"Kalo kamu gak sabaran, kamu boleh kok masukin kontol kamu ke memek aku," ucap Bu Santi. Ia langsung melrpas CDnya.
"Ih Bu Santi jangan gitu dong! Ibu kan udah pernah rasain punyanya Revan."
Deg. Ucapan Bu Rita tadi, cukup memberiku penerangan. Jadi Bu Santi menceritakan apa yang terjadi pada malam aku menggarapnya.
"Gapapa dong, Bu. Aku jadi hidangan pembuka buat Revan. Lagian memekku udah terbiasa sama kontol Revan, walau cuma sekali," ucap Bu Santi.
"Ya udah deh kalo gitu." Bu Rita mengalah.
"Nih terusin dulu dong Bu!" pinta Bu Rita sambil menunjuk Vaginanya.
Final Part-2
Bu Santi merayap ke atas sofa. Dengan cekatan ia merenggangkan kedua paha Bu Rita. Kulihat lidahnya mulai menjilati vagina Bu Rita. Posisinya yang menungging, mempertontonkan bongkahan pantat nam sexy miliknya. Aku menengguk ludah begitu melihat vagina Bu Santi.
Lenguhan Bu Rita cukup keras. Ia tak henti-hentinya mendesah saat menerima serangan dari lidah Bu Santi. Tubuh putih mulusnya mulai bercucur keringat.
Wajah Bu Rita yang begitu alim kini berubah menjadi muka wanita yang haus akan hasrat birahi. Pinggul Bu Rita bergersk sedikit demi sedikit. Sesekali tubuhnya gemetar.
"Aduh Bu Santi enak banget, terusin Bu!"
"Iya Bu Rita, aku bikin kamu keluar ya."
Bu Rita hanya mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya. Tontonan ini jelas membuat penisku mulai bereaksi. Aku mencoba menahan napsu yang mulai menjalar ke seluruh tubuhku. Gerah sekali rasanya.
Aku duduk sembari melihat aksi Bu Santi memuaskan Bu Rita. Kutengguk lagi es sirup yang masih terasa dingin.
"PERCUMA," batinku.
Aku pun membuka baju yang kukenakan. Mengetahui aku sudah mulai terangsang. Bu Santi menggoyang-goyangkan pantatnya.
Sementara Bu Rita mendongak ke atas menerima jari jemari Bu Santi yang menusuk-nusuk vaginanya.
Tangan lain Bu Santi meremas payudara Bu Rita.
"Aduh Bu ... enak banget ini. Aku mau kontol Bu!"
"Gak ada kontol di sini bu. Ada juga masih di dalem, tuh punya Revan."
Bu Rita sontak melirik ke arahku. Ia tersenyum. Matanya sayu seakan menyuruhku untuk membuka celana.
"Van, yang gercep dong! Buruan buka!" perintah Bu Santi.
Tanpa basa-basi, aku membuka celanaku. Saat hanya tersisa cdku saja. Aku ragu untuk langsung membukanya.
Bu Santi mendekatiku. Ia menarik tanganku ke arah Bu Rita. Lalu ia menurunkan cd yang menempel ditubuhku.
"Wow!" ucap Bu Rita.
"Panjang ya Bu. Padahal belum on penuh tuh," kata Bu Santi.
"Siapa dulu nih?" tanya Bu Santi.
"Bu Santi dulu deh, aku belum pernah pegang kontol lain selain punya suami."
Apa? Bu Rita belum pernah? Dilihat dari tingkah dan juga desahannya yang keras tadi, dia belum pernah pegang penis orang lain. Jadi, selama ini mereka berdua affair tanpa ada lawan jenis. Berarti mereka lesbian.
"Yaudah bu, aku duluan ya," kata Bu Santi.
"Eh gini aja Bu. Ibu terusin jilatin memek aku, nah si Revan sodok Ibu dari belakang."
"Boleh juga tuh Bu."
"Ayo Van, kamu masukin dari belakang!"
Sebelum aku melangkah ke belakang Bu Santi. Tanganku ditahan oleh Bu Rita.
"Aku mau nyicipin boleh?" tanya Bu Rita.
"Kok labil Bu Rita. Tadi katanya aku duluan."
"Enggak Bu Santi, emang Ibu duluan yang disodok memeknya. Aku mau bantu neganggin aja."
"Oh ok deh."
Capek gan. Bersambung ya, ane nguli dulu.