Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Sejak 2014, Pacar, Rekan Kerja, sampai Atasan. (True Story)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Mantap bener dah ini cerita, jangan sampe hilang ditengah jalan hu
Lancrotkan sampai tuntas tas tas hahahaha
 
I

kalo baca dari pejwan, itu emang awal2 kami sama2 baru ngerti seks hu, jadi masih sama2 belajar. Ditunggu aja kelanjutan kisahnya hu,,,,

Iya kalo di rumah awalnya pake pas ane ngapel,, lama2 ga pake hu, cuma kalo keluar aja, di rumah yg liat juga sapa ;)
Trs doi udh pernah cim / cif hu? Gmn tanggepannya klo udh pernah? Wkwk ga sabar update selanjutnya :D

Btw, ini maksut judul thread ente.. rekan kerja, atasan.. itu yg pernah ente ekse ?
Keknya masih panjang bgt nih threadnya wkwk
 
Trs doi udh pernah cim / cif hu? Gmn tanggepannya klo udh pernah? Wkwk ga sabar update selanjutnya :D
ditunggu aja di part selanjutnya, kira2 pernah ga? :D

Btw, ini maksut judul thread ente.. rekan kerja, atasan.. itu yg pernah ente ekse ?
Keknya masih panjang bgt nih threadnya wkwk

makin panjang makin nikmat hu, bisa bikin ah uh ah uh :o
 
Update part 5 ready, silakan dinikmati hu :beer:


PART 5 IMPROVISASI



Pesan singkat yang dikirimkan Cici beberapa jam setelah keberangkatannya dari Jakarta. Seperti biasa, setiap hari telpon dan SMS menjadi menu utama kami saat Cici berada di kota Y. Dan komunikasi utama kami saat sedang bertemu? SEKS. Betul. Seks merupakan kewajiban yang selalu kami lakukan setiap kali Cici pulang ke Jakarta.

Hari berganti bulan, waktu itu sudah memasuki bulan ke enam atau genap satu semester Cici kuliah di kota Y. Seperti layaknya mahasiswa/i lain, libur UAS hampir selalu dimanfaatkan untuk menghabiskan waktu di kampung halaman. Namun apesnya kami adalah, kalender libur di kampus kami berbeda sehingga waktu libur Cici selama empat minggu tidak dibarengi dengan libur di kampusku. Hal itu diperparah dengan kenyataan bahwa ternyata ayah Cici juga mengambil Cuti selama dua minggu bersamaan dengan dua minggu pertama liburan Cici.



Dua hari sebelum kepulangan Cici, Ia mengabarkan bahwa papanya juga ada di rumah.

'Wah sial, puasa nih aku', gerutuku dalam hati.

Dalam waktu dua minggu itu, hanya dua kali aku main ke rumahnya, itupun hanya saat malam minggu. Waktu itu aku beralasan bahwa kuliahku masih belum libur dan masih banyak tugas. Padahal memang males aja main ke rumah karena situasi memang tidak 'aman' :ha:.

Sempat beberapa kali Cici yang main ke rumahku, tapi situasi di rumahku sangat tidak mendukung. (Ibuku stay di rumah 24/7, ada adek yang masih kecil, dan pembantu yang juga stay di rumah 24/7).



MMS yang Cici kirimkan malam hari sebelum keberangkatan papanya ke kalimantan. Nafsu yang sudah dua minggu ini tertahan akhirnya semakin memuncak, tak sadar aku menatap foto itu sambil mengelus batang kemaluanku, dan malam itu aku hampir saja melakukan onani. Aku beruntung bisa menahan diri mengingat bahwa akan lebih nikmat jika kukeluarkan spermaku saat bercinta dengan Cici besok. Semalaman bayangan tubuh Cici tidak bisa lepas dari pikiranku. Membayangkan meremas payudaranya, memilin putingnya, dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya, sungguh tidak ada hal lain yang lebih aku inginkan malam itu.

Paginya, aku yang diminta mengantar papa Cici ke bandara, segera berangkat dengan semangat 45 membayangkan sepulang dari bandara bisa segera bercinta dengan Cici. Tapi sepulang dari bandara, baru aku ketahui kalo toko mamanya ternyata tutup sehingga mamanya pun stay di rumah.

Sekitar 10menit kami mengobrol bertiga di ruang tengah. Rasanya seperti lamaaaaa sekali dan aku sudah tidak konsen lagi menjawab pertanyaan-pertanyaan mamanya. Dalam hati ini cuma ada satu hal yang aku pikirkan, 'kapan aku segera bisa bercinta dengan Cici'.

Dan secercah harapan pun muncul. Akhirnya mamanya meninggalkan kami berdua untuk pamit ke dapur menyiapkan makan siang. Aku sempat iseng mencolek ujung payudara Cici dengan jariku memberikan kode namun Cici dengan tegas menolak.
"Husssh, jangan gila kamu, mama di dalam", tolak Cici dengan raut muka agak terkejut.
Akhirnya kami hanya bisa duduk bersebelahan di sofa krem kesayangan kami. Meskipun sempat menolak dengan tegas, duduk bersebelahan dengan saling mengelus tangan nampaknya meluluhkan hatinya. Cici tidak keberatan ketika sambil memandang ke arah pintu dapur, kuremas-remas payudaranya dari samping. Nikmat rasanya meskipun masih terbungkus kaos dan bra yang Ia kenakan.

Untuk beberapa saat, hanya itu yang berani kami lakukan, mengingat mamanya bisa saja dalam sekejap tiba-tiba muncul karena dapur dan ruang tv memang bersebelahan.

Beberapa menit kemudian, mamanya muncul dan pamit hendak ke warung sebelah untuk membeli cabe yang kebetulan habis.
"Aku beliin aja mah, lumayan loh kalo jalan kaki", kataku menawarkan bantuan mengingat jarak warung dan rumah Cici ada sekitar 500m dan mamanya Cici memang tidak bisa mengendarai sepeda motor.
"Ndak usah Mas, sekalian ada perlu sama Bu Yuli", kata mama Cici menyebutkan nama pemilik warung yang Ia tuju.
'Yes, bisa bercinta sama Cici'. Hatiku bersorak karena aku tahu bahwa untuk menuju warung itu, paling tidak dibutuhkan waktu 10 menit pulang pergi, apalagi ibu-ibu kalo sudah ngerumpi biasanya suka lupa waktu.
Setelah mamanya menutup pintu, langsung aku peluk Cici dari depan dan langsung kucium bibirnya yang manis itu. Beruntung mamanya tidak tiba-tiba kembali karena tertinggal uang atau karena hal lain seperti di sinetirn-sinetron.

Nampaknya Cici juga sudah sangat ingin bercumbu denganku, hal itu nampak dari betapa kuat Cici memelukku dan betapa liarnya Ia membalas ciumanku.

"Mmmmmmmch... Mmmmhhh...mmmmmh....", suara mulut Cici yang sedang menghisap lidah dan bibirku dengan rakusnya. Kumiringkan kepalaku ke kanan dan ke kiri bergantian berusaha menghisap sedalam-dalamnya lidah dan bibir Cici.
Keudua tanganku yang tadinya mendekap punggungnya, perlahan turun meremas kedua bongkahan pantat Cici dengan kuat.

"Emmmh...", lenguhan tertahan Cici ketika kuremas bongkahan pantatnya.

Setelah beberapa kali aku meremas-remas pantat Cici, aku renggangkan pelukanku dan aku singkap keatas kaos dan bra Cici secara bersamaan.
Payudara mulus Cici pun segera menyembul dengan puting coklat yang mulai mengeras di ujungnya.

Tangan kananku segera meremas payudara kiri Cici dan mulutku langsung melahap payudara kanannya.
Puting kanannya aku jilat dan aku hisap penuh nafsu. Puting payudara kiri Cici juga kumainkan dengan ibu jari dan jari telunjukku membuat puting itu semakin mengeras.

Puas menghisap payudara kanan Cici, aku alihkan mulutku ke payudara kirinya. Posisi Cici yang berdiri dan aku yang agak menunduk didepannya memudahkanku untuk 'menyusu' kepada Cici sambil tanganku tak berhenti meremas-remas pantat Cici yang montok itu.

Nafsuku yang sudah terasa di puncak sejak tadi malam mendorong keinginanku untuk segera memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Sambil meremas pantatnya, aku turunkan celana kolor yang Cici kenakan sekaligus dengan celana dalamnya.

"Ci, masukin, udah pengin banget", kataku sambil membelai permukaan vaginanya dengan tangan kananku dari depan.
"He em", suara Cici memberikan persetujuan.
Aku buka sabuk, kait celana, serta resleting celanaku lalu aku turunkan. Kemaluanku segera tegak berdiri terbebas dari celana dalam merk GTm*n yang tekah membelenggunya.

Kondisi Cici saat itu adalah kaos dan bra yang Ia kenakan tersingkap ke atas, serta celana dan celana kolornya aku plorotkan hingga setengah lutut sehingga bongkahan pantat dan setengah pahanya terpampang dengan jelas. Sedangkan aku, celana dan celana dalamku sudah kupelorotkan setengah paha sehingga batang kemaluanku pun mengacung dengan tegaknya.

Kubimbing badan Cici untuk nungging menghadap sofa dan kuarahkan kemaluanku masuk ke lubang kenikmatan Cici dari belakang. Kutempelkan ujung kepala kemaluanku, gugesekkan ke lubang vagina Cici, dan kucoba tekan masuk, namun sangat susah dan kesat hingga terasa agak perih. Vagina Cici saat itu masih terlalu kering. Mungkin karena pemanasan yang kami lakukan memang sangat singkat. Aku memang sangat terburu-buru saat itu, selain karena dari semalam sudah sangat menantikan persetubuhan ini, juha karena takut mamanya akan segera pulang.

Akupun memiliki sebuah ide dan kuutarakan ke Cici,

"Sayang, basahin dulu yuk", kataku sambil membalikkan badan Cici.

"Gimana?", tanya Cici dengan wajah polosnya.

"Diemut coba yang", kataku sambil membimbing Cici jongkok di depanku dan mengarahkan kemaluanku tepat di depan mulutnya.

Cici nampak ragu, dipegangnya batang kemaluanku dan didekatkan ke mulutnya, namun masih dalam kondisi bibir tertutup.

"Keburu mama pulang sayang", kataku sambil membelai rambut Cici dari atas.

Cici seperti tersadar akan keterbatasan waktu yang kita miliki dan segera mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya.

Setelah sekian lama, akhirnya untuk pertama kalinya, penisku merasakan emutan mulut Cici.

"Aww, jangan kena gigi", kataku sambil meringis ketika tanpa sengaja gigi Cici mengenai batang kemaluanku.

Cici mencoba kembali mengulum penisku. Untuk ukuran pertama kali, not bad lah meskipun sempat beberapa kali giginya mengenai kulit batang penisku.

Aku maju mundurkan beberapa kali ke dalam mulutnya, lalu aku cabut, dan

"Jilat biar basah Ci", kataku sambil mencoba menekan kepala Cici mendekat ke penisku.

Dijilatnya ujung kepala penisku, "brrrrrrr" rasanya hangat namun geliii sekali, lalu jilatannya beralih ke batang kemaluanku.

Setelah aku rasa cukup basah, Cici yang tadinya jongkok aku bimbing Cici untuk berdiri, lalu aku balikkan badannya dan aku bimbing Cici supaya nungging. Bongkahan pantat bulat itu kembali terpampang jelas di depan mataku. Pantat yang kulitnya berwarna putih mulus identik dengan kulit pahanya. Dari belakang, lubang kemaluan Cici nampak tertutup oleh bongkahan pantat mulus dan kenyal itu.



Takut kemaluanku yang basah oleh air liur sisa emutan dan jilatan Cici kembali kering, kuarahkan kemaluanku ke lubanh vagina Cici, dan blessshhh... Sekali dorong kemaluankupun masuk dengan licinnya. Sensasi hangat dinding vagina segera terasa dari kulit batang kemaluanku dan menjalar ke seluruh aliran darah di sekujur tubuhku.

Nikmat yang selama ini aku nanti akhirnya kurasakan juga. Aku keluar masukkan kemaluanku ke dalam vagina Cici dari belakang secara perlahan. Berburu dengan waktu, ditambah dengan gelora nafsu yang menggebu sejak tadi malam membuatku memacu sodokan kemaluanku langsung dengan kecepatan tinggi.

'Enghhh... Eghh... Eghh... Eghh...", suara lenguhan Cici tertahan dibarengi dengan cplak cplak suara kulit pahaku bertabrakan dengan kenyalnya pantat Cici setiap aku sodokkan sedalam-dalamnya kemaluanku di dalam vaginanya. Aku ingin segera mengeluarkan spermaku sebelum mamanya Cici pulang. Benar saja, baru sekitar lima menit aku memacu kemaluanku keluar masuk vagina Cici dengan kecepatan tinggi, spermaku terasa akan segera keluar.

Kusodokkan penisku dengan sodokan sedalam-dalamnya dan dengan kecepatan secepat-cepatnya berusaha memacu agar spermaku segera keluar.
Sensasi gatal itu semakin memuncak di ujung kepala penisku dan
'Crot.. Crot... Crot... Crot...'
Spermaku mucrat di bongkahan pantat Cici sesaat setelah kucabut penisku dari vaginanya. Aku gesekkan kemaluanku di bongkahan pantatnya mencoba mengeluarkan semua sperma yang telah tertahan sejak tadi malam.

Cici pun segera beranjak mengambil tisu di meja dekat sofa dan mengelap sisa spermaku di pantatnya. Aku berusaha membantu dengan ikut mengambil tisu dan memberishkan sisa sperma yang belum terjamah Cici, kemudian membersihkan sisa sperma pada batang kemaluanku sendiri.

Setelah terasa bersih, kunaikkan celana dalamku, lalu celanaku pun kunaikkan, ku tutup resleting, kukaitkan, dan terakhir kupasangkan kembali ikat pinggang yang sebelumnya aku kenakan.

Cici pun menaikkan celana dalam dan celana kolornya sekaligus, kemudian membetulkan posisi bra nya yang terangkat dan membetulkan posisi kaosnya yang terangkat.

"Nggak ada yang di dalem kan yang?", tanya Cici yang entah sejak kapan tanpa aku sadari mulai memanggilku 'sayang'.

"Nggak ada yang, tadi disini semua" kataku sambil mengelus bongkahan pantat Cici.

"Gila banget banget kamu yang, untung mama belum pulang",kata Cici sambil merapikan rambitnya dan mengenakan kembali ikat rambutnya yang entah sejak kapan terlepas.

"Tapi enak kan?", tanyaku menggoda Cici.

"He em,,,", kata Cici sambil senyum lalu merangkulkan tangannya ke pundakku dan

"Mmmmmmmmmmchhhhhhh", Cici memberiku kecupan panjang di bibirku.

"Dah, bentar lagi mama pulang, udah rapi kan?", Cici bertanya lagi sambil meliuk-liukkan badannya memunjukkan sisi sebelah kanan dan kirinya secara bergantian dengan tangan di pinggang bak model iklan.

"Amannnn", kataku.

Kami pun duduk di sofa dan mengobrol sambil menunggu mamanya pulang. Siang itu kami putuskan untuk pergi menonton film di bioskop. Kebetulan saat itu film vampir yang sangat digandrungi gadis-gadis muda New Moon (lanjutan Twilight) sedang tayang dan Cici termasuk salah satu yang menggemarinya.

Sebenarnya aku lebih suka film,-film bergenre aksi atau horror dan tidak terlalu suka film-film bergenre romantis macam Twilight, tapi aku iyakan saja, waktu itu aku berpikir siapa tahu di bioskop bisa bercumbu dikit-dikit, daripada di rumah ditungguin mamanya.
"Yang (entah sejak kapan aku lupa, aku pun mulai memanggil Cici 'sayang'), ntar pake yang mudah ya?", pintaku pada Cici.

"Mudah gimana?", tanya Cici.

"Mudah dibuka", jawabku.

"Wuuuu maumu...", kata Cici sambil memeletkan lidahnya dan berlalu menuju kamarnya untuk ganti pakaian.

Jam tiga sore kami pamit ke mamanya berniat menonton film yang sesi putarnya jam 16.00 WIB. Dengan membonceng Astre* Gr*nd kesayanganku, kami berangkat menuju mall dengan tangan Cici memelukku sepanjang jalan. Sesekali tangannya diarahkan mengusap kemaluanku dari luar celana.

'Wah bisa nih di bioskop', entah kenapa otak selangkanganku berpikir lebih cepat daripada otak di kepalaku saat itu. Sesampainya mall tersebut, kami langsung menuju loket dan membeli dua tiket. Kupilih tempat duduk paling belakang dan paling kanan.

"Ini tiketnya mas", kata Mbak penjual tiket sambil senyum dan melirik ke arah Cici.

Aku dan Cici hanya saling berpandangan dan tersenyum.

"Ayok", kuulurkan tangan kiriku dan dengan seketika tangan kanan Cici menyusup menggandeng lengan kiriku.

Beberapa orang antri di depan pintu studio dan sesaat setelah pintu bioskop dibuka, kami dan beberapa orang lainnya langsung masuk dengan tertib. Suasana bioskop masih sangat sepi, dan kami langsung menuju ke tempat duduk yang kami pilih. Paling kanan, paling belakang.

Iklan komersial mulai dimainkan dalam layar raksasa itu. Temaram lampu ruanhan masih terang menyala. Cici membetulkam posisi duduknya, kemudian menyandarkan kepalanya ke pundakku dan menggandeng tanganku.

Kurasakan payudara kenyalnya kembali menempel di siku tanganku. Kuhentak-hentakkan siku ku ke payudaranya dan Cici malah mempererat pelukannnya.

"Paket popcornnya pak, sudah termasuk minum, tiga puluh ribu rupiah", seru Mbak penjaja popcorn yang seragamnya sama dengan Mbak penjual tiket di depan tadi.

"Nggak Mbak makasih", kataku menolak sedangkan Cici pura-pura tidak melihat seolah-olah Mbak itu tidak pernah ada.

Tiba-tiba seluruh layar raksasa itu beubah menjadi hitam. Sebuah logo production house film mulai nampak pada layar. Lampu bioskop perlahan mulai redup, semakin redup, dan

●●●

Lampu bioskop mati seluruhnya. Ruangan menjadi gelap gulita karena cahaya yang datang hanya dari layar bioskop itu dan adegan film di awal-awal adalah scene di malam hari.

Cici kembali membetulkan posisi duduknya dan mempererat pelukannya di lengan kananku.

Sambil menyandarkan kepalaku dan memejamkan mataku, kunikmati betapa kenyalnya payudara Cici di lengan kananku sambil memikirkan apa yang baru saja kami alami.

Hari itu adalah hari dimana Cici untuk pertama kalinya mengulum kemaluanku, dan hari yang merupakan titik awal berkembangnya variasi cara kami dalam bersetubuh. Sempat kembali teringat betapa tidak nyamannya saat giginya mengenai kulit batang kemaluanku. Dan sempat kubayangkan bagaimana kalau saat kemaluanku sedang berada di dalam vaginanya, atau saat spermaku hampir keluar, tiba-tiba mamanya pulang.

"Hmmh...", kutarik nafas lega bersyukur bahwa yang aku khawatirkan tidak terjadi.

Kubuka mataku, dan kucium kepala Cici yang bersandar di pundakku. Dan kuelus punggung telapak tangan Cici yang melingkar di lenganku. Halus.

"Yang, dingin", rengek Cici sambil mempererat pelukannya pada lengan kananku.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Part 5 sampai sini dulu gan, sorry latepost, baru kelar gawe.

PART 6 THE KINKY US is on progress.

Rilis kalo responnya rame.



Selamat membaca ya gan, semoga berkenan. Salam hormat dari nubi:beer:


Bonus:
Wah mantap updatenya
 
Asik gan ceritany,lanjutkan terussss skalian nostalgia jaman kuliah dulu nantangin mantan g pake daleman ke bioskop ehhh dia beneran ngelakuin gilaaaa nonton sambil grepe2 n bikin si doi horny :D
 
D


lewat mana aja juga ga boleh hu, :Peace::Peace:

Bener juga "well said", tapi kadang otak selangkangan kerjanya lebih cepet dari otak kepala hu,, :Peace:
Wakakak selangkangan ternyata punya otak ya baru tau ane
 
Bimabet
Makasih buat update real story nya ya Om @linaga :ampun:, Bener2 keren ini ceritanya apalagi ditambah pict makin tambah :mantap:.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd