Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Ruang Untuk Berbohong

Episode 2​



9.30 PM WIB - Jakarta Selatan

Sehari sebelum suami Intan pulang, kami memutuskan untuk bercinta lagi sebelum dia benar-benar berpisah denganku. Kami memutuskan untuk bertemu di sebuah hotel bintang 5 di daerah Jakarta Selatan. Anak pertamanya dia titipkan ke rumah orang tuanya. Dia memakai alasan keluar bersama teman kantor, sekedar mengucapkan cuti kehamilan. Walaupun dia sudah lebih dulu melakukannya dengan rekan-rekan kantor kami kemarin. Kami berjanji untuk melakukan ini untuk semalam saja. Untuk itu, kami berjanji untu bertemu jam 10 malam.

Aku sudah sampai di hotel. Semua pengeluaran sudah untuk hotel sudah aku bayar, termasuk makan malam yang sudah sampai di hotel ini. Aku pesan kamar hotel di lantai 7. Dengan begitu, kami bisa sedikit menikmati pemandangan ibu kota dari sisi gedung yang cukup tinggi. Dan kini, aku tinggal menunggunya saja.​

...........


Singkat cerita, kini aku dan Intan sudah berada di kamar hotel. Di ranjang king size, dan sedang berbaring bersama. Intan memakai setelan long dress hitam dan baju pelengkap warna ungu. Dengan jilbab motif bunga yang sangat kontras dengan pakaian gelap yang dia pakai.​

Pertama yang kami lakukan adalah berciuman.

Perlahan tapi pasti, aku menggerakkan lengan kananku sedikit menggesek dada Intan yang masih di balut long dress warna hitam dan di dalamnya sudah tak terhalangi bra.

Makin lama makin intens dan masih lembut yang ku lakukan. Membuat Intan mendesis, tubuhnya pun bereaksi.​

“masssssss..”

Aku merasakan gundukan itu di lenganku. Aku tersenyum sesaat, lalu melepaskan kegiatanku.
“Aku akan memasukimu, Intan... boleh?”

Dia mengangguk.

“Aku sungguh suka tubuh hamil kamu”

Dia mengangguk lagi.

“Alan... aku pengin lagi”

“Aku akan memberikannya malam ini, Intan. Trust me, my lovely benefit friend ”

Tak ingin membuang waktu, satu persatu baju Intan kubuka.

Begitu bagian atas terbuka, isi dua buah gundukan indah yang telah lama ku rindukan ini, sungguh membuatku semakin menggila.​

Ku kecup kuncupnya, untuk ku hisap putingnya yang indah nan menggemaskan itu.

“Ke-kenapa Alan?” tanya Intan di sela-sela, karena aku masih terpana menatap payudara miliknya, yang entah mengapa menurutku semakin padat saja. Semakin membulat sempurna semenjak kehamilannya menuju melahirkan.

Aku lalu membuka kedua lengannya itu yang sempat menutup payudara indahnya. Intan pun langsung meloloskan kaosku hingga kami berdua bertelanjang dada. Intan tak melepas jilbabnya sama sekali.

Jemari lentik Intan langsung mengusap dada bidangku. Lidahku mulai menyapu dari sisi payudaranya, sangat pelan, senti demi senti, semuanya kiri dan kanan tak luput dari sapuan lidahku. Kepala Intan tak hentinya mendongak ke atas, ketika kuncupnya ku hisap, ku jilat dan ku berikan gelitikan yang begitu lembut.

“Ouuhhhhh!” desahnya tertahan, ketika lidahku mulai nakal menaikkan tempo gelitikannya, serta sesekali hisapanku mulai intens kulakukan.

“Ohhhhh Alannn...” Intan terpekik, kepalanya tertunduk, tangannya menekan kepalaku, hembusan nafasnya terasa hangat menyentuh kulit kepalaku. Terus Dibenamkannya kepalanya sambil kedua tangannya, mengacak acak rambutku, sedikit menjambaknya. Tak dibiarkannya kepalaku menjauh dari payudaranya.

Terus menerus ku lancarkan seranganku pada kedua bukit kembar miliknya, ku lakukan silih berganti antara kiri dan kanan. Sedangkan tanganku yang bebas bergantian dengan mulutku untuk memberikan stimulasi tambahan rangsangan baginya dengan memelintir putingnya. Kadang remasan pun ku berikan, hingga desahan dari Intan kian terdengar cukup keras.

Setelah beberapa menit puas dengan kedua payudaranya, maka tanganku mulai aktif berganti tempat. Aku sedikit merendahkan tubuhku dan perlahan menurunkan celana leggingnya, sekaligus underwear berwarna cream dengan hiasan renda. Intan sedikit membantu dengan mengangkat pinggulnya dan meloloskannya dari kedua tungkainya.

Lagi-lagi aku terdiam, terpana melihat bagian intim darinya. Vaginanya yang tak berbulu lebat itu, langsung membuatku menelan ludah beberapa kali. Perutnya yang membuncit mulus tanpa strechmark itu seolah mengundangku untuk penetrasi secara brutal ke vaginanya.

Tak mau menunggu lama, aku segera berlutut di hadapan vaginanya, segera saja kudekatkan wajahku ke selangkangannya. Hidungku langsung kugesekkan ke liang vaginanya. Mencoba mengecap bau khas vagina seorang wanita. Aroma yang selama ini ku nikmati. Aroma kelamin milik Intan yang begitu wangi, dan langsung menyergap penciumanku, berpadu tipis dengan aroma daun sirih.​

Tak ada lagi penolakan darinya seperti kejadian malam pertama kala itu.

Lidahku kini mulai bekerja. Aku sempat menengadahkan wajah untuk melihatnya. Memandangnya yang di penuhi nafsu dan gairah yang tinggi. Namun, kepalanya tertutup oleh perutnya yang membuncit. Ah, seksi...​

Lidahku menyerang liang vaginanya, bergerilya di clitorisnya. Menyapu lembut dan sedikit menghisapnya.

“Aaaahhhhh!” Intan terlonjak, tubuhnya tedorong ke belakang.

Dengan cepat kedua tangannya menopang bobot tubuhnya yang sedang hamil dan bertumpu pada matras tempat tidur. Kedua kakinya menjepit ketat kepalaku. Semakin lama, lidahku makin liar menjelajah area vaginanya. menelusup ke dalam relung kenikmatannya. Semua tak luput dari sapuan lidahku. Cairan kewanitaannya makin deras mengalir, tak kusia-siakan, semua habis kunikmati.

Intan makin tak terkontrol, tubuhnya menggelinjang dengan hebatnya. Kepalanya mendongak, matanya terpejam, nafasnya terengah-engah sementara mulutnya tak berhenti meracau. Kukerahkan semua kemampuan yang kumiliki untuk memberikan stimulasi genital kepadanya.

Lidahku terus bergerilya di area kewanitaannya. Tak ada satu areapun yang luput dari sapuan lidahku. Vaginanya makin basah dengan cairan kenikmatan.

Kedua tanganku menahan pinggulnya, agar selangkangannya tetap menghimpit kepalaku. Lidahku mulai menelusup ke liang kewanitaannya, mencari titik rangsang. Area G-Spot miliknya tentu sudah ku ketahui dari dulu. Dan aku mulai melancarkan rangsangan lidahku di titik tersebut.

Jariku juga membantu memainkan clitorisnya. Terus menerima serangan lidahku yang tiada henti, tiba-tiba tubuh Intan menggelinjang, perutnya yang membuncit ke atas mengejang keras, pahanya menjepit erat kepalaku, seraya terpekik tertahan.​

“Aaghhhhhhhh massssssss.... eeeenaaaaaakkkkk!”

“Hosh... hosh... enak Alan.... nikmat banget Alan.... Intan bahagia”

Nafasnya tersengal, dinding vaginanya berkedut berirama, cairan kewanitaanya deras merembes keluar menerjang mulutku.

Akhirnya ia mencapai klimaksnya, matanya terpejam. Ia terus mengigit bibirnya. Meresapi sensasi kenikmatan yang baru saja menghampirinya. Kubiarkan ia menikmati orgasmenya. Sambil kuelus-elus perutnya agar tidak kram dan mengeras.

Ketika kesadarannya kembali, tubuhnya lebih rileks, ia lalu mengangkat wajahku mendekatkan ke dadanya, lalu mendekapnya di antara sepasang payudara empuknya, layaknya mendekap seorang anak kecil. Sambil menciumi bagian kepalaku, ia berucap lirih.
“Makasih Alan...”

“Buat?”

“Kebahagiaan yang sempurna... kebahagiaan yang hanya Intan dapatkan dari Alan seorang”

“Dih, padahal kemarin cuma bilang mau FWB-an doang”

Cubitan kecil langsung ku dapatkan darinya di lengan. Namun, itu tak sakit. Maka aku pun melanjutkan pertempuranku.

Aku sedikit mengendurkan dekapannya, memandang wajahnya yang sedang tersenyum. Kurengkuh kepalanya dan kudekatkan wajahku ke wajahnya. Kukecup bibirnya kembali. Kami berciuman, kali ini lebih dalam, lebih menjiwai layaknya sepasang kekasih.

Tak menunggu lama, kuminta Intan bergeser lebih ke tengah. Intan paham apa yang kuinginkan selanjutnya. Ia menggeser tubuhnya, lalu merebahkan dirinya. Pasrah dalam posisi terlentang.

Pahanya direnggangkan sedikit menekuk, menampilkan lobang kenikmatan yang merah merekah, basah mengkilap oleh cairan, siap menerima batang penisku mengagahinya.

Kuhampiri tubuh pasrahnya kuposisikan tubuhku sedikit berlutut di hadapan tubuhnya. Kudekatkan kepala penisku ke serambi liang vaginanya. Kugesekkan perlahan. Intan sampai mengigit bibirnya, menantikan peraduan kedua kelamin kami, disertai senyum, memandangku syahdu, penasaran menunggu batang gagah perkasaku datang menusuk.

Kupegang batang penisku, membimbing memasukkannya perlahan ke vaginanya. Cairan kewanitaannya membantu memperlancar prosesnya. Panggulku kudorong, penisku perlahan tenggelam. Kudorong dengan sedikit hentakan, akhirnya batang penisku tenggelam sampai ke pangkalnya.​

“Ahhhhhhh…. akhirnya” desah Intan tertahan.

Sedangkan aku, merasakan vaginanya terlihat sesak menampung batang penisku. Bukit kemaluannya menggembung. Intan terpejam merasakan sensasi penisku untuk kesekian kalinya yang memenuhi seluruh liang vaginanya.​

“Enak sayang?” tanyaku sesaat.

“Iya Alan... uhhhh!”

Aku tersenyum melihat reaksi Intan, kepalanya tergolek ke samping, matanya terpejam dan mulutnya sedikit ternganga mengeluarkan lenguhan halus. Pipinya bersemu merah begitupun bagian dadanya.

Aku mulai memaju-mundurkan pinggulku secara beraturan dengan tetap lembut. Dengan RPM rendah kubiarkan liang vagina Intan beradaptasi dengan penisku. Liang vagina ini terasa begitu sempit, dinding-dinding vaginanya menjepit erat penisku padahal liang itu sudah pernah dilewati anak pertamanya, dan sebentar lagi anak keduanya akan melewati ini. Dinding vaginanya berkedut perlahan.

Sambil menggenjot penisku dengan kecepatan sedang, kudekatkan wajahku, Kedua tangannya langsung merengkuh tengkukku dan ditariknya. Ia mencium bibirku dengan ganas disaat bibir saling bersilat, saling mengait. Bagian bawah tubuh kami menyatu dalam sebuah persetubuhan. Batang penis menelusup liang vaginanya lebih dalam lagi. Dadaku menghimpit payudaranya yang padat. Namun tetap berhati-hati agar tidak menghimpit perutnya yang sedang hamil. Aku mempercepat gerakan panggulku, penis ini makin cepat keluar masuk, kulirik sekilas batangku sudah basah mengkilap terlumasi cairan.​


“Ahhhhhhh Alan.... ahhhhhhhhhh”

Intan makin keras mendesah, melenguh dan berdesis seirama dengan genjotanku. Mendengarnya, birahiku justru makin tertantang untuk memuaskannya.

Jari-jariku mulai menstimulasi payudaranya. Kupilin-pilin putingnya, kuremas-remas bongkahan dagingnya dengan sedikit kasar.​

Tak lama tubuh Intan mulai mengejang, dinding vaginanya berkedut keras, aku makin cepat menggerakkan panggulku.

Tiba-tiba ia menarik tubuhku, mendekapku erat, mencium bibirku dengan ganas. Kurasakan dinding vaginanya menjepit batang penisku seiring keluarnya cairan yang begitu deras terasa menyiram kepala dan batang penisku.​

“Ahhh…. Alannnn…. ahhhh…. ahhh” hanya itu desah gelisah penuh, terdengar dari bibir mungilnya.

Perlahan aku melambatkan gerakan panggulku, kudiamkan penisku tetap tenggelam, membiarkan Intan merasakan sensasi kenikmatannya. Dinding vaginanya terus berkedut sedang tubuhnya melunglai. Nafasnya terengah-engah.​

Tak lama kesadarannya kembali, matanya terbuka memandangku syahdu.

“Bagaimana sayang... enak ?”

Intan mengangguk.

Kuatur lagi posisiku. Kuambil bantal dan kuletakkan di bawah panggulnya. Sekarang posisi Intan agak melengkung, semi kayang, dengan posisi panggul dan bukit kemaluannya yang menjulang.

Aku ingin ia merasakan sensasi bersenggama yang lebih nikmat lagi.

Segera kumasukkan lagi batang penisku, langsung kumulai dengan gerakan sedang. Dengan posisi panggul yang lebih tinggi. Sodokan batang penisku akan lebih terasa menggesek di dinding bagian atas liang vaginanya, di mana area G-spot berada. Pangkal penisku pun sering membentur klitorisnya.

Irama dua tubuh yang saling bersentuhan, semakin mengisi seisi ruang kamar hotel tempat kami saling beradu.

Goyangan tubuh Intan makin liar, kepalanya tergolek kiri-kanan, matanya terpejam, mulutnya tak berhenti mendesah.​

“Aaahh.… oooohhhh.… uuuuuhhhh.”



Aku mempercepat genjotanku dan tanganku bermain keras memainkan dan meremas payudaranya. Tubuh Intan makin tak terkontrol, kini pinggulnya ikut bergoyang mengiringi sodokan penisku. Kulit batang penisku dan liang vaginanya terus bersinggungan menciptakan suara-suara nan erotis. Payudara dan perut hamilnya bergoyang seirama dengan sodokanku.

Intan makin keras mendesah, tubuhnya menegang, kembali mengejang, tangannya mengenggam erat sprei, dan......​

“Ahhh.… Alannnn…. keluar lagiiiihhhhhh….. aahhhh..… oouuuhhhhhh..…”

Tak lama akupun merasakan ada sesuatu yang akan keluar, tubuhku menegang, aku makin mempercepat sodokan penisku. Penisku berkedut dengan keras.​

“Aaaahhhhh.” pekikku tertahan.

Kubenamkan dalam-dalam batang penisku hingga masuk seluruhnya. Spermaku menyemprot dengan deras ke mulut rahimnya berbarengan dengan rembesan cairan kenikmatannya. Menghujani kepala janinnya dengan siraman sperma yang akan merangsang kontraksi.

Tak lama tubuhku yang basah oleh keringat, ambruk di sebelah kanan Intan. Intan segera memeluk tubuhku, mendekapnya erat, menciumi bibirkù.

Mata kami saling terpejam menikmati orgasme yang baru saja kami alami bersamaan. Menikmati nikmatnya persetubuhan dengan orang yang sama-sama menginginkan kenikmatan dibalik ruang kebohongan antara istri yang kesepian dan pria yang menginginkan kenikmatan vagina wanita hamil.​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd