"Put.."
"Aku mau jelaskan.."
"Udah lah.. Gue udah cape dengar penjelasan Lo!"
Aku langsung membanting pantat ku di atas sofa di ruang tamu.
"Aduuuh.. Awww.."
Aku lupa dengkul ku masih belum fit. Terasa nyut2an waktu membentur meja di depannya.
Aji langsung menyusul ku di sofa. Dia duduk di sebelah ku. Kaki ku yg luka dinaikkan ke pangkuannya.
"Mau apa Lo?"
"Put.. plis at least biarin aku nolongin kamu utk yg satu ini"
"Emang lo bisa apa?"
"Aku kan sering pijitin anak2 kalo kakinya kram abis main Basket."
"Ooh.. jd pacar gue bukan atlit Basket? Tukang pijit ya?"
"Hehe.. akhirnya aku masih diakui pacar" Aji tertawa menang
Muka ku cemberut. Aku merasa diperangkap dengan kalimat ku sendiri. Ahh.. sudahlah..
Ku akui pijatan Aji enak. Perlahan sakitnya hilang. Sekalian pegel2 kaki ku juga lenyap.
Ku lihat Aji sudah membuka kaos kaki dan sepatu ku. Sekarang terpampang sudah kaki ku yg putih dan mulus dipangkuan nya.
Aji masih konsentrasi memijit ku. Aku pun mencoba menutup mata ku.
Entah berapa lama aku tertidur. Tiba2 aku merasa geli di betis dan paha ku. Ku lirik Aji sedang mencumbu nya. Perlahan ciuman nya merambat naik ke paha ku. Tangan nya menyingkap rok sekolah ku. Hingga cd ku yg berwarna putih mulai kelihatan.
Pikiran ku berkecamuk. Apakah aku harus menghentikan niat Aji? Tapi entah kenapa ada perasaan aneh di hati ku yg penasaran ingin menuntaskan semua nya. Memang kami baru 4 bulan berpacaran. Aji adalah pacar ku yg ke 2 yg mencium bibir ku. Tapi hanya ciuman bibir. Tidak lebih.
Aji masih saja mencium paha ku. Sambil satu tangan nya membelai2 kaki ku yg mulus.
"Eh.."
Aku pura2 terbangun dan berusaha menarik kaki ku.
Ternyata aku kalah kuat dengan Aji. Dengan sigap, dia memegang kaki ku erat. Sehingga aku tidak dapat menarik kembali kaki ku.
"Aji.. " bisikku. Aku takut ketahuan. Aku takut.. Tapi aku juga penasaran.
Aji menghentikan ciuman dan kemudian hanya menatap ku. Lalu Aji mendekatkan wajahnya ke wajah ku. Entah bagaimana kami berciuman.
Ciuman bibir yg hangat dan mesra.
Aku akui ciuman Aji enak.
Aku hanya bisa pasrah. Bibir Aji berusaha memangut bibir ku. Lidah nya menari2 di dalam mulut ku. Kami berciuman. Semakin panas.
"Ahh.." tiba2 aku mendesah
Ciuman Aji sekarang turun ke leher ku.
"Jangan digigit.." desah ku
Aji diam saja. Dia tetap mencium leher ku yg mulus. Aku menikmati nya. Untung Aji tidak menggigitnya.
Ku rasakan Aji sudah membuka baju seragam ku. Sekarang hanya tersisa tanktop putih dan bra berwarna putih di dalamnya.
Aji menyingkap tanktop ku ke atas. Dia mencium dada ku yg masih dibalut bra. Sambil tangannya mengusap perutku yg putih dan rata.
Aku menggelinjang. Geli. Kurasakan kewanitaan ku mulai basah. Apakah hari ini aku akan kehilangan keperawanan ku? Aku bingung. Mau melawan atau pasrah?
Tiba2 Aji berusaha membuka kaitan bra ku. Sesaat mata nya menatap mata ku untuk meminta persetujuan. Aku tidak mengangguk atau menolak. Tapi, aku kembali menutup mata ku.
Mungkin bagi Aji itu adalah tanda persetujuan. Dibuka nya bra yg ku kenakan. Ini pertama kali dalam hidupku seorang cowo melihat payudara ku. Ukuran nya 34 B. Aku kembali membuka mata ku. Ku lihat Aji menatap kedua payudara ku dengan nanar. Putih.. mulus.. dengan puting berwarna cokelat muda yg berdiri menantang pria yang telah membebaskannya utk menikmatinya.
Buru2 Aji berdiri dan membuka celana SMA nya. Aku hanya bisa melihat pasrah. Aji menurunkan celana dalam nya dan kini dia sudah tidak mengenakan bawahan apapun.
Aku ingin menjerit. Baru pertama kali aku melihat kejantanan pria. Kemaluannya sudah berdiri. Ohh.. ini bentuk kelamin pria. Seperti yg sering diceritakan oleh Anya dan Tari.
Aku memang punya geng cinta di sekolah. Aku, Anya, Tari, dan Nana. Anya dan Tari sudah pernah tidur dengan pacar2 nya. Biasalah kalo sudah ngumpul, ada aja becandaan tentang seks yg diceritakan.
Kemaluan Aji berdiri menunjuk muka ku. Ku lihat wajah Aji memerah. Tangan nya membelai2 penis nya sendiri. Tetapi kenapa tidak ada bulu2 nya? Apakah Aji rajin mencukurnya? Atau memang belum tumbuh bulu di kemaluan nya?
Aji menggesekkan kepala penis nya ke ujung puting payudara ku secara bergantian. Aku merasa tersengat listrik ribuan volt. Aku sudah pasrah. Kalau Aji menginginkan keperawanan ku, Aku rela.
Tiba2 Aji meraih tangan ku dan meletakkannya di penis nya. Aku tak tau apa yg harus aku lakukan. Aji mengajari ku untuk mengocok penis nya. Aku nurut saja.
Ku rasakan penis nya semakin keras dan berdiri tegang. Aku hanya mengocok tanpa tau apakah Aji suka atau tidak. Tiba2 Aji mencium bibir ku. Dia melumat bibir ku dengan nafsu. Sambil tangan nya membelai2 payudara dan puting ku..
"Yang cepat sayang.." engah nya di kuping ku.
Aku mengocok penisnya semakin cepat.
Tiba2 bel rumah berbunyi. Aku panik. Itu pasti adik ku. Karena aku lirik jam dinding masih menunjukkan waktu setengah lima sore.
Aji menahan tangan ku.. Dia ingin agar aku menuntaskan hasrat nya.
Ting tong!
Sudah 3x bel berbunyi.
Adik ku mulai teriak2 memanggil Bi Asih.
Ya..! Bi Asih. Bagaimana kalo dia melihat kami begini? Aku pasti dilaporkan ke Papa dan Mama.
Aku tambah panik!
Aku ingin menarik tangan ku.
Aji menahan nya.
Dia berhenti mencium ku dan mencoba berkonsentrasi menikmati kocokan ku di injury time ini.
Aku semakin cepat mengocok penis nya. Berharap Aji cepat menuntaskan nafsunya. Aku takut. Perasaan ku tak karuan. Aku pun baru pertama kali ini melihat dan menyentuh kelamin pria.
"Iya Den.. bentar. Bibi lagi nyari kunci."
Deg..!
Suara Bi Asih dari dalam kamarnya.
Ting tong! Ting tong!
Bel sudah berbunyi puluhan kali.
Aku tambah panik.
"Aww.. " aku berteriak. Aji memilin puting ku.
"Ohh.. Shit" desah Aji.
Croott.. croottt.. croottt...
Sperma nya muntah di dada ku dan baju seragam ku. Ohh.. ini kah yg dinamakan sperma pria?
Banyak sekali dan lengket. Apalagi di tangan ku. Semoga tidak kena Sofa..
Tiba2....!
"Neng Putri udah pulang toh.."
(bersambung)