Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Santri dan Syahwat

Status
Please reply by conversation.
Chapter 5



"Apa yang sedang merasuki hati dan pikiran anakku, Nyai...?" Tanya Nyai Jamilah, wajahnya kuyu, sudah beberapa malam dia kesulitan tidur memikirkan keinginan Ning Ishma yang ingin menikah dengan seorang santri remaja.

"Aku sendiri nggak tahu, Nyai.." jawab Nyai Aisyah pelan, dia diminta datang oleh Nyai Jamilah untuk membicarakan hal ini. Nyai Aisyah tidak menyangka dengan kenekatan Ning Ishma untuk menikahi Burhanuddin, kenekatan yang jelas langsung ditolak oleh Mbah Yai Maimun kakak iparnya. Sinting, gumam Nyai Aisyah jengkel karena mau tidak mau dia akan terseret dalam masalah ini.

"Siapa sebenarnya Burhanuddin itu, Nyai? Apakah dia santri istimewa sehingga Ning Ishma tergila-gila padanya, Nyai?" Tanya Nyai Jamilah menatap wajah Nyai Aisyah yang terlihat gelisah, dia ingin mendengar atau setidaknya tahu siapa itu Burhanuddin. Dia tidak bisa mengabaikan keinginan Ning Ishma begitu saja, yang menjadi persoalan adalah status Ning Ishma yang baru saja menjanda dan belum genap masa idahnya, tiba-tiba dia datang meminta ijin untuk kembali menikah.

"Dia......dia...!" Nyai Aisyah menghentikan kalimatnya, dia tidak bisa menceritakan siapa Burhanuddin, apa lagi menceritakan hubungan terlarang Burhanuddin dan Ning Ishma. Membual tentang Burhanuddin pun tidak mungkin bisa dilakukannya, Nyai Jamilah pasti bisa melihat kejanggalan dari bualannya.

"Apakah Nyai sudah bicara dari hati ke hati dengan Ning Ishma, Nyai?" Tanya Nyai Jamilah berusaha mengalihkan topik yang sedang mereka bicarakan, karena bisa saja dia keceplosan mengatakan hal yang selama ini menjadi aib.

"Sudah dan sepertinya Ning Ishma sudah tidak mau lagi mendengar apa yang kami katakan, dia bersikeras menikahi pemuda itu. Bisakah kamu melakukan sesuatu untuk kami, Nyai?" Tanya Nyai Jamilah pelan, tatapannya tertuju pada photo pernikahan Ning Ishma. Dia tahu, sejak awal Ning Ishma memang tidak mau menikah dengan Gus Nur.

"Apa itu, Nyai?" Tanya Nyai Aisyah gelisah, kenapa urusannya akan serumit ini dan dia terseret dalam semua persoalan ini.

"Suruh pemuda itu pergi menjauh, cari Pondokan lain yang jauh sehingga dia tidak akan bertemu lagi dengan Ning Ishma." Jawab Nyai Jamilah, hanya itu satu-satunya cara menjauhkan Ning Ishma dan Burhanuddin. Dia dan Mbah Yai Maimun tidak bisa melihat cara lain, dan Mbah Yai Maimun juga tidak bisa meminta tolong Mbah Yai Nafi'mengusir pemuda itu, karena mereka yakin Mbah Yai Nafi'tidak akan mau melakukan hal itu. Satu-satunya orang yang bisa dimintai tolong hanyalah Nyai Aisyah.

Nyai Aisyah terdiam, dia belum siap kehilangan Burhanuddin setelah petualangannya dengan pemuda itu. Pemuda yang berhasil membuatnya menikmati masa muda yang hilang, masa muda yang penuh gairah syahwat. Pemuda itu sudah berhasil menaklukannya, memberinya kepuasan demi kepuasan orgasme yang tidak pernah diperoleh dari Mbah Yai Nafi' dan yang paling penting, pemuda itu tidak boleh pergi jauh dari kehidupannya dan kehidupan Ning Sarah setelah berhasil mendapatkan kehormatan Ning Sarah.

"Nyai, kamu mendengar permintaanku, kan?" Tanya Nyai Jamilah menyadarkan Nyai Aisyah dari lamunannya.

"Eh, insya Allah aku akan berusaha berbicara dengan Mbah Yai Nafi'." Jawab Nyai Aisyah, dia harus mengambil keputusan yang tepat dalam situasi ini.

Dengan cepat Nyai Aisyah sudah berhasil mendapatkan rencana terbaik untuk memisahkan Ning Ishma dengan Burhanuddin, rencana yang akan menutup aibnya. Dia akan meminta Burhanuddin menjauh dari Pesantren, bukan untuk mencari pesantren lain. Tapi dia akan mengajak Burhanuddin mengontrak sebuah rumah yang akan mereka tempati berdua, walau dia tidak akan ada setiap saat, tapi dia bisa datang seminggu sekali untuk melepaskan kerinduannya.

"Atau mungkin aku harus menemui pemuda itu dan menyuruhnya menjauh dari kehidupan Ning Ishma, Nyai ?" Tanya Nyai Jamilah, dia ragu Nyai Aisyah akan melakukan permintaannya. Dari raut wajah Nyai Aisyah, dia merasa ada sesuatu yang berusaha disembunyikan oleh Nyai Aisyah darinya...

"Eh, tidak perlu Nyai. Aku janji, akan berusaha melakukan apa yang Nyai pinta." Jawab Nyai Aisyah gugup, rencananya akan hancur berantakan kalau Nyai Jamilah ikut menemui Burhanuddin.

----XXX----

Nyai Aisyah menunggu Burhanuddin dengan perasaan gelisah, dia merasa dirinya sebagai wanita murahan yang menunggu pria di dalam kamar penginapan. Nyai Aisyah menunduk malu, Burhanuddin sudah berhasil merubah hidupnya dari seorang istri baik-baik, menjadi seorang pezina yang mengkhianati janji suci pernikahan yang pernah diucapkannya.

Nyai Aisyah melirik jarum jam di pergelangan tangannya, hampir setengah jam dia menunggu Burhanuddin di kamar ini, jantungnya berdebar keras saat sebuah ketukan di pintu menyadarkan lamunannya.

"Masuk, nggak dikunci.." jawab Nyai Aisyah keras, dia takut suaranya tidak terdengar sampai balik pintu. Wajah Nyai Aisyah semakin merah, menatap gagang pintu yang bergerak dan beberapa detik kemudian terbuka, Nyai Aisyah menahan nafas melihat Burhanuddin melangkah masuk ke dalam kamar. Penampilan pemuda ini terlihat berubah, tidak ada sarung yang biasa dipakainya, berganti dengan celana jeans dan kaos bertuliskan I Love You. Yaa Allah, apakah kalimat itu sengaja ditujukan untuknya atau hanya sebuah kebetulan?

"Ada apa, Nyai?" Tanya Burhanuddin tersenyum senang, Nyai Aisyah mengajaknya bertemu di penginapan pasti karena dia merindukan kejantanannya. Selau begitu, dan tidak mungkin salah.

"Duduklah Din, ada sesuatu hal penting yang harus kita bicarakan." Jawab Nyai Aisyah dengan gairah yang berusaha keras ditahannya, gairah yang membuat jiwanya berlari menghampiri pemuda itu dengan pelukan hangat. Nyai Aisyah menggelengkan kepal, berusaha membuang jauh semua keinginan yang nyaris tidak mampu dikendalikannya.

Burhanuddin melangkah pelan menghampirinya, senyumnya semakin membakar kesadaran Nyai Aisyah. Hampir saja Nyai Aisyah berdiri memeluk Burhanuddin, menumpahkan semua kerinduannya, namun harga diri masih berhasil menahannya untuk tidak berlaku seperti remaja yang sedang dimabuk cinta. Nyai Aisyah menarik nafas panjang saat Burhanuddin meraih tangannya dan menciumnya, tubuhnya seperti tersengat oleh sensasi aneh yang membuatnya bahagia. Berduaan dengan Burhanuddin di kamar penginapan membuatnya sangat terangsang, ingin menelanjangi dirinya di hadapan pemuda itu saat ini juga, merengkuh sari madu kenikmatan syahwat yang tiada duanya.

Nyai Aisyah memejamkan mata melihat Burhanuddin hanya berjarak satu langkah di hadapannya, gerakkan spring bed saat Burhanuddin duduk di sisinya. Nyai Aisyah nyaris tidak mampu bernafas, berharap sebuah pelukan dan ciuman mesra dari Burhanuddin, namun setelah sekian lama menunggu, harapan itu tidak menjadi nyata.

"Ada apa, Nyai?" Tanya Burhanuddin membuat Nyai Aisyah membuka matanya, menoleh menatap Burhanuddin yang sedang menatapnya.

"Tentang, tentang...!" Gumam Nyai Aisyah, dia kesulitan mengatakan tujuannya memanggil Burhanuddin.

"Tentang apa, Nyai?" Tanya Burhanuddin meraih tangan Nyai Aisyah yang dingin ke dalam genggamannya, Burhanuddin meremasnya lembut untuk berbagi kehangatan. Halus sekali telapak tangan wanita berusia 40an ini, begitu terawat dan tidak pernah mengerjakan pekerjaan kasar.

"Sudahlah, kita tidak perlu membahas hal itu sekarang." Jawab Nyai Aisyah pelan, dia ingin menikmati momen kebersamaan ini dengan pelukan hangat dan cumbuan panas yang membuatnya bahagia.

"Saya tidak mengerti, Nyai..!" Jawab Burhanuddin merengkuh bahu Nyai Aisyah hingga menempel pada dadanya yang bidang, rasa percaya dirinya semakin terbentuk. Nyai Aisyah tidak akan marah, karena pasti itu yang diinginkan Nyai Aisyah saat ini.

"Nanti saja kita bicarakan hal itu, Din..!" Jawab Nyai Aisyah memeluk pinggang ramping dan merebahkan kepalanya di dada Burhanuddin dengan perasaan bahagia, pemuda ini ternyata mengerti apa yang diinginkannya saat ini. Kehangatan dada Burhanuddin semakin membakar gairah Nyai Aisyah, dia bisa merasakan detak jantung Burhanuddin yang teratur, berbeda sekali saat mereka larut dalam pergumulan birahi yang panas, detak jantung mereka akan menari liar bersamaan dengan hembusan nafas mereka yang tidak beraturan.

"Seperti ini, Nyai..!" Burhanuddin mengangkat dagu Nyai Aisyah yang runcing, dengan lembut Burhanuddin melumat bibir tipis Nyai Aisyah dengan bernafsu.

Nyai Aisyah hanya bisa memejamkan mata, menyembunyikan rasa malunya di balik kegelapan. Bibirnya membalas pagutan Burhanuddin dengan bernafsu, membiarkan lidah Burhanuddin menyentuh rongga-rongga mulutnya yang disambut dengan hisapan keras sehingga banyak air liur Burhanuddin yang tertelan olehnya. Inilah air liur pertama yang ditelannya, bahkan air liur suaminyapun tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu.

"Nakal kamu, Sayang...!" Nyai Aisyah mencubit pinggang Burhanuddin dengan lembut setelah ciuman Burhanuddin yang panas terhenti, wajahnya memerah bahagia. Bahagia birahinya kembali tersalurkan oleh Burhanuddin, rasa sepinya hilang dalam dekapan dan cumbuan panas pemuda yang lebih pantas menjadi anaknya dari pada kekasih.

"Nyai Aisyah juga nakal, ludahku ditelan sampai mulutku kering." Jawab Burhanuddin meraih payudara sekal Nyai Aisyah, payudara yang kehilangan keindahannya saat berada di hadapan suaminya. Payudaranya kembali menunjukkan keindahannya dan fungsinya sat berhadapan dengan Burhanuddin yang bernafsu meremasnya, menciumi aromanya dari balik pakaiannya yang lebar.

"Kamu semakin kurang ajar, Din...!" Seru Nyai Aisyah merengkuh kepala Burhanuddin yang sedang asyik menciumi payudaranya yang tersembunyi di balik pakaiannya, hingga wajah pemuda itu menekan keras payudaranya. Getar birahi menjalar di setiap pembuluh darah, begitu panas, bergejolak liar.

"Nyai, suka!" Goda Burhanuddin, dia berusaha membuka gamis lebar Nyai Aisyah yang pasrah membiarkan gamisnya terlepas dari tubuh indahnya. Bahkan dengan suka rela melepas BH yang dikenakan dan juga celana dalam yang terasa menghalanginya.

"Nyai sudah nggak tahan, ya?" Bisik Burhanuddin melihat Nyai Aisyah menelanjangi dirinya tanpa rasa malu, sehingga dia bisa bebas menikmati keindahan payudara dan sekujur tubuhnya yang putih mulus.

"Eh...!" Nyai Aisyah memalingkan wajahnya malu, dia baru menyadari kebodohannya di hadapan Burhanuddin. Namun nasi sudah menjadi bubur, tubuhnya sudah bugil di hadapan pemuda yang berhasil membangkitkan birahinya.

"Indah sekali tubuhmu, Nyai...!" Gumam Burhanuddin takjub, dia membelai perut rata Nyai Aisyah yang berdiri di hadapannya. Perlahan Burhanuddin menciuminya dengan lembut, lalu semakin turun hingga akhirnya menyentuh memek gundul Nyai Aisyah diantara jepitan pahanya yang jenjang.

"Ah, nakal kamu..!" Nyai Aisyah hanya bisa merintih nikmat saat jari telunjuk Burhanuddin menyusuri lembah sempit memeknya hingga itilnya, begitu berulang-ulang membuat Nyai Aisyah menjerit nikmat. Rasa nikmat itu membuat tubuhnya menggelinjang tak terkendali, dengan posisi setengah membungkuk, Nyai Aisyah memegang bahu dan pergelangan tangan Burhanuddin yang sedang mempermainkan memeknya namun dia tidak berusaha mencegah Burhanuddin untuk melakukan aksinya.

"Enak, Nyai?" Goda Burhanuddin semakin gencar menggoda memek Nyai Aisyah dan kini tangan kirinya yang bebas segera menjamah payudara Nyai Aisyah yang menggantung indah, diremasnya dengan lembut sehingga putingnya mencuat diantara jari jarinya.

"Din, jangan permainkan aku...!" Seru Nyai Aisyah histeris, birahinya semakin bergejolak tak terkendali. Ditariknya wajah Burhanuddin ke arah payudaranya yang menggantung indah dan pemuda ini sungguh cerdas, dia tahu apa yang diinginkan Nyai Aisyah. Bibirnya mencaplok puting payudara Nyai Aisyah dengan rakus, menghisapnya dengan keras membuat Nyai Aisyah semakin keras menjerit nikmat.

"Ahhhhhh, Sayang....!" Nyai Aisyah memejamkan matanya, kenikmatan itu sangatlah dahsyat. Hingga akhirnya pertahanannya goyah, gerakan jari Burhanuddin yang mengocok memeknya membuatnya menyerah, orgasme yang selalu diimpikan akhirnya datang menghantam jiwanya yang sedang dahaga. Tubuhnya limbung mendorong Burhanuddin hingga jatuh terlentang di spring bed bersprei biru, tubuh Nyai Aisyah yang kehabisan tenaga menindih Burhanuddin dan sepasang payudaranya jatuh tepat di wajah tampan pemuda itu.

"Ohhhhh, Dinnnn akkku kelllllluaarrrrr..." Seru Nyai Aisyah diantara dengus nafasnya yang tidak beraturan, dia tidak menyadari payudaranya menyumbat pernafasan Burhanuddin.

"Hahahaha...!" Nyai Aisyah tertawa geli saat tubuhnya terbanting ke samping oleh gerakan Burhanuddin yang berusaha menyingkirkan payudara Nyai Aisyah yang menutupi pernafasannya, tawa Nyai Aisyah semakin keras melihat wajah Burhanuddin menjadi sangat merah dan menarik nafas dalam-dalam mengisi paru-parunya.

"Kau hampir membuatku, Nyai...!" Seru Burhanuddin bernafas lega, dia terlentang menatap langit-langit kamar setelah terbebas dari bahaya maut yang mengerikan.

"Maaf Sayang, aku tidak sengaja." Nyai Aisyah tersenyum geli, dia tengkurap di samping Burhanuddin. Perlahan wajahnya semakin mendekati bibir pemuda itu dan sebelum pemuda itu sempat menghindar, bibir Nyai Aisyah sudah melumat bibirnya dengan lembut. Nyai Aisyah sendiri tidak tahu, apa dia melakukannya karena cinta atau nafsu semata dan dia tidak peduli dengan hal itu semua. Dia hanya ingin menikmati semua ini selagi bisa, bukankah syahwat diciptakan di hati semua insan dan tidak ada alasan baginya mengingkari semua itu karena itu sebagai bagian dari hidup itu sendiri.

"Nyai, ennnakkk..!" Seru Burhanuddin lirih saat lidah Nyai Aisyah menggelitik puting dadanya dengan lincah, Burhanuddin pasrah menikmati keliaran birahi Nyai Aisyah, wanita yang diharapkan menjadi ibu mertuanya.

"Kamu suka, Din?" Tanya Nyai Aisyah memandang wajah tampan pemuda yang sudah menaklukkan hati dan syahwatnya.

"Suka sekali, Nyai...!" Jawab Burhanuddin membalas tatapan binal Nyai Aisyah, tatapan yang akan menjatuhkan hati setiap pria yang menatapnya. Terlebih saat jemari halus Nyai Aisyah menggenggam batang kontolnya yang berdiri tegak, kehangatannya membuat Burhanuddin semakin terombang-ambing oleh kenikmatan yang indah, indah karena kenikmatan itu didapatkannya dari wanita yang mulia derajatnya.

"Kamu suka kalau kontol kamu aku jilatin, Din?" Tanya Nyai Aisyah, wajahnya menyentuh kontol Burhanuddin yang panjang sehingga dia bisa mencium aromanya yang memabukkan, hembusan nafasnya yang hangat menerpa kepala kontol yang sensitif membuat Burhanuddin merintih nikmat. Lidahnya terjulur menyentuh sisa kulup kontol setelah disunat. Ini pengalaman yang hebat, menjilati kontol yang bukan milik suaminya dan Nyai Aisyah belum pernah menjilati kontol suaminya.

"Su....ka sekali, Nyai...!" Seru Burhanuddin lirih, dia memandang wajah Nyai Aisyah yang binal, wajah lain yang selama ini tersembunyi rapat dan kini wajah lain itu terlihat nyata di hadapannya.

"Aku juga suka menjilati kontolmu, mencium aromanya yang memabukkan dan membuatku merasa memiliki kebahagian yang sempat hilang. Aku tidak mau kehilangan momen seperti ini, aku ingin menikmatinya setiap waktu aku menginginkannya." Nyai Aisyah kembali menjilati kontol Burhanuddin, setiap bagian dijilatinya dengan penuh perasaan, bahkan lidahnya menjilati kantong peler yang menggantung indah, menyusuri ke bawah dan tanpa merasa jijik menjilati lubang anus Burhanudin yang terkejut tak percaya.

"Nyai, jangan...!" Seru Burhanuddin mendorong wajah Nyai Aisyah menjauhi lubang anusnya, ini sudah keterlaluan dan tidak bisa diterimanya.

Nyai Aisyah tidak peduli dengan penolakan itu, wajahnya semakin terbenam di selangkangan Burhanuddin yang mengangkang lebar. Apa yang dilakukannya adalah perbuatan nista dan menjijikkan, bahkan anus daerah paling menjijikan manusia masih lebih mulia dari perbuatannya. Lidahnya semakin intens menjilati lubang anus Burhanudin dengan bernafsu, larut dalam nista yang membuat jiwanya terbebas dari semua belenggu.

"Sudah Nyai, masukkan kontolku...!" Seru Burhanuddin, nafsunya sudah sampai pada puncaknya dan dia tidak mau pejuhnya keluar akibat kocokan tangan halus Nyai Aisyah, pejuhnya harus keluar di memek wanita itu.

"Iya sayang, memekku juga sudah sangat menginginkan kontolmu." Jawab Nyai Aisyah tersenyum bahagia, dia berjongkok di atas kontol Burhanuddin yang mengacung tegak. Nyai Aisyah memegang kontol Burhanuddin dan menggerak-gerakkan di lobang memeknya hingga kontol Burhanuddin basah oleh lendir dari memeknya, perlahan Nyai Aisyah mendorong kontol Burhanuddin masuk ke dalam memeknya. Mata Nyai Aisyah terpejam, berkonsentrasi pada memeknya yang ditusuk kontol Burhanuddin, memeknya terbelah lebih lebar dari biasanya, hingga akhirnya kontol Burhanuddin bersemayam seluruhnya dalam jepitan memeknya. Otot-otot memeknya bergerak memijat-mijat kontol Burhanuddin dengan lembut.

"Nyai...!" Burhanuddin memandang wajah Nyai Aisyah yang terpejam menikmati benda asing di dalam memeknya, benda yang setiap malam dirindukannya hingga membuatnya selalu memunggungi suaminya saat tidur. Hal yang tidak pernah dilakukannya selama hampir dua puluh dua tahun pernikahannya.

"Ahhhh, nikmat sekali kontolmu Sayang...!" Gumam Nyai Aisyah, perlahan pinggulnya bergerak memompa kontol Burhanuddin, rasa nikmat nyaris membuatnya berteriak histeris, hanya karena takut suaranya terdengar keluar membuat Nyai Aisyah berusaha menahan teriakannya.

"Auuuu, gilaaa...!" Nyai Aisyah menjerit kecil merasakan gerakan kontol Burhanuddin di dalam memeknya, dia meraih kedua tangan Burhanuddin dan meletakkannya di sepasang payudaranya yang bergerak liar mengiringi gerakkan tubuhnya yang memacu kontol Burhanuddin.

"Nikmat sekali memekmu, Nyai...!" Seru Burhanuddin meraih sepasang payudara indah Nyai Aisyah, dia mulai meremasnya dengan lembut benda kenyal dan hangat itu.

"Akku nggak tahan sayang, akkku kelllllluaarrrrr....!" Seru Nyai Aisyah takjub, hanya dalam waktu dua menit dia sudah meraih orgasme dahsyat yang membuat seluruh bulu halus di tubuhnya berdiri. Otot-otot memeknya berkedut semakin keras meremas kontol Burhanuddin, beruntung Burhanuddin berhasil mengendalikan dirinya hingga tidak ikut orgasme seperti yang dialami Nyai Aisyah.

"Gila, aku keluar secepat ini..!" Seru Nyai Aisyah menatap sayu wajah Burhanuddin yang tersenyum bangga karena berhasil membuatnya dalam waktu singkat, orgasme tersingkat yang pernah dialaminya.

"Tapi aku belum keluar, Nyai..!" Seru Burhanuddin melepaskan payudara Nyai Aisyah dari genggamannya, dipeluknya tubuh Nyai Aisyah yang basah oleh peluh sehingga sepasang payudaranya yang montok bersentuhan dengan dadanya yang kekar..

"Iya sayang, aku akan menguras habis pejuhmu..!" Bisik Nyai Aisyah diakhiri dengan lumatan pada bibir Burhanuddin, sementara pinggul Burhanuddin bergerak naik turun memompa memek Nyai Aisyah.

"Ohhh, nikmat sayang...!" Seru Nyai Aisyah merasakan kontol Burhanuddin kembali mengaduk-aduk memeknya dengan cepat, tidak mau hanya berdiam diri, Nyai Aisyah menggerakkan pinggulnya sehingga kontol Burhanuddin semakin cepat mengaduk-aduk memeknya. Bunyi yang terjadi akibat tumbukan kontol Burhanuddin di dalam lobang memeknya yang sudah sangat basah terdengar sangat merdu membuat Nyai Aisyah tertawa geli.

"Kenapa tertawa Nyai?" Tanya Burhanuddin heran.

"Hihihi, bunyi dari memekku lucu ya.!" Seru Nyai Aisyah, dia semakin cepat menggerakkan pinggul sehingga suara yang terdengar pun semakin nyaring memenuhi kamar.

"Ahhh Nyai, orang lagi keenakan malah dibilang lucu." Jawab Burhanuddin meremas pantat Nyai Aisyah yang sekali, pinggulnya tidak berhenti bergerak memompa memek Nyai Aisyah.

"Memang lucu, tapi enaknya nggak ketulungan." Jawab Nyai Aisyah, kenikmatan yang sedang dirasakan membuatnya kehilangan akal sehat. Andai saja dia menjadi janda seperti Ning Ishma, dia akan memaksa Burhanuddin menikahinya tidak peduli hal itu akan membuat Ning Ishma membencinya. Dia hanya ingin menikmati kebahagian bersama Burhanuddin, mengisi hari-harinya dengan sodokan nikmat kontol Burhanuddin.

"Aduhhh Nyai, Akku nggak tahan mau, ngecrot...!" Seru Burhanuddin panik, rasa nikmat akibat jepitan memek Nyai Aisyah membuatnya hampir tak berdaya. Sungguh memalukan kalau sampai dia ngecrot, sementara Nyai Aisyah belum mendapatkan orgasmenya.

"Tahannnnn duluuuu, aku belum...!" Seru Nyai Aisyah, dia masih belum puas. Orgasme yang sedang ditunggu, seperti menjauh.

"Aduhhh, Nyaii...!" Seru Burhanuddin panik saat kontolnya tidak mampu menahan pejuhnya yang memancar keluar dengan deras membanjiri memek Nyai Aisyah, namun Burhanuddin terus menggerakkan kontolnya dengan cepat seolah-olah dia belum mendapatkan orgasme. Dia tidak mau mengecewakan Nyai Aisyah.

"Iya terusssss....!" Seru Nyai Aisyah histeris, dia tahu Burhanuddin sudah mengeluarkan pejuhnya dalam memekmya, dia bisa merasakan semburan pejuh Burhanuddin yang hangat pada memeknya.

"Aduhhh, Nyai...!" Seru Burhanuddin menahan rasa ngilu pada kontolnya, dia berharap kontolnya tetap tegang sampai Nyai Aisyah mendapatkan orgasme.

"Aduhhh, Akku mau keluar sayang..!" Seru Nyai Aisyah, dia semakin cepat menggerakkan pinggulnya, tidak peduli kontol Burhanuddin mulai melembek di dalam memeknya. Beruntung, kontol Burhanuddin yang besar dan panjang membuatnya tidak begitu merasakan perbedaannya, sehingga Nyai Aisyah tetap bisa bergerak cepat mengocok kontol Burhanuddin di memeknya...

"Iya Nyai, buru keluarin..!" Seru Burhanuddin nyaris tidak mampu menahan rasa ngiluny dia ingin segera menyudahi permainan ini sementara waktu.

"Akkku kelllllluaarrrrr...!" Seru Nyai Aisyah menjerit keras, dia sudah tidak peduli lagi suaranya akan terdengar hingga luar kamar. Dia hanya ingin menikah sensasi dahsyat saat orgasme membayarnya ke surga dunia.

"Kamu hebat sayang, nikmat sekali...!" Nyai Aisyah kembali melumat bibir Burhanuddin yang merasa lega setelah Nyai Aisyah orgasme, kontolnya terbebas dari rasa ngilu yang menyiksa. Dengan penuh suka cita, Burhanuddin membalas ciuman Nyai Aisyah.

"Nyai, puas?" Tanya Burhanuddin was-was, jangan sampai Nyai Aisyah kecewa.

"Puas sekali sayang, kamu yang terbaik." Bisik Nyai Aisyah pelan, sudah waktunya dia mengutarakan rencananya mengajak Burhanuddin pergi dari pondok. Rencana yang harus dibicarakannya dengan berhati-hati, jangan sampai Burhanuddin marah dan meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya. Dia tidak mau kehilangan Burhanuddin.



Bersambung[)B]
 
Itu kalo bener udin dipindah keluar dari pondok..pasti wanuta-wanitanya udin oada mewek semua..

Makasih updatenya master satria..
:ampun:
 
Lebih bagus nyai Aisyah hamil anak Udin nih.
Dan semoga om TS berbelas kasihan sama Nyai Jamilah yg blm ngerasain keperkasaan kontol Udin.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd