Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sambungan Enam

Karena memang waktu itu sudah sempet buat sambungannya tapi belum sempet diposting, jadi saya posting aja sekarang satu-satu.
========================================================================

“Yu, maaf banget, ka Revi mau nanya, jangan punya pikiran aneh-aneh dulu ya, maaf pisan, apa Ayu suka cerita-cerita ke Nuning, maksudnya, ya itu, terutama soal yang gitu.”

“Hehe, soal kemarin ya ka? Engga ko. Palingan tentang Ayu sendiri, ya, mungkin juga soal kemarin bakal ceritain. Tapi sepertinya ga boleh ya?”

“Iya, jangan ya. Ka Revi ga ingin Nuning ampe tau, apalagi ka Rian. Ka Revi malu.”

“Hehehe, santey aja kak. Kalo ka Revi minta Ayu ga bilang-bilang, ya Ayu juga bakalan diem. Dan ayu juga sekalian minta maaf ya, gara-gara Ayu kemarin, ka Revi jadi kebawa-bawa.”

“Hehe, ya atuh, kalo gitu mah, ma kasih. Soal kemaren juga gak usah dibahas lagi, lagian mau apa lagi, da udah kejadian.
Yasud atuh ya, ka Revi mau masuk lagi. Kamu juga mau nerusin yang kepotong kan? Hehehe, itu kancing baju kebuka dan sepertinya kamu dah pake BH, hihihihi.”

“Hahaha, ka Revi bisa aja, ka Revi juga sama kan, kepotong, soalnya desahan ka Revi itu kedengeran ampe sebelah, hahaha.”

“Iya ya? Hahaha, ya gapapa lah, beramal. Yu ah, ampe tar melem ya.”

“Ya ka.”
========================================================================

“Udah ngobrolnya?” Tanya Reza pas Revi masuk ke kamar.

“Udah, dah beres ko.” Jawab Revi.

“Emang masalah apa sih? Serius amat sepertinya.”

“Biasa sayang, masalah perempuan. Ya gitu deh.”

“Ya sud, nah, sekarang saya mau nagih janji, sini.” Reza kemudian menarik Revi dalam pelukannya. Dilumatnya bibir tipis Revi yang seksi dan lembut itu. “Mmmmphh, slrpp, slrpppp, ahhhhhh…” Mereka beradu lidah, saling menggigit bibir dan bertukar luda. Lumayan lama mereka berciuman sambil berdiri, hingga Reza mengarahkan kepala Revi menuju arah penisnya. “Ayo, isep kontol saya Vi, ahhhhh, bibir kamu memang nikmat.”

Revi menjilati kepala penis Reza, batangnya, turun ke buah zakarnya, menjilati seluruh bagian yang menggantung di sana. Menjilati selangkangan Reza hingga membuat Reza melenguh keenakan untuk kemudian kembali menjilati batang Reza, kemudian kembali memasukan penis itu ke dalam mulutnya yang mungil.
Reza kemudian memegang bagian belakang kepala Revi, lalu memasukkan seluruh kemaluannya ke dalam mulut Revi. “Gaaggghhhhhh, gahhh. Puuhhh.” Lama penisnya berada di dalam mulut Revi, hingga keluar air liur dari sela-sela mulut yang indah itu. Dikeluarkan, kemudian dihujamkan lagi sedalam-dalamnya, terus dan terus, hingga basah sudah kerudung Revi oleh air liurnya sendiri.

“Gagggh, gaghhhh, gahgg, ahhh, slurpp, ah….” Desahan dan suara tercekiknya tenggorokan Revi oleh penis, bercampur dengan suara kenikmatan yang keluar dari mulut Reza. “Anjing, enak banget Vi, aahhhhhh, enak banget sayang, mulut, aahh, kamu emang, hah, enakk.”

Reza menyudahi permainannya pada mulut Revi, mearik badannya, dan meloloskan baju Revi, hingga kini Revi bertelanjang dada, hanya kerudung dan celananya yang masih digunakan. “Tiduran say.”

Revi hanya bisa mengikuti. Reza kemudian mengarahkan penisnya ke arah dada Revi, “Jepit, nah gitu.” Dia memaju mundurkan penisnya pada dada Revi.”Basahin dikit pake ludah sayang.” Revi pun mengikutinya, kemudian kembali penis itu dimaju mundurkan, hingga “Aaaaahhhhhh.” Reza melenguh panjang, dan menyemprotkan air maninya ke wajah Revi. “Bersihin kontol nya Vi.” Kemudian Revi membersihkan sisa-sisa air mani yang masih ada di kepala penis Reza.

“Udah?” Tanya Revi.
“Udah, ronde 1, hehehe.”
“Ih, dasar, terus, gimana lagi?”
“Buka bajunya sayang, saya mau gesek-gesek kontol ke memek kamu, pasti udah basah juga kan?”
“Udah.” Jawab Revi sambil melucuti sisa pakaian yang masih terpasang. Reza pun sama, membuka seluruh pakaiannya.

Selanjutnya bisa ditebak, mereka mulai berpelukan, bergumul, saling menggesekan alat kelamin mereka. Reza juga memegang penisnha kemudian menggesek-gesekan kepalanya pada belahan vagina Revi.

“Memek kamu udah basah banget Vi, anjing, enak banget, masukin ya?”
“Gak boleh, ahhhh, geli banget.”
“Yakinnnhh?”
“Iya, ini buaat nanti, kalo dahh nikaahh, ahhh Reza, enak banget.”
“Enak sayang?”
“Iya, banget, nah, gituu, ahhh, bentar lagiiiii dapet, aaahhhhh.” Badan Revi mengejang, orgasme. Tapi Reza belum selesai, diangkatnya kedua kaki Revi, disimpan di bahunya, penisnya kembali disimpan di antara belahan vagina Revi, dan kembali dia gesek-gesekkan.
“Ahhhhh, geli sayang, punya aku geli banget.”
Reza yang bertambah semangat mendengar desahan Revi kemudian menempelkan jempolnya di ujung kemaluan Revi, mencari clitorisnya, sambil tetap menggesek dan menekankan pernisnya pada vagina Revi, dia pula menggesekkan ibu jarinya pada clitoris Revi.
“Ahhh, aaargrgrggghh, diapain itu punya aku? Ahhh, Rezaaaaaaaa, aku mau pipis, ahhh, jangan mainin itu disitu. Gak kuat.”
Terang saja Reza tidak akan berhenti, yang ada malah semakin bersemangat dia memainkan vagina Revi. “Cuih.” Dia meludahi vagina Revi, masih pada posisi yang sama, kedua kaki Revi disimpan pada pundaknya, kembali dia menggesekkan penisnya. Ibu jarinya kini bukan hanya menggesek, tapi sesekali masuk sedikit ke dalam vagina Revi, hingga, “Ahhhhh, Rezaaaaaaa, ahhhhh.” Revi kembali merasakan orgasme, tapi kali ini disertai sesuatu keluar dari lubang kencingnya, ya, Revi pipis, lumayan kencang. Reza sempat kaget. “Anjing, kamu squirt sayang, seksi bangethhh, aaahhhh.” Dan beberapa saat kemudian, “Crottt.” Air maninya kembali muncrat, membasahi perut Revi.
============================================================

Ima duduk memandangi foto-foto yang ada pada galeri HP nya, foto-foto kebersamaan dia bersama mas Gio. Rasa rindu meresapi semua sel dalam dirinya. Tapi apakah dia masih berhak untuk merindu? Dia takut, jika mas Gio tahu apa yang terjadi, apakah mas Gio masih bisa menerima dia apa adanya?

Kemudian Ima membuka aplikasi pesan, kemudian mulai mengetik. “Mas, kangen.” lalu mengirimnya.
Beberapa menit telah berlalu, namun pesan tak kunjung dibaca.

Ima merasa kesepian, tidak ada mas Gio, dan tidak ada Bima. Biasanya Bimas mau menemaninya jika dia sedang merasa sepi atau rindu. Bima biasanya mengeluarkan sisi jahatnya jika mereka sedang berduaan tanpa kehadiran orang lain, tapi terkadang, jika sedang berdua pun mereka menghabiskan waktu selayaknya sepasang kekasih. Saling memadu kasih, bercerita, mendengarkan dan berbagi kelembutan.

Entah keberanian dari mana, Ima menekan kontak Bima, lalu menekan tombol call..
============================================================

Reza keluar dari kamar, ingin merokok sebentar, di dalam kamar Revi masih beristirahat. Dan tidak suka kalau Reza sudah mulai merokok.

Melangkah melewati kamar Joni dia melihat pintunya terbuka, iseng dia menengok ke dalam, di sana dia melihat Ayu yang sedang berpakaian, sempat terlihat dadanya yang terbungkus BH.

“Yu, Joni ke mana?”
“Eh, ngagetin aja ka. Ka Joni keluar dulu, ke ATM, lupa ngambil duit tadi cenah.”

“Abis berapa ronde Yu tadi? Hahaha.”
“Ih, ga sopan banget nanya nya, lah, ka Reza sendiri, berapa ronde?”
“Heh, jawab pertanyaan tadi, ini mah malah bales nanya. Dasar. Dua ronde.”
“He, cuman satu ronde. Ka Joni nya kecapean kali.”

“Oya Yu, ka Revi tadi bahas masalah apa?”
“Oh, tadi, ka Revi bilang, jangna cerita-cerita soal kemarin atau soal kejadian lain ke Nuning.”
“Nuning siapa? Temen kamu?”
“Iya ka, itu, yang ka Reza ama ka Joni titip salam, nyebelin banget deh, apalagi ka Joni, udah tau ada Ayu juga disitu.”
“Oooh si cantik. Emang kenapa?”
“Iya, soalnya ternyata, Nuning itu pacaran ama temennya ka Revi, siapa ya namana teh, Rian kalo ga salah.”
“Hah, Rian? Yakin kamu Yu?”
“Yakin, emang kenapa ka?”
“Gak, eh, jangan bilang-bilang ama ka Revi kalo kita ngobrol masalah ini ya. Rahasia okeh.”
“Ih kalian, ga yang cewe ga yang cowo, sama-sama ngelarang Ayu cerita. Iya deh. Tapi ada upahnya ga?”
“Ada.”
“Apa?”
“Satu ronde, mau?”
“Idih, amit-amit.”
============================================================

Bima mengendarai motornya dengan cepat, tujuannya adalah rumah Ima, tadi dia mendapatkan pesan dari Ima, jika Ima ingin ngobrol, ada sesuatu yang ingin dibicarakan, katanya.

Perasaan Bima saat ini tak menentu, kira-kira, apa yang akan Ima katakan nanti. Dan rasa rindunya akan Ima lah yang memutuskan Bima untuk datang, walaupun apa yang terjadi, lagipula, kemarin dia gagal mendapatkan maaf dari Ima.
============================================================

“Ka, jujur aja ama Nuning, udah sejauh apa ka Rian ama ka Revi.”
“Jujur giaman de?”
“Ya jujur, kalian udah ampe tidur bareng?”
“Belum de, eh, gak pernah.”
“Sok atuh, udah ampe mana?”
Rian akhirnya menceritakan hubungan dia dan Revi, tidak seluruhnya, dan tidak melibatkan hingga telanjang bulat.

“Kak Rian masih ada rasa ama ka Revi?”
“Hmmm, jujur De, rasa sih masih ada, tapi udah kesimpen jauh di dalam, karena selama ka Rian masih bisa mengingat, rasa itu bakal ada, kecuali kalo tiba-tiba ka Rian ilang ingatan.”

“Hmmm, jadi ka Rian harus ilang ingatan dulu untuk bisa ngilangin rasa itu? Bener?”

“Ya gak gitu juga De.” Rian kemudian memandang tangan Nuning, yang saat ini memegang ulekan batu. Memang ketika Rian datang ke rumah Nuning dia sedang membantu ibunya di dapur. “Eta mutu jangan digunakan untuk yang tidak-tidak.”

“Apa? Ini?” Jawab Nuning sambil mengacungkan ulekan batu.
“Hehe, iya. Ning, beneran deh, ka Rian mah dah gak akan liat ke masa lalu lagi. Masa depan ka Rian kan dah ada Nuning. Jadi, stop ngambeknya ya? Ga cape apa ngambek mulu?”

“Engak, pokoknya Nuning ga mau kalo ka Rian ada apa-apa lagi ama ka Revi.”
“Iya, gak akan Nuning cantik. Percaya deh ke ka Rian.”

“Percaya mah ka gusti pangeran nu agung, bukan ke ka Rian. Dah ah, Nuning mau terusin bantu ibu, jug, ka Rian mah pulang gih.”

“Jiah, di usir, yasud, ka Rian ke kostan dulu. Tapi udah ya marahnya?”
“Iya iya, sana pergi.”
============================================================
Di kamarnya, Rian tersenyum sendiri, masalah dengan Nuning beres, kemarin dia keceplosan soal dada Revi. Dada yang bulat dan empuk. Dada Nuning tidak sebesar dada Revi, tangan Rian secara refleks membandingkan antara dada Nuning dan dada Revi berdasarkan apa yang masih dia ingat.

Dan penjelasan tadi, Rian berbohong, soal belum sampe buka-bukaan. “Ya ga papa lah, kumaha engke.” Pikirannya. Gimana nanti.

“Revi, lagi ngapain dia ya? Pacaran? Pacarannya kaya gimana?”
Malas berpikir soal itu, Rian kemudian mengambil HP nya, kemudian bermain game.
============================================================

Udin kembali menggosok kedua matanya, apa yang dia lihat benar-benar tidak dapat dipercaya. Bagaimana tidak, dia melihat Bima dan Ima, bergandengan tangan, bahkan kepala Ima disandarkan ke pundak Bima.
Permasalahannya bukan itu, mereka berjalan masuk ke dalam lobi sebuah hotel. Berdua.

Bersambung.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd