Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT SDS - Syahwat di Sekolah (No SARA)

Status
Please reply by conversation.
Nah loh nah loh...


Bu nia sih gk terlalu ya😏 tapi saya mah nunggu bu farhah sama bu muti yang masih segel, kecuali.....
 
Part 16

"Huaahhhh." Bu Ros mengatur nafasnya.



"Capek, Bu." ucap Gw yang sudah terkapar di atas tubuh bugilnya.

"Hebatt kamu, Jaakk." ucapnya sambil memeluk tubuh Gw.

"Masih lemes, Bu?" tanya Gw.

"Lemes banget aku, Jak. Sendi-sendi aku kayak udah lepas semua."

*Brakkk

Pintu apartemen kosong itu terbuka.

Seseorang masuk dengan langkah yang terburu-buru mengagetkan kami berdua.

"Bagus kalian ya." ucap seseorang itu yang ternyata adalah Bu Nia.



"Udah saya bilang ke kamu ya jangan manfaatin Ros tapi malah tetep aja." kata Bu Nia sambil melemparkan baju Bu Ros kepadanya.

"Pake, cepetan!!." perintahnya.

"Nanti, capek banget aku. Lemes banget aku main sama Jaka." jawab Bu Ros.

"Kamu juga samanya. Inget, kamu tuh punya anak, punya suami. Apa yang bakal mereka pikirin kalo tau ternyata perbuatan kamu begini." omel Bu Nia.

"Salah sendiri, kenapa suami aku enggak bisa muasin aku kayak Jaka. Lagipula pasti anakku bahagia kalo ibunya bahagia." jawabnya.

"Kamu dipelet pake apa sih sama Jaka. Heran."

"Pake kontolnya. Enak loh. Kalo kamu cobain nanti pasti ketagihan kayak aku." jawabnya.

*Plakkkk

Sebuah tamparan mendarat di pipi Bu Ros.

"Kamu tuh ya, Ros. Udah lah, aku gak mau ikut campur lagi urusan kalian." ucap Bu Nia yang lalu meninggalkan kami berdua.

"Sakit, Bu?" tanya Gw sambil mengelus-elus pipinya yang tadi baru saja ditampar Bu Nia.

"Enggak kok. Cuma heran aja kok dia begitu sama aku." jawabnya.

"Biasanya kita tuh apa-apa bareng. Satu hobi, satu kesukaan." lanjutnya.

"Mungkin karena belum ngerasain kontol saya aja kali ya, Bu."

"Iya kali ya. Kapan-kapan coba kamu godain Bu Nia." sarannya.

"Ahh, mana bisa saya goda-godain Bu Nia kayak Bu Ros godain saya. Yang ada malah saya ditampar nanti sama dia." jawab Gw.

"Tapi kan saya mau gitu punya temen satu dosa. Hehehe." ucapnya.

"Cariin dong makanyaa." pinta Gw.

"Kamu mau tau gak? " tanyanya.

"Apa, Bu?"

"Beberapa bulan yang lalu Hanna cerita sama aku. Dia diperkosa sama pacarnya sama temen-temen pacarnya juga." ceritanya.

"Beneran??" tanya Gw kaget.

"Iya. Dan saat itu dia masih perawan. Gila enggak tuh diperawaninnya langsung diperkosa begitu." ucapnya.

"Kenapa enggak dilaporin ke polisi, Bu?" tanya Gw.

"Makanya setelah dia mikir panjang, dia berani cerita ke aku agar aku bisa tanya ke suami aku yang polisi." jelasnya.

"Tapi jawaban dari suami aku enggak mengenakkan. Dia bilang sulit soalnya enggak ada bukti. Dan juga udah enggak bisa di visum kan. Apalagi pacarnya sama temen-temennya itu kata Hanna orang tajir, mereka bisa nyewa pengacara bagus buat ngalahin Hanna nantinya." lanjutnya.

"Tega banget ya, Bu. Kok ada orang yang sekejam itu." komen Gw.

"Nah, setelah itu Hanna mulai sering cerita ke aku. Dia itu malah menanya-nanyakan apa bener berhubungan seks sesakit itu. Dan akhirnya dia mencoba untuk masturbasi, dan sekarang dia ketagihan hal itu." ucapnya.

"Bahkan dia cerita, kalo dia main live chat untuk menyalurkan syahwatnya itu." tambahnya.

"Apa enggak ketauan mukanya itu, Bu?" tanya Gw.

"Enggak. Dulu juga aku tanyain terus dia kasih unjuk salah satu screenshotnya dia. Cuma leher kebawah aja." jawab Bu Ros.

"Nah, coba Jak kamu ajak dia. Tapi jangan to the point. Main halus aja gituu." perintahnya.

"Gimana tuh Bu? Saya enggak bisa kalo gitu-gitu." jawab Gw.

"Coba kamu main live chat yang sama kayak dia, nanti aku kirimin link download aplikasinya. Abis itu tinggal kamu cari dia sampe ketemu, kamu pamerin deh tuh kontol kamu. Sampe dia suka, terus kamu bilang kalo sebenernya kamu kenal dia dan dia kenal kamu gitu. Nanti sisanya aku deh yang ngebujuk." perintahnya lagi.

"Lah, cara nemuinnya gimana Bu. Kan saya enggak bisa ngeliat mukanya." tanya Gw.

"Dia tuh punya tanda lahir di deket pusarnya. Mirip kayak pulau Kalimantan gitu." jelasnya.

"Sebegitunya banget ya Buuu." protes Gw.

"Biar saya ada temen, Jak. Lagipula kan malah untung di kamu, jadi dapet memek baru." jawabnya.

"Yaudah dehh. Apa sih yang enggak buat Bu Ros."

Setelah itu kami kembali mengenakan pakaian yang tergeletak berantakan di lantai. Kami kembali ke apartemen Bu Nia sendiri sendiri. Bu Ros lebih dulu kembali ke apartemen Bu Nisa, beberapa menit setelahnya baru lah Gw masuk yang saat ditanya habis kemana Gw menjawab habis mencari tempat merokok.

"Ahh parah Jaka enggak ngajak-ngajak." protes Suami Bu Lena.

"Au nih, parah nih. Enaknya sendirian aja." timpal Pak Rizki.

"Hehh, katanya mau berhenti." omel Bu Putri.



"Ya mau, tapi belum bisa. Hehehe." jawab Pak Rizki.

"Kalo mau berhenti mah jangan dipaksa, Put. Biarin Rizki sendiri aja yang berjuang nahannya." kata Suami Bu Lena menasihati Bu Putri.

"Tuh, Mi. Jangan kamu cukup mendukung aku aja yaa." ucap Pak Rizki yang disusul lemparan bantal dari Bu Putri.

"Umi, Umi. Emang aku Umi kamu." omelnya yang membuat kami semua menertawainya.

"Bapak sama Bu Lena kesini anak-anak enggak kenapa-kenapa, Pak?" tanya Gw ke suami Bu Lena setelah Gw duduk mendekat kepadanya.

"Lagi saya titip di rumah mertua saya kok, Jak. Nanti malem kan saya ada acara." jawabnya.

"Ohh, mau pergi ya? Sibuk mulu nih Sang Pengusaha." tanya Gw.

"Iya nih, sayanya yang pergi. Tapi istri saya tetep di rumah. Lagi mau me time ditemenin sama Bu Nisa." ucapnya sambil tersenyum kepada Gw yang Gw paham bahwa maksudnya adalah rumah sudah siap untuk Gw lakukan aktivitas kencrot mengencrot nanti malam bersama Bu Lena dan Bu Nisa.

"Mau kemana emangnya, Pak?" tanya Gw kepo.

"Mau ke Pekalongan, Jak. Temen-temen saya mau ngajak ngeliat produksi batik disana. Mudah-mudahan aja nemu relasi buat nambah usaha." jawabnya.

"Duhhh, ngobrol sama pengusaha mah susah ya. Bisnis terus." jawab Gw.

"Yaa namanya hidup, Jak. Selama darah masih mengalir uang juga harus tetap mengalir." jelasnya.

"Kapan pak berangkatnya?" tanya Gw.

"Nih nanti setelah nganter ibu pulang saya langsung berangkat." jawabnya.

Benar saja. Setelah kamu semua pamit pulang ke rumah masing-masing, seperti biasa Gw membonceng Bu Nisa istri pertama Gw.

"Jak, kita langsung ke rumah Bu Lena ya." perintah Bu Nisa.



"Iya, Bu. Tadi saya udah ngobrol sama Suami Bu Lena. Saya udah tau plannya." jawab Gw.

"Enak banget kamu. Suaminya Bu Lena Ampe ngalah istrinya mau ditidurin orang lain." ucap Bu Nisa.

"Kan yang lebih enak itu Bu Lena sama Bu Nisa. Hehehehe." jawab Gw.

Sesampainya di rumah Bu Lena, suasanya begitu sepi. Bahkan security yang biasa menjaga pintu tidak berada di tempat biasanya.

"Sepi banget, Bu." ucap Gw ke Bu Nisa.

"Emang. Tadi Bu Lena bilang kalo semuanya diliburin biar kita bebas." jawabnya.

"Masuk, Nis, Jak." teriak Bu Lena dari pintu rumahnya.



Bu Nisa pun membukakan gerbang sehingga Gw bisa memasukkan motor Gw lalu memarkirkannya di garasi rumah Bu Lena. Saat Gw masuk ke rumahnya, Bu Lena terlihat sedang asik menonton TV.

"Udah sepi aja, Bu." ucap Bu Nisa.

"Iya doong. Suami saya baru aja berangkat. Jadi kita bisa bebas. Hihihi." jawabnya.

"Kalian bebas, sayanya enggak." ucap Gw.

"Masa sih, kamu enggak mau sama ini." ucap Bu Lena yang sudah mengangkangkan kakinya lalu mengusap memeknya dari luar celananya.

"Saya masih capek tau, Bu. Tadi baru aja ngentot sama Bu Ros." keluh Gw.

"Kok bisa main lagi, Jak. Gimana ceritanya?" tanya Bu Nisa.

"Kan kemarin waktu Bu Nisa sama Bu Nia belanja, saya ngobrol sama Bu Ros nanya tentang pertanyaan yang di grup itu." jelas Gw.

"Nah abis itu, Bu Ros bilang ketagihan sama kontol saya. Tapi saya enggak enak sama Bang Sani kalo make kamarnya lagi. Akhirnya kami main waktu tadi kita lagi di apartemen B Nia. Di sebelahnya ada apartemen kosong bekas saudaranya Bu Nia jadi kami pake." lanjut Gw.

"Tuh kan feeling saya bener. Untung aja saya udah siapin. Tuh Jak minum jamu di dapur. Udah saya bikinin khusus buat kamu." ucap Bu Lena.

"Jamu apa, Bu?" tanya Gw sambil berjalan menuju dapur untuk mengambil jamu khusus buatan Bu Lena.

"Jamu kuat, Jak. Biar kita bisa main sampai pagi."

"Baunya kok enggak enak, Bu." kata Gw sambil membawa segelas jamu itu ke depan TV tempat Bu Lena dan Bu Nisa berada.

"Bau sama rasanya emang enggak enak. Tapi efeknyaaa." ucap Bu Lena.

"Kenapa Bu efeknya?" tanya Gw.

"Coba aja kamu minum dulu."

*Glekk glekk glekk

Gw meminum jamu itu sambil menjepit hidung.

"Pait bangettt. Amiss. Sepett." ucap Gw.

"Enggak ada manisannya, Bu?" tanya Gw ke Bu Lena.

"Nihh." ucap Bu Nisa yang mengangkat baju dan BH nya sehingga menampakkan sebelah toketnya.

"Hahahaha. Bu Lena hanya bisa tertawa melihat tingkah Bu Nisa.

"Enggak enak beneran iniii." ucap Gw lalu berlari menuju kulkas untuk mencari minuman.

"Itu jamu bikinan kamu, Bu?" tanya Bu Nisa ke Bu Lena.

"Iya, aku dulu pernah diajarin bikin jamu-jamuan buat suami saya. Tapi enggak ada hasil, padahal kalo ke orang normal efeknya bagus banget." jawabnya.

"Udah ngaceng, Jak?" tanya Bu Nisa ke Gw.

"Belom ini." jawab Gw lalu duduk di sofa bersama Bu Nisa dan Bu Lena.

"Ya belom lah. Efeknya nanti muncul setelah dua jam minum jamunya." ucap Bu Lena.

"Kok lama banget, Bu?" tanya Bu Nisa.

"Iya, emang. Tapi nanti daya tahan efeknya juga lama. Seharian bisa. Makanya aku liburin semua orang di rumah ini." jelas Bu Lena.

Bu Nisa lalu membuka pakaiannya satu persatu hingga telanjang sepenuhnya.

"Ngaceng gak, Jak?" tanya Bu Nisa sambil memainkan toketnya.

"Belum, Bu." jawab Gw.

"Coba Bu Lena telanjang juga." suruh Bu Nisa.

Bu Lena pun bangun lalu ikut membuka seluruh pakaiannya satu persatu hingga ikut bertelanjang juga seperti halnya Bu Nisa.

"Kamu buka juga dong, Jak." suruh Bu Nisa.

Gw pun mengikuti perintah Bu Nisa lalu setelah kami bertiga telah bertelanjang badan. Kami hanya duduk terdiam menikmati suasana itu.

"Enak gak main sama Bu Ros, Jak?" tanya Bu Lena.

"Hahaha. Parah tadi mainnya beringas." seru Gw.

"Enakan mana mainnya ama saya?" tanya Bu Lena.

"Semua orang ada kelebihannya masing-masing kok, Bu." jawab Gw lalu merebahkan tubuh Gw ke pangkuan Bu Lena.

"Tapi saya tetep suka yang ini." lanjut Gw sambil meremas toket Bu Lena.

"Apalagi ini." tambah Gw sambil menyentuh toket Bu Nisa dengan kaki Gw.

"Ihh kok enggak bangun-bangun sih." ucap Bu Nisa yang lalu menjilati kontol Gw.

"Sabar, Nis. Butuh kesabaran untuk mendapatkan kepuasan." kata Bu Lena.

Bu Nisa menjilati kontol Gw yang masih layu itu. Dimainkannya seperti sebuah permen batangan di dalam mulutnya.

Gw pun mencoba untuk menyusu kepada Bu Lena. Dan Bu Lena memeluk Gw seperti menggendong seorang bayi besar.

"Sinta pasti cemburu nih kalo ngeliat kita. Hahahaha." ucap Bu Lena.

"Ehh, iya. Sekalian foto-foto yuk." kata Bu Nisa menghentikan permainannya pada kontol Gw.

Bu Nisa lalu mengambil HP nya dan memotret Gw yang sedang menyusu kepada Bu Lena.

"Bu, kita main berdua yuk." ajak Bu Nisa kepada Bu Lena untuk bermain F&F berdua menunggu syahwat Gw yang masih layu.

"Ayuk, kita pindah ke kamar aja sekalian." ucapnya.

Lalu kami pindah ke kamar Bu Lena yang cukup besar. Tak lupa kami membawa pakaian masing-masing yang telah kami lepaskan tadi.

"Kamu rebahan aja dulu, Jak. Ngeliatin kita main." suruh Bu Lena.

Gw pun naik ke atas kasur, diikuti Bu Lena dan Bu Nisa. Gw ambil bantal agar bisa nyaman dengan posisi yang pas untuk menonton permainan mereka berdua.

Bu Nisa lalu memegang pundak Bu Lena, lalu diciumnya bibir Bu Lena yang masih berlapis lipstik itu. Bu Lena tidak tinggal diam, dia raih toket Bu Nisa lalu dimainkannya. Gw sambil menikmati tontonan itu hanya menyaksikan sambil beberapa kali mengambil foto untuk kenang-kenangan kami. Dan juga untuk membuat Kak Sinta cemburu.

"Kan yang terakhir kali dientotin Jaka itu aku, biar aku duluan yang bikin kamu puas, Nis." ucap Bu Lena.

Kini Bu Lena menciumi leher Bu Nisa hingga Bu Nisa hanya bisa terdangak ke atas. Tangan Bu Lena mengelus-elus memek Bu Nisa yang tertutupi jembut tipis itu.

Kini ciuman dan jilatan diluncurkan Bu Lena sehingga terlihat leher Bu Nisa basah terkena air liur Bu Lena.

"Aaahhhh. Enak banget, Bu." desah Bu Nisa.

Ciuman Bu Lena turun menuju kedua toket Bu Nisa. Bergantian kanan dan kiri dijilatinya hingga Bu Nisa hanya bisa terpejam sambil sesekali mengeluarkan desahan.

"Sshhhhh. Ahhhh. Enakk, Buuuu."

Bu Lena mendorong pelan tubuh Bu Nisa agar tertidur dekat dengan Gw. Jilatannya kini bergerak menuju perut Bu Nisa lalu menuju pahanya. Dibukanya paha Bu Nisa lebar-lebar agar Bu Lena mudah untuk menjilati memeknya.

*Slurrpp slurrppp

Dijilatinya memek Bu Nisa sehingga Bu Nisa mendesah semakin keras di hadapan Gw sambil terpejam.

"Aahhhh, aahhhhh. Uhhhhh." desahnya sambil meremas keras bed cover kasur yang kami gunakan.

"Enam sembilan aja, Bu." saran Gw ke Bu Lena sehingga Bu Lena merubah posisinya.

Kini Bu Lena pindah agar memeknya bisa dijilati Bu Nisa. Bu Lena membokongi Gw sehingga Gw bisa melihat lubang memek juga lubang pantatnya.

Bu Nisa kini mulai menjilati memek Bu Lena sehingga membuat suasana di ruangan itu semakin panas. Tak lupa Gw memotret mereka yang sedang 69 itu untuk kenang-kenangan kami.

*Slurrpp slurrppp

Terlihat kini selain menjilati memek Bu Nisa, Bu Lena juga memasukkan jarinya ke memek Bu Nisa.

"Hmmmpp. Hmmpppp." desah Bu Nisa yang tidak terdengar karena mulutnya penuh dengan memek Bu Lena.

*Slurp slurp slurp slurp slurp

Semakin cepat terdengar suara sedotan Bu Lena dalam memeknya Bu Nisa sehingga membuat Bu Nisa gelinjang keenakan.

"Aaahhh, Buuuuuu. Aku keluaaarrrr." racau Bu Nisa menikmati orgasmenya.

Lalu Bu Lena menempatkan memeknya di mulut Bu Nisa agar kembali dijilatinya. Bu Nisa langsung menjilati memek Bu Lena agar Bu Lena juga merasakan kenikmatan yang baru saja Bu Nisa dapatkan.

Untuk membantunya, Gw basahkan telunjuk Gw dengan ludah Gw lalu menusukkannya ke anus Bu Lena.

"Aaahhhh." desah Bu Lena.

*Slurp slurp slurp slurp slurp

Bu Nisa mempercepat jilatannya di memek Bu Lena seperti halnya yang dilakukan Bu Lena tadi. Gw pun juga semakin cepat mengeluar masukkan telunjuk Gw dalam anus Bu Lena. Lalu,

*Seeerrrrrr

Cairan orgasme Bu Lena mengucur membasahi wajah Bu Nisa.

*Brukkk

Tubuh Bu Lena tergeletak di samping tubuh telanjang Bu Nisa.

Gw pun mengikuti mereka dengan menempatkan tubuh bugil Gw diantara Bu Nisa dan Bu Lena. Melihat hal itu, Bu Lena bangun agar kepalanya berada sama dengan kepala Gw dan Bu Nisa.

Bu Nisa kini memeluk Gw begitu pun Bu Lena.

"Udah bangun, Jak?" tanya Bu Nisa.

"Belum. Orang baru sejam." jawab Gw.

"Enak juga ya bertiga dan sebebas ini." ucap Bu Lena yang tangannya mencoba menggapai Bu Nisa agar bisa dipeluknya.

"Udah kayak poligami. Hihihi." saut Bu Nisa.
Bu Nia perlu dihajar Jak. Manfatin Bu Lena sama Bu Nisa.. pengen tau ane, orang segalak Bu Nia mulutnya nyepong orang yang dia bentak

Bu Ros juga bisa balas perlakuan Bu Nia :D;)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd