecup ujung hidunganya.

“Ibu kan belum di entot sayang.” balasku sambil mempermainkan putingnya dengan ujung jari.

"Ibu masih pengen ngerasain kontol sayang dimemek ibu." Bisikku manja sambil menyelipkan tangan diantara tubuh kami dan meremas lembut penisnya.

“Gilaa.. ibu kuat banget..”

Aku tersenyum, tertunduk malu diatas dadanya, sementara kedua tangannya yang perkasa terus saja meremas lembut pantatku.

“Abisnya enak sihhhh.. bikin nagih.. sayang pinter mainin memek ibu.”

Sambil menatapku dalam-dalam, ia mendekatkan wajah dan kembali melumat bibirku.

Sungguh, tak pernah bosan aku menikmati setiap perlakuannya padaku. Ia mampu membuaiku dengan sikapnya yang lembut, lalu berubah menjadi buas dan liar saat melakukan seks bersamaku, seiring dan sesuai dengan nafsu birahiku yang selalu menggebu.

Sambil saling melumat bibir, kami berguling diatas kasurku yang empuk hingga akhirnya posisi kami berganti, Pram menindihku.

Lumatan lembut bibirnya terasa berangsur kasar dan bernafsu. Pram kembali bersiap mengerjaiku.

Kedua sikunya menopang tubuh bagian atas dengan kedua telapak tangan menggapai payudaraku. Diremas, diusap, dan dipermainkannya kedua putingku yang telah mengeras sempurna, sementara ciuman dan jilatan lidahnya kembali menjalar, menghujani sekujur leherku.

Segera saja desahan kembali mengalun memecah keheningan senja dalam kamarku. Kuangkat kedua tangan dan meletakannya disisi kepala, dan kedua tungkai mengunci pinggangnya.

Pram begitu buas dan liar dalam aksinya, bahkan lidahnya terus menjalar hingga ke bahu, lalu turun mennelusuri ketiak dan kembali berbelok arah menuju ke payudaraku.

Tubuhku merinding, menggelinjang hebat akibat permainannya. Kedua tapak tangannya meremas kedua belah payudaraku dan akhirnya ia pun menghisap putingku dengan sangat kuat.

Hampir tiga menit lamanya, putingku menjadi bulan-bulanan mulutnya. Sedikit terasa perih saat ia menggigitnya, namun aku sangat menikmatinya. Pram benar-benar mampu mengobati kerinduanku akan persetubuhan yang panas membara.

Setelah puas menikmati payudara, lidahnya bergeser, merayap perlahan menelusuri permukaan kulitku menuju ke bagian perut. Terasa geli namun cukup memberi kenikmatan, apalagi kedua tangannya kembali aktif meremas dan mempermainkan kedua putingku.

Dibagian bawah, rangsangan yang aku terima membuat kemaluanku kembali basah. Cairan yang keluar dari kemaluanku mengalir perlahan, menelusi celah bibir vaginaku hingga kebagian pantat dan akhirnya membasahi kasurku.

Hanya beberapa saat kemudian, akhirnya lidah lelakiku sampai didepan kemaluanku, tepat dibagian atas clitoris. Pram bersimpuh dilantai, tepat di depan kedua pahaku yang telah terbuka lebar untuk menyambut permainan selanjutnya.

Ia memandangiku sejenak dengan senyum tersunging dibibirnya, sementara satu tangannya membelai kemaluanku dengan lembut.

“Jilatin lagi..”pintaku lirih sambil memandanginya dengan tatapan sayu sementara kedua tanganku membuka bibir kemaluanku sendiri.

Pram, lelakiku mengangguk lalu perlahan mendekatkan wajahnya.

Akhirnya, lidah yang hangat dan basah kembali memanjakanku. Ditelusurinya belahan vaginaku, mulai dari atas hingga ke bagian terbawah. Ia bahkan menuntun kedua kakiku untuk terangkat ke udara hingga belahan pantatku terekspose. Lidahnya terus bergerak, menari liar, menyapu seluruh bagiannya hingga kebelahan pantatku.

Permukaan liang anusku pun tak luput dari jilatannya. Ia membuat tubuhku semakin tak berdaya saat dengan panasnya, lidahnya menari tepat dipermukaan liang tersebut, bahkan sesekali lidahnya menjulur, berusaha menerobos anusku yang secara refleks tertutup rapat akibat permainan lidahnya.

Tubuhku kembali bergetar, menggelinjang hebat karena permainannya. Ia bahkan harus menahan pinggulku agar mampu tetap mengerjaiku.

Sekuat tenaga kuremas speri disekitarku, dan mengigit bibirku sendiri demi menahan desahanku. Ingin rasanya aku merintih sekencang-kencangnya, berteriak keras, karena gelombang kenikmatan yang menghempasku.

“Prraammmm… saayaaaanngggg…” gumanku sambil berusaha mencengkram kepalanya, menjambaknya.

Pram mengacuhkanku, lantas kembali mengerjai kemaluanku, sementara satu jarinya mulai beraksi, menggantikan lidahnya dan mengerjai permukaan liang anusku.

Mendapat kenikmatan ganda membuat tubuhku bersiap untuk menyongsong orgasme yang kedua, dan aku yakin, kali ini akan lebih hebat dan panas dari sebelumnya.

Hanya sesaat jarinya mengusap belahan pantatku, permukaan liang anusku, lalu mulai menekannya perlahan, berusaha memasukinya.

Nafasku tercekat dan jantungku berdebar kencang karena inilah pertama kalinya aku mengalaminya, merasakannya.

“Saaayaanngggg…” teriakku pelan saat secara sadar mulai mengendurkan otot yang mengunci liang anusku.

Ditengah kenikmatan akibat hisapannya di clitorisku, Pram mulai menusukkan jarinya kedalam liang anusku. Hanya sedikit bagiannya yang masuk kesana, namun sangat cukup untuk membuatku berteriak pelan, dan secara refleks kembali mengencangkan otot sfingter hingga jarinya terjepit erat.

Aku belum terbiasa dengan permainan baru yang diperkenalkan Pram, dan sepertinya Pram pun mengira aku tak nyaman dengan hal itu sehingga ia segera menarik keluar jarinya.

Sebuah pengalaman baru yang cukup menggetarkan, sangat membuatku penasaran dengan sensasinya.

Hanya berselang beberapa detik kemudian, lelakiku berhasil membuatku kembali merasakan orgasme saat ia kembali mengocok liang vaginaku dengan dua jarinya sambil mempermainkan lubang kencingku dengan ujung lidahnya.

Geli bercampur nikmat segera menjalar ke seluruh tubuhku diiringi keluarnya air seni dan cairan orgasme dari tubuhku.

Tubuhku kembali menggelinjang, walaupun tak sehebat orgasme pertama karena telah kehabisan tenaga.

Hampir satu menit berlau, Pram segera menarik wajahnya dari pangkal pahaku, begitu pula dengan jemarinya, lalu memandangi kemaluanku.

Disaat bersamaan, pandanganku pun tertuju pada kemaluanku sendiri, melihatnya mengeluarkan cairan kenikmatan yang jumlahnya tak sebanyak seperti orgasme pertama.

“Masih mau diperkosa?” tanya lelakiku sambil kembali menindih tubuhku. Aku mengangguk pelan, lalu melumat bibirnya dengan lembut sambil mengusap wajahnya.

"Pokoknya kalo ibu belum ngerasain kontol sayang, ibu gak bakal berhenti." bisikku.

Pram kembali menindihku, sementara satu tangannya mengarahkan penisnya ke pangkal pahaku.

"Beneran masih mau??" tanyanya sambil menggodaku dengan menggesekkan ujung kemaluannya diantara bibir vaginaku.

Tentu saja aku langsung menganggukkan kepala sambil tersenyum, karena aku sangat menginginkannya.

“Kita mandi dulu, makan malam. Kita lanjutin nanti malam” jawabnya kemudian.

Aku tertawa keras sambil menutup wajah dengan kedua tanganku.

"Sayang jahaattttt...." gumanku lalu kembali tertawa.

Pram pun ikut tertawa bersamaku, lalu merebahkan tubuh disampingku.

"Nanti kita lanjutkan. Nanti malam. Sekarang mandi dulu ya bu.."

“Mandiinnn…” rengekku manja sambil mengunci pinggangnya dengan kedua kakiku karena ia kembali menindihku.

Pram tersenyum, mengecup keningku, lantas merebahkan kepalanya didadaku.

Tak ada perbincangan atau sekedar kata-kata, kami hanya menikmati waktu dalam diam, menikmati gerimis senja hari hingga bermenit-menit lamanya. Pun saat dikamar mandi, Pram memenuhi janjinya dengan memandikanku, membantuku saat mengeringkan tubuh dengan handuk.

“Malam ini, ibu pengen coba pakai pakaian kantoran.” gumanku sambil membuka pintu lemari dan melihat koleksi pakaianku.

“Iya, boleh. Sekalian lihat mana yang cocok buat kerja.”

Pilihanku jatuh pada baju terusan panjang berwarna hitam yang press body, lumayan ketat sehingga membentuk siluet tubuhku.

“Cantik dan elegan..” guman Pram saat aku mencoba mengenakannya.

“Celana dalamnya harus ganti bu, itu kelihatan banget, nyeplak baget.” sambungnya.

Aku segera beranjak kedepan cermin dan melihat bagian belakang tubuhku.

“Iyaaa.. nyeplak banget..” gumanku sambil berusaha membenahi cela dalam itu dari luar baju.

“Abisnya pantatnya kegedean..” sambungku.

Pram tertawa, lalu menghampiriku, memelukku.

“Tapi seksi.. montok.” katanya sambil menjulurkan kedua tangan kebelakang tubuhku dan meremas lembut kedua belah pantatku.

“Seksi gimana? Ini pantat perempuan udah punya anak kok..”

“Yang kayak gini kalo main pakai gaya doggie pasti lebih enak.” jawabnya.

“Sayang suka pakai gaya itu?”

Pram mengangguk, lalu mengecup pipiku.

“Ibu juga suka.. tadi pas sayang masukin jarinya ke pantat ibu rasanya enaaaakkkk banget..pokonya rasanya gimanaaaaa gituu.”

“Sayang gak jijik?” tanyaku.

“Enggak.. saya gak jijik kok bu.. yang penting ibu senang, ibu nyaman.”

Mendengar jawaban itu, aku kembali melumat bibirnya dwngan mesra.

“Ibu juga suka pas sayang jilatin pantat ibu. Enak banget..” kataku lagi.

“Tapi sayang.. pantat ibu gak seseksi cewek-cewek dikampusmu.”

Pram kembali tersenyum, sementara kedua tangannya terus saja meremas pantatku, membuatku kembali bergairah, apalagi ia memelukku dalam keadaan telanjang. Penisnya mengeras sempurna dan menepel erat tepat didepan kemaluanku.

“Tapi tetap menggoda..” bisiknya lembut.

Pram menuntun tubuhku untuk berputar, berbalik arah, menghadap cermin didepanku.

Sejenak, dibenahinya rambut yang tergerai di bahuku dengan menyingkirkannya ke sisi yang lain. Dengan lembut dikecupnya leherku berkali, sementara kedua tangannya menarik ujung baju panjangku dengan perlahan hingga ke bagian pinggang.

Segera kuarahkan kedua tangan ke belakang dan merangkul lehernya, sementara kecupan-kecupan terus menghujani sekujur leherku.

Sesaat setelah pangkal pahaku tersingkap, ia langsung mengusap vaginaku, membelainnya melalui permukaan celana dalam yang masih terpasang disana.

Satu tangannya bergerak naik, menelusuri perutku hingga akhirnya menyentuh bra yang menutupi payudaraku.

Sekali lagi, ia mulai mengerjai dadaku dengan meremas, dan mempermainkan kedua putingku secara bergantian, setelah sebelumnya menyelipkan tangan kedalam bra.

Aku tak menolak, maupun berusaha mencegahnya ketika Pram mulai menurunkan celana dalamku, karena walaupun ia telah membuatku orgasme dalam permainan sebelum mandi, aku masih sangat menginginkannya untuk menyetubuhiku. Aku ingin penisnya memasuki vaginaku, memuaskanku dengan buas dan beringas.

Sebagai balasan, untuk mengimbangi permainannya, kuselipan satu tanganku diantara himpitan tubuh kami dan kembali meremas penisnya.

Tindakanku membuat Pram semakin bernafsu dalam mencumbuku. Ia meghisap kulit leherku berkali-kali, hingga meninggalkan jejak kemerahan.

Setelah puas menikmati leher, ia membuka risleting baju yang terletak disepanjang punggungku, lalu melucutinya.

Tak lama berselang, giliran bra yang menutupi payudaraku pun dilepaskannya hingga aku kembali telanjang sepenuhnya dalam dekapannya.

Melalui pantulan cermin dihadapanku, aku menyaksikan dan menikmati kedua tangan lelakiku yang dengan lincah menggerayangiku, mempermainkan titik-titik sensitiv tubuhku dengan liar.

Pram dan aku kembali bergairah sepenuhnya, tubuh kami pun kembali berkeringat karena panasnya permainan dan penuh gelora.

Sesekali Pram mengigit bahuku dengan pelan sembari mencubit kedua putingku hingga membuatku menjerit dan menggelinjang. Terasa sedikit sakit, namun aku sangat menyukainya, sangat menikmatinya.

Bibir dan lidahnya terus bergerak, menelusuri punggungku, seiring dengan posisi tubuhnya yang semakin menunduk, hingga akhirnya ia bersimpuh dibelakangku, tepat didepan pantatku.

Dari sela pahaku, aku bisa melihat Pram perlahan mendekatkan wajahnya, hingga akhirnya kurasakan sebuah kecupan mendarat di pantatku.

Hanya sesaat kemudian, tangannya mulai kembali beraksi, meremas lembut pantatku, dan terus bergerak hingga akhirnya terus merayao ke bagian kemaluanku.

Aku kembali terbuai dan segera membuka lebar kedua pahaku sembari membungkuk, dengan kedua tangan bertumpu pada tepian meja rias.

Diantara kedua paha, lidah lelakiku kembali beraksi, menjilati paha bagian dalam, hingga kemaluanku. Hampir lima menit lamanya aku menikmati panasnya permainan lidah Pram, mulai dari kemaluan hingga keseluruh bagian pantatku.

Entah mengapa, hari ini aku merasa Pram sangat bernafsu, dan mau melayani keinginanku.

Akhirnya Pram kembali berdiri, sambil terus menghujani punggungku dengan kecupan-kecupannya hingga ke bagian leher. Disaat bersamaan, tangannya yang kekar kembali menjamah bagian bawah tubuhku, meremas kedua belah pantatku dengan sedikit keras, menelusuri belahannya hingga ke bagian kemaluanku.

Benar-benar menyenangkan dan membuatku sangat bernafsu. Caranya menjamahku, menikmati tubuhku, sungguh membuatku terbuai dan semakin haus akan sentuhannya.

Ditengah jilatannya pada leherku, satu jemarinya kembali menyeruak masuk kedalam liang kemaluanku. Ia kembali mengocok vaginaku hingga beberapa saat lalu mengeluarkan jari itu dan bergerak menuju ke permukaan liang anusku.

Disana, Pram kembali berusaha menusukkan jarinya, dan tanpa kesulitan, akhirnya ia berhasil menembusnya. Aku mendesah sejadi-jadinya, pinggulku bergerak mundur, mendesak ke arahnya agar jari itu masuk lebih dalam, namun, hanya sesaat kemudian, Pram kembali menarik jarinya, dan memasukkannya lagi kedalam liang vaginaku.

Aku seperti sedang merasakan penetrasi ganda, dimana kedua liang kenikmatan itu sedang dikerjai disaat bersamaan. Pram, lelakiku, telah mewujudkan salah satu fantasiku.

“Jilatin lagi..” bisikku sambil merangkul lehernya.

Pram tersenyum, lantas melumat bibirku dengan lembut. Satu tangannya membuka laci meja riasku, dan meraih baby oil yang biasa kugunakan untuk memijet tubuhku sendiri.

Dituangkannya minyak tersebut di pinggangku, dan dengan segera mengalir membasahi sekujur pantatku.

Pram menolak permintaanku, namun menggantinya dengan sesuatu yang lebih hebat dan besar sensasinya.

Segera setelahnya, kedua tangannya yang kekar kembali meremas pantatku, mengusapnya hingga ke bagian kemaluanku. Basah dan licin karena minyak tersebut cukup menimbulkan kenikmatan yang hebat buatku. Dan sensasi itu semakin bertambah ketika ia mulai mempermainkan permukaan liang anusku.

Geli bercampur nikmat segera merayap, merasuki tubuhku, membuatku merinding dan semakin bernafsu. Aku ingin merasakan penis lelakiku memasuki liang anusku. Aku ingin merasakan seks anal, seperti yang pernah diceritakan oleh Nina.

Segera kembali kurangkul lehernya, lalu melumat bibirnya dengan kasar. Vaginaku berdenyut-denyut, kedua putingku mengeras sempurna, aku siap untuk bersetubuh dengannya, dan rasanya sudah tak sabar lagi untuk melakukannya.

Setelah puas melahap bibirnya, kutuangkan baby oil ke tanganku dan menjulurkannya ke arah belakang, melumuri penisnya dengan minyak tersebut.

Pram lelakiku medesah, mengerang pelan saat aku mulai mengocok penisnya dengan pelan.

Dengan kasar dipegangnya pipiku, lalu melumat bibirku dengan penuh nafsu, sementara dibelahan pantatku, satu jarinya kembali menyerbu masuk liang anusku.

Kecupan-kecupan dan jilatan di leher, putingku yang menjadi bulan-bulanan jemarinya, dan tusukan di liang anus itu akhirnya menghantarkan orgasme ketiga untukku, bahkan air seni kembali mengalir keluar dari vaginaku.

Lutut dan pahaku gemetar menahan hebatnya orgasme tersebut, bahkan Pram pun harus memelukku dengan sangat erat untuk menahan gelinjang liar tubuhku.

Nafasku tersengal, memburu, seirama dengan detak jantungku yang berdegup keras.

Pasca orgasme, Pram memelukku dengan sangat erat. Aku berbalik, dan balas memeluknya sambil mengecup keningnya, begitu juga dengannya.

Dan hampir empat kemudian kami larut dalam pelukan hangat, tanpa sepatah kata pun.

Setelah tiga kali orgasme, apakah aku telah terpuaskan? Tidak, tidak sama sekali. Rasa penasaran terhadap seks anal maaih menggelayut manja dalam benakku, apalagi aku belum merasakan penisnya yang perkasa menghujam liang kenikmatanku. Aku masih bernafsu, masih ingin melanjutkan permainan panas ini, bahkan hingga esok hari.

Rasa lelah disekujur tungkai akhirnya memaksaku untuk duduk dikursi, didepan meja riasku. Sekali lagi Pram mengecup kepalaku, lalu memegang pangkal penisnya dan mengarahkannya ke mulutku.

Pram telah mengenalku dengan sangat baik, sehingga ia iahu apa yang kuinginkan. Dan untuk saat ini, aku ingin merasakan nikmat kemaluannya dalam mulutku.

Sambil mengocok penisnya, aku menengadahkan wajah dan tersenyum, menatap matanya dan mendekatkan wajahku perlahan ke arah kemaluannya.

Dan ketika ujung lidahku menyentuh ujung penisnya, perlahan ia memejamkan mata, seolah sedang meresapi, menikmati sentuhan lembut lidahku.

Tanpa membuang waktu lagi, segera kumasukan kepala penisnya kedalam mulutku dan mulai menghisapnya lembut, sementara bagian batangnya kukocok pelan.

Lagi-lagi, lelakiku mendesah dan mulai menggerakkan pinggulnya. Memandang ekspresi wajah dan gerak-gerik tubuhnya membuatku semakin bernafasu dan bersemangat untuk mengerjai kemaluannya dengan lebih.

Hisapan dan jilatan silih berganti memanjakan kemaluannya, dan aku sangat menikmatinya, sangat menyukainya. Bahkan lidahku menari liar, menjilati seluruh bagian zakarnya sementara tanganku dengan lincah terus mengocok bagian batang penisnya.

Tak butuh waktu lama baginya untuk meminta sesuatu yang lebih, sesuatu yang sangat ia sukai, yaitu deepthroat.

Pram kembali memegang pangkal penisnya dan mengarahkannya ke mulutku saat aku sedang menikmati zakarnya. Tentu saja aku menerima permintaannya itu dengan senang hati.

Segera saja penis itu meluncur memasuki mulutku hingga ke bagian terjauh. Hampir lima detik lamanya aku menahannya didalam rongga mulutku.

Pram menahan nafasnya sambil memandangi panasnya permainanku. Dan ketika perlahan ia menarik keluar penisnya, ia pun kembali memejamkan mata, menikmati pijatan bibirku yang mencengkram erat batang penisnya.

Berkali-kali kami mengulanginya hingga air liurku menetes, membasahi dadaku. Pram terlena dan terbuai sehingga pinggulnya terus bergerak pelan, menyetubuhi mulutku.

Sebelum aku mengakhirinya, kucengkram erat pinggulnya dan menahan penisnya lebih lama dalam mulutku.

Lututnya bergetar, dan perlahan menghembuskan nafas panjang ketika akhirnya aku menuntun pinggulnya bergerak mundur, mengeluarkan penisnya dari mulutku.

Sambil mengocok penisnya, aku kembali memandang wajahnya. Pram membalas dengan membelai lembut kepalaku.

Ada rasa bangga dan bahagia melihat ia begitu menikmati permainanku, begitu terbuai dan terlena dengan pelayanan seks yang kuberikan.

Aku sedang hendak berdiri, namun Pram mencegahku sengan menahan pundakku. Ia ingin agar aku tetap duduk dikursi tersebut.

“Lagi..??” tanyaku sambil mengocok pelan penisnya.

Pram mengangguk pelan, dan akhirnya aku kembali mengerjai kemaluannya. Ia kembali menggoyang pinggulnya, menyetubuhi rongga mukutku dengan penuh nafsu.

Sedikit lebih kasar dan menusuk lebih dalam hingga aku nyaris tersedak, namun aku sangat menyukainya, sangat menikmati. Ia bahkan menjambak rambutku dengan kasar, dan caranya itu berhasil membakar birahiku.

Hampir lima menit berlalu dan Pram pun perlahan menarik penisnya dari mulutku. Air liur segera mengalir keluar melalui celah bibirku, menetes membasahi dadaku.

Hal serupa pun terjadi pada kemaluannya, basah dan licin karena dilumuri oleh air liurku.

Segera setelah penisnya terbebas dari cengkraman bibirku, aku segera berdiri dan kembali membelakanginya.

Kutuangkan baby oil itu ke tanganku dan kembali melumuri pantatku. Satu tanganku menapak diatas meja, sementara satu tangan lainnya menggengam erat penisnya dan menuntunnya untuk memasuki tubuhku.

Nafasku semakin memburu, dan jantungku kembali berdebar. Rasa penasaran yang menggantung dalam benakku akan segera terjawab.

Aku menoleh kesamping dan kembali melumat lembut bibir lelakiku, sementara dibawah, aku telah berhasil menuntun penisnya menuju kedepan liang kenikmatanku.

♡♡♡ bersambung ♡♡♡

Part 3 akan rilis dalam beberapa jam kedepan


Terima kasih :rose:
Mantap banget
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd