Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Rumah Kontrakan Ardi 9 (KOPAS) judul sebelah Rumah Kontrakan

koncer69

Suka Semprot
Daftar
27 Dec 2013
Post
23
Like diterima
2
Bimabet
Malam itu aku dan Siska tertidur sangat lelap dengan
tubuh telanjang kami berpelukan. Menjelang pukul
6.30 pagi aku terbangun karena ingin buang air kecil.
Pelan-pelan kulepaskan tangan Siska yang masih
memeluk tubuhku, aku tidak ingin
membangunkannya. Dengan tubuh yang masih
telanjang, aku bangkit menuju ke toilet untuk buang
air kecil. Setelah kembali, aku terdiam melihat Siska
yang masih tertidur dengan posisi terlentang. Wow...
sungguh pemandangan indah yang sulit kulukiskan.
Aku duduk di tepian ranjang di samping tubuhnya,
seakan-akan tak puas-puasnya mataku melihat
setiap inchi tubuh Siska yang telanjang, secara
refleks kontolku tegang. Sebelum aku berbuat lebih
jauh, otakku mempunyai ide nakal; segera aku
berjalan ke laci mejaku untuk mengambil camcorder
dan kutekan tombol aktif untuk mengambil video
shoot dan kuletakkan di tempat yang tak diketahui
Siska, lalu kembali aku bergerak berbaring di
sampingnya dan tanganku mulai meraba
payudaranya dan mengecup pundaknya.
Mulanya Siska masih belum bergeming, tapi setelah
kumainkan pentil payudaranya, ia pun bereaksi.
“Ehhm... Ardi nakal... emangnya nggak ngantuk?”
tanyanya dengan mata yang masih terpejam,
sedangkan tangannya bergerak mengelus punggung
tanganku yang tengah meremasi tonjolan
payudaranya.
“Akunya sih dah ngantuk, tapi adikku ini yang nakal,
hehe...” jawabku. ”Coba aja kamu pegang, nih...”
kataku sambil membimbing tangan kanannya ke arah
kontolku yang tegak menantang.
Kini posisi Siska tidak terlentang lagi, tapi memelukku
dari sebelah kanan sembari tangan kanannya
menggenggam kontolku yang tegak dengan
sempurna. “Ehhmm... aduh, koq bisa gede lagi, Ar?
Kontol kamu kuat banget sih!” tanyanya kaget.
“Sebenarnya wajar aja sih kontolku gede lagi,
abisnya kamu yang cantik bugil di ranjangku. Kamu
mesti tanggung jawab nih,” jawabku.
“Ehm... kamu bisa aja, Ar, pintar banget ngerayu
aku… tapi aku nggak mau, aku mandi dulu ah…”
jawab Siska sambil berusaha bangkit dari
pembaringan.
Tapi tanganku berhasil memegang tangannya
sehingga terjadi adegan tarik menarik antara aku dan
dia. Siska yang saat itu dalam posisi berdiri dan aku
duduk di tepian ranjang, dengan adanya tarik
menarik tersebut sungguh aku melihat gerakan yang
sangat erotis darinya, khususnya dari kedua
payudaranya yang ikut bergoyang saat tanganya
kutarik... indah sekali.
Tubuh Siska pun melemas saat ia kutarik sekali lagi
dan kini tubuhnya tepat berada di depanku, wajahku
tepat berada di tengah-tengah payudaranya yang
montok menantang dengan kedua tanganku berada
di kedua pantatnya... uuh, posisi yang sungguh
menantang sekali buatku. Dengan lembut kukecup
kedua payudaranya dan kucium juga perutnya yang
rata.
“Ehmm… Ardi… kamu membuatku melayang… aku
sayang kamu, Ar…” rintih Siska.
“Ehm... sepertinya kamu memang harus mandi, Sis…”
kataku.
“Emang kenapa? Kok gak dilanjutin... apa aku
kurang sexy?” tanya Siska sambil menggoyang-
goyangkan tubuhnya sehingga kedua payudaranya
yang bulat besar bergerak-gerak dengan indahnya.
“Kamu sexy sekali, Sis... tapi...” kataku.
“Tapi kenapa? Masih ada waktu kok, suamiku pasti
masih teler!” jawab Siska sambil terus bergoyang, kali
ini gerakannya seperti seorang striptes menari-nari di
hadapanku.
“Bukan itu maksudku… tapi karena tubuhmu sudah
bau sekali… bau peju!! Hehehe... sana gih mandi,”
jawabku sambil kuputar tubuhnya dan kupukul
dengan lembut pantatnya yang semok.
“Huh... dasar nakal kamu, Ar... awas ya, nggak aku
kasih lagi loh...” jawab Siska sambil merengut dan
berjalan berlenggak-lenggok menuju kamar mandi.
Uh, sungguh sexy nih perempuan, batinku.
“Bener nih aku nggak dikasih lagi?” tanyaku sambil
berjalan mengambil camcorderku dan membawanya
ke kamar mandi untuk mengambil gambar Siska yang
akan mandi.
“Aah, Ardi... malu ah… sana pergi!” kata Siska
sembari berusaha menutup pintu kamar mandi
setelah sadar aku mengambil gambarnya saat
sedang mandi.
“Ngapain mesti malu, kan seluruh tubuhmu sudah
aku lihat? Aku hanya ingin mengabadikan saat-saat
kita bersama, aku takut berpisah denganmu, Sis...”
kataku.
“Kok kamu ngomong seperti itu, Ar? Aku akan selalu
bersama kamu koq...” jawab Siska sembari mendekat
kepadaku dengan tubuh yang basah dan lalu
mencium bibirku lembut.
“Iya, aku percaya sama kamu... tapi boleh kan aku
mengambil gambarmu sekarang? Habisnya kamu
seperti bidadari dari kayangan lagi mandi, sayang
kan kalau tidak diabadikan? Hehe...” rayuku.
“Ok deh, kalau itu maumu… ambil yang bagus ya...”
jawab Siska.
“Oke... tapi kamu juga harus bergaya yang sexy donk.
Tenang aja, pasti ada bayarannya deh...” jawabku.
“Hah, ada bayaranya? Kamu jangan bercanda ah,
Ar... emang aku perempuan apaan pake dibayar
segala?!” jawab Siska sambil merengut. Uh, wajahnya
tambah menggemaskan sekali saat dia marah.
“Bukan itu maksudku... pokoknya kamu akan suka
deh... udah, kamu sekarang mandi yang bersih,
bersihin tuh peju di vaginamu... hehe.” jawabku
sambil terus kuarahkan camcorderku ke tubuhnya
yang telanjang.
“Ini kan gara-gara peju kamu, Ar... dasar!”
Akupun terus mengambil gambarnya sampai...
“Ar, ayo sini mandi sama-sama... sudah, taruh sana
camcordernya!” ajak Siska.
“Oke deh,” jawabku lalu kutaruh camcorderku di
tempat yang tepat agar tetap dapat mengambil
gambar, lalu akupun menyusul Siska mandi.
Setelah di dalam segera kupeluk dia dan kamipun
saling menggosokkan tubuh kami dengan sabun dan
saling membilas. Setelah bersih, Siska berjongkok di
depan kontolku dan memeganginya, lalu pelan tapi
pasti kontolku pun masuk ke dalam mulutnya dan
dengan lembut kontolku dihisap dan dijilat mulai
ujung kepalanya sampai dengan buah pelirnya,
semuanya habis disapu oleh lidah Siska.
“Ohh, Sis… kamu makin pintar aja… kamu bikin enak
kontolku... emang nggak takut disodok ya sama
pentunganku ini? Aahh...” rintihku keenakan sambil
kubelai-belai rambutnya yang basah, sementara
tanganku yang lainnya mengelus-elus punggungnya.
“Iya donk… ehm abisnya kontol kamu lebih enak dari
es krim sih… gede banget lagi… siapa yang takut?!
Eehhhmm... cup... cupp… sllruup!” jawab Siska sambil
terus mengemut kepala kontolku. Setelah sekian lama,
dia pun meminta kontolku agar dimasukkan ke dalam
liang vaginanya.
“Ar, masukin ya... aku dah nggak kuat nih… please,
entotin aku!” pinta Siska seperti merengek.
“Nggak ah, nggak mau... entar malam aja. Aku takut
suamimu dah bangun, lebih baik kita cepat-cepat,
kamu harus kembali secepatnya.” jawabku.
“Yah, nanggung donk… please, Ar, entotin aku sekali
lagi… please, perkosa aku!” rengek Siska.
Tapi rengekannya tetap tidak kugubris. Aku langsung
keluar dari kamar mandi meninggalkannya dan
segera mengeringkan tubuhku dengan handuk. Tak
lama Siska pun keluar dan kuberikan handukku
kepadanya. Selama menggunakan pakaian, kami tak
banyak bicara, sepertinya Siska agak kecewa dengan
keputusanku. Pikirku biar saja, aku ingin memberi
kejutan untuknya.
“Ar, aku pulang ya...” kata Siska, dia sudah rapi
kembali.
“Oke, baik-baik ya… aku sayang kamu, Sis...”
jawabku.
“Huh... kamu nggak sayang sama aku!” balasnya lalu
mencubitku dengan gemas dan langsung bergegas
menuju ke arah pintu dan pulang.
Dalam hati aku tertawa geli melihat tingkah pola
Siska yang sedang menahan bara nafsu birahi dalam
dirinya, sabar ya…
Setelah kurang lebih dua menit, akupun bergegas
keluar sambil membawa camcorderku dan menuju ke
arah pintu rumahnya. Kuketuk pintu rumahnya. Tak
lama muncul wajah dari balik tirai. Lewat mimiknya
aku memastikan Siska bertanya ada apa, lalu
kujawab dengan isyarat untuk membuka pintu. Tak
lama pintupun terbuka dan kulihat Siska hanya
menggunakan handuk pendek yang hanya bisa
menutupi payudara dan lubang vaginanya.
“Ada apa, Ar?” tanya Siska heran.
“Aku masih ada perlu sama kamu... suamimu masih
tidur?” tanyaku.
“Perlu apa? Dia masih tidur, sepertinya dia teler berat,
abisnya tadi malam aku kasih obat tidur cukup
banyak dalam minumannya. Ada apa sih?” jawab
Siska penasaran.
“Nggak, aku cuma mau nepati janjiku...” kataku
sambil kutuntun Siska menuju ke kamarnya dimana
suaminya sedang tergeletak tidur pulas sekali.
“Janji apaan sih, Ar?” tanya Siska bingung.
“Kan aku janji mau bayar kamu waktu jadi model di
kamar mandi... nah, ini bayarannya!” balasku lalu
segera kutarik handuk kecil itu dari tubuhnya
sehingga dia kembali telanjang bulat dihadapanku,
juga dihadapan suaminya yang tengah tertidur. Lalu
kutaruh camcorderku di tempat yang tepat untuk
merekam.
“Aiih... kamu nakal banget sih, Ar... jadi itu maksud
kamu, kenapa nggak bilang aja dari tadi?” balas
Siska manja.
“Surprise donk... hehehe.” balasku lalu dengan cepat
kubuka seluruh bajuku dan kamipun sama-sama
telanjang.
Segera kurebahkan tubuh Siska di samping Anton,
kami pun berciuman dan berpelukan dengan
ganasnya di samping tubuh Anton. Setelah
berciuman, perlahan kuturunkan ciumanku ke
lehernya, terus turun menuju payudaranya. Cukup
lama kuhisap kedua payudaranya dan Siskapun
mendesah, ia merintih dengan cukup keras tanpa
takut suaminya mendengar, gairahnya menggelegak
keluar seakan tak terbendung.
Pelan dan pasti ciumanku turun menuju perut dan
terus menuju ke vaginanya. Dengan lembut kucium
kedua pahanya dan Siskapun menggeliat-geliat
seperti ular, menikmati setiap ciumanku. Aku terdiam
sejenak memperhatikan vagina Siska yang sekarang
tepat berada di hadapanku. Siska bereaksi dengan
berusaha menutup vaginanya dengan telapak tangan
dan menjepitkan kakinya.
“Ah, Ardi, jangan... kotor tau... geli ah... sudah
masukin aja kontolmu, please...” rintihnya.
Tapi gerakannya dapat kutahan sehingga vaginanya
tetap terbuka di hadapanku. Bau vagina yang sangat
khas segera tercium di hidungku, begitu menggodaku.
“Kan tadi udah mandi... tenang aja, Sis... kamu pasti
suka.” jawabku.
“Nggak mau ah... jijik, Ar...” balas Siska.
“Ah, aku nggak jijik kok… kamu aja nggak jijik sama
kontolku... sekarang kamu merem aja, nikmati aja
ya… siap-siap...” balasku lalu segera kucium bibir
vaginanya dan terus merambat dengan dengan
membukanya lebar-lebar. Kulihat klitorisnya sudah
membesar, yang dengan lembut segera kujilat.
Siska yang baru pertama kali merasakan hal tersebut
pada vaginanya nampak seperti orang bingung, dia
mendesah tidak karuan menahan sensasi geli
bercampur nikmat yang menyerang lubang
vaginanya. “Ahh… uhh... uhh... Ar, aah… geli… uuh...
aduh, kamu apain memekku, Ar? Enak tau…”
rintihnya.
“Bener kan enak?!” jawabku sambil kuteruskan jilatan
lembutku pada bibir vaginanya.
“Ahh... uuh... Ar, kamu apain aku? Aaa... hhh… terus,
Ar... enak!” rintih Siska.
“Aku apain kamu? Coba kamu tanya Anton saja, lagi
diapain kamu sama aku... ayo tanya!” ledekku.
“Aaah… mas Anton, aku diapain sama Ardi, Mas?
Uuh... uuh... aah..” rintih Siska.
“Kamu tuh aku jilatin, Sis… bilang sana sama
suamimu!” lanjutku.
“Aah... mas Anton, memekku dijilati sama Ardi, Mas…
uuh... enak banget, Mas… mas Anton kok nggak
pernah jilatin memekku sih? Aah... hhh... uuh... Ardi
pinter banget jilatinnya, Mas… ssh…” rintih Siska
keenakan.
Aku terus menyerang liang senggamanya itu, sambil
tak lupa menyerang tonjolan buah dadanya dengan
meremas-remasnya lembut, hingga akhirnya...
“Aaah... Ar, aku nggak kuat… aku mau keluar… sssh...
uuh... aku keluar, Ar…” teriak Siska sambil tubuhnya
menekuk dan meregang karena orgasme.
“Nggak apa-apa, Sis… keluarin aja… enak kan?”
kataku sambil meneruskan jilatan.
“Sssh... enak banget, Ar… kamu pinter… ahh... ahh...
ahh...” jawab Siska disela-sela deru napasnya. Iapun
tergeletak lemas setelah menyemburkan cairan
cintanya.
Aku membiarkan Siska istirahat sejenak; aku
berbaring di samping kanannya, sedangkan tubuh
suaminya ada di sebelah kirinya. Setelah Siska bisa
menguasai diri, diapun bangkit untuk duduk. Lalu
tanpa diminta, dia langsung mengemut kontolku
dengan penuh nafsu, seakan ingin membalas
perlakuanku padanya barusan. Kubiarkan dia
memainkan kontolku sambil pelan kuraba-raba
payudara dan seluruh tubuhnya untuk
membangkitkan kembali gairahnya.
Setelah cukup lama dia bermain-main dengan
kontolku, segera kuminta dia untuk menungging
dengan kepala menghadap ke arah suaminya dan
dengan mantap kuarahkan kontolku ke lubang
vaginanya dan kutancapkan sedalam-dalamnya.
Siskapun menjerit saat kontol besarku masuk dan
dengan tekanan yang cukup cepat dan keras
menerobos lubang nikmatnya.
”Aaahh... Ar, pelan-pelan, Ar... sshh… aah…. kamu
apain aku, Ar? Sssh...” jeritnya.
“Ngapain kamu? Ahh... katanya kamu minta aku
entoti... hugh... hugh... katanya kamu minta aku
perkosa… sekarang aku perkosa kamu, Sis!” balasku
sambil kupacu kontolku dengan kecepatan tinggi dan
kutekan sedalam-dalamnya hingga terasa mentok di
rahimnya.
“Aah... sshh… iya, Ar ohh... please entoti aku…
perkosa aku, Ar…” Siska lalu menoleh kepada
suaminya dan berkata, ”Mas anton, aku dientoti Ardi
nih, sssh... aku diperkosa sama dia, Mas… sshh… aku
suka, Mas!” jeritnya.
Terus saja kupacu tubuhku seperti sedang
menunggang kuda pacuan sehingga tubuh Siska
yang montok menempel rata pada ranjang, hanya
pantat bulatnya saja yang begitu indah menungging
menikmati terjangan torpedoku.
Tak lama Siskapun menjerit menjemput orgasmenya,
“Aaah... Ar, aku keluar... sssh... terus, Ar, entotin aku!”
teriaknya.
Sekitar semenit kemudian kuterjang Siska dengan
posisi tersebut sebelum kucabut batang kontolku dan
kuangkat tubuhnya yang lemas. Kutempatkan Siska
di atas tubuhku, sementara aku duduk di tepian
ranjang. Tubuh Siska kupangku, kontolku kembali
kumasukkan ke dalam liang vaginanya. Dengan
posisi tersebut, sambil menggoyang, aku dapat
memainkan kedua payudaranya dan menghisap
putingnya sesuka hati.
Siska seperti sedang mengendarai kuda, tubuhnya
turun naik dan napasnya begitu berat. Kami pun
terus berpacu hingga akupun tak dapat menahan
orgasmeku.
“Aah... terus, Sis… uuh... mas Anton, istrimu pintar
sekali sih… uuh... udah cantik, sexy, montok, pinter
nyepong, enak banget lagi ngentotnya... uuh... aku
mau keluar, Sis!” rintihku.
“Ssh... ahh… aku juga mau keluar, Ar… tunggu aku…
ahh!” teriak Siska. Goyangannya menjadi semakin
cepat dan kuat, membuat kontolku jadi terasa dijepit-
jepit oleh lorong vaginanya. Nikmatnya sungguh tak
terlukiskan…
Tak lama kami pun menggapai puncak kenikmatan
secara bersama-sama. “Ahh Sis… aku keluar... terus
goyang, Sis…” jeritku sambil kupeluk tubuh sintalnya
dengan erat dan kubenamkan dalam-dalam kontolku
ke liang vaginanya.
“Aahh… aku juga, Ar… enak banget… shh…” balas
Siska.
Kamipun tergeletak lemas di ranjang dengan tubuh
yang masih berpelukan, sementara kedua alat
kelamin kami masih bersatu seakan tak ingin
berpisah. Kami berciuman sangat lama dan mesra
sekali. Setelah itu kami tertidur cukup lama, mungkin
sekitar 20 menit dengan posisi Siska berada di atas
tubuhku dan kelamin yang masih menyatu.
Saat tersadar, kami pun kembali berciuman dan
sungguh beruntung Anton ternyata masih tertidur.
Akupun segera beres-beres untuk pulang,
meninggalkan Siska yang melanjutkan tidur di
samping suaminya.

iisamu takeo di 11.50 (keterangan penulis sebelah)
 
Jadi dengan ini biar agak jelas juga biar TS yg sebelumnya bisa jelasin tidak hanya kopi terus buat dapatin pujian terus cendol ... Terus kabur..
 
akhirnya kelanjutannya dateng jg..
udah sampe kentang neh nungguin..
mantap dah..
wlopun copas kagak papa,, biar nambab koleksi di forum ini..
 
udah tamat kah yg ini??
masih penasaran tiap hari mantengin..
kok blm update jg yak..
 
Seperti yang ditulis dalam judul ini karya hasil copas jadi ya update tergantung dari sumber atau penulis aslinya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd