putrimalu871
Semprot Kecil
- Daftar
- 19 Feb 2017
- Post
- 64
- Like diterima
- 133
Siang tadi ku lihat dia sedang merayu adik kelas di kantin sekolah. Ku hampiri dia. Tapi, bak sudah jatuh tertimpa tangga, aku terpeleset es batu yang tumpah di lantai. Dengkul ku berdarah. Tapi, aku tak gentar.
Dengan wajah perang dan nafsu membara, ku pacu kaki ku menghampiri peraduan mereka berdua. Laki2 itu harus ku hajar!
Kuhampiri dia dan...
Plak!.. Plak!.. Plak!.. ku tampar dia bolak balik tanpa ampun!
Mata ku merah menahan amarah. Seakan darah ini mengalir untuk memuntahkan kebencian ku kepada laki2 itu.
"Kita selesai! Kita putus!" teriakku dimuka laki2 itu.
Dia bengong sesaat. Memegang pipinya yg panas. Ku lirik perempuan di sebelah nya mulai menangis. Waktu seakan berhenti. Semua orang di kantin terdiam menatapku. Aku merasa seperti jagoan.
Lalu kutinggalkan dia. Aku berjalan gagah. Padahal darah mengucur di dengkul ku. Rasanya perih. Tapi tak seberapa dibanding dengan rasa perih di hati.
"Putri.. tunggu." Laki2 itu berusaha mengejarku.
"Kamu salah sangka."
Aku tetap berjalan. Bahkan kali ini langkah ku semakin cepat. Luka di kaki ku tak terasa perih.
Dia tetap mengejarku. Lalu tangannya menangkap bahu ku, berusaha menghentikan laju langkah ku.
Aku berhenti. Ku tepis tangannya sambil aku berbalik menghadap wajahnya.
"Bangsat! Berhenti lo disitu..!"
"Kita putus! Dasar ular keparat!" Hardik ku.
Dan, aku pun buru2 masuk ke ruangan UKS sekolah.
(bersambung)
Dengan wajah perang dan nafsu membara, ku pacu kaki ku menghampiri peraduan mereka berdua. Laki2 itu harus ku hajar!
Kuhampiri dia dan...
Plak!.. Plak!.. Plak!.. ku tampar dia bolak balik tanpa ampun!
Mata ku merah menahan amarah. Seakan darah ini mengalir untuk memuntahkan kebencian ku kepada laki2 itu.
"Kita selesai! Kita putus!" teriakku dimuka laki2 itu.
Dia bengong sesaat. Memegang pipinya yg panas. Ku lirik perempuan di sebelah nya mulai menangis. Waktu seakan berhenti. Semua orang di kantin terdiam menatapku. Aku merasa seperti jagoan.
Lalu kutinggalkan dia. Aku berjalan gagah. Padahal darah mengucur di dengkul ku. Rasanya perih. Tapi tak seberapa dibanding dengan rasa perih di hati.
"Putri.. tunggu." Laki2 itu berusaha mengejarku.
"Kamu salah sangka."
Aku tetap berjalan. Bahkan kali ini langkah ku semakin cepat. Luka di kaki ku tak terasa perih.
Dia tetap mengejarku. Lalu tangannya menangkap bahu ku, berusaha menghentikan laju langkah ku.
Aku berhenti. Ku tepis tangannya sambil aku berbalik menghadap wajahnya.
"Bangsat! Berhenti lo disitu..!"
"Kita putus! Dasar ular keparat!" Hardik ku.
Dan, aku pun buru2 masuk ke ruangan UKS sekolah.
(bersambung)
Terakhir diubah: