Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA SALAH SASARAN - Ipar-Iparku yang Ahhh... Sudahlah (NO SARA!)

CHAPTER 42


Apakah malam ini akan menjadi awal petualanganku dengan Nira, kakak iparku? Setelah kejadian pertama tadi, aku masih berposisi nyaman menggenggam tangannya?

Mari kita lihat….

“Ar?” Nira menggumam, lebih ke berbisik pelan. Serta sepasang mata indahnya bergerak pelan melihat ke arah tangan kami yang masih menyatu, masih bersentuhan selayaknya sedang berbagi rasa yang menimpa kami berdua.

“Nir, kamu tahu. Saya sudah mendambakan hal ini bisa terjadi, berdua bersamamu. Sungguh, kalo boleh mau jujur, saya amat sangat tersiksa setiap malam harus bermimpi denganmu.” kataku.

“Ta… tapi Ar?”

Baiklah. Karena melihat gesture darinya yang hanya menunjukkan sikap penolakan yang tak berarti bagiku, maka ku lanjutkan ke step berikutnya. Sekali lagi, ku ingatkan pada kalian, jangan pernah mempraktekkan apa yang kan ku lakukan ini jika kalian belum memastikan setiap detail gesture, kesempatan dan kesempitan lawan main kalian, jika tak ingin kena gampar nantinya. Oke? Mari kita lanjutkan.

Tanpa suara…

Tanpa kata….

Aku lantas sedikit mencondongkan wajahku ke arah wajahnya. Begitu wajahku semakin dekat, ku rasakan nafasnya mulai tertahan, kedua matanya perlahan terpejam dan bibirnya sedikit terbuka.

Yeah…!

Satu lagi yang jadi petunjuk kemenanganku kali ini, yaitu, akhwat satu ini, yang juga amat sangat ku dambakan bisa menyentuhunya, sudah sepenuhnya pasrah apa yang bakal ku lakukan. Bohong jika ia tak menyadari jika sebentar lagi, pria ini, yang sedang bersamanya di kamar hotel, akan menikmati keindahan yang ia miliki.

And then! Sebagai laki-laki sejati, tentu saja aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan selanjutnya.

Perlahan….

Amat sangat perlahan, wajah ini mulai bergerak maju.

Cup!

Ah….

Rasanya….

Sungguh, amat sangat sulit ku ungkapkan dengan narasi pendek maupun panjang. Di saat untuk kali pertamanya, kukecup bibir kakak iparku ini. Tapi tentu saja, hal yang kulakukan hanya mengecupnya secara pelan saja, mencoba merasakan sensasi bertemunya bibir kami. Mencicipi setiap milimeter bibir merahnya yang merekah.

Nira sendiri masih terpejam. Masih pasrah atas apa yang kan ku lakukan lagi padanya. Sambil tetap menggenggam tangannya erat kami berciuman di dalam kamar hotel ini.

Nira kelihatan benar-benar pasrah, nafasnya mulai tersengal. Begitu ku rasakan kepalanya agak dimiringkan, hatiku bersorak penuh kemenangan. Karena itu artinya, akhwat satu ini telah melakukan sedikit perlawanan terhadap bibirku yang telah menyentuh bibirnya. Dan yah! Ia membalas kecupanku.

Namun sedetik kemudian tampaknya ruang kesadarannya telah kembali, ia membuka matanya dan menarik kepalanya cepat, melepaskan bibirnya dari kecupanku. Dipalingkan wajahnya ke samping tak berani memandang mataku yang tetap menatapnya lembut.

“Sudah Ar jangan diteruskan, kita gak boleh begini. Ini salah Ar” Dari kata-katanya, tampak ia menyesali apa yang baru saja terjadi.

Apakah aku mengikutinya? Hoho! Tentu tidak. Sudah kepalang tanggung, bukan?

Di saat Nira bangkit berdiri, yang ku tebak sepertinya ia ingin meninggalkanku, maka aku yang tak pernah terbiasa menerima suatu penolakan, tak mau kehilangan momen ini. Seperti seekor Singa yang lapar, tak mau mangsanya lepas begitu saja, setidaknya untuk malam ini. Aku mulai bereaksi.

Masih dengan posisi duduk, ku raih pergelangan tangannya cepat dan menahannya untuk tidak pergi. “Ku mohon Nir, ku mohon, jangan pergi!” Ucapku lembut namun tegas.

Sesaat gerakannya terhenti. Perlahan aku bangkit berdiri, kurengkuh pinggangnya, kuputar tubuhnya sehingga kini ia berbalik menghadapku.

Tangan kiriku yang menggenggam tangan kanannya kukatupkan di dadaku. Posisi kami saling berhimpitan seperti orang yang berdansa.

“Please, Nir. Ku mohon jangan pergi meninggalkan saya” gumamku. Terdengar seperti nada penuh permohonan, dengan sangat lembut, nyaris berbisik.

Sedangkan sepasang mata ini, tak berpaling dari sepasang matanya. Kami bertatapan. Salah satu teknik untuk menaklukkan pasangan adalah, teruslah menatap ke dalam matanya, seakan-akan anda amat sangat mengerti kebutuhannya, serta, seolah kamu telah memberikan segenap hatimu padanya. Sama seperti yang ku lakukan, sama sekali tak ku biarkan matanya berpaling dari mataku.

Dan betul saja….

Perlahan, ku rasakan tubuhnya melunak, matanya sedikit sendu, mulutnya terbuka ingin mengatakan sesuatu.

“Ini… tid… mmmhhfff.” Belum juga Nira menyelesaikan kalimatnya, bibirku sudah mendarat kembali mencium bibirnya. Aku tetap menjaga agar serangan bibirku tidak agresif, tetap lembut namun mematikan.

Sempat ada penolakan dari tubuhnya yang sedikit meronta namun lemah saja. Terus ku lumat bibirnya dengan lembut sambil mataku tetap menatap matanya dalam-dalam, mencoba menembus kedalaman relung jiwanya. Tanganku pun tak tinggal diam. Kini punggungnya ku usap perlahan untuk meredakan ketegangan. Untuk meyakinkan padanya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Paling tidak untuk saat ini.

Nira mulai tenang, tubuhnya sepenuhnya pasrah dalam dekapanku. Ia mulai membalas kecupanku, seperti sebelumnya.

Betapa hati ini bersorak sekali lagi penuh kemenangan, di saat ku rasakan adanya kemajuan yang ku lakukan padanya. See? Kini, lidah kami sudah mulai bersilaturahmi ke rongga mulut masing-masing. Irama kecapan lidah kerap terdengar mengiringi kecupan kami. Ketika tubuh mulai menghangat, kegundahan hati seakan tersapu. Dua jiwa terasa melayang ke awang, ditingkahi suara hembusan AC dalam kamar yang makin membisu. Ahhhh, sepertinya pribahasaku tidak tepat untuk menggambarkan suasana malam ini, bersama dengan wanita yang telah sepenuhnya berada dalam penguasaanku.

Well!

Jika sudah seperti ini….

Jika sudah mendapatkan perlawanan dari kakak iparku saat semakin ku jelajahi rongga kedalaman mulutnya dengan lidahku, maka dapat ku simpulkan, jika malam ini tampaknya akan menjadi malam yang panjang.




Aku tidak mengendurkan ciumanku pada bibir Nira, walau ku akui, Ia agak kaku membalas serangan bibirku. Entah belum berpengalaman, jarang disentuh (baca : dicium) atau karena masih ada setitik keraguan dengan apa yang tengah dilakukannya bersamaku malam ini. Namun ketika nafsu sudah berbicara, gairah menguasai sukma, sedikit ketidaksempurnaan, tak mengapa.

Kota Balikpapan, di kamar hotel, udara dari hembusan AC makin terasa dingin, tapi tidak dengan tubuh kami. Di salah satu kamar yang bernomorkan 44 ini, kan menjadi saksi awal perselingkuhan kami.

Yeah!

Of Course…..

Dan kini, kedua tanganku mulai merengkuh erat pinggang Nira. Menghimpitkan tubuhnya padaku. Menjalarkan hangat tubuh meski masih terlapiskan dengan kain masing-masing.

Tak mau kalah, kedua tangan Nira merengkuh tengkuk dan kepalaku, menahannya agar aku tetap mencumbunya. Pandangan matanya kian syahdu, deru nafasnya memburu. Kini ku tahu, birahinya mulai terpicu. Malam ini tubuh indahnya sepenuhnya akan jadi milikku.

Aku mengendurkan ciumanku, lalu melepaskan pertautan bibir kami. Dengan isyarat mata dan sedikit gerakan kepala, aku memberikan kode untuk beranjak ke ranjang.

Tanggapan Nira?

Mengangguk.

Itu tandanya, legalitas penuh telah aku dapatkan darinya. Legalitas untuk mencicipi tubuh kakak iparku ini yang selama ini aku dambakan, serta, ia pun mendambakan sentuhan pria lain, yang juga tak pernah lagi ia dapatkan dari sang suami.

Jika sudah begitu….

Tak ada lagi kesempatan baginya untuk lari. Aku akan memastikan, jika malam ini, kan ku ajak engkau wahai kakak iparku sayang menuju ke nirwana yang sesungguhnya.

Kejadian selanjutnya….! Pelan. Amat sangat pelan, hingga dengan lembut pula ku ajak ia untuk segera menuju ke ranjang pengantin semalam kami.

Setelah tiba di ranjang, ku biarkan ia duduk di tepi. Sedangkan aku, berjongkok di hadapannya, masih menggenggam tangannya.

Selanjutnya…..


Cup…!

Ku kecup lembut punggung tangannya. Ketika masih ku tempelkan bibir ini, terdengar suara desahan lembut dari Nira.

Ku angkat wajahku, ku lihat Nira memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya. Ku kecup lagi tangannya, dan kali ini ku tambahkan gerakan menggigit kecil.

Cuppp……!

Sekali lagi, dia mendesah. Kali ini ku jilat-jilat ringan tangannya.

Baiklah Nira. Kini waktunya kita maju ke tahap selanjutnya.

Aku pun berdiri, sesaat ku kecup ringan keningnya. Dan ku rebahkan ia dengan penuh kelembutan di atas ranjang empuk. Setelah itu, aku menciumnya kembali. Lebih ganas dari sebelumnya.

Tapi… Kejadian itu tak berlangsung lama. Hanya singkat saja, karena Nira segera melepaskan bibirnya untuk sekedar berucap, “Ahhhh Ar…. apa ini? Ke… kenapa bisa sampai seperti ini”

Aku tersenyum menyeringai di luar jangkauan sepasang matanya itu. Rupanya masih ada saja tertinggal keraguan dalam dirinya, tapi itu tak berarti bagiku.

Kemudian, ku dekatkan wajahku ke sisi samping kepalanya sesaat, ku bisikkan, “Nikmatilah Asnira-ku sayang… kamu akan amat sangat menyesal jika kamu menolak apa yang akan kita lakukan malam ini. Percaya denganku, setelah hari ini, hidupmu akan semakin berwarna.”

“Tapi Ar…. in… ini Dosa Ar…”

Ku tatap matanya.

“Nikmatilah.” gumamku. “Bukankah kita berdua sudah sejauh ini, bukankah apa yang kita lakukan saat ini sudah kategori Dosa? Jadi… mari kita sekalian membasahi diri ini dengan dosa sepenuhnya, biar nanti, setelah kamu menikmati apa yang kan ku berikan padamu. Kita berdua bisa bertaubat.”

Nira menatap mataku dalam dan lembut.

“Izinkan saya…. menyentuhmu, kakak iparku sayang?”

Dan jenak berikutnya, anggukkan kepalanya yang pelan itu, menunjukkan jika gerbang pertahanannya pun telah terbuka lebar untukku.

Ku ingin terbang bebas ke Nirwana bersamamu, wahai Asnira sayang. Kan ku buktikan padamu, jika jauh lebih nikmat real kodir daripada hanya sekedar fotonya saja. Hohoho….!


BERSAMBUNG CHAPTER 43
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd