Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Santri dan Syahwat

Status
Please reply by conversation.
Ebusyet..ketinggalan ambil nomer antrian :aduh: .. Patok dulu dimarih hu
 
Chapter 2



Ya, Ning Ishma memang sengaja memancing Nyai Aisyah saat dia berhubungan sex dengan Burhanuddin agar Nyai Aisyah murka dan melaporkan hal ini kepada Mbah Yai Nafi' Pakliknya, Ning Ishma tahu Mbah Yai Nafi'akan bertanya kenapa sampai hal itu terjadi dan dia akan menceritakan hal sebenarnya tentang Gus Nur yang selama ini tidak pernah menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami. Sebagai ahli fiqh Mbah Yai Nafi' pasti akan mengambil keputusan menuntut Gus Nur menceraikan dirinya dan langkah selanjutnya untuk menutupi aib ini hingga tidak berlarut-larut adalah menikahkan dirinya dengan Burhanuddin, kalaupun setelah pernikahannya dengan Burhanuddin nanti Ayahnya mengusirnya pergi maka hal itu bukanlah masalah buat dirinya. Selama hidup bersama dengan Burhanuddin sebagai suami istri, dia akan bahagia.

"Astaghfirullah, kalian sudah melampaui batas.!" Nyai Aisyah berusaha mengendalikan dirinya melihat pemandangan di hadapannya, dia tidak marah melihat kejadian ini berlangsung karena sudah pernah mengintip sehingga tahu skandal Ning Ishma dengan santri baru yang membuat anaknya jatuh cinta. Bukan itu, tapi karena melihat benda tegak yang mengacung keras, menjulang bagaikan tugu Monas. Benda itu yang ini dirindukannya setelah beberapa bulan Mbah Yai semakin asik dengan kitab kitab yang dibacanya terus menerus sehingga lupa dia yang berdiri memandangnya berharap cumbuan hangat seperti yang selalu mereka lakukan dulu, seakan dia hanyalah boneka manekin yang dipajang sebagai hiasan.

"Din..!" Ning Ishma menutupi selangkangan Burhanuddin dari pandangan Nyai Aisyah yang tidak berkedip membuatnya merasa jengah sendiri, rasanya tidak masuk akal kalau sampai Nyai Aisyah tergoda oleh kontol Burhanuddin. Namun hal itu segera disanggah, buktinya dia sangat tergila gila dengan kontol pria muda yang usianya baru 19 tahun ini, usia mereka selisih 6 tahun.

"Ning, kita bicara empat mata.!" Seru Nyai Aisyah malu, perbuatannya diketahui oleh Ning Ishma. Kenapa dia begitu terpesona dengan kontol anak muda itu, Nyai Aisyah menarik nafas panjang berusaha meredakan gejolak nafsunya yang membuat memeknya berkedut kedut mengeluarkan cairan pelumas membasahi celana dalamnya.

"Enggeh, Nyai..!" Ning Ishma memperhatikan ekspresi wajah Nyai Aisyah dengan rasa cemburu karena melihat ekspresi wajah Nyai Aisyah, reaksi yang diperlihatkan Nyai Aisyah tidak pernah diduganya. Ning Ishma menowel tangan Nyai Aisyah yang tidak beranjak dari tempatnya berdiri, matanya terus terpaku menatap kontol Burhanuddin yang sudah tertutup oleh sarung. Ning Ishma melotot kaget melihat Nyai Aisyah malah duduk di meja yang berada di dalam kamar, bukankah Nyai Aisyah mengajaknya bicara empat mata?

"Nyai, bukankah kita akan bicara empat mata?" Ning Ishma mengingatkan, dia sudah sangat tidak sabar mendengar wejangan Nyai Aisyah dan ancaman Nyai Aisyah akan mengadukan hal ini ke Mbah Yai dan ayahnya, dia ingin secepatnya hal itu terjadi sehingga jalannya untuk menikah dengan Burhanuddin terbuka lebar.

"Sudahlah, kita bicara di kamar ini saja, aku sudah tahu kejadian ini beberapa waktu yang lalu, itulah sebabnya kenapa aku tidak terkejut. Ada dua hal yang ingin aku sampaikan kepada kalian, pertama aku akan merahasiakan skandal ini dari Mbah Yai dan yang kedua aku ingin minta pertolongan Burhanuddin untuk membujuk Ning Sarah agar membatalkan niatnya ke Mesir." Nyai Aisyah bergantian memandang wajah Ning Ishma dan Burhanudin, dia semakin kesulitan mengendalikan diri membayangkan kontol Burhanuddin yang menjulang sangar. Ah, bagaimana rasanya kalau benda sebesar itu menerobos memeknya, membayangkan saja sudah membuat Nyai Aisyah bergidik antara takut dan keinginan untuk mencobanya.

"Kenapa jenengan tidak melaporkan hal ini ke Mbah Yai Nafi', hal ini tidak bisa dibiarkan terjadi." Ning Ishma kecewa dengan pernyataan Nyai Aisyah, bukan ini yang diinginkannya.

"Ini aib keluarga, aku menyimpannya rapat rapat." Jawab Nyai Aisyah tegas, nama baik keluarga harus tetap terjaga bagaimanapun caranya. Itu kewajibannya, dia akan berusaha sekuat mungkin agar semuanya tetap terkendali.

"Nyai..!" Ning Ishma mengeluh, rencana yang sudah disusun berantakan dalam sekejap. Percuma dia menyusun rencana ini dengan susah payah kalau jawaban yang diterima dari Nyai Aisyah seperti itu, dia hanya ingin meninggalkan Gus Nur dan menikah dengan Burhanuddin.

"Tadinya aku datang untuk meminta tolong padamu Din, namun melihat apa yang kalian lakukan justru membuatku muak." Gumam Nyai Aisyah, dia menghela nafas pelan. Seharusnya dia tidak berada di tempat ini, pertahanannya mulai goyah oleh kontol Burhanuddin yang terus membayang di kepalanya. Sekeras apapun dia mencoba, selalu gagal menyingkirkan bayang bayang itu.

"Ma mau minta tolong apa, Nyai..?" Baharuddin tidak berani menatap wajah Nyai Aisyah, dia merasa bersyukur perbuatannya dengan Ning Ishma akan tetap menjadi rahasia. Tapi dia juga merasa terpukul dengan kedatangan Nyai Aisyah, harapannya sudah tertutup sama sekali. Dia harus mengubur semua mimpinya, mencari pengganti Ning Sarah adalah pilihan paling bijak.

"Nggak usah.. Assalammualaikum..!" Nyai Aisyah pergi meninggalkan Ning Ishma dan Burhanudin di dalam kamar, dia tidak bisa berlama lama bersama dua insan yang baru saja melakukan perbuatan nista. Berlama lama di sini hanya akan membuatnya semakin terperosok oleh birahi yang semakin menguasai hatinya, memang benar satu rumah yang dijadikan tempat maksiat akan mengotori 40 rumah di sekelilingnya. Saat ini Nyai Aisyah berjuang keras menahan gairah yang semakin menguasai jiwanya, perlahan lahan akan mencampakkan akal sehatnya kalau tetap berada di tempat ini.

Nyai Aisyah berjalan setengah melamun meninggalkan rumah Ning Ishma, bayang bayang kontol Burhanuddin terus menerus mengusik pikirannya. Yaa Allah, kenapa di usianya yang sudah menginjak 40 tahun birahinya semakin tinggi, dia begitu mudah tergoda oleh penampilan Burhanuddin yang kekar dan juga kontolnya yang berukuran besar, sepertinya ukuran kontol Mbah Yai hanya sepertiga nya.

"Astaghfirullah..!" Gumam Nyai Aisyah gelisah, dia duduk di gardu Utara tanpa disadarinya. Apa yang sedang merasukinya sehingga tidak bisa menyingkirkan bayang bayang kontol besar Burhanuddin, Nyai Aisyah menarik nafas berusaha menenangkan dirinya ditemani Sepoi angin kemarau. Sehelai daun yang jatuh menimpa kepalanya tidak dirasakannya, bahkan saat seekor kupu-kupu hinggap di pipinya yang halus, Nyai Aisyah tidak bergeming sedikitpun.

"Assalammualaikum.. Nyai..!" Suara lembut Latifah dan Zaenab membuyarkan lamunan Nyai Aisyah, dia membalas ucapan salam ke dua satriwati cantik yang sudah melayaninya selama beberapa tahun belakangan ini. Nyai Aisyah menarik nafas panjang dan menghembuskan lewat mulut, ahirnya dia mulai bisa menguasai dirinya.

"Kalian, mau ke mana ?" Tanya Nyai Aisyah waspada, sepertinya mereka akan ke rumah Ning Ishma. Dia harus mencegahnya jangan sampai Latifah dan Zaenab melihat apa yang sedang dilakukan Ning Ishma dan Burhanudin, kalau sampai hal itu terjadi maka tamatlah rahasia yang seharusnya tertutup rapat.

"Mau apa kalian ke rumah, Ning Ishma?" Tanya Nyai Aisyah bodoh, seharusnya dia tahu kebiasaan Latifah dan Zaenab yang mendapatkan tugas mengantar makanan untuk keperluan Ning Ishma, Gus Nur dan Burhanudin.

"Kami ngantar makanan seperti biasanya, Nyai." Jawab Latifah heran, kenapa Nyai Aisyah seperti tidak fokus dengan sekelilingnya? Nyai Aisyah seperti sedang berada di tempat lain, namun ke dua gadis ini tidak berani menanyakan hal itu.

"Aku tahu, kalian duduk dulu. Kalian sudah membujuk Ning Sarah, agar membatalkan niatnya kuliah di Mesir?" Tanya Nyai Aisyah ketus untuk menutupi pikirannya yang berada di kamar Burhanuddin, kembali Nyai Aisyah menarik nafas meredakan gejolak perasaannya yang tidak menentu.

"Belum Nyai, kami belum bertemu Ning Sarah." Jawab Zaenab, matanya beberapa kali melihat ke arah rumah Ning Ishma, tidak ada Burhanuddin yang sedang dicarinya. Zaenab sudah sangat merindukan pria yang sudah berhasil mendapatkan keperawanannya, sudah beberapa hari dia tidak melihatnya.

"Kalian harus secepatnya menemui Ning Sarah, bujuk dia." Kata Nyai Aisyah jengkel, urusan sekecil ini kenapa tidak bisa dilakukan secepatnya.

"Iya Nyai, setelah mengantarkan makanan kami akan langsung menemui Ning Sarah." Jawab Latifah.

"Ya sudah, biar aku yang ngantar makanan ini. Sebaiknya kalian temui Ning Sarah sebelum dia pergi." Jawab Nyai Aisyah, dia mengambil rantang yang dibawa oleh Latifah dan Zaenab.

"Jangan Nyai..!" Seru Latifah dan Zaenab berbarengan, mereka berusaha mempertahankan rantang dari tangan Nyai Aisyah.

"Sudah, tugas kalian membujuk Ning Sarah lebih penting lagi." Nyai Aisyah menegaskan maksudnya, kedua gadis ini harus segera meninggalkan tempat ini jangan sampai melihat kejadian di rumah Ning Ishma.

"Assalammualaikum, Nyai.." akhirnya Latifah dan Zaenab mengalah, sepertinya urusan dengan Ning Sarah lebih penting sehingga Nyai Aisyah mengambil alih tugas mereka.

Nyai Aisyah menarik nafas lega berhasil menyingkirkan kedua gadis itu pergi, untuk beberapa saat Nyai Nur ragu untuk membawa dua rantang untuk Ning Ishma. Apa kata mereka kalau dia datang lagi, bukankah mereka akan curiga? Ah, dia punya alasan lebih kuat, mengantarkan mereka makanan karena dua santriwati yang biasa mengantar sedang mendapat tugas darinya. Akhirnya Nyai Aisyah kembali ke rumah Ning Ishma dengan perasaan tidak menentu, apakah dia akan kembali melihat adegan mesum antara Ning Ishma dengan pemuda itu? Ah itu gila, kenapa dia terus menerus membayangkan hal itu.

Nyai Aisyah menghentikan langkahnya di depan pintu dapur yang terbuka sedikit, dia lupa menutupnya rapat saat meninggalkan tempat ini tadi. Perlahan Nyai Aisyah membuka pintu agar tidak mengagetkan kedua insan berlainan jenis yang dia yakin sedang menuntaskan birahi mereka yang sempat tertunda.

"Iyaa, ohhhhhh ennakk kontolmu sayang...!" Ning Ishma mengeram nikmat, dia terus memacu kontol Burhanuddin yang tergolek pasrah sambil meremas payudara Ning Ishma yang semakin lama semakin montok.

Cprot, cprot bunyi suara kontol Burhanuddin yang menerobos masuk memek Ning Ishma yang sudah basah basah bergema keras memenuhi kamar dan terdengar Nyai Aisyah yang semakin memerah wajahnya, dia semakin sulit mengontrol birahinya. Pertahanannya goyah, harga dirinya sudah tidak bisa menjaga dirinya lagi. Nyai Aisyah meraba memeknya yang berdenyut denyut disertai cairan birahi yang membanjir membasahi celana dalamnya.

Nyai Aisyah meletakkan dua rantang yang dibawanya di atas bale bale, perlahan dia melongok ke dalam kamar yang hanya tertutup gorden karena tidak memiliki pintu.

"Awwww, aduhhh aku kelllllluaarrrrr..!" Teriak Ning Ishma, dihentakkan pinggulnya menelan kontol Satria hingga menyentuh mulut rahimnya, tubuhnya mengejang menyambut birahi dahsyat yang meluluh lantakkan seluruh persendiannya. Matanya terpejam nikmat karena bisa meraih surga dunia, kebahagiaan yang hanya berlangsung beberapa detik tapi itu sudah cukup membuatnya merasa puas.

"Aku capek, udah tiga kali ngecrot..!" Ning Ishma mengangkat pinggulnya, sehingga kontol Burhanuddin tercabut dari memeknya Ning Ishma memejamkan mata merasakan kenikmatan saat kontol itu tercabut dari memeknya. Ning Ishma merebahkan tubuhnya pasrah di sisi Burhanuddin, berharap pria itu segera mengambil alih posisi yang sudah ditinggalkannya, menghujamkan kontolnya yang besar hingga mentok memeknya sehingga Ning Ishma yang begitu fokus tidak menyadari kehadiran Nyai Aisyah yang masuk ke dalam kamar.
.
Nyai Aisyah sudah tidak peduli dengan harkat dan derajatnya, dia tidak peduli lagi dengan identitas dirinya yang dimuliakan oleh semua penghuni pondok. Tujuannya hanya satu, dia juga ingin merasakan kontol besar itu menerobos celah sempit memeknya yang selama ini terjaga dan hanya kontol Mbah Yai Nafi yang pernah masuk ke dalamnya. Tapi melihat ukurannya, kontol Mbah Yai mungkin hanya sepertiga dari kontol Burhanuddin dan itu membuat rasa penasarannya tidak tertahankan lagi.

Keraguan Nyai Aisyah semakin memudar ketika Burhanuddin melihat ke arahnya dengan wajah pucat, disusul Ning Ishma yang tidak kalah terkejut. Mereka memandang Nyai Aisyah dengan mulut terbuka dan tanpa mengeluarkan kata sepatahpun. Nyai Aisyah merangkak naik ke atas pangkuan Burhanuddin, jiwanya kosong dan tujuannya hanya satu merasakan kontol Burhanuddin menyelusup masuk lembah sempit memeknya.

"Nyai, ap apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Ning Ishma takjub melihat Nyai Aisyah merangkak di atas tubuh Burhanuddin sambil mengangkat ujung gamisnya, walau dia tidak melihat selangkangan Nyai Aisyah, dia yakin Nyai Aisyah sudah menanggalkan celana dalam yang dikenakannya.

"Nya Nyai...!" Seru Burhanuddin shock melihat apa yang sedang dilakukan Nyai Aisyah, dia merasakan konyolnya dipegang tangan lembut dan kemudian kepala kontolnya seperti menyentuh benda lunak hangat dan basah, tidak salah lagi itu adalah memek Nyai Aisyah.

"Ahhhhh, ohhhh, ssssss ..!" Mata Nyai Aisyah terpejam, benda tumpul milik Burhanuddin menyusup masuk ke dalam belahan memeknya, mendorong dinding-dinding memeknya membuka lebih lebar dari biasanya

"Nyaiiiii...!" Seru Burhanuddin dan Ning Ishma takjub, mereka terpaku tidak tahu harus mengucapkan apa. Ning Ishma dan Burhanudin saling berpandangan, sibuk dengan pikiran mereka.

"Ihhhh...!" Seru Nyai Aisyah takjub, dia kaget dengan kenekatan dirinya. Nasi sudah menjadi bubur, kontol Burhanuddin sudah tertancap di dalam jepitan memeknya. Nyai Aisyah memaki kegilaannya, dia tidak pernah menyangka bisa berbuat senekat ini.

Nyai Aisyah tidak berani memandang wajah Burhanuddin maupun Ning Ishma, dia merasa sudah mempermalukan dirinya di depan orang yang seharusnya mendapatkan contoh baik bukan malah ikut-ikutan melakukan perbuatan gila ini. Perlahan Nyai Aisyah mengangkat ujung gamisnya sehingga dia bisa melihat kontol Burhanuddin sudah tertancap sempurna..

"Nyai...!" Gumam Burhanuddin lirih, dia tidak pernah bermimpi bisa merasakan kenikmatan memek Nyai Aisyah yang sangat dihormatinya, Nyai Aisyah yang juga adalah ibu kandung Ning Sarah wanita yang sangat dicintainya.

"Iya, aku juga ingin merasakan kehebatan kontolmu." Jawab Nyai Aisyah, akhirnya dia bisa mengatakan apa yang diinginkannya. Buat apa malu, semua sudah terjadi dan kontol Burhanuddin sudah bersarang di dalam memeknya.

Perlahan dan sangat berhati-hati, Nyai Aisyah mengangkat pinggulnya. Matanya terpejam, bibirnya yang sensual terbuka menikmati gesekan yang terjadi antara dinding memeknya dengan kontol besar Burhanuddin, rasanya sangat menakjubkan membuatnya merintih lirih. Ini lebih nikmat dibandingkan memeknya ditusuk kontol Mbah Yai, senikmat inikah dosa yang sedang dirasakannya, inilah buah khuldi sesungguhnya sehingga nabi Adam terusir dari Surga.

"Ya Tuhan, nikmat sekali..!" Gumam Nyai Aisyah pada dirinya sendiri, matanya terpejam mengabaikan pandangan penuh tanya dari Ning Ishma dan Burhanudin. Pinggulnya bergerak semakin cepat memompa kontol Burhanuddin yang keras, ini belum pernah dirasakan sebelumnya, kontol Mbah Yai suaminya tidak sekeras ini.

Melihat keliaran Nyai Aisyah membuat Burhanuddin mulai berani, dia meraih payudara Nyai Aisyah yang tertutup gamis lebar dan meremasnya dengan bernafsu. Burhanuddin melihat Nyai Aisyah tidak ada bedanya dengan Ning Ishma saat dilanda nafsu, tidak ada lagi harkat derajat yang harus dijaga sebaik mungkin.

"Nakal, kamu..!" Gumam Nyai Aisyah, dia membiarkan tangan Burhanuddin meremas payudara montoknya.

"Buka bajunya Nyai, nanti terkena penuh dan baunya akan mudah dikenali orang." Bisik Ning Ishma, rasa cemburu yang sempat membakar hatinya perlahan sirna. Dia ikut terangsang melihat keliaran Nyai Aisyah memacu kontol Burhanuddin, birahinya semakin memuncak melihat adegan yang terjadi di depan matanya.

Tanpa menunggu persetujuan Nyai Aisyah, Ning Ishma mengangkat ujung gamis ke atas melewati kepala Nyai Aisyah yang tidak berusaha mencegahnya, dia terlalu asyik memacu kontol Burhanuddin yang terpaksa melepaskan remasannya pada payudara Nyai Aisyah. Dalam sekejap baju gamis Nyai Aisyah terbuka, menyisakan BH warna putih sangat serasi dengan tubuhnya yang putih bersih.

Mata Burhanuddin terbelalak, tubuh Nyai Aisyah tidak kalah indah dengan Ning Ishma, bahkan payudaranya terlihat lebih besar dan berisi. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan di depan mata, Burhanuddin kembali meremas payudara yang belum terbebas dari BH yang dikenakannya. Burhanuddin tidak peduli, kapan lagi dia bisa bebas menjamah tubuh Nyai Aisyah seperti ini.

"Ennak, ini ennak sekali.." Nyai Aisyah mulai berani terang-terangan menatap wajah pria yang sedang dipacu kontolnya, harus diakui wajahnya cukup tampan dan mempunyai daya tarik yang sukar dijabarkan sehingga putri semata wayangnya jatuh cinta. Di biarkan ya Burhanuddin meremas payudaranya, jujur rasanya sangat nikmat. Melebihi yang bisa dia bayangkan, kontol pemuda ini membuat memeknya meregang maksimal dan memberikan rasa nikmat yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.

"Aaaaa, aaaakkku nggakkk kuatttt...!" Nyai Aisyah menjerit kecil, hanya dalam waktu singkat dia mendapatkan orgasme yang sudah diidam idamkannya. Orgasme yang nyaris tidak pernah diperolehnya dari Mbah Yai Nafi', hubungan sex dengan Mbah Yai Nafi'terasa hambar.

Nyai Aisyah mencakar dada Burhanuddin saat orgasme yang diraihnya datang susul menyusul, dalam waktu relatif singkat nyai Aisyah memperoleh orgasme berkali kali, membuat tubuhnya melenting, menggeliat sebelum akhirnya berhenti sama sekali.

Nafas Nyai Aisyah tersengal-sengal, matanya menatap sayu Burhanuddin yang menatapnya takjub setakjub Nyai Aisyah yang memuji keperkasaan kontol Burhanuddin yang membuatnya orgasme berkali-kali dalam hitungan detik. Hanya beberapa saat rasa malu kembali menyergap Nyai Aisyah, dia menggulingkan tubuhnya ke sisi Burhanuddin dan mengambil bantal yang digunakan menutupi wajahnya yang bersemu merah menahan malu. Apa yang sudah merasukinya sehingga dia begitu nekat menunggangi kontol Burhanuddin dengan binal dan tidak tahu malu, Nyai Aisyah tidak berani menatap ke dua orang yang menjadi saksi kebinalannya itu.

"Ahhhh, apppa ini?" Seru Nyai Aisyah terkejut saat kakinya dibuka lebar oleh sepasang tangan dan belum sempat dia berusaha melepaskan diri, memeknya terasa ada yang menjilati dengan rakus. Nyai Aisyah semakin memegang bantal yang menutupi wajahnya, dia tidak berani melihat wajah orang yang sedang menjilati memeknya, dia yakin yang sedang menjilati memeknya adalah Burhanuddin.

Tubuh Nyai Aisyah bergerak, melenting seperti cacing kepanasan. Rasa nikmat itu sulit dilukiskan setelah orgasme dahsyat, dia kembali mendapatkan kenikmatan yang berbeda akibat jilatan demi jilatan lidah yang kadang kala menggelitik itilnya.

"Awwww, ampunnnn Dinnnn...!" Nyai Aisyah tidak bisa lagi bersembunyi di balik bantal, dilemparkan bantal yang sejak tadi menutupi wajahnya. Nyai Aisyah terbelalak nyaris tidak percaya, ternyata yang sedang menjilati memeknya adalah Ning Ishma, bukan Burhanuddin seperti dugaannya.

"Ning...!" Nyai Aisyah terbelalak melihat Ning Ishma menungging sambil menjilati memeknya dengan liar, ini lebih bejad dari pada Burhanuddin yang melakukannya. Ini perbuatan kaum Nabi Luth yang melakukan hubungan seks sesama jenis, nyai Aisyah berusaha mendorong wajah Ning Ishma namun rasa nikmat yang sedang dirasakan membuatnya tidak jadi melakukannya.

Nyai Aisyah menatap Burhanuddin yang berdiri di tepi ranjang, pemuda itu memegang batang kontolnya ke arah memek Ning Ishma yang sedang menungging, dengan kasar pemuda itu menghentakkan kontolnya ke lembah sempit Ning Ishma yang sangat basah membuat tubuh wanita cantik itu terdorong maju.

"Aduhhh Dinnn, ennnak..!" Seru Ning Ishma menoleh ke arah Burhanuddin yang mulai mengocok memeknya dengan teratur, oh nikmat sekali membuat Ning Ishma untuk beberapa saat melupakan memek Nyai Aisyah. Tubuhnya terguncang guncang mengikuti gerakan Burhanuddin yang semakin lama semakin mempercepat mengocok memeknya, membuat Ning Ishma berusaha keras menahan tubuhnya agar tidak nyusruk menindih Nyai Aisyah.

"Ning, jilatin lagi..!" Seru Nyai Aisyah, dia meraih kepala Ning Ishma dan dibawanya ke memeknya. Dia tidak rela kenikmatan yang sedang dirasakannya terhenti, dia ingin merasakan yang lebih dahsyat lagi.

Terpaksa Ning Ishma kembali menjilati memek Nyai Aisyah, walau dia melakukannya dengan setengah hati. Rasa nikmat sodokan Burhanuddin lebih dominan menguasai jiwanya, dengan menjilati memek Nyai Aisyah membuat konsentrasi nya terbagi.


"Akkku kelllllluaarrrrr lagi...!" Seru Nyai Aisyah, dia kembali mendapatkan orgasme dahsyat akibat service oral dari Ning Ishma. Tubuhnya terhempas hingga seluruh tubuhnya lunglai kehabisan tenaga.

Akhirnya, Ning Ishma bisa fokus menerima sodokan demi sodokan kontol Burhanuddin tanpa terganggu dengan aktivitas menjilati memek Nyai Aisyah.

"Ohhhh, gilaaa kontol kamu ennak banget sayang..!" Ning Ishma memejamkan mata merasakan kontol Burhanuddin bergerak cepat di dalam lobang memeknya, dia tidak mau kenikmatan yang sedang dirasakannya cepat berlalu.

"Memek kamu juga ennak....Ning..!" Burhanuddin harus mengakui, hidupnya sangat beruntung bisa merasakan kenikmatan dua wanita alim yang sangat cantik ini. Matanya terus menatap wajah Nyai Aisyah, kecantikannya tidak kalah dengan anaknya Ning Sarah bahkan kalau mau jujur Nyai Aisyah lebih cantik, payudaranya lebih besar dari pada milik Ning Ishma.

"Akkku nggak tahannnn, akkkkku kelllllluaarrrrr....!" Ning Ishma menjerit kecil, dia tidak bisa bertahan lebih lama lagi.

"Ning, aku belum ngecrot...!" Seru Burhanuddin kecewa, sejak tadi belum juga bisa mendapatkan orgasme yang diinginkannya. Orgasme seakan akan meledeknya, setiap kali dia hampir mendapatkan orgasme, setiap kali itu pula orgasme menjauh darinya.

"Aku cape, sayang. Itu memek Nyai Aisyah nganggur..!" Jawab Ning Ishma, dia bergerak membebaskan memeknya dari kontol Burhanuddin yang masih bersarang nyaman dalam memeknya.

"Ya ko gitu, Ning..!" Burhanuddin menatap kecewa, dia melihat ke arah memek Nyai Aisyah. Baru kini dia bisa memperhatikan bentuk memek Nyai Aisyah yang bersih, entah karena rutin dicukur atau seperti memek Ning Ishma yang benar benar tidak ditumbuhi bulu seperti memek anak kecil.

"Nyai, memeknya aku entot ya?" Burhanuddin meminta ijin, dia masih takut untuk langsung menghujam kontolnya ke dalam memek Nyai Aisyah yang berwarna merah itu.

"Kalau mau entot, entot aja." Jawab Nyai Aisyah pelan, matanya masih terpejam menikmati sisa sisa orgasme dan juga rasa malu yang belum juga mau hilang, namun dia tidak bisa menyangkal masih menginginkan kontol Burhanuddin mengaduk aduk memeknya. Dia ingin terus menikmati momen yang membuatnya meraih orgasme berkali-kali tidak ada lagi tenaga yang tersisa.

"Makasih, Nyai..!" Burhanuddin kegirangan dengan ijin yang diberikan Nyai Aisyah, dia segera menindih tubuh indah Nyai Aisyah dengan bernafsu. Biarlah dia tidak bisa mendapatkan cinta Ning Sarah, dia masih bisa menikmati tubuh Nyai Aisyah sesukanya. Nikmat apa lagi yang harus dia ingkari, semuanya begitu nyata.

"Shhhhh, masukkkk masukkk lagi ..!" Seru Nyai Aisyah merasakan kontol Burhanuddin menembus masuk memeknya dengan lancar hingga menyentuh mulut rahimnya, rasa nikmat yang berpadu dengan rasa ngilu yang sulit untuk dijabarkan, yang jelas Nyai Aisyah sangat menikmatinya seiring dengan rasa malu yang hilang tak berbekas. Nyai Aisyah memeluk tubuh kekar Burhanuddin dengan penuh suka cita, pinggulnya bergerak mengimbangi gerakan kontol Burhanuddin yang mulai mengocok memeknya dengan lembut dan berirama.

"Ahhh ohhhhh, nikmat, entot terus...!" Nyai Aisyah semakin erat memeluk pemuda yang lebih pantas menjadi anaknya, persetan dengan perbedaan umur di antara mereka. Nyai Aisyah semakin asyik mengimbangi gerakan Burhanuddin, tanpa sadar dia melumat bibir Burhanuddin yang sangat dekat dengan wajahnya.

"Aduhhh, Nyai...!" Teriak Burhanuddin saat lukanya tersentuh bibir Nyai Aisyah, luka yang sangat menyebalkan sehingga dia tidak dapat menikmati manisnya bibir Nyai Aisyah yang sensual.

"Kenapa, Din?" Tanya Nyai Aisyah terkejut, Nyai Aisyah tersenyum geli melihat bibir Burhanuddin yang terluka dan lebam.

"Nggak apa apa Nyai, bibir saya luka." Jawab Burhanuddin sambil terus mengocok memek Nyai Aisyah dengan cepat, setidaknya itu bisa mengurangi rasa nyeri di bibirnya.

"Iyyyya gitu, ahhhh ennnak, terusss jangan berhenti..!" Nyai Aisyah tersenyum, kenikmatan itu kembali membuatnya lupa diri. Hentakan demi hentakan kontol Burhanuddin mampu membuatnya menggelinjang seperti cacing kepanasan, bibirnya meneriakkan kata kata kotor tanpa perlu merasa malu pada siapapun yang berada di kamar ini.

"Akkku kelllllluaarrrrr....!" Kembali Nyai Aisyah takluk oleh sodokan demi sodokan kontol Burhanuddin, orgasme dahsyat dan lebih dahsyat dari pada tadi membuatnya terhempas kehabisan tenaga.

"Akkku juga, Nyai ..!" Burhanuddin mengerang, akhirnya dia berhasil mendapatkan orgasme yang sedang tadi berusaha diraihnya, tanpa bisa dicegah kontolnya menyemburkan seluruh cairan penuhnya ke lobang memek Nyai Aisyah.

Hening, hanya terdengar dengus nafas yang tersengal sengal dari ketiga anak manusia yang sudah tuntas menuntaskan hasrat birahinya

Burhanuddin menarik kontolnya yang sudah tertidur di dalam jepitan memek Nyai Aisyah, dia menarik nafas lega setelah hajatnya tercapai. Ada kebanggan yang tidak bisa dijabarkan olehnya setelah menyemburkan penuhnya dalam lobang memek Nyai Aisyah.

----xxx----​

"Ning, kamu tidak mau membatalkan niat kamu kuliah di Mesir?" Nyai Aisyah duduk di samping Ning Sarah yang baru saja sampai rumah, sejak tadi pagi dia pergi untuk mengurus pembuatan paspor dan visa.

"Tidak, aku sudah memikirkannya sejak lama. Abah juga sudah menyetujui rencanaku ini, seharusnya Ummi mendukung niat baikku ini." Jawab Ning Sarah, dia tahu ibunya sangat keberatan harus berpisah lama dengannya. Tapi dia sudah sangat sakit hati dengan pengkhianatan pria yang dicintainya, pergi jauh akan membuatnya bisa melupakan semuanya.

"Ummi keberatan, Ning." Jawab Nyai Aisyah lirih, dia bisa merasakan sakitnya dikhianati orang yang dicintainya karena diapun dulu pernah merasakannya.

"Nanti juga Ummi akan terbiasa jauh denganku, lagi pula setelah aku lulus aku akan pulang kembali." Jawab Ning Sarah, dia melepaskan jilbabnya dan kemudian membuka ikatan rambutnya sehingga rambutnya yang panjang tergerai bebas.

"Ummi tidak akan memaksamu menikah dengan Kang Shomad, kamu bebas menentukan siapa calon suamimu kelak." Nyai Aisyah masih berusaha membujuk Ning Sarah, cara apapun akan dilakukannya agar Ning Sarah membatalkan niatnya.

"Tidak ummi, bukan masalah Kang Shomad yang membuatku pergi. Tapi karena aku ingin menimba pengalaman di negeri orang sekaligus menuntut ilmu, tidak lebih." Jawab Ning Sarah, keputusannya sudah bulat.

"Pikirkanlah, Ning." Nyai Aisyah menarik nafas panjang, dia akan memberi waktu Ning Sarah berpikir.

"Tidak ada yang perlu aku pikirkan, Ummi." Jawab Ning Sarah, pergi jauh dari sini adalah pilihan tepat untuknya.

"Ummi akan merestui hubunganmu dengan Burhanuddin, apa bila hal itu bisa mencegahnu pergi." Nyai Aisyah masih belum juga menyerah, dia tidak keberatan Ning Sarah menjalin hubungan dengan Burhanuddin, asalkan Ning Sarah mau mempertimbangkan keputusannya.

"Gila...!" Bentak Ning Sarah marah, sehingga dia tidak bisa mengendalikan dirinya. Apa ibunya sudah gila, sudah jelas pria seperti apa Burhanuddin itu.

"Istighfar, Ning..!" Seru Nyai Aisyah lebih terkejut lagi, belum pernah Ning Sarah bicara sekasar itu padanya.

"Ummi sadar, apa yang sudah Ummi katakan padaku?" Tanya Ning Sarah, dia benar benar sangat marah dengan perkataan Nyai Aisyah yang merestui hubungannya dengan Burhanuddin setelah tahu pria seperti apa Burhanuddin itu.

"Ummi sadar, salahkah Ummi yang sangat takut berjauhan denganmu?" Tanya Nyai Aisyah, tanpa disadari air matanya jatuh menyentuh pipinya yang halus.

Ning Sarah terkejut, belum pernah dia melihat ibunya menangis dan kini wanita yang sangat dicintainya itu menangis karena perbuatannya.

"Ummi, maafkan Sarah..!" Ning Sarah memeluk nyai Aisyah dengan rasa bersalah, tidak seharusnya dia membentak ibunya walau sebesar apapun kesalahannya.

"Ummi sayang kamu, kamu tidak tahu bagaimana perasaan Ummi selama kamu mondok di Cirebon dan sekarang kamu akan kembali meninggalkan Ummi ke tempat yang lebih jauh, Mesir itu sangat jauh Ning.." jawab Nyai Aisyah membalas pelukan Ning Sarah, anak yang dulu selalu digendongnya, yang tidak pernah bisa lepas dari pengawasannya kini sudah besar dan bisa mengurus dirinya sendiri.



Bersambung​
 
Menang banyak nih si Udin. Tinggal Latifah dan Ning Sarah yg belum merasakan keperkasaan si Udin ;)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd