Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG seiring hasrat manusia ( balada cinta sang perawat cantik )

man-x

Semprot Kecil
Daftar
12 Oct 2014
Post
51
Like diterima
1.221
Bimabet
seiring hasrat manusia
( balada cinta sang perawat cantik )



Sebuah kisah tentang sisi lain dari seorang perawat dalam menjalani kesehariannya. Sebuah kisah yang mungkin pernah terlihat atau mungkin pernah dialami sendiri, dan apabila kisah ini ada persamaan tokoh, kisah maupun alur ceritanya. Percayalah itu hanyalah sebuah kebetulan fiksi semata.

--------------------​



“hai De…?” Sapa Maya, seorang perempuan cantik berseragam putih-putih dengan topi kecil segi empat di atas cepol rambutnya, kepada temannya yang sedang duduk sendirian, disalah satu sudut kantin rumah sakit swasta ternama.

Sang teman, yang sama cantiknya, namun lebih menonjol di bagian dada dan pantanyat, tampak cemberut sambil bertopang dagu.

“lagi dapet ya De…?, cemberut aja dari tadi...?,” kata Maya sambil tersenyum riang.

Dea hanya tersenyum masam.

“mang kenapa sih De....., belum dapet jatah 3 hariannya ya?” kata Maya sambil terkikik.

“udah dua minggu nich may?“ kata Dea mengangguk sambil mengelus bagian bawah perutnya.

“emang doi kemana De…?” kata Maya sambil menyeruput segelas es lemon teanya.

“lagi ke singapur, ada proyek baru...?” kata Dea datar sambil kembali mengelus bagian bawah perutnya.

“wuih keren…, Harusnya kamu seneng dong De..?,” kata Maya dengan nada riang menghibur.

“Dah sabar aja.....? , Ntar kalau doi pulang, nanem benihnya ditambah lagi jadwal dan durasinya, biar awet berminggu-minggu, ...biar ngak manyun mulu kalau ditinggal” kata Maya lagi mengoda.

Dea menjulurkan lidahnya kearah Maya.

“nanem apaan sih may, nanem pejuh ya, ih mau dong....?” kata Sita sambil nyengir dan langsung duduk diantara Dea dan Maya.

Perempuan cantik yang juga sama-sama berseragam putih-putih dengan tubuh sedikit semok.

“Hmm….ini…nih….yang semalam baru ditanemin pejuh banyak, yang berisiknya minta ampun, sampai harus digedor-gedor sama satpam baru…” kata Maya kesal.

“untung aja ada Pak Arman…!, kalau ngak bisa diusir kita” kata Maya lagi kesal.

“ya..maaf.., emang kalian bisa apa…, cuman diam aja sambil terlentang…?” kata Sita dengan muka memelas, sambil mengigit roti lapis isi daging kepunyaan Dea.

“aku sih ngak bisa..?” kata Dea singkat, sambil memainkan ujung sedotan dengan lidah dan bibirnya.

“iya sih..., cuman ya ngak sampai teriak-teriak gitu dong.., kayak si neng toge satu ini...!” kata Maya sambil melirik kesal ke arah Sita

Sita hanya menjulurkan lidahnya kearah Maya “wekkk...!!!!”.

“De jorok amat sih…!” seru Maya sambil menendang kaki Dea, membuat Dea tersadar dari lamunannya dan menghentikan aksinya.

“De, kamu ntar pulangnya naik bis ya…, aku ada tugas ke daerah?” kata Maya serius.

“lah…!!!!” seru Dea.

“ya sori De…, perintahnya juga dadakan....!” kata Maya sambil menunjukan selembar kertas putih berisi surat perintah dari pimpinan.

“aku juga ngak bisa…De, soalnya tadi aku dianter sama Riko dan kayaknya hari ini Riko mau jemput lagi?” jawab Sita polos.

“anjrit bener nih, si toge pasar…!, seru Maya dengan muka kesal.

“semalem masih kurang apa...., ngak capek tuh cowok..?” kata Maya lagi, Sita pun tersenyum sambil mengelengkan kepalanya.

“kata Riko, kalau sering dikeluarin bikin tubuh jadi seger.., apalagi kalau tiap hari.., Bikin Stress ilang?” kata Sita sambil terkekeh.

“Dasar lu nya aja yang rakus, babi…!” sahut Maya kesal.

“Biarin…wekzz......!” seru Sita sambil menyeruput es jeruk sambil menjulurkan lidahnya

“Namanya juga baru jadian May..!, masih hot-hotnya buat nanem benih, semburannya masih kenceng..!” sahut Dea sambil tertawa nakal.

“sebagai sahabat aku sih cuman nasehati aja..?, soalnya yang kemarin-kemarin putusnya juga karena masalah itu itu juga kan?” kata Maya lirih.

“ya udahlah may…, mudah-mudahan kali ini sesuai dengan harapan?” kata Dea tersenyum sambil melirik jam tangannya. Mendapat dukungan dari Dea, Sita pun tersenyum.

Jarum jam dinding disudut kantin terus bergerak maju, jarum pendek menunjuk angka satu dan jarum panjang menunjuk angka dua belas. Keseruan ketiga sahabat itu pun harus segera usai, kini semua staf, karyawan dan para perawat kembali menuju ke posnya masing-masing. Kembali Memulai tugas dan pekerjaannya masing-masing.

Pukul 16.00, ruang loker kembali ramai dipadati para karyawan utamanya para perawat, karena waktunya pergantian shiff. Dea pun segera masuk kesalah satu bilik di ruangan tersebut membuka seragamnya, mengurai rambutnya yang panjang, dan merapikannya dengan mengucirnya kebelakang, lengannya tampak mulus dengan ketiaknya yang terlihat mengemaskan dengan lipatannya yang lucu dihiasi bulu-bulu ketiak yang tercukur rapi, memang tidak setiap hari Dea mencukur habis bulu ketiaknya, tidak seperti perempuan lain yang rutin mencukur bulu ketiaknya. Biasanya Dea hanya menipiskan ataupun merapikannya saja supaya tidak terlalu tebal. Bukanya tanpa alasan Dea melakukan hal tersebut, hal ini karena sang kekasih memang lebih menyukai ketiak yang ditumbuhi sedikit bulu. Dea hanya akan mencukur habis bulu ketiaknya saat menghadiri acara-acara tertentu atau saat ia harus mengenakan baju dengan lengan terbuka. Tubuh Dea yang ramping tampak berlekuk indah, khas tubuh seorang perempuan. Ditambah kulitnya yang putih dan semulus porselen, ditambah dua bongkahan besar didadanya, tampak montok dan kencang membuat tubuhnya semakin sempurna.

Selesai berganti pakaian Dea segera menuju halte bus di tepi jalan raya depan rumah sakit tempatya bekerja. Hari ini Dea harus rela sampai kosan dengan berdiri dan berhimpitan dengan para penumpang lainya, karena sore ini bus yang ia tumpangi sarat akan penumpang. Rasa panas dan gerah mulai melanda tubuhnya, membuat ketiak dan lengan bajunya mulai basah berlumuran keringat, aroma melati di ketiaknya mulai memudar, berganti aroma lain yang jauh dari kata mengenakan bagi sebagian orang termasuk dirinya sendiri. Meski ada satu orang yang mau berlama-lama di dekat ketiak basahnya, siapa lagi kalau bukan sang pujaan hati. Bus lambat berjalan, macet sore ini luar biasa seperti biasanya. Dalam keadaan panas, gerah dan lelah Dea mencoba memejamkan matanya dengan tetap menjaga keseimbagan tubuhnya. tiba-tiba Dea merasa ada sesuatu yang berbentuk bulat panjang menganjal tepat di tengah pantatnya yang besar dan kencang. Benda tersebut bergerak berlahan naik-turun. mulanya ia mengabaikannya namun perlahan benda itu semakin membesar dan mengeras menekan lembut belahan pantatnya.

“Anjriiiiiiiiit…!!!” gerutu Dea, saat ia menengok ke belakang seorang abg berseragam putih abu-abu tampak berdiri dibelakangnya.

“bener-bener Babi nih bocah..!,” kata Dea mengerutu dalam hati.

“malang nian hidup gua dua minggu ini, udah mod gak bagus, rahim menjerit minta diisi, eh ini malah jadi bahan colian bocah kentang..!” guman Dea dengan muka masam.

Namun Dea tidak bisa berbuat apa-apa, seandainya pun dia berteriak minta tolong tak akan ada yang percaya, bisa saja si Bocah beringsut menyingkir dan dia sendiri yang akan dituduh mengada-ada. Dea pun membiarkan bocah itu terus melakukan aksinya, melihat hal tersebut sang bocah melanjutkan aksinya dengan meremas kedua pinggang Dea sambil menundukan wajahnya ke pundak Dea, mencoba mencium lehernya. Dea memutar tubuhnya menyamping, mengarahkan pangkal lengannya yang sedari tadi perpengangan pada pegangan khusus untuk orang berdiri tepat kewajah si bocah abg, sehingga ketiaknya langsung kearah hidung si Bocah.

“rasain nih ketek gua….!” gerutu Dea.

Namun diluar dugaan, sang bocah yang awalnya agak sedikit terganggu dengan aroma ketiak Dea, perlahan mulai menikmatinya dan malah semakin bersemangat mengoyang pinggangnya. hasrat sudah diubun-ubun aroma ketiak pun serasa melati, mungkin itulah yang dirasakan sibocah kentang itu.

“anjrit…, tahan juga ni bocah…., keenakan lagi…?” gerutu Dea lagi.

“bang..kiri…bang…!!!” teriak Dea sambil melangkah menembus himpitan para penumpang. Ia pun sempat menoleh kebelakang, si Bocah masih terpaku menempelkan bagian bawah perutnya pada pingiran kursi. Pantatnya terlihat sedikit bergetar bergerak maju mundur sementara tangannya meremas pingiran kursi. Dea hanya tersenyum masam.

“sukurin lo, lengket semua tuh kancut.!” Geramnya dalam hati.

“lah... ngapaian juga gua sukurin ya.., la dianya aja keenakan?” gumannya lagi dalam hati sambil menjejakan kaki jenjangnya yang mulus ke paving block depan pintu gerbang kosannya.

Dea pun segera melangakah menuju gerbang kosannya, yang dijaga oleh dua orang satpam.

Sang satpam yang tahu Dea datang segera keluar dari posnya sementara yang satunya melaju keluar kosan bersama motornya, sambil menundukan kepalanya kepada Dea

“sore.., Non..?” sapa seorang lelaki setengah baya namun masih terlihat gagah, dengan sopan.

“eh Pak Arman, sore juga pak...?” balas Dea tak kalah sopan.

“lho hari ini pulang sendirian, naik bis pula…?” kata sang satpam bertubuh besar itu.

“iya pak, motornya lagi rusak. Kata bengkelnya ada part yang tidak diproduksi di indonesia, nunggu kiriman dari jepang” kata Dea lesu.

Sang satpam hanya manggut-mangut, sambil mempersilahkan Dea duduk di kursi depan Pos Jaga.

“oya pak, Maya sama Sita apa udah pulang..?” katanya Dea sambil mengangkat kedua tangannya kebelakang kepala, merapikan kembali rambut panjangnya dan mengucirnya kebelakang.

“belum..Non..?, eh…iya…belum…?” kata Sang Satpam tergagap, konsentrasinya sedikit buyar saat menatap dada besar Dea yang membusung dan ketiaknya yang lucu mengemaskan terpampang jelas di matanya.

“eh..pak, kok Nglamun aja.., gajinya belum turun ya?” kata Dea dengan nad bercanda.

“eh ngak kok Non….?” kata Pak Arman tersenyum.

“eh pak, itu si ridwan mau pulang atau ntar kembali lagi kesini buat jaga...?” kata Dea sambil menyilangkan kakinya keatas.

“ngak Non...?, sekarang yang jaga malam tetap saya. Soal kejadian semalem sudah saya bereskan. maklumin aja non namanya juga anak baru..?” kata Pak Arman sambil menyeruput Kopi Hitamnya.

“sebenarnya maksud dia baik, cuman dianya aja yang belum mengerti akan kebutuhan hidup khususnya kebutuhan bawah perut..?” kata Pak Arman sambil terkekeh.

“maklum non, lulusan pondok, baru lulus tiga bulan yang lalu..?” kata Pak Arman kembali sambil terkekeh-kekeh.

“oooooo....” sahut Dea sambil tersenyum.

Rasa kesalnya hari ini sedikit terobati dengan obrolan santai bersama Pak Arman.

“Mulai sekarang Non Maya, Non Sita, Non Dea dan semua penghuni kos ini tenang aja, ndak akan ada masalah lagi. Meskipun kata orang itu dilarang, itu berbahaya, ini dan itu. toh mereka tetep ngalakuin juga, la wong kebutuhan pokok. ndak mungkinlah kalau ndak dipenuhi?.” kata Pak Arman lagi.

Dea pun tidak menyangka Pak Arman akan berkata seperti itu, semakin lama obrolan dengan Sang Satpam semakin seru dan membuat Dea betah berlama-lam duduk di pos satpam.

“jadi Pak Arman mendukung kami nih..?” kata Dea sedikit manja dengan senyum centilnya.

“ya bukannya begitu…Non!, selama itu dilakukan atas dasar tahu sama tahu, Suka sama Suka, ya monggo.”

“Lagian yang ngekost disini kan sudah sama-sama dewasa semua”

“jadi ya sudah sama-sama tahu…?,”

“beda kalau pake kekerasan, pemaksaan, pake ngancem-ngancem..!”

“apalagi sampai ngorbanin anak-anak, itu yang baru jadi masalah...!” kata Pak Arman panjang lebar dengan penuh semangat.

Tak terasa waktu sudah jam 8.00. Dea pun minta izin untuk kembali ke kamarnya.

“iya non…, pokoknya non Dea tenang aja...!”

“ndak akan ada masalah lagi kalau Cuma urusan begituan?” kata Pak Arman sambil tersenyum.

Selesai membersihkan tubuhnya dari peluh dan keringat, Dea segera menyapu tubuh indahnya dengan handuk, setelah tubuhnya kering ia melemparkan handuk putihnya ke lantai dan merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur empuk berseprai motif kembang-kembang. Dea pun segera terlelap dalam keadaan tanpa sehelai benang membalut tubuhnya.

Satu jam kemudian Dea terbangun, mengecek smartphonenya mencoba untuk menghubungi sang kekasih lewat video call.

Setelah bebarapa kali menghubungi, akhirnya wajah tampan sang kekasih muncul dilayar smartphonenya.

“hai mas, lagi sibuk ya.. sampai lupa sama bidadarinya yang cantik ini…?” kata Dea manja sambil tersenyum.

“hee…hee…, ya ngaklah..De.., ini mas lagi diskusi, kebetulan baru rehat sejenak jadi baru bisa angkat HP?” kata sang kekasih.

Dea menanggapinya dengan cemberut.

“De...? itu kamu kok ngak pake baju..?” kata sang kekasih dengan nada curiga.

“emang sengaja….?” jawab Dea singkat.

“sengaja gimana maksudnya…?” kata sang kekasih penasaran.

“ya sengaja, biar mas kepikiran terus sama Dea, trus cepet pulang…?” kata Dea sambil mengarahkan smarphonenya kearah Payudaranya yang besar sambil memainkan putingnya yang kemerahan dengan jarinya

“mas pulangnya kapan sih…?, ngak kangen apa.., rahim aku dah ngak tahan nich mas, pengen diisi..?” kata Dea sambil mendesah manja, mengangkat lengan putihnya keatas. Memamerkan ketiaknya yang sedikit berbulu dengan lipatannya yang khas kepada sang kekasih.

“Sabar ya De...., De itu ketek gemesin banget sich, ngak sabar aku pengen njilatin….?” kata sang kekasih penuh nafsu.

“hi....hii....., makanya cepetan pulang?” kata Dea manja.

“De mas jauh-jauh kesini kan buat kamu juga kan…?” kata sang kekasih sambil mengarahkan layar smartphonenya ke selangkangannya yang mengembung.

“mas buka dong.., dah lama ngak lihat si junior?” kata Dea kegirangan.

“ah kau ini, ini ruang rapat sayang..?” kata sang kekasih.

“bentaran aja kok, ntar aku screenshot, buat obat kangen…?” kata Dea sambil terkekeh.

“kamu kan dah punya banyak sayang..?” jawab sang kekasih

“tapi yang ini kan beda,…hiiii…hii” kata Dea Manja sambil tersenyum penuh gairah sambil mengedip-ngedipkan matanya.

Sang kekasih pun segera mengeluarkan batang kemaluannya dari sarangnya, Dea pun kegirangan melihat Batang Kemaluan sang kekasih yang mengacung keras.

“mas dikocok dong…?” kata Dea lagi manja.

Sang kekasih lantas membelai batang kemaluannya, kemudian mengocoknya perlahan.

“terus mas..terus….lebih cepet lagi, yah..yah…terus…!” seru Dea sambil merintih manja.

“De..udah… ya…?” kata sang kekasih.

“ih kok udahan sih mas, kan belum keluar?” rengek Dea.

“Pejuhnya, mas simpan dulu biar banyak, ntar kalau mas pulang baru deh dikeluarin ke rahim kamu..?” kata sang kekasih sambil memasukan kembali batang kemaluannya kedalam celananya.

“ih…mas, ngak seru....dech..!” kata Dea merengek .

“eh nih anak..!, awas aja ya…!, aku hajar habis-habisan kamu...ntar”. Kata Sang kekasih sambil tertawa.

“ih …. Sapa takut…!, aku sudah siapin jurus cengkraman baru yang siap untuk mengalahkan Mas...?” kata Dea sambil tersenyum nakal.

“ha….haa…..haa……, siap sayang..!” kata sang kekasih tertawa.

“De, udah ya rapatnya mau dimulai lagi,…..muaaaaach!” kata sang kekasih sambil menempelkan bibirnya di layar.

“tapi mas......?” kata Dea.

Namun sang kekasih sudah menutup VideoCallnya.

“ih..sebel..sebel, mas farhan jahat…!!!” seru Dea cemberut berguling-guling di kasur sambil memukul-mukul guling besarnya.

Sementara itu di kamar sebelah Maya dan Dedi dengan tubuh bertelanjang,. mereka saling menindih mengerakan pinggangnya masing-masing, maju-mundur. Bergerak seirama, memacu hasrat mengapai puncak kenikmatan. Kedua tangan dedi dengan gemas meremas kedua Payudara Maya dan memainkan kedua putingnya dengan jempol dan jari telunjuknya.

“ouhh..Ded..ouh…ah..Ded..terus..ded…dikit..lagi..Ded..!” rintih Maya. Kedua matanya terpejam, kepalanya mendongak, kedua tangannya mencengkram kuat tepian bantal.

“ouh…ded…,keluarin..di…dalam..aja..ded,..ahh…ouh..!!” rintih Maya lagi

Semakin lama Goyangan pinggang Dedi semakin lama semakin cepat, tak beberapa lama kemudian dedi menghujamkan pinggangnya beberapa kali kedalam selangkangan Maya. menyemburkan cairan panas, menanamkan berjuta-juta benih kenikmatan ke dalam rahim Maya, dan keduanya pun terdiam untuk beberapa saat.

Dea pun mencoba kembali tidur namun tak bisa, ia pun kembali memandangi batang kemaluan sang kekasih dari layar smartphonenya dan mengerayangi tubuhnya dengan jari-jemarinya. Meremas kedua payudara besarnya, mengelus kedua ketiaknya, sambil memainkan kemaluannya yang mulai membesar dan kemerahan dengan jarinya.

Hasratnya memucak. Desahan dan rintihannya mulai terdengar, lirih dan semakin mengeras.

“ouhhh….ahh….uhh…” rintih Dea sambil membayangakan sang kekasih tengah mencumbui tubuhnya, memasukan batang kemaluannya yang besar kedalam lubang kemaluannya.

Dea pun menjerit selangkangannya bergetar, dari lubang kemaluannya menyembur cairan bening, Nafasnya terengah dan diam untuk beberapa saat. Dan kembali memainkan semua bagian tubuhnya kembali dengan jari-jemarinya.

Perlahan bayangan sang kekasih perlahan memudar, berubah menjadi wajah sang bocah berseragam putih abu-abu yang tadi memainkan pantanya di bis, Dea pun membiarkan bayangan sang bocah terus berputar di dalam imajinasinya. Dalam imajinasinya, sang bocah berhasil membuat hasrat Dea memuncak dan membiarkan tangan sang bocah meremas Payudaranya sambil menjilati ketiak basahnya. membuka dan menurunkan celana dalamnya kebawah dan memasukan benda kerasnya ke dalam lubang kemaluannya. Ia pun merintih saat benda keras itu bergerak maju mundur didalam lubang kemaluannya dan para penumpang bus sama sekali tidak menghiraukanya. Kemudian sang bocah melepas kemaluanya dan menuntun tubuh Dea ke kursi, mengangkat pantat Dea kearah selangkangannya dan menundukan kepala Dea kebawah. Sang bocah kemudian memasukan kembali kemaluannya kedalam lubang kemaluan Dea dan kembali mengenjot pantat besar Dea maju mundur sambil satu persatu melepas semua pakaian Dea.

“eghh…eghh…eghhh…ah…ah…ah….” rintih Dea,

sang bocah pun mempercepat genjotannya. kemudian tubuh sang bocah bergetar hebat pantatnya berkali-kali menghentak kedepan, menyemburkan jutaan benih segar kedalam rahim Dea. Bersamaan dengan itu pula tubuh dea ikut bergetar pinggangnya terangkat, lubang kemaluannya menyemburkan cairan bening beberapa kali.

Namun tiba-tiba imajinasi nikmatnya buyar, saat pintu kamarnya di ketuk dengan cukup keras.

“Non..., Non Dea...., Non Dea ngak papa..!” suara dari luar kamarnya terdengar memanggil namanya. Dea yang masih linglung diantara imajinasinya yang masih mengelayut di otaknya dengan kenyataan bahwa ia harus segera berpakaian dan membuka pintu kamarnya. Segera bangkit dan menyambar handuk dan piyama putihnya. Dan bergegas membuka pintu kamarnya.

“eh…Pak Arman..?” kata Dea dengan nafas sedikit tersengal.

“maaf…non..?,” kata Pak Arman, dengan mata terbelalak, melihat keindahan belahan dada Dea yang bulat dan curvy .

“maaf Non..?, bukannya Non lagi sendirian...?, tapi beberapa kali saya lewat, saya denger non lagi menjerit-jerit, saya kirain non sama Mas Farhan atau temen cowoknya lagi berduaan, makanya saya coba cek?” kata sang satpam dengan tatapan mata penuh gairah kearah dada Dea.

“ngak kok pak, saya sendirian aja dari tadi?” jawab Dea kemudian.

“oh ya sudah…., tapi non ngak papa kan. Soalnya tadi saya juga ngira terjadi apa-apa sama non..?” kata Pak Arman sambil mempersilahkan Dea untuk kembali tidur karena malam sudah semakin larut.

“makasih Pak..?, Pak apa jam segini bapak apa masih mau keliling lagi?” kata Dea sambil tersenyum.

“iya non.., tapi tinggal sekitaran sini aja kok...?, soalnya Non Maya dan Non Sita masih belum kelar urusan bawah perutnya sama temen atau pacar barunya itu Non…?” kata Pak Arman sambil melirik kamar sebelah.

“oh... itu mungkin si Dedi kali pak?, temen kami sesama perawat, kemalaman mungkin soalnya tadi meraka dapet tugas tinjauan ke daerah.., tanggung rumahnya jauh.” jawab Dea sambil memperhatikan ada sesuatu yang menonjol di selangkangan Pak Arman.

“kalau sita, itu mungkin Rico Pak, pacar barunya?” kata Dea lagi menjelaskan.

“ooo…tak kirain Maya lagi sama Mas David...?” kata Pak Arman sambil tersenyum.

“ya udah non, kalau gitu?” kata pak Arman sambil kembali menengok kearah jendela kamar Maya.

“oya non, biasanya kalau jam segini banyak pengintip non, bocah-bocah iseng dari kompleks sebelah…?”,

“Apalagi kalau ada yang lagi berduan, nyelesaiin urusan bawah perutnya. pada bejibun mereka”,

“Nangkring di atas tembok pagar belakang, bawa kamera pula” kata Pak Arman lagi memperingatkan.

“masak sih pak..!” seru Dea.

Pak Arman mengangguk pelan.

“ya udah non.., saya jalan dulu?, jangan lupa cek pagar belakang, tegok aja lewat jendela belakang kamarnya non, kalau sekiranya ada yang mencurigakan cepet lapor..!, ok ” kata Pak Arman sambil mengacungkan jempolnya.

“Pak Arman ngak ngopi-ngopi dulu, Dea buatin dech..?” kata Dea menawarkan.

“makasih non, lain kali aja..?” kata Pak Arman sambil melangkah menyusuri koridor menuju pos jaganya.

Dea kembali masuk ke kamarnya. Dan segera membuka tirai penutup jendela belakang kamarnya, Dea menengok situasi dibelakang kamarnya, dari kamarnya juga keadaan belakang kamar Maya dan kamar Sita juga bisa terlihat.

Dea Melihat keatas pagar memastikan tidak ada hal-hal yang mencurigakan. Setelah memastikan tidak ada hal yang mencurigakan dea kembali ke kasurnya menganti spreinya yang basah. Setelah kembali rapi, Dea kembali keluar kamar mengecek keadaan diluar.

Suara pemacu hasrat Maya dan Dedi kembali terdengar. Rupanya dedi dan Maya masih belum puas dan kembali berpacu bergerak bersama meraih kenikmatan.

Dea terdiam terpaku, dari balik jendela kamar maya yang kebetulan tirainya sedikit terbuka. Dea bisa melihat dengan jelas Maya dan Dedi masih berusaha untuk menyelesaikan pertempuran panas meraka. Dedi masih mengoyangkan pinggangnya naik-turun diatas selangkangan Maya yang mengangkang lebar, meletakan kaki jenjangnya di atas pinggang Dedi. Sementara kedua tangannya memeluk erat bahu kekar Dedi.

Setelah memastikan tidak ada hal aneh di depan kamar maya, Dea kembali melangkah menuju kamar sebelahnya lagi yaitu kamar Sita. mengintip kamarnya lewat jendela yang penutupnya agak terbuka, dan seperti yang Dea perkirakan, Riko memang ada di kamar Sita. Rupanya mereka baru saja menuntaskan pertempuran panas mereka, terlihat dari pantat Riko yang menghujam beberapa kali ke selangkangan Sita dan kemudian mereka terdiam. Setelah terdiam beberapa saat, Riko beringsut dari tubuh Sita menekukan kakinya dan berjongkok, batang kemaluannya yang kecoklatan terlihat mengkilap berlumuran cairan putih. Riko tersenyum puas kepada Sita yang masih terlentang lemas dengan selangkangan terbuka lebar, mencoba mengatur nafasnya yang tersengal. Kemudian Riko merebahkan tubuhnya di samping tubuh Sita yang berlumuran keringat. Dea pun tersenyum, melihat raut kebahagiaan dan kepuasann di wajah Sita. Dea kembali melanjutkan langkahnya menuju dua kamar di sebalah kamar Sita.

Meski dirinya tidak begitu akrab dengan penghuni kedua kamar tersebut, tidak salahnya jika saling menjaga keamanan. Awalnya dea ragu, sebab dirinya tidak terlalu kenal seandainya mereka bangun dan melihatnya sedang mengintip malah bikin masalah. Namun akhirnya Dea memberanikan diri untuk mengintip kedua kamar tersebut. Di dalam kedua kamar tersebut dirinya mendapati sepasang tubuh lelaki dan perempuan muda yang sedang terlelap sambil berpelukan dengan tubuh telanjang.

Melihat semuanya baik-baik saja, Dea kembali ke kamarnya dan kembali terpaku saat di depan Kamar Maya. Jeritan dan desahan Nikmat Maya kembali pecah, ditambah lagi suara benturan kedua selangkangan mereka yang menimbulkan suara khas.

“plek…plek….plek…, plok…plok!” membuat suasana malam yang dingin semakin panas.

Tak berapa kemudian pantat Dedi kembali mengencang dan menghujam keras beberapa kali ke dalam selangkangan Maya, Dedi pun terdiam tubuhnya ambruk menindih tubuh Maya yang berlumuran Keringat. Dea masih terpaku dari balik jendela, rupanya ia masih penasaran dengan bentuk kemaluan Dedi. Meskipun dia baru saja melihat empat batang kemaluan lelaki ditambah kemaluan sang kekasih, namun ia masih saja penasaran.

Setelah beberapa saat berdiam diatas tubuh Maya, Dedi bangkit mengeluarkan kemaluannya dari dalam lubang kemaluan Maya. Dea terhenyak kagum saat melihat kemaluan Dedi yang sama besarnya dengan punya kekasihnya, namun lebih berotot dan sedikit lebih panjang dari kemaluan Dedi. Sambil berjongkok Dedi mengambil tisu di sampingnya, membersihkan selangangkan Maya dari sisa-sisa cairan kenikmatannya. Menciuminya dengan penuh kelembutan kemudian merebahkan diri disamping tubuh basah Maya sambil mencium pipinya, kemudian keduanya tertidur pulas.

Keesokan paginya Dea pergi ke rumah sakit dengan menaiki bus yang sama. Sementara maya dan sita sudah duluan diantar oleh pasangannya masing-masing. Hari ini dea sedikit lega karena hari ini ia dapat tempat duduk, terhindari dari bahan colian si bocah kentang yang berdiri beberapa baris didepannya sambil menatapnya. Sang bocah hanya tersenyum dengan muka pucat.

sesampainya di rumah sakit, seperti biasa Dea langsung ke locker untuk berganti pakaian dan menuju posnya, sementara Maya dan Sita sudah diposnya masing-masing. mereka tak sempat berbicara, hanya saling menyapa dengan lambaian tangan dan senyuman. pagi ini jumlah pasien yang harus dilayani lumayan banyak. Sehingga semuanya sangat sibuk.

“Dea, kamu lagi ngapain..?” tanya kepala perawat senior padanya.

“ya mbak, sebentar tanggung..?” balas Dea sambil memeriksa berkas-berkas yang menumpuk dimejanya

“De, tolong kamu anter pasiennya Dokter Boy ke ruang M…?” kata kepala perawat senior, yang ternyata sudah berdiri di depan mejanya sambil menyerahkan selembar kertas dan wadah sampel berbentuk silinder.

“kenapa De….?” Kata tersebut, saat Dea membaca selembar kertas yang diberikan sang kepala perawat senior, dengan wajah cemberut.

“yah mbak, kenapa harus dianterin sih, kan bisa dilakuin sendiri..!” seru Dea dengan nada protes.

“De kamu sendiri kan tahu, kalau sampelnya ngak boleh lebih dari 30 menit..?” kata sang kepala perawat senior.

“lagian kamu kan Cuma nganterin dia aja, tunggu sampai sampelnya keluar, anterin sampel ke lab, dah selesai..?” katanya lagi.

“tapi kan malu mbak.., apa ngak ada yang lain, cowok gitu..?” kata Dea sambil merengek.

“ngak ada, semuanya lagi pada sibuk.., De kita ini kan pekerja profesional, selama itu menyangkut nyawa dan kesehatan orang, ngak ada kata malu…..!” kata sang kepala perawat senior.

“udah sana cepetan…!” kata sang kapala perawat senior lagi sambil mendorong tubuh Dea ke arah pintu.

Dengan wajah dongkol Dea bergegas menuju ke Loby menemui sang pasien.

“lho…De.. kamu disini …!” seru salah satu pasien yang ada diruangan tersebut.

Dea terdiam beberapa saat, dan ternyata pasien tersebut adalah suami dari tantenya. Dea hampir tak mengenalinya karena sudah lama tak bertemu,

“Om Hendra...!.” seru Dea sambil menjabat tangan sang om.

“apa kabar kamu De?” kata sang Om tersenyum

“baik om....., Om dan Tante baik juga kan....?” kata Dea riang sambil duduk di sebelah sang Om.

“iya semua baik-baik saja…?, eh kamu sekarang makin cantik aja...?, padahal dulu kamu tuh kurus banget lho?” kata Om Hendra memuji.

“makasih om, semua juga berkat om dan tante, saya bisa seperti sekarang ini?” kata Dea tersipu malu.

Setelah berbasa-basi sejenak dengan sang om, Dea segera menanyakan perihal pemeriksaan yang akan dilakukan oleh Om Hendra.

“ya harusnya memang begitu De?, namun tantemu tetep kekeh bahwa Om lah yang harus diperiksa?” kata Om Hendra Lirih dengan raut muka sedikit malu.

“ya sudah kalau gitu om, tapi lain hari tante harus kesini ya untuk diperiksa” kata Dea Kalem, Om Hendra mengangguk.

Akhirnya mereka pun melangkah menuju keruang M, sembari mengobrol. Sesampainya diruangan tersebut Dea mempersilahkan sang om untuk masuk dan menjelasakan semua hal yang perlu dilakukan.

“ini ada beberapa filem om, tinggal klik aja.?, ada asia dan ada barat” kata dea sambil tersenyum.

“yang lokalan ngak ada De..?,” kata sang Om bercanda sambil tertawa.

“ih om?, kalau lokalan, om cari sendiri aja. di twit**ter juga banyak kok?” kata Dea sambil terkekeh.

“kamu tau aja soal gituan?” kata sang om sambil tersenyum.

Dea hanya tersenyum sambil merapikan ranjang untuk sang om berbaring.

“dah ya om, Dea tunggu diluar nanti kalau dah selesai panggil dea” kata dea lagi, sambil melangkah keluar.

Satu jam kemudian, Dea mulai gelisah karena sang om tak kunjung memangilnya.

“ih om hendra kuat banget sih, dah hampir satu setengah jam ngak keluar-keluar atau jangan-jangan malah ketiduran habis keluar” guman Dea dalam hati.

Perasaan gelisah Dea kian membesar di campur dengan rasa penasaran apa yang terjadi dengan sang om.

“om.....dah selesai belum om, kok lama banget” kata Dea sambil mengetuk pintu.

Namun tak ada jawaban dari sang om, dea kembali mengetuk namun kembali tak ada jawaban. Dea pun mulai dihinggapi rasa keraguan antara masuk atau tidak. Dan akhirnya Dea memutuskan untuk masuk ke kamar sebagai seorang yang profesional apapun yang terjadi.

Berlahan Dea pun membuka pintu kamar, dan betapa terkejutnya dia karena sang om masih terlentang dengan tangan tengah mengocok batang kemaluannya yang cukup besar dan panjang dengan bulu kemaluan yang cukup lebat. Dea pun hanya menutup mulutnya dan mencoba menutup pintu kamar kembali.

Namun sang Om malah memanggilnya.

“De, tolongin dong ngak kelar-kelar nich” seru sang om sambil terus mengocok batang kemaluan besarnya.

Dea pun berlahan melangkah masuk mendekati sang om, dan entah dari mana datangnya, Dea seperti mendapat sebuah dorongan untuk membantu sang om.

“de tolong ya, demi keutuhan keluarga om dan tantemu” kata sang om lirih.

Dea pun mengganguk, tanpa sepatah kata pun dea langsung membelai batang kemaluan sang om dengan lembut dan mengocoknya berlahan. Kedutan-kedutan nikmat dari Batang Kemaluan sang om mulai Dea rasakan ditangannya, sudah hampir lima belah menit cairan yang ditunggu-tunggu tak kunjung keluar, karena tak kunjung keluar Dea pun memasukan batang besar sang om ke dalam mulutnya dan mengulumnya dengan gemas sampai ke tengorokannya

Dea pun melakukan Deepthroat sampai ke tengorokannya, sepuluh menit kemudian tanda-tanda keluarnya cairan sang om mulai terasa. Dea pun mempercepat kulumannya dan beberapa menit kemudian.

“....de......Ouhhhh......De...... ouhhhh...” rintih sang om dengan tubuh gemetaran.

Dari ujung batang kemaluan sang om muncratlah cairan yang dinantikannya, Dea buru-buru melepaskan batang kemaluan sang om dari mulutnya dan mengantinya dengan wadah sampel, supaya cairan tersebut tertampung didalam wadah tersebut. namun beberapa cairan tersebut sempat masuk kedalam mulut Dea.

“De...Makasih ya......?” kata sang om dengan nafas terengah-engah.

Dea hanya mengangguk, sambil membersihkan mulutnya dari sisa-sisa cairan kental sang om, dan melangkah keluar menuju ke laboratorium.

Setelah semua urusannya dilaboratorium selesai, Dea langsung menuju ke kantin dan memesan es jeruk tanpa gula. Dea masih merasakan rasa cairan kental sang om mulutnya, rasanya begitu kuat, manis, gurih dan sedikit amis.

“hmmm, Om Hendra pasti sering makan sayuran dan buah...?” guman Dea, sambil menyeruput es jeruk tawarnya beberapa kali, namun rasa itu belum hilang juga dari mulut Dea.

Tak lama kemudian kedua Sahabatnya Maya dan Sita datang, dan meraka pun kembali ngobrol dengan seru, apalagi kalau bukan soal pertempuran meraka semalam namun Dea sama sekali tak menceritakan soal kuluman mautnya kepada sang om.

“eh May..., jadi beneran semalam kamu sama si dedi tanem benih..!!” seru sita penuh semangat.

“ih...Ta, pelan-pelan ngapa, ini kantin tau...!” seru Dea.

Maya hanya diam sambil tersenyum manis

“gila kamu May, si David mau dikemanain...?” seru sita lagi.

“habis......, dianya sibuk mulu sih, ngak ada waktu lagi buat aku, lagian punya dedi jauh lebih besar, lebih enak dan lebih banyak pejuhnya” kata Maya lirih sambil tertawa kecil.

“terus si ryan, juga mau kamu kemanain ..?” kata Maya lagi.

“aku kan dah putus may,.....sebelum rico datang” kata Sita sambil menyeruput es tehnya.

“enak ya kalian dapat doubel setoran mulu, bunting baru tahu rasa kalian ?” kata Dea dengan muka datar.

“hiii...hiiii....kan ada kamu De, kamu kan jagonya. buat apa coba kalau tugas akhir penelitanmu sampai dibela-belain praktek beneran?” imbuh Maya.

“ih..?, penelitian aku itu kan untuk medis, bukan buat kalian cewek-cewek hyper!” seru dea dengan ekspresi kesal.

“ah dea, jangan gitu dong?” kata sita dengan senyum di manis-maniskan.

“De, kenapa kamu ngak coba cari gebetan lain aja sih.?”, “hari gini, biasa aja kali?”, “kalau cuman buat seneng-seneng syah-syah aja kok?” kata Sita lembut.

“dari pada lo badmood gini tiap hari, kita itu sama-sama hyper, sama-sama jadi pusing , sama-sama jadi badmod kalau ngak dapet jatah” kata Maya lagi.

Dea hanya terdiam, mungkin ada benarnya kata-kata maya dan sita. Dea pun melamun membayangkan semua kejadian-kejadian mesum yang sudah dia alami dua minggu ini.

“udah jangan banyak mikirlah..., disini banyak kok cowok-cowok ganteng, tinggal pilih aja?.” imbuh maya sambil tertawa lepas.

Haripun berlalu, kondisi mood Dea tidak semakin membaik namun semakin memburuk ditambah lagi sang kekasih harus lebih lama lagi tinggal di singapura. Meski ia sudah berusaha untuk bertahan namun sebagai perempuan yang terlahir dengan anugrah libido tinggi, tak bisa ia tutupi. Mastrubasi yang kerap ia lakukan tak cukup untuk meredam gairahnya yang terus meluap.

“Dea, itu siapa? Dari kemarin nyariin kamu terus?” kata Maya sambil menunjuk seorang pria ganteng berpenampilan rapi.

“gebetan baru kamu ya De, kok om-om sih de, tapi jujur ganteng banget...???” kata Sita menimpali.

“oh itu pasien yang kemarin hasil lab.nya aku yang bawa” jawab Dea tanpa menjelaskan yang sebenarnya.

“ohhhh....” kata Maya dan Sita berbarengan.

“tapi boleh juga sih De, kalau dilihat dari gestur dan pembawaanya, kayaknya mantep tuh pak-paknya” kata sita sambil tertawa terkekeh.

“huss, kalian omong apa sih?” bentak Dea.

“ih Dea marah nich...”kata Sita lagi masih terkekeh.

Dea pun segera menghampiri sang om, muka sang om pun tampak sumringah melihat kedatangan Dea. Dea pun langsung mencium tangan sang om.

“Oya ya De, om mau tanya apakah hasil pemeriksaan laboratorium sudah keluar” kata sang om serius.

“belum om kemarin aku sudah tanyakan, katanya seminggu atau dua minggu lagi” balas Dea.

“ya udah kalau gitu om pamit pulang dulu” kata sang om.

Sementara itu Maya dan Sita masih saja membicarakan sang om ganteng dan pak arman sang satpam, meraka saling membandingkan antara om Hendra atau pak araman yang sama-sama memiliki gestur dan pembawaan yang mantap untuk bercinta.

“aku sih ngak nolak kok May, kalau dilihat-lihat pak arman ngak jelek-jelek amat cuman penampilannya aja yang kurang?” kata sita, “dia kan sudah baik sama kita, ngak ada salahnya ngasih kesempatan?” kata sita lagi terkekeh.

“ihhh...dasar kamu ya..?” seru Maya sambil mencibirkan bibirnya.

“tapi kamu, mau juga kan May...?” kata sita lagi sambil tertawa riang.

“ih apaan sih ta, Pak Arman itu lelaki setia tahu..?, tapi ya ngak tahu juga sih” kata Maya terkekeh

“kenapa ngak tanya aja sama si Dea aja May, dia kan deket sama Pak Arman” kata Sita. “atau malah sudah dikasih jatah ya sama si dea”.”ih pikiranku kok melayang kemana-kemana sih” kata sita sambil memegangi dagunya.

“kalaupun sudah, trus kenapa...?” kata maya menimpali.

“ya ngak papa, bagus malahan, biar Dea ngak modyan lagi?, tapi kok Dea ngak cerita ya...?” kata sita.

“ya kemungkinan belum, kalaupun sudah Dea pun ngak akan cerita. kamu sendiri kan tahu Dea itu seperti apa, dia butuh waktu buat menceritakan semua masalahnya pada kita, ya kita tunggu aja?” kata Maya sambil merapikan berkas-berkas diatas meja.

“dan kalaupun itu memang benar terjadi, aku dukung. Soalnya yang aku tahu Dea memang butuh sosok kebapakan seperti Pak Arman maupun Om-om yang tadi.” Kata Maya lagi.

“lah...., aku kok jadi binggung sih May, butuh sosok kayak Pak Arman, tapi sampai sekarang Dea masih setia sama Farhan dan malah mau tunangan. Masak ia Dea masih mau fuk-fuk sama bapak-bapak seperti Pak Arman” kata sita sambil bertopang dagu.

Hari-hari berikutnya sang om pun kerap datang kerumah sakit, bukan hanya menanyakan hasil pemeriksaan namun berusaha mengajak Dea jalan, makan dan ngobrol. Dea yang awalnya menolak akhirnya luluh juga, hingga Dea dan Om sering jalan bareng. Hingga pada suatu hari sang om kembali mengajak jalan Dea.

“hari ini kamu pulang jam berapa de” kata sang om lagi.

“kalau shif pagi jam 4 om, kalau shif malam jam 11, kenapa emang Om” kata Dea.

“biasa?, pengen ngajak kamu makan sama ngobrol aja” kata sang om dengan muka memerah.

“ok...Dea ganti baju dulu ya” kata Dea singkat.

Lima belas menit kemudian Dea pun kembali, kali ini Dea mengenakan baju batik model terusan sampai kelutut, ketat dengan lengan pendek sampai ketiak. Mata sang om tak bisa menutupi kegagumannya atas kecantikan dan kemulusan tubuh Dea yang diperlihatkannya lewat lengan dan ketiak mulusnya, tak seperti biasanya hari ini Dea mencukur habis seluruh bulu ketiaknya.

Mereka pun akhirnya menikmati sore ini, dengan makan disebuah cafe kecil namun nyaman. Sambil makan mereka pun mengobrol, tertawa dan bercanda dari hal-hal kecil sampai hal besar tentang keluarga.

“De, kita mo kemana lagi nich?” kata Sang Om, saat mereka selesai menikmati makananan.

“kemana aja om, terserah, yang penting tempatnya nyaman?” kata Dea sambil merapikan rambutnya kebelakang. Mereka pun melaju menyusuri padatnya jalanan sore ini dengan mobil mewah sang om.

Mata lelaki sang om tak bisa untuk tidak melirik Dada besar Dea yang membusung, ditambah dengan mulus dan putihnya ketiak Dea membuat perasaan sang om naik turun.

“Kenapa, Om?” kata Dea saat menangkap mata Sang om yang melirik ketiaknya.

"Ah ngak papa Kok De" sahut Sang Om sambil kembali menatap ke depan.

“ih maaf ya om, Dea belum sempat mandi tadi, jadi ya cuman pake farfum aja?” kata Dea ldengan muka memerah.

“habis tadi om ngajaknya dadakan sih...?” kata Dea lagi.

“ya ngak papa lagi, lagian ngak ada yang komplain kok. kalau dasarnya cantik ya tetep aja cantik....?” kata sang om memuji.

“ih om nich belum pernah nyobain sih, makanya bilang begitu. coba kalau om sudah nyobain ngak mungkin dech om ngajak Dea lagi...ha...ha” seru Dea sambil tertawa riang.

“palingan juga sama kok rasanya De, cuma beda sen..sa......? ” kata sang Om tanpa meneruskan kata-katanya

“apanya om, yang beda?” kata Dea penasaran,

“ya sensasinya lah, apalagi kalau yang punya secantik dan sehalus kamu?” kata sang om tersenyum mengoda.

“ooooh...?, kata pacar aku sih juga gitu sih om....?, apalagi kalau yang rajin dirawat pasti lebih mantap sensasinya” kata Dea sambil tertawa lepas.

“kalau punya tante pastinya lebih terasa dong om, tante kan rajin perawatan?” kata Dea lagi.

“yach itu dulu, kalau sekarang boro-boro nikmatin nyobain aja ngak dikasih, yach cuma bisa memandanginya saja?” kata Om lirih dengan muka sedih.

“masak sih om, setega itu tante sama om?” kata dea ikut bersedih.

“makanya om bener-bener berharap hasil pemeriksaan itu positif, supaya semua kembali seperti dulu lagi” kata Om dengan muka sedih.

“eh De, btw kamu masih pacaran sama sapa itu, farhan...?” kata Sang om dengan nada kembali ceria.

“iya om, tahun depan kita rencananya mo tunangan dan segera menikah” jawab Dea.

“hmmmm, tapi kok aku liat kamu jarang diantar jemput sama dia ya” kata Om dengan nada bercanda.

“emangnya ojek om, yang harus antar jemput, dia lagi di singapura ada kerjaan” jawab dea dengan nada riang.

“wah bagus dong, tapi sayangnya yang nungguin ngak mau dicobain sama cowok lain padahal tadi nyuruh-nyuruh.....Hi....Hiii...Hiiii” kata om sambil tertawa.

“ya udah....?, Tapi kalau sampai om ngak nafsu makan lagi, jangan salahin Dea ya?” kata Dea lagi sambil tersenyum nakal.

“ya ngaklah De, ya udah kita minggir dulu sebentar” kata sang om semangat, sambil menepikan mobilnya ke pinggir jalan yang agak sepi.

“om, emang udah berapa lama sih. om ngak dikasih sama tante” kata Dea sambil tersenyum

“ya ada sih, Tiga Bulanan?” kata sang om tersenyum.

“ih tega bener tante, lah om ngak sama yang lain?. relasi bisnis dan staf-stafnya om kan banyak yang cantik-cantik?” kata Dea lagi.

“sudah sih, sama staf kantor, sama SPG juga, sama beberapa relasi bisnisnya Om. cuman ya itu tadi, seperti yang kamu bilang?” kata om sambil nyengir, sambil kembali memandangi mulusnya ketiak dan Dada Dea yang membusung kedepan.

“apa itu om....?” sahut Dea sambil merapikan rambutnya lagi kebelakang.

“ngak ada sensinya sama sekali cuman enak doang, Tapi entah kenapa begitu melihat punya kamu om merasa ada sensuatu yang berbeda?” jawab sang om dengan tatapan penuh gairah.

“ih om....., bisa aja dech..” kata Dea sambil memukul pelan lengan sang om.

“tapi janji ya om, hanya nyobain aja, ngak sampai kemana-mana....?” kata Dea lagi dengan perasaan tak karuan.

Dea pun menyadarkan punggungnya ke kursi, menyettingnya agar sandarannya menurun kebelakang, perlahan ia pun mengangkat kedua lengan mulusnya keatas sambil memainkan rambutnya. Sang om dengan penuh gairah mendekati ketiak mulus Dea dan menciuminya dengan lembut, Dea yang awalnya agak geli dan risih, perlahan mulai merasakan kenyamanan yang berbeda. Semakin lama rasa nyaman itu berubah menjadi rasa nikmat, kenikmatan yang tidak hanya Dea rasakan di sekitar ketiaknya saja, namun menyebar keseluruh tubuhnya, bibir kemaluan di selangkangannya yang mulai berdenyut dan mengembang.

Dea pun mendesah pelan, ciuman dan jilatan sang om pun perlahan mulai merambat ke bagian tubuh Dea lainnya. leher dan bibir menjadi sasaran berikutnya, Dea pun terdiam pasrah. Tangan kekar sang om bergerak lembut, meraba dan meremas dua gundukan besar di dada Dea dengan lembut.

“anjrit.....kalau begini terus, bisa-bisa aku dientotin si om nich...?” guman Dea dalam hati.

Satu persatu kancing baju Dea mulai terbuka, belahan dada Dea yang besar dan mulus nampak mempesona. Sang om dengan cepat bh hitam yang menutupi gumpalan daging indah di dada Dea ia buka dan langsung mendekapkan wajahnya di antara kedua dada indah Dea, memainkan bibir dan lidahnya diatas kulit lembut dan puting payudara Dea.

“ohhhh...uhhhh......ohhh.....om.....om......” desah Dea dengan wajah mendongak keatas

Sang om pun perlahan membuka celananya dan mengeluarkan batang kemaluanya yang besar, keras dan panjang. Dea yang sebelumnya pernah merasakan batang besar sang om, segera mengengam dan mengocoknya pelan, sementara tangan sang om membuka celana street dea dan memasukan tanganganya ke selangkangan Dea dan memainkan bibir tegak Dea dengan ujung jari-jarinya. Dengan mata terpejam Dea pun merintih sedikit lebih keras.

“ohhhh...uhhhh......ohhh.....om.....om......!” desah Dea dengan mata terpejam, wajahnya mendongak kebelakang, pinggangnya terangkat keatas.

Perlahan seluruh pakaian keduanya terlepas tanpa sehelai benang menempel ditubuh meraka, sang om dengan bibir dan lidahnya menelusuri setiap jengkal tubuh Dea dari ujung kepala sampai keujung kaki.

“Dea, kamu cantik sekali?” kata om lirih, sambil kembali mencumbui kedua ketiak dan Payudara Dea dengan gemas.

Perlahan kedua paha Dea terbuka, sebagai tanda kepasrahannya. Sang om pun beralih mencumbui kembali bibir dan lubang kemaluan Dea dengan bibir dan lidahnya. Tubuh Dea bergetar, kedua kakinya mengejang, mulutnya meraung tak karuan. Dan tak lama kemudian dari lubang kemaluannya Dea menyemburlah cairan bening dengan deras, membasahi wajah sang om. Sambil menjambak rambut sang om.

Sang om dengan lembut membersihkan cairan bening Dea dengan lidahnya, kemudian mengarahkan batang kemaluannya yang besar ke lubang kemaluan Dea. Mengambil dan membuka selembar bungkus aluminium foil yang berisi kodom dan memasangkannya ke batang kemaluannya. Namun saat ia akan memasukan Batang Kemaluannya kedalam lubang kemaluan Dea, Dea menghentikannya.

“ngak usah om..., memek Dea alergi karet...?” kata Dea lirih.

Sang om segera melepas Kondom yang sudah tepasang di batang kemaluannya dan melemparkannya ke dasboard, menngelus pelan batang kemaluannya dan memasukannya kedalam lubang kemaluan Dea secara perlahan hingga kedalam mulut rahim, mendiamkannya sejenak dan perlahan mengerakan batang kemaluanya keluar-masuk secara perlahan mengesek bibir, klitoris dan mulut rahim Dea. semakin lama gerakan keluar-masuk batang kemaluan om semakin cepat mengesek bibir, klitoris dan mulut rahim Dea secara bersamaan, Sang empunya pun kembali meraung.

“ouuuu.....ahhhhh...ahhhh.....ooooooh....!!!!!!” Raung Dea dengan tubuh mengelinjang.

“aaaaah.......oooooh......om.......uuuhhhhh...!!!” Raung Dea kembali dengan mata terpejam rapat dan wajah mendongak kebelakang.

Sementara sang om dengan gemas dan penuh gairah terus mengerakan pinggangnya naik-turun diantara selangkangan Dea, yang tidak hanya semakin cepat namun juga stabil. Tak sedetikpun goyangan pinggangnya mengendur ataupun memelan. Orgasme demi Orgasme pun datang bertubi-tubi tanpa jeda mendera tubuh, hati, jiwa dan perasaan Dea tanpa henti.

Setelah 10 menit mengoyang lubang kenikmatan Dea tanpa henti, tiba-tiba Om Hedra menghentikan goyangan pinggangnya dan mencabut batang kemaluannya, kemudian mengangkat tubuh ramping Dea dan membaliknya. Dea kaget dengan raut wajah protes karena kenikmatan yang dirasakannya harus terhenti tiba-tiba. Namun Dea pun mengerti maksud sang Om dan ia pun kemudian membalikan tubuhnya memunggungi sang Om dan mengarahkan pantat gembulnya ke arah selangkangan Om Hendra. Dengan senyum lebar Om Hendra kemudian menjilati Bibir Kemaluan Dea yang masih berlumuran lendir kenikmatan sambil meremas kedua pantat gembul Dea dengan gemas.

“slerp...slerpp...” suara jilatan Om Hendra di Bibir Kemaluan dan Lubang Pantat Dea.

Tak beberapa lama kemudian, Om Hendra kembali memasukan Batang Kemaluannya dan kembali mengoyang lubang kemaluan Dea dalam posisi Dogie Style. Dea pun kembali meraung merasakan kenikmatan Surga Dunia yang hampir tiga minggu ini tidak ia rasakan bersama sang kekasih.

“ouhhhh...ahh....ahhh...ahhh....om......ommm” raungan Dea kembali, sambil mendogak keatas sementara tangannya memeluk leher Om Hendra yang berada dibelakangnya.

Sementara Sang Om, mengoyangkan pantatnya maju mundur sambil meremas kedua payudara besar Dea sambil memainkankan putingnya yang kemerahan, bibir dan lidahnya juga tak mau ketinggalan. Melumat bibir merah Dea dan memainkan lidahnya di dalam mulut Dea.

Beberapa lama kemudian Dea minta ganti posisi diatas, Sang om pun tersenyum senang. Kemudian kedua berpindah posisi. Dea Segera menduduki selangkangan Sang Om, memegang Batang Kemaluan Sang Om dan memasukanya ke Lubang Kenikmatannya. Batang Kemaluan Sang Om pun tenggelam didalam Lubang Kenikmatan Dea. Sebelum Dea memulai mengoyangkan pinggangnya, ia dan Om Hendra sedikit berbincang-bincang sembari mengatur nafas.

“om masih kuatkan...om?” kata Dea lirih dengan mata sayu.

“kamu tenang saja...?, kamu yang pegang kendali sekarang?” kata Sang Om dengan raut muka berseri.

“berapa lama pun kamu mau, om siap..? kata Sang Om kembali sambil meremas pantat Dea.

“oh ya om, ntar kalau mau keluar bilang ya....?” kata Dea sambil berlahan mengoyang pinggangnya.

“memang kenapa De...?” tanya Om.

“Dea lagi Subur Om...?” jawab Dea lirih sambil mengoyang pinggangnya sedikit lebih cepat.

“Ok..?” jawab sang om sambil menjilati leher jenjang Dea.

Tanpa berkata-kata lagi, Dea pun segera mengoyangkan pinggangnya dengan liar bahkan lebih liar dari goyangan sang om. Raungan dan teriakannya pun semakin mengeras. Sang om pun hanya bisa menahan goyangan liar Dea sambil mengatur nafas dan emosi agar tak cepat berejakulasi sebelum Dea terpuaskan birahinya.

Hampir 15 menitan Dea bergoyang tanpa henti. Sebagai seorang perempuan berlibido tinggi, Dea bener-benar tak memperdulikan lagi bahwa lelaki yang sedag ia goyang adalah suami dari tantenya. Dea benar-benar menikmati moment bercocok tanamnya dengan Sang Om, orgasme demi orgasme kemali ia rasakan tanpa henti, sebuah kenikmatan yang mampu melepaskan semua beban dan kepenatannya selama ini. Dea yang biasanya rutin dua tiga hari sekali bercocok tanam dengan sang kekasih harus terhenti sementara karena kesibukan sang kekasih. Namun kali ini ia berkesempatan untuk dapat kembali merasakan nikmatnya bercocok tanam, meskipun bukan dengan sang kekasih..

Sampai akhirnya sang sperma mulai bergejolak, melesat maju keujung kepala kemaluan sang om, berharap agar segera dapat tersembur kedalam rahim Dea bertemu dengan Sang Ovum.

“De....Om...Keluar.....De......?” kata Om Hendra terbata-bata sambil mencengkram Pinggang Dea yang masih saja bergoyang.

Kenikmatan Orgasme yang dirasakan Dea membuatnya lupa dan menghiraukan peringatan sang om, Dea pun tetap saja bergoyang. Hingga akhirnya sang sperma pun keluar, tersembur deras, sederas semprotan jet shower kedalam rahim Dea. Bukan hanya sekali namun beberapa kali dengan jumlah yang cukup banyak, Dea pun tersentak beberapa kali namun pinggangnya tetap tak mau berhenti bergoyang. Sang Om yang dalam fase orgasme dipaksa untuk kembali berejakulasi beberapa kali sampai tak setetespun sperma keluar dari batang kemaluannya, sampai Dea menghentikan goyangan pinggangnya.

“om, udahan ya... Dea capek banget?” kata Dea lirih,

tubuhnya terkulai lemas memeluk tubuh sang om. Sang om tersenyum sambil membelai rambut dan punggung mulus Dea. Dea pun tertidur diatas tubuh sang om, setengah jam kemudian Dea terbangun dengan tersenyum manja sambil menciumi kedua pipi sang om dengan gemas, meskipun mukanya tampak lelah namun sorot matanya terpancar sebuah kepuasan dan juga kebahagiaan.

“De, kita pulang ya” kata sang om singkat, sambil mengangkat tubuh Dea secara perlahan keatas. Mengambil beberapa lembar tisu dan menempelkannya ke bibir kemaluan Dea.

“Ya om, makasih” kata Dea mengangguk.

“om pejuhnya banyak banget sih,....kental lagi?” kata Dea sambil mengusap bibir kemaluannya dengan tisu dan memastikan tidak ada lagi sisa-sisa sperma yang keluar dari lubang kemaluannya.

“sorry De tadi om keluarin di dalem” kata sang om sambil mengenakan pakaiannya.

“ngak papa kok om, lagian salah aku juga kok?” sahut Dea dengan senyuman manja. Sambil merapikan rambutnya yang berantakan dengan jarinya dan membiarkan tubuhnya tetap bertelanjang bulat.

“tadi kamu bener-bener luar biasa, kamu seperti bukan Dea yang om kena?l” kata sang om sambil memasukan tangannya ke dalam celananya, meluruskan batang kemaluannya yang miring.

“ya gitulah om, namanya juga efek 3 minggu, belum dapat jatah?” kata Dea sambil nyengir.

Mobil mewah sang om pun bergerak kembali ke kosan Dea, selama perjalanan dea tetap membiarkan tubuhnya bertelanjang. keduanya tampak bahagia dengan saling bercanda dan tertawa. Sesampainya didepan kosan, Dea tak segera turun karena harus mengenakan pakaiannya terlebih dulu

“De, kalau ada apa-apa dengan kamu, kamu tahu harus kemana?” kata Om dengan serius.

“ya om...., om tenang aja?” kata Dea sambil mencium pipi sang om.

“Oya De lain kali, kamu masih mau kita jalan lagi?” kata sang om sambil mengelus pipi Dea.

“Siap om, Dea tunggu...?” kata Dea lembut, dan segera keluar dari mobil mewah sang om dan berjalan menuju pintu gerbang kosannya.

Setelah melambaikan tangan kepada Om Hendra, Dea segera meangkah menuju ke kosannya melewati pos jaga satpam.

“lho non Dea, kok baru pulang.....?” kata Pak Arman saat melihat kedatangan Dea.

“iya pak, tadi ada tugas dadakan ke daerah?” kata Dea melangkah masuk ke teras pos jaga dan duduk disalah satu kursi yang ada sambil meluruskan kakinya

“jauhya ya Non, kedaerahnya?, sampai kecapekan gitu..?” kata Pak Arman lagi. Dea pun Mengangguk pelan.

“ya udah ya pak..., Dea masuk kamar dulu?” kata Dea bangkit dari kursi dan melangkah menuju kamarnya.

“Ok Non....?” kata sang satpam, Dea pun membalasnya dengan sebuah senyuman manis.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd