Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Sebuah Kesalahan__ versi BHyunjin

Bucin_Hyunjin

Tukang Semprot
Daftar
21 Mar 2021
Post
1.082
Like diterima
7.576
Lokasi
Daegu
Bimabet
Akan menuliskan hasil Remake dari cerita2 legendaris dari para suhu legend pendahulu ide remake dibuat oleh penulis sendiri. Sehingga jika ada perbedaan ending dan alur mohon dimaklumi karena merupakan karangan penulis sendiri (BHyunjin)

List Cerita

1. Kisah RENI dan PAK SITOR


Disclaimer dan credit serta penghargaan setinggi tinggi nya untuk suhu penulis original ceritanya
 
Pernah baca, akhirnya jadi selingkuhan (variannya jadi selingkuhan Pak Sitor hingga hamil dan pindah ke kota asal (tetap selingkuh) atau suami Reny sewa dukun untuk menggagalkan pelet pak Sitor) dan agama tetap hu. Sarannya saya dikembangkan adegan seksnya, ending pakai varian pertama.
 
Iya diajak nikah tapi gak bisa karena dah bersuami
 
Pernah baca, akhirnya jadi selingkuhan (variannya jadi selingkuhan Pak Sitor hingga hamil dan pindah ke kota asal (tetap selingkuh) atau suami Reny sewa dukun untuk menggagalkan pelet pak Sitor) dan agama tetap hu. Sarannya saya dikembangkan adegan seksnya, ending pakai varian pertama.
Ini dia... Ending nya jelas bakal beda wkwk
 
pak sitor diajak suami reny tinggal dikota dan skandal terus berlanjut dan reny ingin hamil anak pak sitor....lanjutin bos
 
Sebuah kesalahan Remake 1




Namaku Reni, usia 25 tahun. Aku sendiri
MEE3CR_t.jpg
berkulit putih dan rambutku sebahu dengan tinggi 165 cm dan berat 51 kg. Aku telah menikah setahun lebih. Aku berasal dari keluarga Minang yang terpandang. Aku sendiri adalah anak tunggal dari keluarga ku. Aku lulus dari salah satu Universitas terbaik di Indonesia 3 tahun yang lalu dengan predikat cumlaude. Meskipun saat ini aku belum mengenakan hijab namun aku memiliki dasar pendidikan agama yang kuat yang diajarkan kedua orangtua ku yang asli minang.

Aku bekerja pada sebuah Bank pemerintah yang cukup terkenal. Suamiku Ikhsan adalah seorang dosen muda pada sebuah perguruan tinggi swasta di kota P di Sumatera Utara. Bang Ikhsan sendiri adalah senior ku di kampus yang saat ini berusia 28 tahun. Di samping pekerjaannya sebagai dosen, ia juga memiliki beberapa usaha perbengkelan. Kami menikah setelah sempat berpacaran sejak aku kuliah kurang lebih 3 tahun. Perjuangan kami cukup berat dalam mempertahankan cinta dan kasih sayang, selain karena orangtua ku tidak setuju tentang konsep pacaran tapi karena banyak godaan yang kami alami dari pihak luar.

Bagaimanapun, kami dapat juga melalui semua itu dengan keyakinan yang kuat hingga kami akhirnya bersatu. Kami memutuskan untuk menikah tapi kami sepakat untuk program KB dulu guna menunda dulu punya anak. Aku dan Bang Ikhsan cukup sibuk sehingga takut nantinya tak dapat mengurus anak. Kehidupan kami sehari-hari cukup mapan dengan keberhasilan kami memiliki sebuah rumah yang asri di sebuah lingkungan yang elite dan juga memiliki 2 unit mobil sedan keluaran terbaru hasil usaha kami berdua. Karena memang aku dan suamiku termasuk sangat giat dalam bekerja.

Begitu juga dalam kehidupan seks tiada masalah di antara kami. Ranjang kami cukup hangat dengan 4-5 kali seminggu kami berhubungan suami istri. Aku memutuskan untuk memakai program KB dulu agar aku tidak hamil duku dan kehamilanku dapat kuatur. Aku pun rajin merawat kecantikan dan kebugaran tubuhku agar suamiku tidak berpaling dan kehidupan seks kami lancar. Aku rajin menjaga diet makan ku ditambah lagi kegiatan rutin yoga dan Olahraga lain selalu aku jalankan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran serta menjaga tubuhku agar tetap terlihat indah seperti saat kuliah dulu.

Suatu waktu, atas loyalitas dan prestasi kerjaku yang dinilai bagus, maka pimpinan menunjukku untuk menempati kantor baru di sebuah kabupaten baru yang merupakan sebuah kepulauan X. Aku merasa bingung untuk menerimanya dan tidak berani memutuskannya sendiri. Aku harus merundingkannya dulu dengan suamiku.

Malam itu aku pun berunding dengan bang Ikhsan suami ku
" bang... Aku dapat tawaran untuk mutasi ke pulau X, dengan imbalan kenaikan peringkat yang lebih tinggi.... Tapi, nanti reni baru bisa pulang seminggu sekali..... Bagaimana menurut abang apakah reni ambil atau ngga ya bang? " ujar ku pada suamiku
" kalau itu bisa mengkatrol karir adek, abang dukung kok " jawab bang Ikhsan
" tapi adek harus bisa jaga diri disana ya.. Karena itu merupakan pulau orang lain " ujar bang Ikhsan menasihati ku.

Bagiku naik atau tidaknya statusku sama saja, yang penting bagiku adalah keluarga dan perkawinanku. Tanpa aku duga, Suamiku ternyata sangat mendorongku agar tidak melepaskan kesempatan ini. Inilah saatnya bagiku untuk meningkatkan kinerjaku yang biasa-biasa saja selama ini, katanya. Aku bahagia sekali karena bang Ikhsan sangat mendukung ku.

Setelah mendapat restu dari suamiku, aku dan bang Ikhsan pun minta izin pada kedua orangtua ku. Meski awalnya kedua orangtua ku menolak dan lebih menyuruh ku untuk punya keturunan dulu, tapi bang Ikhsan mampu meyakinkan kedua orangtua ku agar aku diizinkan mengambil mutasi itu. Hingga akhirnya mereka pun mendorongku agar maju dan dan mengambil peluang itu. Suamiku hanya minta agar aku setiap minggu pulang ke Kota P agar kami dapat berkumpul. Aku pun setuju dan berterima kasih padanya.

Karena 2 minggu lagi aku harus mulai masuk kerja di pulau itu, hari Minggu depannya sebelum mulai kerja Aku pun pindah ke pulau X yang jika ditempuh dengan naik kapal motor dari Kota P akan memerlukan waktu selama 5 jam saat cuacanya bagus bersama suamiku.

Hari pertama kerja aku diantar oleh suamiku dan sorenya dijemput. Suamiku ingin agar aku betah dan dapat secepatnya menyesuaikan diri di pulau ini. Memang sarana prasarana di pulau itu belum lengkap. Saat ini aku mendapat jatah sebuah unit rumah dinas. Meskipun kompleks rumah dinas disana cukup asri dan nyaman. Namun Rumah-rumah dinas yang lainnya pun masih banyak yang kosong. Selama di pulau itu pun suamiku tidak lupa memberiku nafkah batin karena nantinya kami akan bertemu seminggu sekali. Aku pun menyadarinya dan kami pun mereguk kenikmatan badaniah sepuas-puasnya selama suamiku di pulau ini. Tiap malam aku dan bang Ikhsan selalu merengguk kenikmatan bersetubuh.

Sehari setelah pindahan suamiku dalam tempo yang singkat telah dapat berkenalan dengan beberapa tetangga yang jaraknya lumayan jauh. Ia juga mengenal beberapa tukang ojek dan beberapa pedagang di sekitar daerah Rumah Dinas ku. hingga tanpa kusadari suatu hari ia menjemputku pakai sepeda motor yang aku yakini bang Ikhsan pinjam dari salah satu tukang ojek disana.

Salah satu tukang ojek yang dikenal dan akrab dengan suamiku adalah Pak Sitor. Pak Sitor ini adalah laki-laki berusia 60 tahun. Pak Sitor ini berperawakan tinggi sekitar 180 cm namun tubuhnya cenderung kurus dan berkulit hitam terpapar panas matahari. Ia tinggal sendirian dipulau itu sejak istrinya meninggal 10 tahun lalu dan kedua anaknya yang sudah dewasa pergi mencari kerja ke Jakarta. Kedua anak pak sitor kini sudah menikah. Laki-laki asal Kota M di Sumatera itu harus memenuhi sendiri hidupnya di pulau itu dengan kerja sebagai tukang ojek meski usianya sudah tua tapi terlihat fisik pak sitor masih sangat sehat.

Pak Sitor orangnya sekilas terlihat kasar dan keras namun jika telah kenal ia cukup baik. Menurut suamiku, yang sempat bicara panjang lebar dengan Pak Sitor, dulunya ia pernah tinggal di Kota P sebagai buruh pelabuhan. Suatu saat ia ingin mengubah nasibnya dengan berdagang namun bangkrut. Untunglah ia masih punya sepeda motor hingga menjadi tukang ojek. Karena nasib nya yang kurang baik ini suamiku pun merasa peduli dan berempati dengan pak sitor

Saat ini setelah suamiku kembali pulang ke kota P, hampir tiap akhir pekan aku pulang ke Kota P untuk berkumpul dengan suamiku. Yang namanya pasangan muda tentu saja kami tidak melewatkan saat kebersamaan di ranjang. Saat aku pulang, aku menitipkan
rumah dinasku pada Pak Sitor karena suamiku bilang ia dapat dipercaya. Akupun mengikuti kata-kata suamiku.

Seperti minggu ini sebelum aku pulang ke kota P aku menemui pak sitor
" pak... Aku titip rumah dulu ya bebrapa hari... Aku mau cuti bentar pak" ujarku pada pak sitor sambil menitipkan kunci karena akan ada paket yang dikirimkan ke rumah dinasku, sehingga aku memberikan kunci rumah agar pak sitor bisa memasukan paket ku kedalam rumah.

Tak selalu aku yang pulang ke kota P kadang-kadang jika kondisi ku lagi sibuk sibuknya sedangkan suamiku sedang senggang, aku diberi kabar oleh suamiku bahwa aku tidak usah pulang karena ia yang akan ke pulau. Sering kali suamiku bolak-balik ke pulau hanya karena kangen padaku. Sering kali pula ia meminjam sepeda motor Pak Sitor dan memberinya uang lebih. Suamiku telah menganggap Pak Sitor sebagai sahabatnya karena sesekali saat ia ke pulau, Pak Sitor diajaknya makan ke rumah.

Malam itu pak sitor datang kerumah kami karena undangan dari bang Ikhsan. Saat bang Ikhsan sedang mandi aku dengar suara bel ditekan aku pun membukan nya dan ternyata pak sitor sudah didepan rumah
" silahkan masuk pak" ucap ku pada pak sitor.
Setelah suamiku menyelesaikan mandinya kita bertiga pun makan bersama di satu meja, hari ini aku memakai daster panjang yang cukup press. Aku melihat pak sitor sering melirik ke arah ku dengan malu2...

Disela sela makan suamiku membuka obrolan.
" Pak Sitor udah lama ngojek di daerah sini?" tanya suamiku
" iya... Pak udah cukup lama" jawab pak sitor
" kalau begitu gimana kalau pak sitor jadi ojek pribadi si reni. Selain dia belum hafal sama daerah ini. Aku sebagai suami khawatir juga meninggalkan reni sendiri di pulau ini pak"
" nanti untuk upahnya saya kasih tiap bulan 2 juta."
" tugas pak sitor cuma antar jemput reni dari kantor kok pak" ujar bang ikhsan suamiku.
" siap nak ikhsan.... Tapi apa bayaran bapak ngga terlaku besar?" tanyanya
" ngga kok pak hitung2 ucapan terimakasih dari saya sekalaian buat bantu ongkos hidup pak sitor" ucap bang Ikhsan
" makasih ya nak ikhsan, nak reni" ucap bang sitor. Kemudian kami melanjutkan makan dan ngobrol2 ringan.

Sejak saat itu aku pun rutin di antar jemput Pak Sitor jika ke kantor. Tidak Hanya itu pak sitor juga bersikap sangat baik padaku tidak jarang ia membawakanku penganan asli pulau itu kepada ku. Aku pun menerimanya dengan senang hati dan berterima kasih. Kadang aku pun membawakannya oleh-oleh jika aku baru pulang dari Kota P. Selain itu pak sitor juga selalu membantu ku untuk setidaknya membenarkan keran air, saluran air, memasang dan mengganti lampu, membetulkan genting saat bocor hujan hingga sekedar memasang tali jemuran.

Setelah beberapa bulan aku tugas di pulau itu dan melalui rutinitas seperti biasanya, tiba-tiba hari itu suamiku datang dan memberiku kabar bahwa ia akan disekolahkan ke Australia selama 3 tahun.
" Reni... Abang ada tawaran beasiswa ke Australia untuk ambil S3 abang" ucapnya padaku aku tau ini merupakan beasiswa yang sudah ia idamkan sejak dulu untuk menambah pengetahuannya dan gelar yang akan dimiliki nya. Aku tahu beasiswa ini merupakan obsesinya sejak lama. Dengan berat hati Aku pun menerimanya dan mendorong suamiku untuk mengambil kesempatan ini. Aku pikir demi masa depan dan kebahagiaan kami juga nantinya sehingga tidak masalah bagiku.

Bebrapa hari sebelum Suamiku berangkat, bang Ikhsan datang mengunjungi ku di pulau itu, ia pun kembali mengajak pak sitor untuk makan malam bersama karena ada sesuatu yang ingin ia sampaikan pada pak sitor. Di meja makan itu kami bertiga pun ngobrol
" Pak saya titip reni untuk sementara. Karena saya mau sekolah lagi ke luar negeri pak"
" tolong jaga reni dan bantuin reni kalau dia butuh sesuatu pak" ucap suamiku serius.
" baik nak Ikhsan"
" kalian udah bapak anggap sebagai anak bapak sendiri" ujar pak sitor. Suamiku pun berpesan pada pak sitor agar tidak usah canggung dengan ku nanti, anggap saja aku seperti benar-benar anaknya sendiri, Karena emang usia anak pak sitor adalah sama dengan kami yaitu 28 dan 25 tahun. Selain itu bang Ikhsan juga sempat berpesan agar aku jangan segan minta tolong kepada Pak Sitor sebab suamiku telah meninggalkan pesan pada Pak Sitor untuk menjagaku.
" mama jagan Sungkan kalau ada apa-apa bisa bilang ke pak sitor" ujar suamiku yang sangat percaya dengan pak sitor

Suamiku pun menitipkan uang yang harus aku serahkan pada Pak Sitor. Setelah kembali ke Pulau P 2 hari kemudian bang Ikhsan pun berangkat ke Australia. Sejak suamiku di luar negeri, aku bingung bagaimana meluapkan birahi ku ini hingga kadang kami sering telpon-teleponan dan kadang aku bermasturbasi bersama suamiku lewat telepon. Itu sering kami lakukan untuk memenuhi libido kami berdua. Akibatnya, tagihan telepon pun meningkat.

Meski diajarkan dengan norma masyarakat yang cenderung kolot sejak kecil namun aku mengenal hal hal yang berbau kebarat baratan seperti halnya melakukan Phone sexs atau pun ber masturbasi, yang jelas sesuatu yang tidak melanggar norma agama maupun sosial sehingga Aku tak peduli dengan hal itu yang terpenting adalah kebutuhan ku terpenuhi saat itu karena memang sebagai wanita normal kebutuhan birahi ku di usia seperti Ini memang lah baru tinggi-tinggi nya. Namun tetap sesuatu seperti zina ataupun main hati dengan pria lain sangat aku benci.

Setelah beberapa bulan suamiku di Australia, Aku melewatkan hari-hariku di pulau dengan kesibukan seperti biasanya. Begitu juga Pak Sitor rutin mengantar jemputku. Suatu saat ketika aku pulang, Pak Sitor mengajakku untuk jalan-jalan keliling pantai namun aku menolaknya dengan halus. Aku merasa tidak enak. Apa nanti kata teman kantorku jika melihatnya bisa dikira macam macam nanti.

Hingga akhirnya satu hari jumat saat kondisi pikiran ku sedang stress karena pekerjaan disaat itulah pak sitor kembali menawariku untuk jalan2 ke pantai
" dik Reni mau bapak antar jalan2 ke pantai" tawar pak sitor
" boleh deh pak... Tapi bentar aja keburu malem" jawabku memang aku butuh menenangkan pikiranku dari rutinitas kerjaku. Dan pak sitor pun mengantarku ke pantai dengan motornya itu.

Di pantai aku meluapkan semua rasa stress ku dan bermain air dipinggir pantai, hingga baju kemeja kerja yang aku pakai Ini pun basah terkena air, hingga tak terasa tiba-tiba waktu sudah menunjukan jam 6 sore, aku pun mengajak pak sitor untuk pulang. Di perjalanan pak sitor menyuruh ku untuk pegangan erat karena ia akan ngebut agar tidak kemalaman sampai dirumah. Aku pun menurut saja dan berpegang erat padanya . Meski sebenarnya aku tak mau.

Aku maklum, itulah resikonya jika aku berboncengan sepeda motor. Semakin lama, hal seperti itu semakin sering terjadi sehingga akhirnya aku jadi terbiasa. Sesekali aku juga merangkul pinggangnya jika aku duduknya belum pas di atas jok motornya. Aku rasa Pak Sitor pun sempat merasakan kelembutan payudaraku apalagi saat ini kondisi kemeja ku yang basah membuat pak sitor pasti bisa merasakan payudara ku yang bernomer 34b ini.

Kegiatan seperti ke pantai atau objek wisata lain yang masih dekat2 dengan rumahku pun sering aku kunjungi bersama pak sitor di akhir pekan untuk sekedar melepas penat. Hingga beberapa hari kemudian aku pamit pada pak sitor untuk pulang ke rumah orangtua ku di pulau P. Aku pun menyerahkan kunci rumahku pada pak sitor.

Dirumah orangtua ku di kota P yang sebenarnya alasan ku ingin pulang adalah agar aku bisa melepas penat justru sebaliknya suasana hatiku dibuat buruk oleh ibuku sendiri. Ia menyuruh ku untuk resign dari kantor dan ikut Dengan suamiku, ibuku ingin segera punya cucu pertama. Aku jelas tidak setuju dengan ide ibuku karena kerja adalah passion ku, aku pun berdebat dengan ibuku hingga saat kembali ke pulau suasana hatiku sedang tidak mood dan tidak baik

Beberapa hari kemudian kebetulan saat itu pun aku sedang tidak dalam mood yang baik sehingga aku merasa lebih tenang jika aku langsung pulang ke rumah saja. Di rumah aku beres-beres dan berbenah pekerjaan kantor. Saat sedang membersihkan kamar aku merasa sepertinya ada sesuatu yang aneh namun aku belum tau apa itu. Aku merasa sepertinya lemari pakaian ku habis diacak acak orang tapi saat aku cek sendiri ternyata semua tertata rapi. Hanya bebrapa pakaian dalam ku aja yang terasa agak basah mungkin memang karena mungkin proses penjemuran nya saja yang kurang lama .

Aku pun sama sekali tidak menaruh curiga dengan pak sitor hanya saja Akhir-akhir ini, aku merasakan bahwa Pak Sitor amat memperhatikanku dan bersikap sangat baik padaku. Tidak jarang malam hari ia datang sekedar memastikan aku tidak apa-apa sebab di pulau itu ia amat disegani dan berpengaruh. Sehingga jika ada orang yang berniat jahat kepadaku ia harus berpikir 100x lipat karena adanya pak sitor di sisiku.

Pada suatu Jumat sore sehabis jam kerja, Pak Sitor menjemput ku dikantor dan mampir datang kerumahku. Seperti biasanya, ia dengan ramah menyapaku dan menanyakan keadaanku. Ia pun aku persilakan masuk dan duduk di ruang tamu. Sore itu aku telah selesai mandi dan sedang menonton televisi. Kembali Pak Sitor mengajakku jalan ke pantai.

Aku keberatan sebab aku masih agak capai. Lagipula aku agak kesal dengan suamiku yang beberapa hari ini tak busa ku hubungi dengan alasan kesibukan suamiku tambah lagi masalah yang sedang ku hadapi dengan ibuku sendiri membuatku agak bete . Meski kadang bisa ku hubungi namun Ia tidak bisa terlalu lama di telpon karena harus menyelesaikan tugasnya.

Pak Sitor yang menangkap kegalauan dari wajahku mencoba menghibur ku
“Kalau gitu, kita main catur saja dek reni, Gimana?” Pak Sitor mencoba mencari alternatif. Kebetulan selama ini ia sering main catur dengan suamiku. Kali ini aku setuju dengan tawaran pak Sitor. Akupun setuju karena aku lagi suntuk. Aku pun lalu mengeset tempat di meja makan untuk arena kami main catur. Dan sore itu pun kami bermain catur dengan taruhan yang kalah harus di coret wajahnya dengan tepung dan minum air satu gelas penuh

Setelah berjalan beberapa ronde aku pun lebih sering kalah meski aku merasa cukup jago dalam bermain ternyata pak sitor jauh lebih jago dari pada aku. Sudah banyak sekali coretan tepung di wajahku ini, dan bebrapa gelas air aku minum. Meski berkali kali kalah aku pun sangat menikmati permainan catur kami.

Sambil bermain kami pun ngobrol dengan sangat santai, Seumur hidupku, baru kali ini aku mau bicara bebas dengan laki-laki selain suamiku dan atasanku. Tidak semua orang dapat bebas berbicara denganku. Aku termasuk tipe orang yang menjaga martabat ku sebagai wanita dan tipe yang memilih dalam mencari sekedar lawan bicara apalagi teman dari jenis kelamin berbeda, sehingga tidak heran jika aku dicap sombong oleh sebagian orang terutama pria yang kurang aku kenal. Bagaimanapun, dengan Pak Sitor aku bicara apa adanya, ceplas ceplos.
" Yee aku menang pak.... Sekarang minum airnya yang banyak..." ucap ku sambil mengambil tepung dan mencoret wajah pak sitor, pak sitor hanya tertawa terbahak bahak.
" awas nanti dek Reni.... Bapak balas.. Hehe" ucap pak sitor bercanda dan mereka pun melanjutkan permainan

Mungkin karena kami telah saling mengenal dan juga aku merasa membutuhkan tenaganya di pulau ini aku jadi lebih terbuka dan santai ngobrol dengan pria 60 tahun itu. Tanpa terasa, telah ber rounde rounde kami main hingga wajah kami sudah penuh dengan tepung, lama kami bermain catur hingga jam menunjukan pukul 10 malam.

Setelah selesai Ronde itu kami barulah sadar jika ternyata di luar rupanya telah turun hujan badai diiringi petir yang bersahut-sahutan. Kami pun mengakhiri permainan catur kami. Aku lalu membersihkan mukaku yang penuh tepung ke belakang. Lalu kemudian aku masuk ke kamar untuk ganti pakaian dengan piyama tidur ku. Sedangkan pak sitor gantian ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai ganti pakaian aku pun ke ruang tengah untuk menemui pak sitor lagi. Pak Sitor pun sudah selesai dari kamar mandi
" Pak di luar ternyata hujan deras ya?" tanya ku
" iya dek reni... Disini memang kadang2 terjadi hujan badai seperti ini.... Biasanya kalau udah hujan gede gini bakal lama bahkan sampai besok pagi" terang Pak Sitor
" ooo.... Begitu ya pak" tanpa terasa aku merasakan perutku sangatlah lapar karena emang hari ini aku belum makan malam

" Pak... Mau makan ngga?"
" aku laper... Mau bikin mie instan... Kalau mau bapak sekalian" ucap ku
" Boleh dek reni...." jawab pak sitor
Aku pun membuatkan mie instan untuk 2 orang. Kami pun makan bersama di meja makan. Sambil makan pak sitor banyak bercerita tentang masa lalunya termasuk tentang kehidupan rumah tangga nya dulu yang harmonis hingga dikaruniai 2 orang anak. Pak Sitor bercerita tentang istrinya yang meinggal karena sakit keras 10 tahun yang lalu, aku yang masih termasuk baru dalam masalah pernikahan pun hanya bisa mendengar dengan seksama perkataan pak sitor.

Di pulau itu pada jam segini penduduknya telah pada tidur dan yang terdengar hanya suara hujan dan petir. Setelah menghabiskan mie dan kopinya, Pak Sitor minta izin pulang karena hari telah larut. Saat itu aku sedang mencuci piring yang kami gunakan tadi,
" dik reni... Bapak pulang dulu ya... Udah malem... Dik reni istirahat aja habis ini.. Jangan lupa pintu dikunci semua" ucap pak sitor
Akupun tidak sampai hati membiarkan pria yang bahkan lebih tua dari ayahku itu pulang saat iti sebab cuaca tidak memungkinkan ia pulang. Rumahnya pun cukup jauh. Lagi pula aku kuatir jika nanti ia tersambar petir.

END PART 1
-----------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd