Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

SANG JANDA

begawan_cinta

Guru Semprot
Daftar
27 Oct 2023
Post
618
Like diterima
10.807
Bimabet
Sang Janda



SINTA terpaksa harus menelan pil pahit itu. Pernikahannya dengan Bahtiar hanya bertahan sampai dua tahun. Untung mereka belum punya anak sehingga beban Sinta menjadi lebih ringan ketika ia harus pulang dan tinggal bersama dengan kedua orangtuanya lagi melepaskan segala kenangan manis yang pernah ditorehnya dengan Bahtiar.

Tidak ada seorang pun yang tahu kenapa Sinta bercerai dengan Bahtiar, termasuk kedua orangtuanya. Kedua orangtua Sinta menerima kembali anaknya yang malang ini dengan tangan terbuka. Habis, bisa berbuat apa mereka, meskipun hati mereka terluka dan sedih karena rumah tangga anaknya yang hanya seumur jagung itu hancur berantakan, bagaikan sebuah piring keramik yang jatuh ke lantai dan pecah.

Sinta kembali menempati bekas kamarnya semasa dulu ia masih gadis. Tidak ada yang berubah di kamar Sinta. Yang berubah hanya dirinya, sudah tidak perawan, bahkan sudah menjadi janda. Tetapi Sinta tidak menyadari jika sekembalinya ia tinggal di rumahnya gerak geriknya selalu diperhatikan oleh seseorang.

Sinta kalau bangun tidur pagi-pagi ia tidak mengganti pakaian tidurnya yang tipis dan tembus pandang itu dengan pakaian yang lebih sopan. Malahan ia juga tidak memakai BH sehingga dari pakaian tidur tipisnya tersebut timbul pemandangan yang sangat indah sampai membuat detak jantung Hermanto menjadi tidak normal setiap pagi.

Hermanto adalah ayah dari Sinta. Akibatnya Hermanto selalu menunggu Sinta bangun pagi setiap hari untuk menikmati indahnya lekak lekuk tubuh Sinta yang terpancar keluar dari pakaian tidurnya. Buah dada Sinta yang sekal, namun tidak terlalu besar tapi bulat dan kencang sungguh sangat menggugah gairah setiap laki-laki yang memandanginya, termasuk Hermanto, ayah dari Sinta. Putingnya yang seperti butiran mutiara hitam dari Tahiti itu berdiri mencuat dikelilingi oleh aerola yang luas berwarna coklat mengajak tangan laki-laki untuk memelintirnya.

Belum lagi Sinta selesai mandi, Sinta menggunakan handuk pendek keluar dari kamar mandi menjemur BH dan celana dalamnya. Penis Hermanto seperti memberontak tak sabar hendak keluar dari celananya ketika ia melihat punggung Sinta yang licin dan pahanya yang mulus minta dielus itu.

Efeknya adalah apabila Sinta sudah berangkat pergi bekerja, secara sembunyi-sembunyi Hermanto akan masuk ke dalam kamar Sinta mencari BH atau celana dalam Sinta untuk menuntaskan birahinya yang tertunda. Ketika Sinta memakai celana dalam atau BH-nya itu Hermanto akan membayangkan penisnya menempel di vagina atau di payudara Sinta.

Pagi hari itu Hermanto bangun, Miranda yang sedang sibuk bikin kue karena ada pesanan dari tetangganya menyuruh Hermanto, "Pa, tolong ambilin panci di kamar Sinta dong," suruh Miranda setelah Hermanto keluar dari kamar mandi selesai mencuci muka, kencing dan sikat gigi.

"Saya mana berani masuk ke kamar Sinta Ma, Sinta belum bangun, Mama saja yang ngambil sendiri." balas Hermanto.

"Nggak apa-apa, Papa aja, tangan Mama lagi belepotan tepung begini. Pancinya ada di atas lemari, tinggal diambil, nggak mengganggu Sinta tidur kok."

Hermanto memang segan masuk ke kamar Sinta kalau Sinta ada di kamarnya, tetapi kalau Sinta tidak ada, Hermanto tau Sinta punya BH dan celana dalam warna apa, modelnya apa, berapa banyak, Hermanto hafal di luar kepala.

"Sinta~~~," panggil Hermanto mengetuk pintu kamar Sinta pelan-pelan.

Tidak ada jawaban dari dalam, lalu Hermanto membuka pintu yang tidak dikunci itu. Aggghh~~~ Hermanto seketika terperangah kaget! Saking kagetnya sampai-sampai pintu kamar Sinta yang masih dipegang Hermanto ikut bergetar hebat, sebab di tempat tidur terlihat oleh Hermanto sesosok tubuh wanita yang sedang tergeletak bertelanjang bulat. Full screen tanpa penghalang dan tanpa embel-embel apapun!

Kedua tangan Sinta telentang sementara kakinya mengangkang lebar seperti orang yang mau melahirkan. Namun ketika Hermanto membayangkan bahwa kesempaan ini adalah kesempatan yang terbaik baginya untuk menikmati tubuh anaknya yang sudah janda ini secara utuh, buru-buru ia pergi ke kamar menyambar hapenya.

Hermanto mendekati Sinta dan memandang Sinta yang tertidur pulas dengan mulut celangap itu. Sinta tidur sangat nyenyak. Vaginanya yang membujur ke bawah dengan bibir mayoranya yang sedikit terjulur keluar terlihat dengan sangat jelas dan merangsang syahwat Hermanto untuk merabanya karena di pubis Sinta itu hanya tumbuh sedikit bulu hitam.

Hermanto langsung membikin video utuh tubuh telanjang Sinta dengan kamera hapenya. Tidak ada sudut yang terlepas dari lensa kamera Hermanto terutama vagina dan payudara Sinta yang dijadikan fokus utama oleh Hermanto, bahkan Hermanto berani membuka lebar bibir vagina Sinta dengan jarinya untuk di closeup isi vaginanya.

Setelah itu Hermanto juga mencium vagina Sinta dan dikeluarkannya penisnya yang mengacung tegang dari celananya lalu digesek-gesekkannya kepala penisnya yang bulat merah meradang itu ke belahan vagina Sinta. Sinta tertidur pulas tidak merasakan apapun yang dilakukan oleh Papanya terhadap tubuhnya yang boleh dibilang sexy itu.

Hermanto kemudian baru mengambil panci pesanan Miranda di atas lemari. Secepatnya ia berlalu dari kamar Sinta dengan menutup kembali pintu kamar Sinta secara perlahan-lahan.

"Ngapain sih Papa ini tiba-tiba horny, Mama lagi sibuk begini, sudah nggak tahan apa?" kata Miranda ketika payudaranya yang tidak pakai BH itu dicengkeram tangan Hermanto dari belakang.

"Nanti Papa ceritakan, sekarang kita ngentot dulu," jawab Hermanto tak sabar segera mempelorotkan celana santai Miranda dari belakang.

"Papa! Aduhhh~~~ kayak masih muda aja ya Papa ini, sebentar lagi Auriel bangun Pa, jangan Pa~~~ oooo~~ Papp~~~ pahhh~~ mmmhhahh~~~"

Miranda berteiak menolak, tapi ketika anusnya dijilat oleh Hermanto, Miranda mendesah keenakan dan mendongakkan pantatnya biar lidah suaminya itu gampang menelusuri sampai ke vaginanya sementara Miranda menghentikan mengadoni bahan kuenya dan kedua tangannya yang belepotan tepung itu langsung berpegangan kuat-kuat pada tepi meja menahan nikmat dari lubang anusnya yang sedang dipompa penis Hermanto yang keras dan garang.

"Ohhh~~~ Pappp~~~ Papp~~ pahhh~~~ ohhh~~~ shhhh~~~ aihhhahhh~~~" desis Miranda merasa kenikmatan di tubuhnya semakin meningkat bersamaan dengan penis Hermanto yang terasa semakin keras memompa lubang anusnya yang sudah sering dipompa oleh Hermanto.

"Aaaooogggghh~~~ Mirandaaaa~~~ nikmatnya anusmuuuu~~~" teriak Hermanto melepaskan tembakan air maninya yang kencang di dalam anus istrinya.

CUSSSS~~~~ CROOTTT~~~ CUUSSS~~~~ CUSSS~~~ CUSSS~~~

Banyak, semprotan air mani Hermanto. Miranda bisa merasakan saluran anusnya penuh sesak sampai menggelembung seperti balon. Setelah menumpahkan air maninya, Hermanto hanya bisa terkulai lemas di punggung Miranda. Miranda juga seperti terbang melayang ke angkasa dengan napas tersengal-sengal.

Sewaktu Hermanto mencabut penisnya, air maninya muncrat dari lubang anus Miranda yang bolong itu ke lantai. "Maaf ya Ma," kata Hermanto memeluk Miranda dengan mesra dari belakang. "Tadi Papa masuk ke kamar Sinta, Papa melihat anak kita tidur telanjang bulat."

"Kasihan ya Pa, anak kita~~~ mudah-mudahan ia cepat dapat jodoh lagi~~~" jawab Miranda.

"Iya Ma, terima kasih ya, Mama sudah memberikan kepuasan yang paling nikmat sedunia pada Papa, mudah-mudahan Mama juga puas." balas Hermanto mencium pipi istrinya, mencium leher istrinya dan mencium telinga istrinya, tapi yang ada di dalam benak Hermanto bukan Miranda, melainkan Sinta yang telanjang bulat itu.


-- oooOooo --

Hermanto benar-benar menikmati video yang dibuatnya itu, tidak pagi, tidak siang, dan tidak malam sambil ditemani oleh BH dan celana dalam Sinta.

Hermanto tidak menyangka dan seperti ia sedang bermimpi basah saja ketika ia menonton video tubuh Sinta yang telanjang bulat tersebut. Coba saja kalau ia menolak permintaan Miranda, sampai nanti datang kiamat pun ia tidak akan dapat melihat tubuh anaknya yang sudah janda ini telanjang bulat. Tubuh yang benar-benar merangsang syahwatnya.

Miranda pula yang menjadi korban kebuasan syahwat Hermanto yang seperti tidak puas-puasnya menyetubuhi Miranda. Miranda dan Hermanto memang masih giat melakukan hubungan seks sebelum Hermanto mendapatkan video porno itu.

Mereka tidak hanya melakukan hubungan seks satu arah saja, yaitu hanya melalui vagina, tetapi dua arah, yaitu melalui hubungan vagina dan hubungan anus. Miranda menyukainya karena kata Miranda hubungan melalui anus itu, lebih nikmat dan lebih mantap.

Miranda berumur 48 tahun, cantik bertubuh bahenol, pantatnya besar dan payudaranya montok, sedangkan Hermanto berusia 51 tahun, tubuhnya atletis dan mempunyai ukuran senjata 16 sentimeter. Mereka dikaruniai 3 orang anak masing-masing; Taulani 28 tahun, Sinta 26 tahun dan Auriel 20 tahun.

Taulani sudah punya istri dan istri Taulani sedang hamil besar mungkin seminggu atau 2 minggu lagi akan melahirkan. Miranda harus pergi mengurus cucunya karena Taulani tidak mau memakai baby sitter.

Kepergian Miranda ke rumah Taulani, membuat Hermanto merdeka sebab ia bisa bebas berdua saja dengan Sinta di rumah. Tidak ada orang yang mengganggu karena Auriel kuliah, jarang pulang ke rumah dari kostnya. Sedangkan Miranda akan pulang ke rumahnya seminggu sekali untuk menunaikan tugasnya menjinakkan penis Hermanto.

Miranda sudah janjian dengan Hermanto supaya minta dijemput pada hari Sabtu siang supaya ia bisa service penis Hermanto pada malam harinya, setelah itu ia akan kembali ke rumah Taulani pada hari minggu siang.


Mulailah Hermanto melakukan aksinya menggoda Sinta. Pulang kerja Hermanto sengaja duduk nonton televisi hanya memakai celana dalam sambil menunggu Sinta pulang kerja dengan ditemani segelas kopi instan. Sinta bekerja di sebuah outlet tas wanita yang berjualan di sebuah mall besar.

Ternyata Sinta tidak sempat lagi memperhatikan Papanya sejak Miranda berada di rumah Taulani. Sinta terlalu capek karena ia harus menggantikan Mamanya mengurus rumah, mencuci pakaian Papanya, mencuci pakaian Auriel jika Auriel berada di rumah dan pakaiannya sendiri. Belum lagi menyapu rumah, semuanya dikerjakannya sendiri, sehingga pulang kerja, habis mandi, ia langsung tidur. Pakaian kerjanya dionggokannya begitu saja di lantai kamar mandi biar besok pagi baru dicuci.

Yang beruntung adalah Hermanto. Sewaktu Hermanto masuk ke kamar mandi hendak mandi, ia menemukan seonggok pakaian Sinta di lantai kamar mandi, Hermanto langsung senang bukan alang kepalang. Apalagi dipegangnya BH dan celana dalam Sinta yang masih dalam keadaan hangat, lalu segera dihantarkannya ke hidungnya.

Hmmm~~~ bau kedua "barang antik" milik Sinta tersebut benar-benar masih fresh, sama seperti Hermanto mencium payudara dan vagina Sinta.

Apalagi di celana dalam Sinta melekat lendir yang keluar dari vagina Sinta, betapa wanginya lendir vagina Sinta itu. Hidung Hermanto menyedot kuat- kuat, sehingga penisnya yang mengacung tegang hanya dipegang saja air maninya sudah muncrat ke dinding kamar mandi.

Hermanto semakin penasaran dengan Sinta. Kali ini Hermanto pura-pura ketiduran di sofa. Penisnya ia keluarkan dari bagian pinggir celana dalamnya dan televisi ia nyalakan. Kopi juga tidak dihabiskannya, tetapi ditinggalkannya setengah gelas supaya nanti Sinta pulang kerja, Sinta melihatnya benar-benar ia ketiduran.



bersambung...
 
Pertamax ahh...fresh from oven..maturtengkyu suhu..
 
Jam 19:45 Hermanto melihat jam tangannya, Sinta membuka pintu rumah dengan kunci yang dibawanya sendiri. Sinta masuk ke rumah dan pintu dikuncinya kembali.

"Pah~~~ sudah makan, Pah?" seru Sinta.

Tidak ada jawaban. Sinta meletakkan tasnya di kursi yang berada di ruang tamu, "Pah~~~" panggilnya lagi. Apa tidur ya, tanya Sinta dalam hati lalu ia membawa sepatunya ke rak sepatu yang terletak di pojok ruang keluarga dengan bertelanjang kaki.

Jantung Hermanto berdebar-debar karena sebentar lagi Sinta akan mendekati sofa tempatnya sedang berbaring. "Addduhhh~~~ Papaaahh~~~!!!" seru Sinta ketika ia melihat Papanya tertidur di sofa dengan "burung" yang keluar dari celana Papanya. "Bagaimana sih Papah ini tidurnya~~~?" kata Sinta gelisah dan buru-buru ia pergi ke rak sepatu menaruh sepatunya.

Jika ia tidak membangunkan Papanya, bagaimana nanti kalau tiba-tiba Auriel pulang dan melihat Papanya dalam keadaan begini? Kalau dibangunkan, nanti Papanya jadi malu. Buat Sinta sih nggak ada masalah, soalnya ia sudah pernah punya suami, bukan gadis lagi. Lalu Sinta memutuskan membangunkan Papanya.

"Pah~~~ bangun, Pah!" panggil Sinta berdiri di dekat Hermanto.

"Oo~~~ mmm~~~" Hermanto menggeliat, tapi tidak membuka matanya.

"Pah, Papah mau makan apa, Sinta mau pesan nih~~~"

"Kok kamu cepat pulang, Ma~~~"

"Aduhhh~~~ nih Papah, ngelantur deh~~~"

Lalu Sinta menurunkan tubuhnya memeluk Papanya di sofa. "Ini Sinta, Pah~~~ bukan Mama~~~"

Hermanto tertawa dalam hati, jebakannya kena. Hermanto membuka matanya. Sinta langsung tersenyum manis, wajahnya yang berhadapan dengan Hermanto dekat sekali sampai bau mulutnya tercium oleh Hermanto. "Papah rindu sama Mama, ya?" tanya Sinta.

"Iya sayang, Papah nggak ada semangat kalau nggak ada Mamamu."

"Tua-tua aja masih rindu~~~" kata Sinta iri.

"Soalnya Mamamu pandai melayani Papah di tempat tidur, sayang~~~"

"Masih melakukan ya, Pah? Seminggu berapa kali?"

"Hampir setiap malam~~~"

"Haa~~~?! Pantesan~~~"

Hermanto mendorong tangan Sinta ke bawah. "Nggak mau ah, Sinta mau mandi~~~" kata Sinta bangun dari tubuh Hermanto.

"Papah ikut ya?"

Sinta tidak menjawab. Sinta melangkah ke dapur menyambar handuknya. Hermanto menyusul. Hermanto mencoba mengadu keberuntungan, siapa tau ia bisa mandi bersama Sinta.

Ternyata Sinta membukakan pintu kamar mandi untuk Hermanto. Tapi Sinta yang sudah telanjang bulat itu mengingatkan Papanya. "Sinta nggak mau begituan ya Pah, Sinta hanya mau bantu Papah keluarin," kata Sinta.

Hermanto tidak menjawab. Ia melepaskan celana dalamnya. Setelah Hermanto telanjang, Sinta mengguyur bagian belakang tubuh Papanya dengan air dari shower. Sinta lalu menyabuni bagian belakang tubuh Papanya, dan disiraminya lagi dengan air.

Sinta tidak risih ketika ia harus berdiri berhadap-hadapan dengan Papanya yang telanjang, sedangkan mata Hermanto tidak henti-hentinya memandang tubuh Sinta sampai penisnya benar-benar mengacung tegang dengan sudut 90 derajat. Sinta acuh dengan penis Papanya.

Sinta menyabuni leher Papanya, lalu turun ke dada Papanya, terus ke perut Papanya. Penis Papanya dilewati, langsung berlanjut ke paha Papanya. Setelah itu busa sabun yang menempel di tubuh Papanya dibersihkannya dengan air sampai bersih. Gagang shower digantungkan kembali ke tempatnya.

Hermanto hanya bisa menunggu dengan jantung berdebar-debar, namun penantian Hermanto tidak sia-sia. Penisnya yang tegang kemudian digenggam juga oleh tangan Sinta yang dingin. Setelah itu Sinta menurunkan tubuhnya berlutut di lantai. Detik berikutnya mata Hermanto hanya bisa merem melek ketika batang penisnya dijilat oleh Sinta.

Sinta menjilat penis Papanya seperti menjilat es krim sedangkan matanya dengan genit memandang Papanya yang sedang menahan nikmat. Kemudian dengan nakal ia mengulum penis Papanya, sementara itu Hermanto menarik napas dalam-dalam menahan air maninya supaya jangan cepat-cepat tumpah karena Hermanto merasa begitu nikmatnya kuluman mulut Sinta, apalagi kemudian Sinta mulai mengocok penis Papanya dengan mulutnya sembari jari Sinta mengocok lubang vaginanya sendiri yang basah. "Agggghhh~~~" teriak Hermanto tak tahan lagi.

Sinta melepaskan penis Hermanto lalu mengajak Hermanto berciuman. Hermanto meremas-remas payudara Sinta sambil melumat bibir Sinta, sementara penis Hermanto digesek-gesekkan oleh Sinta ke belahan vaginanya. "Agggg~~~ aggghhh~~~ aggghhhhh~~~~" dengus Hermanto seperti suara kerbau yang mau dibawa ke pejagalan, air maninya seketika muncrat~~~ muncrat~~~ muncrat~~~ di depan vagina Sinta.

Setelah itu, Hermanto hanya bisa tertunduk lesu bersandar di dinding kamar mandi membiarkan penisnya yang sudah mengkerut dibersihkan oleh Sinta.

Masih ada sisa waktu, lalu Hermanto mengajak Sinta keluar mencari makan. Di dalam mobil, Sinta dan Hermanto seperti pasangan yang baru saja menikah. Sinta tidak malu-malu lagi mengeluarkan penis Hermanto dari celana pendek Hermanto, lalu batang penis yang besar panjang itu diusap-usapnya dengan manja.

Cita-cita Hermanto untuk menikmati tubuh anaknya ini sudah setengah berhasil, tinggal setengah lagi. Sedangkan Sinta sudah menyerahkan tubuhnya setengah utuh juga pada Hermanto.

Di dalam mobil Hermanto bisa meremas payudara Sinta dan juga boleh mengusap vagina Sinta, tetapi cuma penisnya saja yang belum diizinkan Sinta untuk dimasukkan ke dalam gua surgawinya itu.

Tapi malam itu, Hermanto benar-benar tidur nyenyak. Di dalam mobil air maninya dikeluarkan oleh Sinta sampai 2 kali.

-- ooo0ooo --

Hari Sabtu Miranda menelepon Hermanto minta maaf, karena ia tidak jadi pulang ke rumah. Kemudian Hermanto minta video call dengan Miranda supaya Miranda mau mempertontonkan vaginanya di depan layar hape supaya Hermanto bisa onani melepaskan rindunya pada Miranda. Padahal sesungguhnya Hermanto hanya ingin menyenangkan hati Miranda saja, sebab Sabtu sore ini ia sudah membuat perjanjian dengan Sinta untuk mengajak Sinta makan dan belanja di mall.
 
Sinta pulang kerja, langsung menunggu Papanya di mall. Mula-mula mereka mampir ngobrol di Sta*b**ks sambil minum kopi. Sekitar satu jam mereka duduk di Sta*b**ks, Sinta menggandeng tangan Papanya dengan mesra menyusuri perkotoan yang berada di sepanjang mall. Sekali-sekali Hermanto merangkul pundak Sinta. Mereka benar-benar bukan seperti ayah dengan anak.

Sinta tidak takut bermesra-mesraan dengan Papanya di mall karena sejak ia bekerja di mall itu dari sebelum ia menikah sampai sekarang, ia belum pernah bertemu tetangganya bertandang ke mall tersebut dan teman-teman sekolahnya pun hanya satu atau dua yang pernah ia jumpai.

"Ehh~~~ Ta, kita mampir ke toko perhiasan lihat-lihat sebentar yuk~~~" ajak Hermanto bertemu dengan sasaran yang hendak dicarinya.

"Papah mau beli apa?"

"Nggak apa-apa, Papah hanya pengen lihat saja."

Ternyata sesampai di toko perhiasan itu, Sinta tertarik pada sebentuk cincin. Harganya sih untuk kantong Hermanto termasuk murah, sekitar 4 jutaan rupiah, tapi kalau ia berhasil menjebloskan penisnya ke vagina Sinta harganya lebih mahal dari cincin itu, batin Hermanto. Itulah tujuannya ia mengajak Sinta ke toko perhiasan.

Hermanto membiarkan Sinta melihat-lihat cincin itu dan mencoba di jari manisnya, lalu cincin itu oleh Sinta dikembalikan pada pemilik toko. "Terima kasih ya Koh, kita hanya pengen tau harganya aja dulu, nanti kita balik lagi ke sini kalau kita sudah setuju," kata Sinta.

"Oh iya, nggak apa-apa," jawab si engkoh penjaga toko memasukkan kembali cincin tersebut ke etalase tokonya.

Keluar dari toko perhiasan, Sinta mengajak Papanya makan. "Kita janjian dulu ya Pah, aku yang bayar ya," kata Sinta pada Hermanto.

Setelah memesan makanan dan minuman, Hermanto minta izin dengan Sinta mau pergi ke toilet. Tetapi sekeluar dari restoran, Hermanto tidak pergi ke toilet, melainkan kembali ke toko perhiasan.

"Itu tadi anak Bapak ya, Pak?" tanya si engkoh.

"Iya, sudah menikah tapi cerai. Baru sekitar 4 bulanan ini pisah dengan suaminya." jawab Hermanto jujur.

"Sudah punya anak, Pak?"

"Justru belum, kalau sudah, wahh~~~ repot." jawab Hermanto.

"Justru saya terbalik, Pak. Istri saya meninggal, karena kanker."

Ngomong punya ngomong, si engkoh ngajak Hermanto tukar nomor telepon, karena kata si engkoh yang sudah duda punya anak satu ini, ia suka dengan Sinta, sehingga harga cincin 4 juta rupiah, turun 50 persen menjadi 2 juta rupiah saja, sedangkan 2 juta rupiah lagi si engkoh hadiahkan untuk Sinta.

Kembali ke restoran, Hermanto jadi gelisah saat makan bersama Sinta. Hermanto gelisah bukan karena si engkoh pemilik toko perhiasan itu tertarik dengan Sinta, melainkan cincin yang ada di kantong celananya itu.

Hampir jam 11 malam Hermanto dan Sinta tiba di rumah. Hermanto tidak mau menurunkan barang belanjaannya dari mobil, biar besok saja karena tidak ada barang yang bisa busuk. Setelah menutup pintu rumah dan gordeng jendela, Hermanto melepaskan pakaiannya di ruang tengah, begitu juga dengan Sinta.

Bapak dan anak itu sudah tidak tahu malu lagi. Buat apa malu? Air mani Hermanto sudah entah berapa kali dikocok keluar oleh Sinta dan masuk ke mulut Sinta juga sudah pernah. Sedangkan Sinta, payudaranya dan vaginanya juga bukan barang yang harus dipertahankan lagi, karena sewaktu ia dulu pacaran payudara dan vaginanya sudah sering digerayangi oleh tangan pacar-pacarnya, terkecuali lubang vaginanya yang masih ia jaga dan pertahankan. Hanya penis Bahtiar sebagai suaminya yang sudah pernah masuk ke lubang vagina Sinta, laki-laki lain belum ada yang berhasil memasukkannya.


-- ooo0ooo --

"Sayang, ke sini sebentar~~~" panggil Hermanto sewaktu Sinta mau pergi ke kamar mandi.

Sinta menghampiri Hermanto yang sedang duduk di sofa dengan telanjang. "Duduk," suruh Hermanto.

Sinta baru saja meletakkan pantatnya yang terbungkus celana dalam mini itu di permukaan sofa, matanya langsung terbelalak ketika ia melihat kotak kecil berwarna merah yang dikeluarkan oleh Hermanto dari kantong celana panjangnya.

"Untuk aku, Papah~~~??" teriak Sinta membelah kesunyian malam yang hening di tengah malam itu.

"Ya, hadiah untuk kamu." jawab Hermanto menyodorkan kotak merah yang dipegangnya pada Sinta.

Sinta bukannya menerima kotak pemberian Hermanto, melainkan ia menubruk Papanya dengan ciuman di bibir Papanya. Kotak merah jatuh dari tangan Hermanto ke lantai, kemudian tangan Hermanto yang sudah bebas itu langsung menjangkau bongkahan payudara Sinta. Bongkahan yang padat dan kenyal itu diremas-remas Hermanto dengan sepenuh napsu sampai tubuhnya bercucuran keringat, sedangkan bibirnya saling berpagut dengan bibir Sinta.

Mereka seperti tanpa beban, Hermanto sebagai seorang ayah kandung dari Sita atau Sita sebagai anak kandung dari Hermanto, tidak! Sita menggenggam penis Hermanto yang sekeras batu granit itu dan dikocoknya. Begitu juga Hermanto, puting payudara Sita diterkamnya bak seekor singa yang sedang kelaparan sehingga ketika puting itu disedot oleh Hermanto, gairah Sinta melejit naik ke awang-awang. Akibatnya jari Hermanto masuk mengocok lubang vaginanya, Sita sudah tidak mampu menolaknya.

Sinta sudah tidak peduli vaginanya mau diapapun oleh Hermanto. Hermanto menarik dekat vagina Sinta ke mulutnya, lalu vagina yang merekah basah itu dijilat oleh Hermanto. "Ohhh~~~~ Papah~~~ Papah~~~ Papahhhh~~~" jerit Sinta memecah kesunyian malam sambil tangannya mencakar rambut Hermanto, Sinta menggelinjang-gelinjang nikmat.

Lidah Hermanto semakin buas mempermainkan vagina Sinta. Lidah Hermanto meliuk-liuk di dalam lubang vagina Sinta. Sinta mendorong vaginanya supaya lidah Hermanto semakin terpendam, sehingga ketika rahimnya ditekan oleh lidah Hermanto, meledaklah orgasme Sinta.

Akhirnya, Sinta melepaskan lubang vaginanya dimasuki oleh penis Hermanto, penis ayah kandungnya sendiri. Hermanto memompa lubang vagina Sinta dengan irama yang cepat sambil disedotnya payudara Sinta sehingga payudara Sinta yang putih mulus itu, terkecuali puting dan arrolanya yang sudah berwarna coklat tua, terdapat bekas hisapan bibir Hermanto yang berwarna merah.

Hermanto mencapai kemenangan besar ketika ia berhasil menggelontorkan mesiu senjatanya di dalam vagina Sinta. Tembakan yang maha dahsyat itu membuat tubuh Sinta sampai kejang-kejang dan Sinta orgasme untuk yang kedua kalinya. "Papahhh~~~ Papahhh~~~ ohhh~~~ Pappahhh~~~" teriak Sinta merasa rahimnya berdenyut-denyut menghisap sperma Hermanto.

Hermanto dan Sinta resmi menjadi suami istri. Malam itu tempat tidur Miranda digantikan oleh Sinta. Miranda menjadi istri cadangan. Kalau air mani Hermanto tidak laku di vagina Sinta karena Sinta haid, baru dioper ke vagina atau anus Miranda.

Masih ingat dengan si engkoh pemilik toko perhiasan? Kini ia telah menjadi suami Sinta. Mereka sudah mempunyai 2 orang anak, tetapi Sinta tidak pernah meninggalkan Hermanto sepenuh. Kadang-kadang ia masih suka pulang ke rumahnya bersetubuh dengan Hermanto.



Cikampek, 04 Mei 2020
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd