Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Sang Ketua Teater

Episode 1. Ritual Sang Raja (part 1)
Seperti diguaan Tama sebelumnya, gedung lama fakultas Sains ditutup mulai pukul 8 malam. Padahal Tama sudah datang sejak pukul tujuh dengan baju hitam dan celana hitam. Gedung ini memang sudah tak dipakai untuk kegiatan kemahasiswaan, semua sekretariat sudah dipindahkan ke gedung baru yang dibuka selama 24 jam. Yang Tama tahu hanya sekretariat teater dan Pers Sains yang masih berada di gedung lama dan kedua organisasi itu sudah mati suri hampir 5 tahun lamanya. Pers Sains sudah tak memiliki anggota lagi sedangkan Teater Sains hanya menyisakan sang ketua saja.

"Sampai kapan gua di sini," gumam Tama sendiri. Ia tak menyangka masih berada di sana padahal waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Ia merasa ingin cepat-cepat pulang namun di lain sisi ia masih berharap pintu gedung fakultas sains tiba-tiba terbuka sendiri.

"Kamu orang pertama dalam 5 tahun terakhir yang masih di sini dan berharap pintu itu terbuka," terdengar suara berbisik dengan lembut di telinga Tama. Tama melompat saking kagetnya.

"Mbak Ajeng?" kata Tama seraya memegang dadanya.

"Kamu gak berharap aku datang?" tanya Ajeng seraya tersenyum lebar.

Tama masih melongo saking kagetnya, ia menatap Ajeng dari ujung kaki sampai ujung kepala. Mungkin ini pertama kalinya ia melihat ketua teater itu dengan jelas walau hanya diterangi cahaya lampu dari gedung Fakultas Sains.

Ajeng mengenakan legging hitam ketat dengan baju kaos hitam yang tidak kalah ketat. Rambutnya dibiarkan tergerai sampai punggung. Saat Ajeng tersenyum, Tama merasa ingin ikut tersenyum. Ia tak menyangka kalau ketua teater yang dirumorkan aneh dan misterius itu ternyata semanis ini.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu? kamu baru sadar kalau aku cantik?"

"Ah? ah... bukan eh ya," Tama gagap karena Ajeng seolah bisa membaca fikirannya.

"Apa yang kamu dengar tentangku? Cewek aneh? Mahasiswa tua? aku memang sudah 6 tahun menjadi mahasiswa." kata Ajeng seraya tersenyum.

"Jadi? Apa kamu tetap mau masuk ke dalam?" tanya Ajeng lagi.

"Caranya?"

Ajeng mengeluarkan kunci.

Tama mengerutkan dahi, bagaimana bisa seorang mahasiswa punya kunci duplikat gedung kampus. Ajeng berjalan melewati Tama lalu mendekat ke arah pintu gedung, Tama langsung mengikutinya dari belakang namun tiba tiba Ajeng berbelok menuju samping gedung, langkah Tama sempat terhenti karena sisi gedung itu tampak sangat gelap, hanya ada taman yang beralaskan rumput hijau.

"Masih mau ikut?" tanya Ajeng. Tama mengangguk lalu menghela nafas, ia tak habis fikir, kenapa Ajeng seolah bisa membaca fikirannya bahwa ia sempat ragu.

Mereka berbelok lagi ke arah sisi gedung. Yang mereka tapaki sekarang bukan lagi rumput tapi sisi selokan tempat pembuangan air di gedung fakultas sains.

Langkah ajeng tampak biasa sedangkan Tama lebih berhati-hati karena takut terperosok ke selokan.

Jedug!

"Aduh"

(Bersambung dulu)
 
Terakhir diubah:
Episode 1. Ritual Sang Raja (Part 2)

"Aduh"

Kepala mereka berbenturan saat Ajeng tiba-tiba berhenti dan berbalik, Tama yang hanya menatap ke bawah tak sengaja menabrak Ajeng sampai kepala mereka berbenturan.

"Maaf Mbak," Tama mengusap usap keningnya.

Ajeng hanya tersenyum lalu mendorong pintu yang ternyata ada di samping gedung Fakultas. Tama langsung meneropong ke dalam, gelap tak ada cahaya yang masuk. Ia segera menyalakan Flash dari ponselnya dan menyenter kedalam.

"Gudang?" tanya Tama saat melihat ruangan itu berisi kursi-kursi kuliah yang sudah rusak.

"Masuk," Kata Ajeng seraya melangkah ke dalam.

"Ke dalam?" Tama mengerutkan dahinya. "Buat apa?" Kaki Tama masih menempel di tempat yang sama.

"Masuk saja, sebelum ada satpam yang lewat,"

Walau agak ragu Tama akhirnya menurut, Ajeng langsung menutup pintu gudang itu saat Tama sudah di dalam. Tama sempat kaget namun Ajeng segera menyalakan flash dari ponselnya lalu menunjuk ke arah pintu yang ada di ujung gudang itu.

Ajeng manatap Tama seolah berkata "Kita akan kesana,"

Tama mengangguk.

"Pintu ini mengarah kemana?" tanya Tama, namun Ajeng hanya diam.

Ajeng lalu mengambil kunci di saku celananya lalu membuka pintu gudang itu.

"Sekretariat teater," jawab Ajeng seraya masuk lalu menyalakan lampu yang nyalanya agak redup.

Tama tampak asing dengan tempat itu, sebuah ruangan berukuran 5x5 meter tanpa ventilasi . Hanya ada lubang udara yang entah mengarah kemana. Ternyata ada pintu lain yang jelas itu mengarah ke ke taman belakang gedung fakultas. Itu adalah pintu utama yang Tama sering lihat. Dindingnya digantungi berbagai macam benda, dari topeng, lukisan, wayang, cermin kecil dan ukiran-ukiran aneh lainnya. Tak ada perabotan apapun seperti meja atau kursi hanya sebuah lemari bercat hitam yang cukup besar yang bertuliskan gudang properti dan sebuah karpet hitam yang menutupi semua lantai ruangan itu.

"Gedung ini sudah berumur lebih dari 30 tahun" kata Ajeng seraya mengambil lilin dan meletakkannya di sekeliling ruangan. Tama hanya mengamati karena masih bingung dengan situasi yang terjadi.

"10 pekerja bangunan menjadi tumbal berdirinya gedung berlantai tiga ini. Lalu setiap tahun selalu ada mahasiswi ditemukan tewas dengan berbagai keanehan di dalam gedung ini. sehingga akhirnya Dekan Pertama fakultas sains mengambil tindakan,"

Ajeng sudah selesai menaruh lilin lilin secara acak di ruangan itu. Ia lalu duduk bersila dan menyuruh Tama untuk melakukan hal yang sama.

"Dekan tak bisa berbuat banyak, ia mencoba berbagai cara namun kejadian buruk selalu terjadi di gedung ini. Sampai akhirnya, ketua teater pertama meminta izin untuk menuntaskan masalah ini. Tak ada yang tahu apa yang dilakukan si ketua teater namun setelah hari itu hal aneh tak pernah terulang lagi."

"Maaf Mbak? Buat apa mbak menceritakan kisah itu ke aku?" tanya Tama.

Ajeng hanya tersenyum.

Ia lalu berdiri dan menyalakan semua lilin di ruangan itu.

"Mbak?" Tama keheranan,

"Mbak sedang apa?"

Ajeng kembali duduk bersila dihadapan Tama.

"Tolong aku sudah lelah," kata Ajeng. "aku sudah menuruti semua perintahmu, lalu aku harus apa lagi, aku tak bisa tersenyum lagi," air mata tiba-tiba menetes di pipi Ajeng.

"Mbak kenapa?" Tama kebingungan, apa sebenarnya yang diucapkan Ajeng.

Ajeng tiba-tiba mengigit jarinya hingga keluar darah.

"Tolong minum ini, tolong," kata Ajeng seraya menyodorkan jari telunjuknya yang berdarah ke dekat mulut Tama. Ajeng yang tadi tampak tenang kini kelihatan panik.

"Mbak kenapa sih?"

"Tolong, minum darah ini," kata Ajeng dengan wajah memelas.

Tama tampak gak tega sehingga ia mengemut jari telunjuk Ajeng.

"Ahhh..... aku gak akan melakukannya," Teriak Ajeng. "Aku gak akan melakukan ucapanmu lagi, bunuh aku saja, bunuh aku setaannn!" suara ajeng tambah membesar.

"Keluar kamu dari sini, jangan ganggu aku lagi, keluarrrrr!"

Tama keget mendengar teriakan Ajeng. Ia lalu bergegas berdiri lalu berlari kelaur dari ruangan itu.

"Gila! dia emang gila" kata Tama tak peduli apa yang terjadi kepada ajeng.
 
Terakhir diubah:
Wow... Genre misteri dengan penuturan a la naskah teater. Gue jadi berasa nonton aksi panggung..

:beer::mantap:
 
Episode 1. Extra part.
KORAN LOKAL

"Seorang mahasiswi ditemukan tewas di dalam sekretariat teater Fakultas Sains. Ia diduga depresi dan memutuskan bunuh diri. Ia menusukan pena ke lehernya sendiri hingga ia tewas kehabisan darah. Tak ada tanda-tanda penganiayaan dalam tubuh korban sehingga dugaan sementara mahasiswi ini bunuh diri. Bu Retno selaku dosen pembimbing skripsi korban menjelaskan bahwa mahasiswi berinisial AFP ini memang kerap bertingkah aneh, ia sering bicara sendiri dan tiba-tiba berlari sambil menutup telinga. Korban ditemukan oleh seorang mahasiswa karena mencium bau busuk dari arah sekretariat teater. Di bantu oleh beberapa mahasiswa lain akhirnya mereka membuka paksa pintu sekretariat dan mendapati korban sudah meninggal dan agak membusuk. Selain itu terdapat bekas lilin menempel di sekeliling ruangan itu. Pihak polisi masih menyelidiki kasus ini karena terdapat berapa kejanggalan. Salah satunya karena rekaman CCTV tiga hari terakhir di gedung fakultas itu rusak, padahal diperkirakan korban baru meninggal 3 hari yang lalu. Selain itu ditemukan pintu gudang yang terhubung ke sekretariat tempat korban bunuh diri, diduga korban masuk ke sana pada malam hari saat petugas sudah menutup pintu utama gedung fakultas "
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kek Phantom......Opera apa gitu, Tegang cuy

Btw Makasih updatenya Om @AdrianErcia, seru
Maaf cuma request, kalo update tolong dibaris paling atas Tulis Update/Lanjutannya.
takutnya disangka komen doang.
Tetap semangat Om :semangat::mantap:
 
Prolog

"Mbak!"

"Ya?"

"Mbak Ajeng kan? Ketua Teater Sains?"

"Ya, ada yang bisa saya bantu?"

"Saya Tama mbak, Mahasiswa baru. Saya berencana mau masuk Teater Sains mbak, saya boleh tahu prosedurnya,"

"Kamis malam kamu datang ke sekretariat jam 9 malam. Pakai baju hitam dan celana hitam."

"Buat apa Mbak?"

"Datang saja, kalau kamu berencana masuk Teater Sains."

"Sekretariat teater Sains ada di gedung lama kan Mbak? Setahu saya gedung lama kalau udah jam 8 malam udah di tutup"

"Datang saja,"

Sang ketua teater langsung pergi tanpa memberikan penjelasan.


Nyimak kalau boleh. Kalau ga boleh aku maksa nyimak
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd