Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

ROMANSA KISAH SI KUCING GARONG

YMaa6jH.jpg


“Cantikmu, dalam balutan raga indah dan rambut terburai megah, dengan lirik mata bercahaya, telah memenuhi relung-relung hati ini semenjak pertama kali kau ijinkan aku menatap matamu. Demikian besar hasrat menggelora itu, sampai aku rela berkorban apapun demi cinta yang mungkin akan terbalaskan itu. Engkau adalah rembulan, mutiara, dan tetes embun di pagi hari. Engkau adalah mentari senja yang mengirimkan aroma nirwana, dan engkaulah yang kuinginkan dalam kekal. Balaslah cintaku, dan aku akan berjanji bersamamu senantiasa.”




ROMANSA KISAH SI KUCING GARONG


Bagian Ke Sepuluh


Gadis Penulis Surat


HMhq8Nf.png


Nirmala

Aku terkejut dengan jawabannya yang sangat terus terang itu dan sempat membuatku terpaku memandang wajah cantiknya. Napasku mendadak memburu. Apalagi saat melihat Nirmala yang tiba-tiba bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Ia menutup pintu lapak dan menguncinya. Leherku tercekat, kurasakan jantungku berdegup semakin kencang.

Dengan tersenyum dan sorot mata syahdu Nirmala menghampiri dan duduk tepat di hadapan selangkanganku. Aku memang sedang dalam posisi selonjor dengan kedua kaki mengangkang.

“Tuan ingin ini, kan? Hmm…” desahnya seraya meraba penis tegangku dari luar celana. Aku menelan ludah sambil mengangguk perlahan dan tersenyum. Entah mengapa, aku jadi gugup sekali melihat wajah cantiknya yang semakin mendekat ke arah wajahku.

Tanpa sadar aku menyandarkan punggungku ke bilah papan di ujung ranjang dan Nirmala menggeser duduknya mendekatiku sambil tetap menekan dan membelai selangkanganku. Nafasnya yang semakin cepat terasa benar semakin menerpa hidung dan bibirku. Rasa nikmat dari belaian jemari Nirmala di selangkanganku semakin terasa ke ujung-ujung syaraf. Napasku mulai memburu dan tanpa sadar mulutku sudah mengeluarkan suara erangan-erangan.

Dengan lembut Nirmala menempelkan bibirnya di atas bibirku. Ia memulainya dengan mengecup ringan, menggigit bibir bawahku, dan tiba-tiba… lidahnya memasuki mulutku dan berputar-putar di dalamnya dengan cepat. Langit-langit mulutku serasa geli disapu oleh lidah panjang miliknya yang sangat menggairahkan.

Aku mulai membalas ciuman, gigitan, dan kuluman Nirmala. Sambil berciuman, tangan kananku kuletakkan di buah dada kirinya. Uh… alangkah besarnya, walaupun masih ditutupi oleh baju panjang, keempukan dan kekenyalannya sudah sangat terasa di telapak tanganku. Dengan cepat kuremas-remas buah dada itu.

“Emph… emph…” rintih Nirmala sambil terus mengulum lidah dan menggosok-gosok selangkanganku. Namun mendadak dia menghentikan ciuman dan menahan tanganku yang tengah meremas buah dadanya, lalu berkata, “Tuan diam dulu yah, biar saya yang bekerja.”

Dengan cepat Nirmala menarik celana panjang sekaligus juga celana dalamku. Saking cepatnya, penisku yang menegang langsung melejit keluar. Sejenak Nirmala tertegun menatapnya, penisku kini sudah berdiri tegak laksana tugu.

“Oohh… besarnya,” bisiknya lirih.

Dengan cepat Nirmala menundukkan kepala, dan seketika tubuhku terasa bergetar ketika mulutnya menelan seluruh penisku. Terasa ujung penisku menyentuh langit-langit belakang mulutnya. Dengan sigap Nirmala memegang penisku sementara lidahnya memelintir bagian bawah. Kepalanya naik turun dengan cepat mengiringi pegangan tangan dan puntiran lidahnya.

Aku benar-benar merasa melayang ketika Nirmala memperkuat hisapan. Aku melirik ke arah kaca rias miliknya, di sana tampak diriku terduduk mengangkang sementara Nirmala dengan bajunya yang masih saja rapi merunduk di selangkanganku dan kepalanya bergerak naik turun. Suara isapan, jilatan dan kecupan bibir gadis cantik itu terdengar dengan jelas.

Kenikmatan ini semakin menjadi-jadi ketika kurasakan Nirmala mulai meremas-remas kedua telur milikku secara bergantian. Perutku serasa mulas dan urat-urat di penisku seperti hendak putus karena saking tegangnya. Nirmala tampak semakin buas menghisapi penisku, seperti seseorang yang kehausan di padang pasir dan menemukan air yang sangat segar. Jari-jemarinya semakin liar mempermainkan kedua biji pelirku.

“Slurrp… Cuph… Mphh…” suara kecupan-kecupan semakin keras tergengar.

Nafsuku sudah naik ke kepala. Aku berontak, berusaha meremas kedua buah dada montok miliknya. Namun tangan Nirmala dengan kuat menghalangi tubuhku, malah ia semakin gila menghisapi dan menjilati batang penisku. Aku pun jadi bergelinjang-gelinjang tak karuan.

“Nirmala… s-sudah! Gantian… aku sudah tak kuaat, aahh…” erangku seakan memohon. Namun permintaanku itu tak digubris. Kedua tangan dan mulut Nirmala semakin cepat saja mengocok batang penisku. Terasa seluruh syaraf-syarafku semakin menegang dan menegang, degup jantungku berdetak semakin kencang… napasku pun semakin memburu.

“Oohh… Nirmala… aahh…” aku berteriak sambil mengangkat pinggulku tinggi-tinggi, lalu, “Crat… craat… craat…” Aku memuncratkan spermaku di dalam mulutnya.

Dengan sigap Nirmala menelan dan menjilati seluruh spermaku seperti seorang yang menjilati makanan. Setiap jilatannya terasa seperti setruman-setruman kecil di penisku. Aku benar-benar menikmati permainan ini. Luar biasa gadis cantik bernama Nirmala ini.

“Enak, Tuan? Hmm…” Nirmala mengangkat kepala dari selangkanganku dan menatapku dengan senyum manisnya, tampak di seputar mulutnya banyak menempel bekas-bekas cairan spermaku.

Aku hanya bisa mengangguk.

“Tunggu sebentar, ya… aku ambilkan minum buat Tuan.”

Benar-benar seorang wanita yang penuh pengabdian; dia belum mengalami orgasme, tapi perhatiannya pada pasangan lelakinya sungguh luar biasa besar. Kenyataan itu tentu saja membuat rasa simpati dan birahiku kepadanya kembali bergejolak.

Tak lama, Nirmala kembali dari luar sambil membawa segelas air. “Minum, Tuan… biar segar.”

“Terima kasih. Tapi janji ya, habis ini giliranku untuk memuaskan kamu.”

Aku meneguk habis air dingin itu cepat-cepat dan saat itu pula aku merasakan kejantananku kembali menegang. Birahiku bergejolak melihat tubuh montok Nirmala yang ada di hadapanku. Kuraih tangannya dan dengan sekali tarik kubaringkan tubuhnya yang molek itu di atas ranjang.

“Eeehh… pelan-pelan, Tuan.” teriak Nirmala dengan geli. “Tuan mau ngapain?“ lanjutnya manja.

Tanpa menjawab, aku menindih tubuh montok itu, dan sekejap kurasakan nikmatnya buah dada Nirmala yang bulat besar tergencet oleh dadaku. Juga, syaraf-syaraf sekitar pinggulku yang merasakan nikmat saat penisku menempel di gundukan vaginanya walaupun masih ditutupi oleh baju dan celana dalam.

Kupandangi wajah Nirmala yang lonjong dan manis itu. Kalau diperhatikan lekat-lekat begini, dia makin terlihat cantik. Nirmala adalah seorang gadis paling menggairahkan yang pernah kulihat. Pancaran aura seksualnya sungguh kuat menerangi sanubari lelaki yang memandangnya.

“Kamu mau tahu apa yang ingin kulakukan?” kataku sambil tersenyum. Dia mengangguk. “Aku akan menidurimu sampai puas.”

Lalu dengan ganas, aku mulai menciumi bibir dan lehernya. Nirmala pun dengan tak kalah ganas membalas ciuman-ciumanku. Keganasan kami berdua membuat suasana lapak menjadi riuh oleh suara-suara kecupan dan rintihan-rintihan erotis. Dengan tak sabar aku menarik ikatan kain gadis itu, kulucuti bajunya, pakaian dalamnya, dan yang terakhir… celana dalamnya.

Wow… sebuah gundukan daging tanpa bulu terlihat sangat menantang terletak di selangkangan Nirmala. Alangkah indahnya vagina itu, tak pernah kubayangkan bahwa Nirmala akan mencukur habis bulu kemaluannya.

“Buka juga semua baju Tuan,” rengeknya sambil menarik bajuku ke atas. Dalam sekejap, kami berdua berpelukan dan berciuman dengan penuh nafsu dalam keadaan bugil.

Sambil menindih tubuhnya yang montok, bibirku menyelusuri lekuk tubuh Nirmala; mulai dari bibir, kemudian turun ke leher, kemudian ke dada, dan terus ke arah puting susu kirinya yang berwarna coklat kemerah-merahan. Alangkah kerasnya puting susu itu, alangkah lancipnya.

“Hmmhh…” Seketika itu juga kukulum, kuhisap dan kujilat rakus. Karena saking gemasnya, sesekali juga kugigit-gigit pelan.

“Auuhh… gellii… ahh…” rintih Nirmala ketika gigitanku agak kukeraskan. Badan montoknya mulai mengelinjang-gelinjang kesana kemari, dan mukanya menggeleng-geleng ke kiri dan ke kanan.

Sambil menghisap, tangan kananku merayap turun ke selangkangannya. Dengan mudah kudapati vaginanya yang hangat sudah sangat becek sekali. Aku pun dengan sigap memain-mainkan jari tenganku di pintu vaginanya.

“Crks… crks… crks…” terdengar suara becek vagina Nirmala yang berwarna lebih merah dari kulit di sekitarnya. Ketika jariku mengenai gundukan kecil yang mirip dengan sebutir kacang, seketika itu pula gadis jelita itu menjerit kecil.

“Ahh… geli, Tuan! G-gelli…” Putaran jariku di atas kelentit dan hisapanku pada kedua puting buah dadanya makin membuat Nirmala bergelinjang dengan liar. “Tuan, masukkan sekarang! Kumohon… sekarang! Aku sudah tak tahan… ahh…”

Kulihat wajah Nirmala sudah meringis seperti orang kesakitan. Kernyitan itu untuk menahan gejolak orgasmenya yang sudah hampir mencapai puncak. Dengan sigap kuarahkan penisku ke vagina montok miliknya, kutempelkan kepala penisku yang besar tepat di bawah klitorisnya, kuputar-putarkan sejenak dan Nirmala merespon dengan mengangkangkan pahanya lebar-lebar untuk memberi kemudahan bagiku dalam melakukan penetrasi.

Saat itulah kusodokkan pantatku sekuat-kuatnya. “Blesss…” langsung masuk semuanya!

“Aahh…” Nirmala menjerit panjang. “Besar sekali, Tuan… auhh, besar sekali… duh, enaknya… aahh…”

Dengan penuh keganasan kupompa penisku keluar masuk di liang vaginanya yang sempit. Nirmala dengan liar memutar-mutar pinggulnya di bawah tindihanku. Astaga, benar-benar pengalaman yang sungguh luar biasa! Sama sekali tak kukira kalau gadis cantik ini akan bertindak begini liar.

Kedua tubuh kami sudah sangat basah oleh keringat yang bercampur liur. Tikar tipis yang melapisi ranjang sudah basah di mana-mana oleh cairan mani maupun lendir yang meleleh dari vagina Nirmala. Namun entah kekuatan apa mendorong kami untuk terus saling memompa, merintih, melenguh, dan mengerang, padahal ranjang sudah berbunyi tak karuan. Tetapi penisku yang besar masih dengan buasnya menggesek-gesek liang vagina Nirmala yang terasa sempit namun becek itu.

Setelah lebih dari 15 menit, barulah kurasakan seluruh tubuh Nirmala menegang. “Tuan… Tuan… aku mau keluar.”

“Iya, aku juga. Kita keluar sama-sama, Nirmala.”

Goyanganku semakin kupercepat dan pada saat yang bersamaan kami berdua saling berciuman sambil berpelukan erat. Aku menancapkan penisku dalam-dalam dan Nirmala mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi. Kami berdua mengerang dengan keras sambil menikmati tercapainya orgasme pada saat yang hampir bersamaan. Kami sudah tak peduli bila seisi pasar akan mendengarkan jeritan-jeritan kami, karena aku yakin Nirmala pun tak pernah merasakan kenikmatan yang begitu luar biasa ini di sepanjang hidupnya.

“Ahh… Tuan, kamu hebat.. Hebaathh… hh… aku tidak pernah merasakan kenikmatan seperti ini.”

“Aku juga, Nirmala. Terima kasih untuk kenikmatan ini.” kataku seraya mengecup keningnya dengan mesra.

“Tuan ingin tahu sebuah rahasia?” tanyanya sambil membelai rambutku.

“Apa itu?” aku bertanya.,

Namun belum sempat Nirmala menjawab, tiba-tiba guntur sudah menggelegar, diiringi kilat hebat. Langit tiba-tiba gelap gulita. Semesta sekonyong-konyong hampa.

Aku terbangun oleh gerakan tangan lemah di bahuku. Aku membuka mata yang baru saja tertutup rapat. Aku melihat berkeliling. Semuanya kerontang dan bau apek menyengat dari segala penjuru. Tangan yang baru menggoyang bahuku adalah tangan seorang pengais sampah, milik seorang lelaki gembel berpenampilan sangat dekil.

“Ini tempat apa?” tanyaku pada lelaki itu.

“Dulunya ini adalah desa Mai Sai. Desa yang sial dan malang. Desa ini terbinasakan oleh perang saudara tak berkesudahan, yang dimulai oleh saling babat antar lelaki yang memperebutkan seorang perempuan cantik.”

“Perempuan cantik?”

“Ya. Nirmala, sang penulis surat. Hampir semua lelaki, lajang atau bersuami, berusaha memiliki Nirmala dengan memberinya surat yang minta dituliskan oleh Nirmala sendiri. Ini desa terkutuk, seterkutuk para lelaki itu.” si lelaki itu memandang berkeliling, seolah menggiring mataku untuk menelusuri sejumlah batu nisan yang masing-masing jelas menyembulkan nama si mati di bawah batu nisan.

Dan tanpa kusadari, aku baru saja melepaskan pelukan pada sebuah batu nisan yang masih jelas namanya. Aku tak bisa membaca. Aku tak tahu batu nisan siapa itu.

“Kau bukan laki-laki pertama yang tak sadarkan diri memeluk batu nisan ini,” ujar si tua. “Sudah puluhan kali aku membangunkan lelaki terbaring tak sadarkan diri di batu nisan ini.”

“Ini… batu nisan siapa?”

“Nirmala! Ia menggorok lehernya sendiri dengan pecahan kaca cermin, meninggalkan sepucuk surat yang meminta siapa saja yang menemukan jasadnya untuk menguburkannya dengan baik. Akulah yang menguburkan dia di sini, ketika aku masih semuda kau! Dan akulah satu-satunya orang di desa ini yang masih hidup.”

Mendengar ini, dadaku tiba-tiba sesak dan mengejang. Aku tahu mataku melotot karena kejang dan sakit kepala hebat, dan sempat pula kurasakan busa meluncur dari mulutku. Sesaat kemudian aku tak bisa merasakan apa-apa. Semuanya gelap, dan hanya terdengar satu guman kecil berasal dari mulut orang tua itu.

“Huh, di mana pula harus kukuburkan pemuda ini? Kenapa selalu ada kejadian begini?”



=== oOo ===​



Apes lagi si Kucing Garong

Hahahhahha…..

# apa yang terjadi selanjutnya
Kisah si Kucing Garong

Salam ndal ndul dulu ya

Capai juga ternyata bikin cerita


Salam ndal dul, gundul gundul

selamat menikmati cerita acak adul ini
:beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd